Anda di halaman 1dari 257

METODE NUMERIK

Pengantar Metode Numerik


Solusi Persamaan Tak Linear
Penyelesaian Sistem Persamaan Linear
Interpolasi Polinomial
Turunan Numerik
Integrasi Numerik

Agusyarif Rezka Nuha

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 1 / 257


1. Pengantar Metode Numerik

1. Pengantar Metode Numerik

Masalah matematika tidak selalu dapat diselesaikan secara analitik,


misalnya yang melibatkan integral dari fungsi-fungsi yang berbentuk
kompleks.
Dalam kasus demikian, komputasi numerik (penyelesaian masalah
menggunakan metode numerik) menjadi salah satu pendekatan
alternatif yang dapat digunakan.
Solusi yang diperoleh melalui komputasi numerik biasanya berupa
suatu hampiran, yang mengandung kesalahan numerik.
Aspek penting dalam komputasi numerik selain kecepatan proses
adalah keakuratan hasil.
Metode numerik yang baik adalah yang bisa memberikan solusi yang
akurat dalam waktu yang relatif cepat.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 2 / 257


1. Pengantar Metode Numerik 1.1 Fungsi Polinom

1.1 Fungsi Polinom

Sebagian penyelesaian metode numerik diturunkan berdasarkan


pendekatan fungsi pada bentuk polinom.
Bentuk Umum:

f (x ) = a0 x 0 + a1 x 1 + a2 x 2 + a3 x 3 + ... + an x n
Dengan:
n = derajat polinom = 0, 1, 2, 3, ...
ai = koe…sien konstanta
x = peubah (variabel)

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 3 / 257


1. Pengantar Metode Numerik 1.2 Deret Taylor & Deret Maclaurin

1.2 Deret Taylor & Deret Maclaurin


Deret Taylor
Andaikan fungsi f dan semua turunannya, f 0 , f 00 , f 000 , f (4 ) , ... pada selang
[a, b ]. Misalkan x0 2 [a, b ], maka nilai x disekitar x0 adalah

(x x0 )x0 )2 00 (x x0 )3 000
(x
f (x ) = f (x0 ) + f 0 ( x0 ) +
f (x0 ) + f (x0 )
1! 2! 3!
(x x0 )4 (4 ) (x x0 )m (m )
+ f (x0 ) + ... + f (x0 ) + ...
4! m!
Deret Maclaurin
Bentuk deret yang diperoleh saat x0 = 0 pada Deret Taylor

x 0 x2 x3 x4
f (x ) = f (0) + f (0) + f 00 (0) + f 000 (0) + f (4 ) (0) + ...
1! 2! 3! 4!
x m (m )
+ f (0) + ...
m!
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 4 / 257
1. Pengantar Metode Numerik 1.2 Deret Taylor & Deret Maclaurin

1.2 Deret Taylor & Deret Maclaurin

Problem
Hampirilah fungsi f (x ) = sin (x ) ke dalam deret Taylor di sekitar x0 = 1!
(catatan : sudut dalam radian)

Solution
f (x ) = sin(x ) f 0 (x ) = cos(x ) f 00 (x ) = sin(x )
f 000 (x ) = cos(x ) f (4 ) (x ) = sin x dst...
Deret Taylor
(x 1 ) (x 1 )2 (x 1 )3
sin(x ) = sin(1) + 1! (cos(1)) + 2! ( sin(1)) + 3! ( cos(1))
4
+ (x 4!1 ) (sin(1)) + ...
sin(x ) = 0, 8415 + 0, 5403(x 1) 0, 4208(x 1)2 0, 0901(x 1)3
+0, 0351(x 1)4 + ...
Misalkan h = (x 1), maka
= 0, 8415 + 0, 5403h 0, 4208h2 0, 0901h3 + 0, 0351h4 + ...
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 5 / 257
1. Pengantar Metode Numerik 1.2 Deret Taylor & Deret Maclaurin

1.2.1 Deret Taylor Terpotong

Suku-suku deret Taylor tak berhingga jumlahnya, maka untuk


praktisnya deret Taylor tersebut dapat dipotong hingga orde tertentu.
Deret Taylor yang dipotong hingga orde ke n disebut deret Taylor
terpotong.

(x x0 ) (x x0 )2 00
f (x ) t pn (x ) = f (x0 ) + f 0 (x0 ) + f (x0 ) + ...
1! 2!
(x x0 )n (n )
+ f (x0 ) + Rn (x )
n!
Dengan

(x x0 )(n +1 ) (n +1 )
Rn (x ) = f (c ), x0 < c < x
(n + 1) !
Disebut degan galat atau sisa (residu).
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 6 / 257
1. Pengantar Metode Numerik 1.2 Deret Taylor & Deret Maclaurin

Problem
Hampirilah fungsi f (x ) = sin (x ) ke dalam deret Taylor terpotong hingga
orde ke-4 di sekitar x0 = 1 dan x = 0, 2 dengan ketelitian hingga 4 desimal
di belakang koma. (Catatan : sudut dalam radian)

Solution
f (x ) = sin(x ) f 0 (x ) = cos(x ) f 00 (x ) = sin(x )
f 000 (x ) = cos(x ) f (4 ) (x ) = sin x dst...
Deret Taylor
(x 1 ) (x 1 )2
sin(0, 2) t p4 (x ) = sin(1) + 1! (cos(1)) + 2! ( sin(1))
3 4
+ (x 3!1 ) ( cos(1)) + (x 4!1 ) (sin(1))
sin(0, 2) t p4 (x ) = 0, 8415 + 0, 5403(0, 2 1) 0, 4208(0, 2 1)2
0, 0901(0, 2 1)3 + 0, 0351(0, 2 1)4

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 7 / 257


1. Pengantar Metode Numerik 1.2 Deret Taylor & Deret Maclaurin

Solution
sin(0, 2) t p4 (x ) = 0, 8415 + 0, 5403( 0, 8) 0, 4208( 0, 8)2
0, 0901( 0, 8)3 + 0, 0351( 0, 8)4
= 0, 2005
Secara analitik sin(0, 2) = 0, 1987

Coba tentukan nilai p5 (x ) dan p6 (x )!

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 8 / 257


1. Pengantar Metode Numerik 1.3 Penyajian Bilangan Bulat

1.3 Penyajian Bilangan Bulat


De…nition
Bilangan bulat yang sering digunakan adalah bilangan bulat dalam sistem
bilangan desimal yang dide…nisikan:

N = (an an 1 an 2 ...a2 a1 a0 )
= an 10n + an 1 10n 1 + an 2 10
n 2
+ ... + a2 102 + a1 101 + a0 100

Example (Contoh)
2673 = 2.103 + 6.102 + 7.101 + 3.100

De…nition
Bilangan bulat dengan dasar c dide…nisikan dengan:

N = (an an 1 an 2 ...a2 a1 a0 )c
= an c n + an 1 c n 1 + an 2 c n 2
+ ... + a2 c 2 + a1 c 1 + a0 c 0
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 9 / 257
1. Pengantar Metode Numerik 1.3 Penyajian Bilangan Bulat

1.3.1 Bilangan Biner


De…nition
Bilangan biner atau bilangan dasar 2, dide…nisikan:
N = (an an 1 an 2 ...a2 a1 a0 )2
= an 2n + an 1 2n 1 + an 2 2n 2 + ... + a2 22 + a1 21 + a0 20

Theorem (Algoritma)
Bila diketahui koe…sien-koe…sien a1 , a2 , a3 , ..., an dari polinom
p (x ) = an x n + an 1 x n 1 + an 2 x n 2 + ... + a0 100
dan suatu bilangan β. Maka dapat dihitung bn , bn 1 , ..., b0 dari β sebagai
berikut:
b n = an
b n 1 = an 1 + b n β
b n 2 = an 2 + b n 1 β
.....................
b 0 = a0 + b 1 β
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 10 / 257
1. Pengantar Metode Numerik 1.3 Penyajian Bilangan Bulat

1.3.1 Bilangan Biner


Example (Contoh)
Bilangan biner (1101)2 dapat dihitung dengan:
b3 = 1
b2 = a2 + b3 β = 1 + 1.2 = 3
b1 = a1 + b2 β = 0 + 3.2 = 6
b0 = a0 + b1 β = 1 + 6.2 = 13
Jadi (1101)2 = 13

Problem
Konversi sistem biner berikut ke dalam bentuk desimal:
1 (1101)2
2 (110011)2
3 (1010101)2
4 (100010001)2
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 11 / 257
1. Pengantar Metode Numerik 1.4 Analisis Galat

1.4 Analisis Galat


1.4.1 Perhitungan Galat

De…nition (Galat)
Misalkan α adalah nilai hampiran terhadap nilai eksak c, maka galat
dide…nisikan sebagai:
ε=c α

De…nition (Galat Mutlak)


Misalkan α adalah nilai hampiran terhadap nilai eksak c, maka galat
mutlak (absolut) dide…nisikan sebagai:
j ε j = jc α j

Galat menyatakan seberapa dekat solusi hampiran terhadap solusi


eksaknya.
Semakin kecil galat suatu perhitungan, menunjukan semakin teliti
solusi numerik yang didapatkan. Begitupun sebaliknya.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 12 / 257
1. Pengantar Metode Numerik 1.4 Analisis Galat

1.4 Analisis Galat


1.4.1 Perhitungan Galat

De…nition (Galat Relatif)


Misalkan nilai eksak c mempunyai galat ε, maka galat relatif dide…nisikan
sebagai:
εr = cε atau dalam presentase εr = cε 100%

Apabila nilai sebenarnya tidak/belum diketahui, maka alternatifnya


menormalkan galat dengan menggunakan taksiran terbaik yang tersedia
dari nilai sejati yaitu terhadap aproksimasi sendiri. Galat aproksimasi
dirumuskan sebagai berikut:

japroksimasi saat ini - aproksimasi sebelumnyaj


εa = , atau
japroksimasi saat inij
jxn xn 1 j jxn xn 1 j
εa = dalam persentase εa = 100%
jxn j jxn j

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 13 / 257


1. Pengantar Metode Numerik 1.4 Analisis Galat

1.4 Analisis Galat


1.4.1 Perhitungan Galat

Proses iterasi akan berhenti salah satunya jika syarat jεa j < jεs j terpenuhi,
dimana εs merupakan toleransi galat yang telah ditetapkan (biasanya εs
dituliskan sebagai XTOL).
Problem
Misalkan terhadap proses iterasi sebagai berikut:
3
xn +1 = xn3+6 , n = 0, 1, 2, 3, ....
Kapankah proses iterasi dapat dihentikan ? Jika diketahui nilai awal
x0 = 0, 5 dan XTOL = 0, 00001.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 14 / 257


1. Pengantar Metode Numerik 1.4 Analisis Galat

1.4 Analisis Galat


1.4.1 Perhitungan Galat

Solution
x0 = 0, 5
jx 1 x 0 j
x1 = 0, 4791667 ! εa = jx 1 j
= 0, 043478
jx 2 x 1 j
x2 = 0, 4816639 ! εa = jx 2 j
= 0, 051843
jx 3 x 2 j
x3 = 0, 4813757 ! εa = jx 3 j
= 0, 0005984
jx 4 x 3 j
x4 = 0, 4814091 ! εa = jx 4 j
= 0, 0000693
jx 5 x 4 j
x5 = 0, 4814052 ! εa = = 0, 0000081
jx 5 j
Proses iterasi dihentikan pada iterasi ke-5

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 15 / 257


1. Pengantar Metode Numerik 1.4 Analisis Galat

1.4 Analisis Galat


1.4.2 Sumber Utama Galat

Galat Pemotongan (Truncation Error)


Galat ini disebabkan karena kita menghentikan suatu deret atau
runtunan dengan suku-suku yang tidak berhingga. Galat ini timbul
akibat penggunaan hampiran sebagai pengganti formula eksak. Galat
pemotongan disebut juga galat dari metode, karena muncul akibat
dari komputasi yang digunakan.
Galat Pembulatan (Round-O¤ Error)
Galat ini disebabkan oleh jumlah keterbatasan jumlah digit komputer
dalam menyatakan bilangan real. Bilangan real yang panjangnya
melebihi jumlah digit komputer dibulatkan ke bilangan terdekat.
Galat pembulatan dinamakan juga galat dari perhitungan.
Galat Eksperimental
Galat yang ditimbulkan akibat kesalahan pengukuran atau kurangnya
ketelitian dalam menggunakan alat hitung.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 16 / 257
1. Pengantar Metode Numerik 1.5 Angka Bena

1.5 Angka Bena

Konsep angka bena (signi…cant …gure) atau angka berarti telah


dikembangkan secara formal untuk menandakan keandalan suatu nilai
numerik.
De…nition (Angka Bena)
Angka bena adalah angka bermakna, angka penting, atau angka yang
digunakan dengan pasti atau ditentukan batas toleransinya.

Example
63, 897 memiliki 5 angka bena
0, 9132 memiliki 4 angka bena
0, 0000054 memiliki 2 angka bena
767, 301 memiliki 6 angka bena
280, 0011 memiliki 7 angka bena

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 17 / 257


1. Pengantar Metode Numerik 1.6 Pembulatan Bilangan

1.6 Pembulatan Bilangan


1.6.1 Pembulatan Pangkas

Pembulatan Pangkas (Chopping)


Pembulatan pangkas dilakukan dengan memotong bilangan sebanyak n
digit sesuai yang dibutuhkan untuk melakukan perhitungan.
Example (Contoh)
Misalkan bilangan π = 3, 1459265358 . . .
Maka:
Pembulatan 5 digit, menjadi π = 3, 14592
Pembulatan 6 digit, menjadi π = 3, 145926
Pembulatan 7 digit, menjadi π = 3, 1459265
Pembulatan 8 digit, menjadi π = 3, 14592653

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 18 / 257


1. Pengantar Metode Numerik 1.6 Pembulatan Bilangan

1.6.2 Pembulatan ke Digit Terdekat

Pembulatan Ke Digit Terdekat (in-rounding)


Misalkan n adalah jumlah digit mantisa komputer, karena jumlah digit
mantisa a > jumlah digit mantis komputer, maka bilangan a akan
dibulatkan.
0
‡round (a) = 0, d1 , d2 , d3 , d4 , ...dn 10p
Dimana
8
dn ,
>
> jika dn + 1 <5
<
0 dn + 1, jika dn + 1 >5
dn =
>
> dn , jika dn + 1 = 5 dan n genap
:
dn + 1, jika dn + 1 = 5 dan n ganjil

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 19 / 257


1. Pengantar Metode Numerik 1.6 Pembulatan Bilangan

Example (Contoh)
Misalkan bilangan a = 0, 5682785715287 10 4 maka:
Pembulatan 7 digit, menjadi a = 0, 5682786 10 4
Pembulatan 8 digit, menjadi a = 0, 56827857 10 4
Pembulatan 6 digit, menjadi a = 0, 568278 10 4
Pembulatan 9 digit, menjadi a = 0, 568278572 10 4

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 20 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.1 Persamaan Tak Linear

2. Solusi Persamaan Tak Linear


2.1 Persamaan Tak Linear

Bentuk Umum Fungsi Polinomial:


Bentuk umum dari fungsi polinomial adalah:

f (x ) = a0 x 0 + a1 x 1 + a2 x 2 + a3 x 3 + ... + an x n
= a0 + a1 x + a2 x 2 + a3 x 3 + ... + an x n
Dengan
n = derajat polinom
ai = koe…sien konstanta
x = peubah (variabel)
Fungsi Linear & Nonlinear
Fungsi Konstan ! derajat polinom n = 0
Fungsi linier ! derajat polinom n = 1
Fungsi Nonlinear ! derajat polinom memuat n > 1
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 21 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.2 Akar Persamaan Tak Linear

2.2 Akar Persamaan Tak Linear


Mencari akar persamaan fungsi tak linear f (x ), yaitu mencari solusi x = x0
terhadap persamaan f (x ) sehingga f (x0 ) = 0.
Problem
Selesaikanlah persamaan nonlinear f (x ) = x 2 2x 8

Solution
Misal

f (x ) = 0 ! x 2 2x 8=0
(x 4)(x + 2) = 0
(x 4) = 0 atau (x + 2) = 0
x = 4 atau x = 2

Sehingga diperoleh himpunan penyelesaiannya: f 2, 4g


agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 22 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.2 Akar Persamaan Tak Linear

2.2 Akar Persamaan Tak Linear

Solution
Kurva persamaan f (x ) = x 2 2x 8:

Untuk f (x ) = ax + b, dengan a dan b konstanta bilangan nyata serta


a 6= 0, maka pembuat nol fungsi tersebut adalah x = ba
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 23 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.2 Akar Persamaan Tak Linear

2.2 Akar Persamaan Tak Linear

Dalam beberapa kasus, bentuk fungsi f (x ) cukup kompleks sehingga tidak


memungkinkan penentuan akar persamaan secara langsung.
Example (Contoh)
Persamaan tak linear:
1 f (x ) = 5x 4 12x 3 + 16x 2
2 g (x ) = xe x

3 h (x ) = cos(x ) 8x
4 i (x ) = log(x ) x

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 24 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.2 Akar Persamaan Tak Linear

2.2 Akar Persamaan Tak Linear

Eksistensi akar persamaan tak linear:


Fungsi tanpa akar persamaan
Fungsi dengan satu akar persamaan
Fungsi dengan lebih dari satu akar persamaan

Examples (Contoh)
1 e x + 1 = 0, tidak memiliki akar persamaan
2 e x x = 0, memiliki satu akar persamaan
3 x2 4 sin(x ) = 0, memiliki dua akar persamaan
4 x 3 + 6x 2 + 11x 6 = 0, memiliki tiga akar persamaan
5 sin(x ) = 0, memiliki tak hingga akar persamaan

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 25 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

Metode pencarian akar suatu persamaan dapat dilakukan dalam dua


cara, yaitu melalui kekonvergenan secara global (metode tertutup)
atau kekonvergenan lokal (metode terbuka).
Metode yang pertama disebut juga metode pengapitan akar
(bracket), oleh karena pencarian akar dilakukan pada suatu interval
tertutup [a, b ] sedemikian sehingga f (a) dan f (b ) mempunyai tanda
yang berlawanan. Metode ini terdiri atas:
Metode Bisection (Bagi Dua)
Metode Regulasi Falsi (Posisi Palsu)
Bila f (x ) = 0 memiliki beberapa akar persamaan pada [a, b ], maka
interval awal yang berbeda harus digunakan untuk menemukan setiap
akar persamaan tersebut.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 26 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

Metode kekonvergenan lokal dalam menyelesaikan persamaan


f (x ) = 0 mensyaratkan suatu hampiran yang cukup dekat dengan
akar persamaan sehingga menjamin kekonvergenan ke akar persamaan
tersebut. Metode ini terdiri atas:
Metode Iterasi titik tetap
Metode Newton-Raphson
Metode secant
Bila dibandingkan dengan metode kekonvergenan global, maka
metode kekonvegenan lokal ini konvergen lebih cepat.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 27 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.1 Metode Bisection

Secara umum jika f (x ) bernilai real dan kontinu pada selang [a, b ] dengan
f (a).f (b ) < 0 , maka ada peluang paling sedikit terdapat satu akar real
pada interval tersebut. Ujung-ujung selang, yaitu a dan b disebut dengan
tebakan awal. Interval [a, b ] dibagi dua menjadi interval [a, c ] dan [c, b ]
dengan

a+b
c=
2

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 28 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.1 Metode Bisection


Berikut ilustrasi dari metode bisection

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 29 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.1 Metode Bisection


Langkah Penyelesaian

Langkah-langkah penyelesaian persamaan non linear dengan menggunakan


metode bisection ialah sebagai berikut:
1 Tentukan nilai awal a dan b
2 Cek konvergensi nilai f (a) dan f (b )
1 Jika tanda f (a ) 6 = tanda f (b ), nilai awal dapat digunakan untuk iterasi

selanjutnya
2 Jika tanda f (a) = f (b ) , pilih nilai awal yang baru
3 Lakukan iterasi
4 Hitung nilai tengah (c ) antara a dan b, dimana c = (a + b )/2
5 Cek konvergensi nilai c
1 Jika terdapat XTOL, bandingkan XTOL dengan Erc
Erc = jcn cn 1 j/jcn j atau Erc = jb aj
2 Jika nilai cn 1 dan cn konstan
3 Jika nilai f (cn ) = 0
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 30 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.1 Metode Bisection

6. Jika belum konvergen juga, tentukan nilai awal baru dengan cara:
1 Jika tanda f (c ) = tanda f (a) maka c akan menggantikan a
2 Jika tanda f (c ) = tanda f (b ) maka c akan menggantikan b
Kelebihan dari metode ini:
Sangat sederhana
Selalu konvergen
Kelemahan:
Harus menebak dua titik awal
Kekonvergenan relatif lambat
Bila pada selang yang diamati f (x ) tidak kontinu atau dalam selang
yang diamati terdapat double roots, metode bagi dua akan
memberikan hasil yang tidak akurat

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 31 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.1 Metode Bisection

Problem
Diberikan fungsi f (x ) = x 3 2 cos(x ), akar positif terkecil berada pada
interval [(0, 8), (1, 2)]. Gunakan metode bisection untuk menghampiri:
Akar persamaan tersebut sampai iterasi ke-4 serta ketelitian hingga 4
desimal.
Tentukan nilai dari f (c4 ).
c4 c3
Hitung nilai dari c4 .

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 32 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.1 Metode Bisection

Solution
Iterasi 1:
f (x ) = x 3 2 cos(x )
Cek nilai awal
a = 0, 8 ! f (0, 8) = 0, 83 2 cos(0, 8) = 0, 8814
b = 1, 2 ! f (1, 2) = 1, 23 2 cos(1, 2) = 1, 0033
Karena tanda f (a) 6= f (b ) ! nilai awal dapat digunakan untuk iterasi
selanjutnya.
c = a +2 b = 0,8 +2 1,2 = 1, 0
Sehingga f (c ) = f (1, 0) = 1, 03 2 cos(1, 0) = 0, 0806
Iterasi a b c f (c ) f (a ) Keterangan
1 0,8 1,2 1,0 -0,0806 -0,8814 Tanda Sama

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 33 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.1 Metode Bisection

Solution
Iterasi 2:
f (x ) = x 3 2 cos(x )
a = 1, 0 ! f (1, 0) = 1, 03 2 cos(1, 0) = 0, 0806
b = 1, 2 ! f (1, 2) = 1, 23 2 cos(1, 2) = 1, 0033
c = a +2 b = 1,0 +2 1,2 = 1, 1
Sehingga f (c ) = f (1, 1) = 1, 13 2 cos(1, 1) = 0, 4238
Iterasi a b c f (c ) f (a ) Keterangan
2 1,0 1,2 1,1 0,4238 -0,0806 Berbeda Tanda

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 34 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.1 Metode Bisection

Solution
Iterasi 3:
f (x ) = x 3 2 cos(x )
a = 1, 0 ! f (1, 0) = 1, 03 2 cos(1, 0) = 0, 0806
b = 1, 1 ! f (1, 1) = 1, 13 2 cos(1, 1) = 0, 4238
c = a +2 b = 1,0 +2 1,1 = 1, 05
Sehingga f (c ) = f (1, 05) = 1, 053 2 cos(1, 05) = 0, 1625
Iterasi a b c f (c ) f (a ) Keterangan
3 1,0 1,1 1,05 0,1625 -0,0806 Berbeda Tanda

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 35 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.1 Metode Bisection

Solution
Iterasi 4:
f (x ) = x 3 2 cos(x )
a = 1, 0 ! f (1, 0) = 1, 03 2 cos(1, 0) = 0, 0806
b = 1, 05 ! f (1, 05) = 1, 053 2 cos(1, 05) = 0, 1625
c = a +2 b = 1,0 +21,05 = 1, 025
Sehingga f (c ) = f (1, 025) = 1, 0253 2 cos(1, 025) = 0, 0387
Iterasi a b c f (c ) f (a ) Keterangan
4 1,0 1,05 1,025 0,0387 -0,0806 Berbeda Tanda
Diperoleh akar persamaan pada iterasi ke-4 adalah c4 = 1, 025.
f (c4 ) = 0, 0387
c4 c3 1,025 1,05
c4 = 1,025 = 0, 0244

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 36 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.1 Metode Bisection


Kurva dari persamaan f (x ) = x 3 2 cos(x ) :

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 37 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.1 Metode Bisection

Problem
Dengan menggunakan metode bisection, periksalah apakah salah satu akar
dari persamaan f (x ) = x 3 2 sin(x ) telah ditemukan pada iterasi ke-10?
Jika diketahui nilai awal x = 0, 5 dan x = 2, XTOL = 0, 002 serta
ketelitian hingga 3 desimal.

Solution
Metode Bisection
f (x ) = x 3 2 sin(x )
Cek nilai awal
a = 0, 5 ! f (0, 5) = 0, 53 2 sin(0, 5) = 0, 834
b = 2 ! f (2) = 23 2 sin(2) = 6, 182
Karena tanda f (a) 6= f (b ) ! nilai awal dapat digunakan untuk iterasi
selanjutnya.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 38 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.1 Metode Bisection


Solution
Dengan demikian dapat dicari nilai c dengan cara,
c = (a + b )/2 ! c = (0, 5 + 2)/2 = 1, 25
c = 1, 25 ! f (1, 25) = 1, 253 2 sin(1, 25) = 0, 055
Iterasi a b c f (c ) f (a ) Keterangan
1 0,5 2 1,25 0,055 -0,834 Berlawanan Tanda
2 0,5 1,25 0,875 -0,865 -0,834
3 0,875 1,25 1,063 -0,548 -0,865
4 1,063 1,25 1,156 -0,258 -0,548
5 1,156 1,25 1,203 -0,125 -0,285
6 1,203 1,25 1,227 -0,037 -0,125
7 1,227 1,25 1,238 0,008 -0,037 Berlawanan Tanda
8 1,227 1,238 1,232 -0,015 -0,037
9 1,232 1,238 1,235 -0,003 -0,015
10 1,235 1,238 1,237 0,002 -0,003
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 39 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.1 Metode Bisection

Solution
Cek galat pada iterasi ke-10;
Erc = jc10 c9 j /c10 = j1, 237 1, 235j /1, 237 = 0, 001
karena Erc < XTOL maka iterasi dihentikan.
Diperoleh akar penyelesaian dari persamaan f (x ) = x 3 2 sin(x ) adalah
x = 1, 237.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 40 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.1 Metode Bisection

Theorem (Kekonvergenan Metode Bisection)


Andaikan f kontinu pada [a, b ] dan terdapat suatu bilangan r 2 [a, b ],
sedemikian sehingga f (r ) = 0. Jika f (a) dan f (b ) memiliki tanda yang
berlawanan dan fcn g merepresentasikan skuens dari nilai tengah yang
dibangkitkan oleh proses bagi dua, maka:

b a
jr , untuk n = 0, 1, 2, ...
cn j
2n +1
dan sekuens fcn g konvergen ke akar persamaan x = r , yaitu:

lim cn = r
n !∞

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 41 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.1 Metode Bisection

Examples (Contoh)
Jika a = 0, 1 dan b = 1, 0. Berapa banyak iterasi diperlukan dalam metode
bisection untuk mencari akar persamaan agar menghasilkan galat paling
8
besar 102 ?
Jawab:
8
jr xn j 102
(b 0 a 0 ) 10 8 (1,0 0,1 ) 10 8
2 n +1 2 () 2 n +1 2
10 8
() 20,9 n +1 2 () ( 0, 9 )( 10 8) 2n
() log((0, 9)(108 )) n log(2) () n 26, 4

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 42 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.1 Metode Bisection


LATIHAN

1 Tentukan harga pendekatan dari akar persamaan f (x ) = x 2 e x di


[0, 1] dengan metode bagi dua serta carilah harga N, sehingga
[bN aN ] 10 3 .
2 Tentukan salah satu akar dari persamaan non linear, dengan toleransi
galat relatif (XTOL) = 0,001 serta ketelitian hingga 4 desimal:
a f (x ) = 9x 4 + 18x 3 + 38x 2 57x + 14, pada interval [0, 1] dengan
menggunakan metode bisection
b f (x ) = tan(x ), pada interval [4, 5] dengan menggunakan metode
bisection.
3 Gunakan metode bisection untuk menentukan akar dari persamaan
f (x ) = x 3 + 2x 2 + 10x 20 pada [1, 2] , dengan XTOL = 0,0001
serta ketelitian hingga 5 desimal:
4 Tentukan akar persamaan 6(e x x ) = 6 + 3x 2 + 2x 3 pada interval
[ 1, 1] dengan menggunakan metode bisection, dengan XTOL =
0,0001 serta ketelitian hingga 5 desimal.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 43 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.2 Metode Regulasi Falsi

Metode regulasi falsi atau biasa dikenal dengan metode posisi salah
merupakan metode yang mirip dengan metode bagi dua (bisection),
yang memerlukan pendugaan interval untuk memulai proses iterasi.
Hanya saja cara yang dilakukan tidak dengan membagi dua interval
tersebut, melainkan membuat suatu interpolasi linear yang digunakan
untuk mendapatkan suatu titik baru yang diharapkan cukup dekat
dengan akar persamaan yang dicari.
Prinsip utama metode regulasi falsi adalah sebagai berikut:
1 Menggunakan garis scan (garis lurus yang menghubungkan 2 koordinat
nilai awal pada kurva) untuk mendekati akar persamaan nonlinear
2 Taksiran nilai akar selanjutnya merupakan titik potong garis scan
dengan sumbu x.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 44 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.2 Metode Regulasi Falsi


Secara ringkas dasar dari metode ini yaitu "jika f kontinu di [a, b ] dan
f (a).f (b ) < 0 maka ada x0 2 [a, b ] sehingga f (x0 ) = 0 ". Pada
metode ini nilai akar dihampiri oleh fungsi linear (garis lurus), nilai
hampiran akan berupa perpotongan garis lurus melalui (a, f (a)) dan
(b, f (b )) dengan sumbu X .
Secara gra…s dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 45 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.2 Metode Regulasi Falsi

Persamaan garis yang melalui titik (a, f (a)) dan (b, f (b )) diberikan oleh

y f (a ) f (b ) f (a )
=
x a b a
y f (a ) x a
=
f (b ) f (a ) b a

Perpotongan dengan sumbu X ! y = 0, x = c

a b b a a.f (b ) b.f (a)


c=b f (b ) =a f (a ) =
f (a ) f (b ) f (b ) f (a ) f (b ) f (a )

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 46 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.2 Metode Regulasi Falsi


Langkah Penyelesaian

1 Tentukan nilai awal a dan b


2 Cek konvergensi nilai f (a) dan f (b )
Jika tanda f (a) 6= tanda f (b ), nilai dapat digunakan untuk iterasi
selanjutnya
Jika tanda f (a) = tanda f (b ), pilih nilai awal yang baru
3 Lakukan iterasi
a.f (b ) b.f (a )
4 Hitung nilai c diantara a dan b, di mana c = f (b ) f (a )
5 Cek konvergensi nilai c
Jika terdapat XTOL, bandingkan XTOL dengan Erc
Erc = jcn cn 1 j / jcn j
Jika nilai cn dan cn 1 konstan
Jika nilai f (cn ) = 0
6 Jika belum konvergen juga, tentukan nilai awal baru dengan cara:
Jika tanda f (c ) = tanda f (a) maka c akan menggantikan a
Jika tanda f (c ) = tanda f (b ) maka c akan menggantikan b
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 47 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.2 Metode Regulasi Falsi

Problem
Diberikan fungsi f (x ) = cos(x ) sin(x ), akar posistif terkecil berada pada
interval [0, 1]. Gunakan metode posisi palsu untuk menghampiri:
Akar persamaan tersebut sampai iterasi ke-4 serta ketelitian hingga 4
desimal.
Tentukan f (c4 ).
c4 c3
Hitung c4

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 48 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.2 Metode Regulasi Falsi

Solution
Iterasi 1:
f (x ) = cos(x ) sin(x )
a = 0 ! f (0) = cos(0) sin(0) = 1
b = 1 ! f (1) = cos(1) sin(1) = 0, 3012
Karena tanda f (a) 6= f (b ), nilai awal dapat digunakan untuk iterasi
selanjutnya.
a.f (b ) b.f (a ) 0.f (1 ) 1.f (0 ) 0 1 (1 )
c = f (b ) f (a ) = f (1 ) f (0 ) = 0,3012 1 = 0, 7685
Sehingga f (c ) = cos(0, 7685) sin(0, 7685) = 0, 0238
Iterasi a b c f(c) f(a) Keterangan
1 0 1 0,7685 0,0238 1 Tanda Sama

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 49 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.2 Metode Regulasi Falsi

Solution
Iterasi 2:
f (x ) = cos(x ) sin(x )
a = 0, 7685 ! f (0, 7685) = cos(0, 7685) sin(0, 7685) = 0, 0238
b = 1 ! f (1) = cos(1) sin(1) = 0, 3012
a.f (b ) b.f (a ) 0,7685.( 0,3012 ) 1.(0,0238 )
c = f (b ) f (a ) = 0,3012 0,0238 = 0, 7855
Sehingga f (c ) = cos(0, 7855) sin(0, 7855) = 0, 0002
Iterasi a b c f(c) f(a) Keterangan
2 0,7685 1 0,7855 -0,0002 0,0238 Berbenda Tanda

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 50 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.2 Metode Regulasi Falsi

Solution
Iterasi 3:
f (x ) = cos(x ) sin(x )
a = 0, 7685 ! f (0, 7685) = cos(0, 7685) sin(0, 7685) = 0, 0238
b = 0, 7855 ! f (0, 7855) = cos(0, 7855) sin(0, 7855) = 0, 0002
a.f (b ) b.f (a ) 0,7685.( 0,0002 ) 0,7855.(0,0238 )
c = f (b ) f (a ) = 0,0002 0,0238 = 0, 7854
Sehingga f (c ) = cos(0, 7854) sin(0, 7854) = 0, 0000
Iterasi a b c f(c) f(a) Keterangan
3 0,7685 0,7855 0,7854 0,0000 0,0238 Tanda Sama

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 51 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.2 Metode Regulasi Falsi

Solution
Iterasi 4:
f (x ) = cos(x ) sin(x )
a = 0, 7684 ! f (0, 7684) = cos(0, 7684) sin(0, 7684) = 0, 0000
b = 0, 7855 ! f (0, 7855) = cos(0, 7855) sin(0, 7855) = 0, 0002
a.f (b ) b.f (a ) 0,7685.( 0,0002 ) 0,7855.(0,0238 )
c = f (b ) f (a ) = 0,0002 0,0238 = 0, 7854
Sehingga f (c ) = cos(0, 7854) sin(0, 7854) = 0, 0000
Iterasi a b c f(c) f(a) Keterangan
4 0,7684 0,7855 0,7854 0,0000 0,0000
Diperoleh akar persamaan pada iterasi ke-4 adalah c4 = 0, 7854
f (c4 ) = 0, 0000
c4 c3
c4 = 0, 0000

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 52 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.2 Metode Regulasi Falsi

Bila diberikan XTOL = 0, 0000001 dalam mencari akar persamaan


f (x ) = cos(x ) sin(x ) dengan menggunakan metode regulasi falsi.
Nilai c akan konvergen pada iterasi ke-4 atau i = 4, yaitu:

c = 0, 7854
f (c ) = 0, 0000

Sebagai perbandingan, bila digunakan metode bisection (bagi dua)


dengan XTOL = 0, 0000001. Nilai c akan konvergen pada iterasi
ke-24, yaitu:

c = 0, 7854
f (c ) = 0, 0000

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 53 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.2 Metode Regulasi Falsi


Kurva dari persamaan f (x ) = cos(x ) sin(x ) :

Problem
Dari gra…k di atas terlihat bahwa persamaan f (x ) = cos(x ) sin(x ),
memiliki akar persamaan yang lain, selain dari akar persamaan yang telah
kita tentukan sebelumnya. Tentukan nilai dari akar persamaan tersebut
dengan menggunakan metode regulasi falsi sampai iterasi ke-4!
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 54 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.2 Metode Regulasi Falsi

Problem
Persamaan f (x ) = e x 3x memiliki dua akar persamaan yang berbeda.
Tentukan kedua akar persamaan tersebut dengan metode regulasi falsi dan
ketelitian hingga 5 desimal. (XTOL = 0, 0001)

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 55 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.2 Metode Regulasi Falsi

Solution
Salah satu akar persamaan f (x ) = e x 3x terletak pada interval [0, 1].
Dengan menggunakan metode regulasi falsi diperoleh:

Ite a b c f (b ) f (c ) εr
1 0, 00000 1, 00000 0, 78020 0, 28172 0, 15869
2 0, 00000 0, 78020 0, 67335 0, 15869 0, 05925 0, 15869
3 0, 00000 0, 67335 0, 63568 0, 05925 0, 01877 0, 05925
4 0, 00000 0, 63568 0, 62399 0, 01874 0, 00561 0, 01874
5 0, 00000 0, 62399 0, 62051 0, 00561 0, 00165 0, 00561
6 0, 00000 0, 62050 0, 61949 0, 00165 0, 00048 0, 00165
7 0, 00000 0, 61949 0, 61919 0, 00048 0, 00014 0, 00048
8 0, 00000 0, 61919 0, 61900 0, 00014 0, 00004 0, 00014
9 0, 00000 0, 61909 0, 61907 0, 00004 0, 00001 0, 00004

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 56 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.2 Metode Regulasi Falsi


Kelebihan dan Kelemahan

Kelebihan Metode Regulasi Falsi:


Membutuhkan lebih sedikit iterasi dibandingkan metode bisection
Kelemahan Metode Regulasi Falsi:
Jika terdapat lebih dari satu akar harus dicari satu persatu
Rumus yang digunakan untuk mendapatkan akar lebib rumit jika
dibandingkan dengan metode bisection

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 57 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.3 Metode Iterasi Titik Tetap

Metode iterasi titik tetap adalah metode yang memisahkan x dengan


sebagian x yang lain sehingga diperoleh x = g (x ).
Pada prinsipnya kita ingin menyelesaikan persamaan x = g (x )
dengan menggunakan iterasi titik tetap (…x point):

xn +1 = g (xn ), n = 0, 1, 2, 3, 4, ...

Metode ini dapat dianalogikan sebagai berikut:

f (x ) = 0 $ x = g (x )
f (x ) = g (x ) x $ x = g (x )

g (x ) inilah yang menjadi dasar iterasi pada metode iterasi titik tetap
ini.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 58 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.3 Metode Iterasi Titik Tetap


Secara gra…s metode iterasi titi tetap diinterpretasikan sebagai berikut:

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 59 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.3 Metode Iterasi Titik Tetap


Langkah Penyelesaian

1 Susunlah persamaan f (x ) = 0 menjadi bentuk x = g (x ).


Lalu bentuklah menjadi prosedur iterasi:

xn +1 = g (xn )

2 Tentukan nilai awal x0 .


3 Lakukan iterasi dengan menghitung nilai
x1 = g (x0 ), x2 = g (x1 ), x3 = g (x2 )... yang mudah-mudahan
konvergen ke akar sejati k, sehingga:

f (k ) = 0 ; k = g (k )

4 Cek konvergensi terhadap XTOL (jika ada).

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 60 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.3 Metode Iterasi Titik Tetap


Problem
Tentukan akar persamaan f (x ) = 2x 2 6x + 3 dengan menggunakan
metode iterasi titik tetap. Gunakan x0 = 0, 2 dan ketelitian hingga 3
desimal serta tentukan:
Nilai dari x4 dan f (x4 )
Hitung nilai galat relatif.

Solution
Perhatikan

f (x ) =0 () 2x 2 6x + 3 = 0
2x 2 + 3
() x =
6
1 2 1
() x = x +
3 2
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 61 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.3 Metode Iterasi Titik Tetap

Solution
x = g (x ) () g (x ) = 13 x 2 + 12
Dengan demikian xn +1 = 13 xn2 + 1
2
x0 = 0, 2
Iterasi 1:
1 1
x1 = (0, 2)2 + = 0, 513
3 2
f (x1 ) = 2(0, 513)2 6(0, 513) + 3 = 0, 448

Iterasi 2:
1 1
x2 = (0, 513)2 + = 0, 588
3 2
f (x2 ) = 2(0, 588)2 6(0, 588) + 3 = 0, 163

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 62 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.3 Metode Iterasi Titik Tetap

Solution
Iterasi 3:
1 1
x3 = (0, 588)2 + = 0, 615
3 2
f (x3 ) = 2(0, 615)2 6(0, 615) + 3 = 0, 066

Iterasi 4:
1 1
x4 = (0, 615)2 + = 0, 626
3 2
f (x4 ) = 2(0, 626)2 6(0, 626) + 3 = 0, 028

Diperoleh x4 = 0, 626 dan f (x4 ) = 0, 028


j0,626 0,615 j
Galat relatif = j0,626 j
= 0, 018

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 63 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.3 Metode Iterasi Titik Tetap


Berikut kurva dari f (x ) = 2x 2 6x + 3 :

Problem
Coba tentukan akar persamaan f (x ) diatas dengan menggunakan nilai
awal x0 = 1, 5 dan x0 = 2, 7.Hitung nilai x4 , f (x4 ) dana galat relatifnya.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 64 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.3 Metode Iterasi Titik Tetap


Interpretasi secara gra…k metode iterasi titik tetap pada persamaan
f (x ) = 2x 2 6x + 3 :

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 65 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

Latihan
1 Tentukan harga pendekatan dari akar persamaan f (x ) = 2x 2 3e x
di [0, 1] dengan metode regulasi falsi serta carilah harga N,
sehingga [bN aN ] 10 3 .
2 Tentukan salah satu akar dari persamaan non linear, dengan toleransi
galar relatif (XTOL) = 0,001 serta ketelitian hingga 4 desimal:
a f (x ) = x 4 + 20x 3 + 8x 2 60x + 15, pada interval [0, (1, 5)] dengan
menggunakan metode regulasi falsi.
b f (x ) = sin(x ), pada interval [3, 4] dengan menggunakan metode
regulasi falsi.
3 Gunakan metode iterasi titik tetap untuk menentukan akar dari
persamaan f (x ) = x 3 + x 2 + 15x 10, dengan x0 = 1 dan XTOL =
0,0001 serta ketelitian hingga 5 desimal:
4 Tentukan akar persamaan f (x ) = x e x menggunakan metode
iterasi titik tetap, dengan x0 = 2 dan XTOL = 0,0001 serta
ketelitian hingga 5 desimal.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 66 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

Pencarian Titik Awal Proses Iterasi

Secara umum pencarian akar persamaan tak linear dengan metode


kekonvergenan global maupun kekonvergenan lokal bergantung pada
proses iterasi dan pemilihan titik awal yang memungkinkan proses iterasi
konvergen.
Beberapa kriteria penentuan titik awal yaitu:
Dengan cara membuat sketsa gra…k f (x ). Dari sketsa tersebut dapat
diperkirakan lokasi akar persamaan yang akan dicari.
Pada suatu interval tertutup [xn 1 , xn ] , bila f (xn 1 ) dan f (xn )
berbeda tanda, maka berarti terdapat sedikitnya satu buah akar
persamaan di interval tersebut.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 67 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

Pencarian Titik Awal Proses Iterasi

Suatu interval [xn 1 , xn ] dapat mempunyai satu atau lebih akar


persamaan atau mempunyai nilai fungsi yang mendekati nol tetapi
tidak memotong sumbu x.
Dalam hal ini mungkin saja f (xn 1 ) dan f (xn ) tidak berbeda tanda,
karena f (x ) berubah sangat cepat pada interval yang pendek tersebut.
Bila f (xn ) < ε atau f (xn ) t 0, maka xn dapat digunakan sebagai
hampiran awal bagi akar persamaan yang dicari.
Namun bisa jadi f (xn ) t 0 pada interval yang agak melebar di sekitar
xn , sehingga xn bukan suatu nilai hampiran yang baik bagi suatu akar
persamaan f (xn ), karena xn tidak cukup dekat dengan akar yang
sebenarnya.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 68 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

Pencarian Titik Awal Proses Iterasi


Sebagai syarat tambahan adalah bahwa gradien f (x ) di sekitar
(xn , yn ) harus mempunyai tanda yang berlawanan, yaitu:
yn yn 1
mn 1 =
xn xn 1

dan
yn +1 yn
mn =
xn +1 xn
harus berbeda tanda. Karena kedua penyebut > 0, maka cukup
diperiksa tanda dari kedua pembilangnya saja. Bila berbeda, maka xn
dapat digunakan sebagai hampiran akar persamaan.
Namun dengan cara ini belum dijamin iterasi akan konvergen.
Bila y = f (x ) mempunyai maksimum atau minimum lokal yang sangat
dekat dengan nol, maka sangat mungkin xn akan dilaporkan sebagai
akar persamaan bila f (xn ) 0, meskipun xn mungkin tidak cukup
dekat dengan akar persamaan yang sesungguhnya.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 69 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

Pencarian Titik Awal Proses Iterasi

Example
Carilah suatu nilai hampiran bagi akar persamaan

x3 2x 2 4x + 8 = 0

pada interval [ 2.1, 2.1]. Pilih N = 18.Hasil perhitungannya dapat dilihat


pada tabel berikut:

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 70 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

Pencarian Titik Awal Proses Iterasi

Example (Contoh)
Nilai f (xn ) Turunan di y Perubahan tanda
xn yn 1 yn yn yn 1 yn +1 yn Pada f atau f 0
2, 1 6, 558 1, 681 4, 877 3, 864
1, 853 1, 681 2, 183 3, 864 2, 941 f berubah tanda
di [xn 1 , xn ]
1, 606 2, 183 5, 124 2, 941 2, 1
1, 359 5, 124 7, 234 2, 1 1, 367
1, 112 7, 234 8, 601 1, 367 0, 716
0, 865 8, 601 9, 317 0, 716 0, 155
0, 618 9, 317 9, 472 0, 155 0, 315 f 0 berubah tanda
di sekitar xn
0, 371 9, 472 9, 157 0, 315 0, 695
0, 124 9, 157 8, 462 0, 695 0, 985

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 71 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

Example (Contoh)
Nilai f ( xn ) Turunan di y Perubahan tanda
xn yn 1 yn yn yn 1 yn +1 yn Pada f atau f 0
0, 124 8, 462 7, 477 0, 985 1, 183
0, 371 7, 477 6, 294 1, 183 1, 292
0, 618 6, 294 5, 002 1, 292 1, 31
0, 865 5, 002 3, 692 1, 31 1, 237
1, 112 3, 692 2, 455 1, 237 1, 074
1, 359 2, 455 1, 381 1, 074 0, 821
1, 606 1, 381 0, 56 0, 821 0, 477
1, 853 0, 56 0, 083 0, 477 0, 042
2, 1 0, 083 0, 041 0, 042 0, 483 f 0 berubah tanda
di sekitar xn

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 72 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

Pencarian Titik Awal Proses Iterasi

Example
Berdasarkan tabel di atas, terdapat tiga nilai yang menjadi pertimbangan
menentukaan nilai hampiran f (x ) yaitu:
( 1, 977) , ( 0, 618), dan (2, 1).
Karena f (x ) berubah tanda pada inteval [( 2, 1), ( 1, 853)] , nilai
x = 1, 977 adalah nilai hampiran bagi akar persamaan tersebut. Di
mana f ( 1, 977) = 0, 364.
Walaupun gradien di sekitar x = 0, 618 mengalami perubahan
tanda, namun diperoleh nilai f ( 0, 618) = 9, 472. Ini berarti
x = 0, 618 tidak cukup dekat dengan akar persamaan f (x ).
Sedangkan gradien di sekitar x = 2, 1 yang juga mengalami
perubahan tanda merupakan nilai hampiran bagi akar persamaan
f (x ). Di mana f (2, 1) = 0, 041.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 73 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.4 Metode Newton Raphson

Prinsip utama metode newton raphson adalah sebagai berikut:


1 Metode ini melakukan pendekatan terhadap kurva f (x ) dengan garis

singgung (gradien) pada suatu titik nilai awal.


2 Nilai taksiran selanjutnya adalah titik potong antara garis singgung
(gradien) kurva dengan sumbu X .
Perhatikan suku deret taylor bagi f (x ) yang diperluas di sekitar titik
x = x0 berikut:
(x x0 )2 00
f (x ) = f (x0 ) + (x x0 )f 0 (x0 ) + f (x0 ) + O jx x0 j 3
2
Dengan mengabaikan suku berpangkat 2 atau lebih, maka
penyelesaian persamaan f (x ) = 0 untuk x menghasilkan

f (x0 )
x1 = x0
f 0 (x0 )

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 74 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.4 Metode Newton Raphson


Dengan cara yang sama diperoleh iterasi pada titik berikutnya:
f (xn )
xn +1 = xn
f 0 (xn )
Metode newton raphson dapat digambarkan sebagai berikut:

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 75 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.4 Metode Newton Raphson


Langkah Penyelesaian

1 Tentukan nilai awal x0


2 Hitung f (x0 ) kemudian cek konvergensi f (x0 )
3 Tentukan fungsi f 0 (x0 ),kemudian hitung f 0 (x0 )
4 Lakukan iterasi
5 Hitung nilai taksiran akar selanjutnya:

f (xn )
xn +1 = xn
f 0 (xn )
6 Cek konvergensi terhadapa XTOL (Jika ada)

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 76 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.4 Metode Newton Raphson


Problem
Tentukan akar persamaan f (x ) = e x 5x 2 dengan menggunakan metode
newton raphson. Gunakan XTOL = 10 5 dan x0 = 0, 5 serta ketelitian
hingga 7 desimal.

Solution
Persamaan f (x ) = e x 5x 2
Turunan fungsi f 0 (x ) = e x 10x
x0 = 0, 5
f (0, 5) = e 0,5 5(0, 5)2 = 0, 3987213
f 0 (0, 5) = e 0,5 10(0, 5) = 3, 3512787
f (x ) 0,3987213
x1 = x0 f 0 (x00 ) = 0, 5 3,3512787 = 0, 6189759
f (x1 ) = 0.0586304
εr = j j0,6189759 j j = 0, 1922141
0,6189759 0,5

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 77 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.4 Metode Newton Raphson


Solution
x1 = 0, 6189759
f (0, 6189759) = e 0,6189759 5(0, 6189759)2 = 0, 0586304
f 0 (0, 6189759) = e 0,6189759 10(0, 6189759) = 4, 3327337
f (x ) 0,0586304
x2 = x1 f 0 (x00 ) = 0, 6189759 4,3327337 = 0, 6054439
j0,6054439 0,6189759 j
εr = j0,6054439 j
= 0, 0223505
Dengan cara yang sama akar persamaan f (x ) diperoleh sebagai
berikut:
Iterasi x f (x ) εr
3 0, 6052672 0, 0000001 0, 0002920
4 0, 6052671 0, 0000000 0, 0000000
Terlihat bahwa pada iterasi ke 4 diperoleh εr < XTOL. Sehingga
proses iterasi dihentikan.
Diperoleh akar persamaan f (x ) = e x 5x 2 adalah x4 = 0, 6052671
dengan f (x4 ) = 0, 0000000.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 78 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.4 Metode Newton Raphson


Berikut kurva dari persamaan f (x ) = e x 5x 2 :

Problem
Dari gra…k diatas terlihat bahwa f (x ) = e x 5x 2 memiliki 3 akar
persamaan. Tentukan dua akar persamaan yang lain dengan menggunakan
metode newton raphson serta ketelitian hingga 4 angka desimal dan XTOL
= 10 3 !
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 79 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.4 Metode Newton Raphson


Permasalahan pada pemakaian metode newton raphson:
1 Metode ini tidak dapat digunakan ketika pendekatannya berada pada
titik puncak. Disebabkan pada titik ini f 0 (x ) = 0.Secara gra…s dapat
dilihat sebagai berikut:

Bila titik pendekatan berada pada titik puncak, maka titik selanjutnya
akan berada di tak hingga.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 80 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.4 Metode Newton Raphson


2 Metode ini menjadi sulit atau lama mendapat penyelesaian ketika titik
pendekatannya berada di antara dua titik stasioner. Secara gra…s
dapat dilihat sebagai berikut:

Bila titik pendekatan berada pada dua titik puncak akan


menyebabkam titik selanjutnya berada pada salah satu titik puncak
atau arah pendekatannya perbeda.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 81 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.4 Metode Newton Raphson

Untuk dapat menyelesaikan kedua permasalahan di atas dapat dilakukan


dengan:
1 Menggeser titik pendekatan yang berada pada titik puncak sebesar
δ(konstanta yang ditentukan) sedemikian sehingga xi = xi δ.
Dengan demikian f (xi ) 6= 0 dan metode newton raphson tetap dapat
berjalan.
2 Menggunakan metode tabel terlebih dahulu untuk menghindari
titik-titik pendekatan yang berada jauh, sehingga kekonvergenan
metode newton raphson ini dapat terjamin.
Kelebihan dari metode newton raphson ialah memiliki kekonvergenan yang
lebih cepat dibandingan dengan metode bagi dua dan metode reghulasi
falsi.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 82 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.5 Metode Secant

Metode secant merupakan salah satu metode terbuka untuk menentukan


solusi akar dari persamaan tak lienar, dengan prinsip utama sebagai
berikut:
1 Metode ini melakukan pendekatan terhadap kurva f (x ) dengan garis
secant yang ditentukan oleh dua titik terakhir.
2 Nilai taksiran akar selanjutnya adalah titik potong antara garis secant
dengan sumbu X .
Metode ini pada dasarnya sama dengan metode newton raphson.
Perbedaan dengan metode sebelumnya adalah pada f 0 (x ) yang dihampiri
dengan beda hingga berdasarkan nilai penduga akar sebelumnya dan
penduga saat ini.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 83 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.5 Metode Secant

Secara gra…s metode secant diinterpretasikan sebagai berikut:

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 84 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.5 Metode Secant


Misalkan diberikan titik xn dan xn 1 sebagai titik awal iterasi pada
persamaan y = f (x ). Gradien garis yang melewati titik (xn , yn ) dan
(xn 1 , yn 1 ) adalah
yn yn 1
mn =
xn xn 1
Persamaan garis yang melewati titik (xn , yn ) dan (xn 1 , yn 1 ) serta
memotong sumbu X di titik (xn +1 , 0) adalah
0 yn
mn =
xn +1 xn
yn yn 1 yn
=
xn xn 1 xn +1 xn
(yn yn 1 )(xn +1 xn ) = yn (xn xn 1 )
xn +1 (yn yn 1) = xn (yn yn 1 ) yn (xn xn 1)
(xn xn 1 )
xn +1 = xn yn
(yn yn 1 )
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 85 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.5 Metode Secant

Diperoleh formula metode secant:

(xn xn 1 )
xn +1 = xn yn
(yn yn 1 )
(xn xn 1 )
xn +1 = xn f ( xn )
(f (xn ) f (xn 1 ))

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 86 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.5 Metode Secant


Langkah Penyelesaian

1 Tentukan nilai awal x0 dan x1


2 Hitung f (x0 ) dan f (x1 ) kemudian cek konvergensi f (x0 ) dan f (x1 )
3 Lakukan iterasi
4 Hitung nilai taksiran akar selanjutnya
(x x )
xn +1 = xn f (xn ) f (xn n) f n(xn1 1 )
5 Cek konvergensi terhadapa XTOL (Jika ada)

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 87 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.5 Metode Secant

Problem
Gunakan metode secant untuk menentukan akar dari persamaan
f (x ) = x 5 + x 3 + 3 dengan x0 = 2 dan x1 = 1. Dengan ketelitian
hitung hingga 4 desimal, tentukan:
Nilai dari f (x5 )
jx 5 x 4 j
Nilai jx 5 j

Solution
f (x ) = x 5 + x 3 + 3
Iterasi 1:
x0 = 2 =) f (x0 ) = 25 + ( 2)3 + 3 = 37
x1 = 1 =) f (x1 ) = 15 + ( 1)3 + 3 = 1
(x x ) ( 1 ( 2 ))
x2 = x1 f (x1 ) f (x1 1) f 0(x0 ) = 1 1 1 ( 37 ) = 1, 0263

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 88 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.5 Metode Secant


Solution
Iterasi 2:
x2 = 1, 0263 =) f (x2 ) = 1, 02635 + ( 1, 0263)3 + 3 = 0, 7803

( x2 x1 )
x3 = x2 f (x2 )
f ( x2 ) f (x1 )
( 1, 0263 ( 1))
= 1, 0263 0, 7803 = 1, 1198
0, 7803 (1)
Iterasi 3:
x3 = 1, 1198 =) f (x3 ) = 1, 11985 + ( 1, 1198)3 + 3 = 0, 1645

(x3 x2 )
x4 = x3 f (x3 )
f (x3 ) f (x2 )
( 1, 1198 ( 1, 0263))
= 1, 1198 ( 0, 1645) = 1, 1035
0, 1645 (0, 7803)
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 89 / 257
2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

2.3.5 Metode Secant

Solution
Iterasi 4:
x4 = 1, 1035 =) f (x4 ) = 1, 10355 + ( 1, 1035)3 + 3 = 0, 02

(x4 x3 )
x5 = x4 f (x4 )
f (x4 ) f (x3 )
( 1, 1035 ( 1, 1198))
= 1, 1035 0, 02 = 1, 1052
0, 02 ( 0, 1645)

Diperoleh:
x5 = 1, 1052
f (x5 ) = 1, 10525 + ( 1, 1052)3 + 3 = 0, 0004
jx 5 x 4 j j 1,1052 ( 1,1035 )j
jx 5 j
= j 1,1052 j
= 0, 0015

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 90 / 257


2. Solusi Persamaan Tak Linear 2.3 Metode Pencarian Akar Persamaan Tak Linear

Latihan

1 Persamaan f (x ) = x 3 2 sin(x ) memiliki tiga akar persamaan pada


interval [ 2, 2] . Gunakan metode newton raphson untuk
menentukan ketiga akar persamaan tersebut dengan XTOL = 10 4
serta hitunglah nilai dari f (xn )!
2 Gunakan metode secant untuk mendekati nilai dari kedua akar
persamaan f (x ) = e x 3x 2 yang terletak pada interval [ 1, 1].
Hitung nilai f (xn ) dengan XTOL = 10 4 !
3 Tentukan harga pendekatan akar persamaan
f (x ) = x 3 + 6x 2 + 11x 6, dengan metode newton raphson,
sehingga galat relatif (εr ) 10 4 !Lanjutkan dengan menggunakan
metode secant!
4 Lanjutkan penyelesaian soal nomor 1, 2, dan 3 dengan menggunakan
metode bisection dan metode regulasi falsi!

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 91 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.1 Sistem Persamaan Linear

3.1 Sistem Persamaan Linear


De…nition
Suatu sistem persamaan linear (SPL) adalah kumpulan dari m persamaan
linear yang masing-masing mengandung n variabel yang tidak diketahui

Bentuk umum sistem persamaan linear dapat dituliskan sebagai berikut:


a11 x1 + a12 x2 + a13 x3 + ... + a1n xn = b1
a21 x1 + a22 x2 + a23 x3 + ... + a2n xn = b2
a31 x1 + a32 x2 + a33 x3 + ... + a3n xn = b3
...
am1 x1 + am2 x2 + am3 x3 + ... + amn xn = bm
Di mana:
aij = Koe…sien sistem persamaan, dengan i = 1 s/d m dan j = 1 s/d n
xi = Variabel bebas sistem persamaan, dengan i = 1 s/d n
bi = Konstanta sistem perjamaan, dengan i = 1 s/d m
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 92 / 257
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.1 Sistem Persamaan Linear

3.1 Sistem Persamaan Linear


Ada tiga kemungkinan solusi SPL, yaitu sebagai berikut:
1 Tidak ada solusi
2 Solusi Tunggal
3 Tak hingga solusi
Secara gra…s (geometris) dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 93 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.1 Sistem Persamaan Linear

3.1 Sistem Persamaan Linear

Sistem persamaan linear dapat dinyatakan dalam bentuk matriks


yaitu: 2 32 3 2 3
a11 a12 ... a1n x1 b1
6 a21 a22 ... a2n 7 6 x2 7 6 b2 7
6 76 7=6 7
4 ... ... ... ... 5 4 ... 5 4 ... 5
am1 am2 ... amn xn bm
atau dapat dituliskan:
Ax = b
Matriks A dinamakan dengan Matriks Koe…sien dari sistem
persamaan linear, matriks A juga disebut Matriks Jacobian.
Vektor x dinamakan dengan Vektor Variabel.
Vektor b dinamakan Vektor Konstanta.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 94 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.1 Sistem Persamaan Linear

3.1 Sistem Persamaan Linear


De…nition (Augmented Matrix)
Matriks perluasan dari sistem persamaan linear adalah matriks yang
merupakan perluasan matriks A dengan menambah vektor b pada kolom
terakhirnya, dan dituliskan:

Augmented (A) = [A b ]

Theorem
Suatu sistem persamaan linear mempunyai penyelesaian tunggal bila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1 Ukuran SPL bujursangkar, dimana jumlah persamaan sama dengan
jumlah variable bebas.
2 SPL non-homogen dimana minimal ada satu nilai vektor konstanta b
tidak nol atau ada bn 6= 0.
3 Determinan dari matrik koe…sien SPL tidak sama dengan nol.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 95 / 257
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.1 Sistem Persamaan Linear

3.1 Sistem Persamaan Linear

Untuk menyelesaikan SPL dapat dilakukan dengan menggunakan


metode-metode analitik seperti pemakaian metode gra…s, aturan
cramer, atau invers matriks. Metode ini dapat dilakukan dengan
mudah jika persamaannya dibawah 4.
Dibutuhkan metode numerik yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan solusi SPL antara lain:
1 Metode Eliminasi Gauss
2 Metode Eliminasi Gauss-Jordan
3 Metode Iterasi Gauss-Seidel

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 96 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.1 Sistem Persamaan Linear

3.1.1 Segitiga Atas

Theorem (Subtitusi Langkah Mundur)


Andaikan Ax = b adalah sistem persamaan linear segitiga atas. Jika
aii 6= 0 untuk i = 1, 2, ..., n maka terdapat suatu penyelesian tunggal bagi
SPL tersebut.
Bentuk umum sistem persamaan linear dengan segitiga atas adalah
sebagai berikut:

a11 x1 + a12 x2 + a13 x3 + ... + a1n + a1n xn = b1


1 xn 1
a22 x2 + a23 x3 + ... + a2n 1 xn 1 + a2n xn = b2
a33 x3 + ... + a3n 1 xn 1 + a3n xn = b3
...
an 1n 1 xn 1 + an 1n xn = bn 1
ann xn = bn

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 97 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.1 Sistem Persamaan Linear

3.1.1 Segitiga Atas


Subtitusi Mundur

Penyelesaian SPL berbentuk segitiga atas adalah dengan menggunakan


metode subtitusi mundur dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1 Pastikan bahwa semua unsur diagonal utama pada SPL Ax = b
adalah 6= 0.
bn
2 Hitung nilai xn = ann
3 Untuk xn 1 , xn 2 , ..., x1 dihitung dengan menggunakan aturan:
n
bi ∑ aij xj
j =i +1
xi =
aii
untuk i = n 1, n 1, ...

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 98 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.1 Sistem Persamaan Linear

3.1.1 Segitiga Atas

Example
Selesaikanlah SPL berikut dengan menggunakan metode subtitusi mundur.

4x1 x2 + 2x3 + 3x4 = 20


2x2 + 7x3 4x4 = 7
6x3 + 5x4 = 4
3x4 = 60

Jawab:
x1 = 201
8 , x2 =
185
2 , x3 = 16, x4 = 20

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 99 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.1 Sistem Persamaan Linear

3.1.2 Segitiga Bawah

Theorem
Andaikan Ax = b adalah sistem persamaan linear segitiga bawah. Jika
aii 6= 0 untuk i = 1, 2, ..., n maka terdapat suatu penyelesaian tunggal
pada persamaan tersebut.

Bentuk umum sistem persamaan linear dengan segitiga bawah adalah


sebagai berikut:
a11 x1 = b1
a21 x1 + a22 x2 = b2
a31 x1 + a32 x2 + a33 x3 = b3
... ...
an 11 x1 + an 12 x2 + ...+ an 13 x3 + an 1n 1 xn 1 = bn 1
an1 x1 +an2 x2 +...+ an3 x3 +an 1n 1 xn 1 + ann xn = bn

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 100 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.1 Sistem Persamaan Linear

3.1.2 Segitiga Bawah


Subtitusi Maju

Penyelesaian SPL berbentuk segitiga bawah adalah dengan menggunakan


metode subtitusi maju dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1 Pastikan bahwa semua unsur diagonal utama pada SPL Ax = b
adalah 6= 0.
b1
2 Hitung nilai x1 = a11
3 Untuk x2 , x3 , ..., xn dihitung dengan menggunakan aturan:
n 1
bi ∑ aij xj
j =1
xi =
aii
untuk i = 2, 3, ..., n

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 101 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.1 Sistem Persamaan Linear

3.1.2 Segitiga Bawah

Example
Selesaikanlah SPL berikut dengan menggunakan metode subtitusi maju.
3x1 =5
x1 + x2 =6
3x1 2x2 x3 =4
x1 2x2 + 6x3 + 2x4 = 2
Jawab:
x1 = 53 , x2 = 23
3 , x3 =
43 305
3 , x4 = 6

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 102 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.2 Metode Eliminasi Gauss

3.2 Metode Eliminasi Gauss


Untuk menggunakan metode eliminasi gauss, dilakukan terlebih dahulu
penyusunan SPL menjadi bentuk Ax = b. Setelah itu bentuk matrisk
diubah menjadi augemented matriks sebagai berikut:
2 3
a11 a12 ... a1n b1
6 a21 a22 ... a2n b2 7
6 7
4 ... ... ... ... ... 5
an1 an2 ... ann bn

Tahapan penyelesaiannya terdiri atas 2 tahapan yaitu:


1 Tahap eliminasi (maju)
Yaitu mengubah matriks koe…sien semula menjadi matriks koe…sien
segitiga atas melalui serangkaian OBE.
2 Tahap subtitusi mundur
Yaitu menyelesaikan matriks koe…sien segitiga atas dengan metode
subtitusi mundur.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 103 / 257
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.2 Metode Eliminasi Gauss

3.2 Metode Eliminasi Gauss


Langkah Penyelesaian

1 Elemen-elemen pada kolom pertama mulai dari baris ke 2, 3, ..., n


(a21 , a31 , ..., an1 ) diubah menjadi nol.
2 3 2 3
a11 a12 ... a1n a1,n +1 a11 a12 ... a1n a1,n +1
6 a21 a22 ... a2n 7 6
a2,n +1 7 6 0 a22 ... a2n a2,n +1 7
6
4 ... ... ... ... v 7
... 5 4 ... ... ... ... ... 5
an1 an2 ... ann an,n +1 0 an2 ... ann an,n +1

Catatan:
Notasi v menyatakan bahwa proses OBE
Penggunaan notasi aij yang sama pada tiap-tiap matriks, tidak berarti
bahwa nilainya sama. Pemakaian notasi yang sama hanya untuk
keperluan pemrograman komputer.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 104 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.2 Metode Eliminasi Gauss

3.2 Metode Eliminasi Gauss


Langkah Penyelesaian

Ilustrasi untuk langkah pertama adalah sebagai berikut:


2 3
a11 a12 a13 ... a1n a1,n +1
6 a21 a22 a23 ... a2n a2,n +1 7
6 7
6 a31 a32 a33 ... a3n a3,n +1 7
6 7
4 ... ... ... ... ... ... 5
an1 an2 an3 ... ann an,n +1
2 3
a11 a12 a13 ... a1n a1,n +1
6 0 a22 a23 ... a2n a2,n +1 7
a21 6 7
(b )2 (b )2 (b )1 6
6 a31 a32 a33 ... a3n a3,n +1 7
7
a11 4 ... ... ... ... ... 5
...
an1 an2 an3 ... ann an,n +1

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 105 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.2 Metode Eliminasi Gauss

3.2 Metode Eliminasi Gauss


Langkah Penyelesaian

lanjutan
2 3
a11 a12 a13 ... a1n a1,n +1
6 0 a22 a23 ... a2n a2,n +1 7
a31 6 7
(b )3 (b )3 (b )1 6
6 0 a32 a33 ... a3n a3,n +1 7
7
a11 4 5
... ... ... ... ... ...
an1 an2 an3 ... ann an,n +1
...
2 3
a11 a12 a13 ... a1n a1,n +1
6 0 a22 a23 ... a2n a2,n +1 7
an1 6 7
(b )n (b )n (b )1 6
6 0 a32 a33 ... a3n a3,n +1 7
7
a11 4 5
... ... ... ... ... ...
0 an2 an3 ... ann an,n +1

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 106 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.2 Metode Eliminasi Gauss

3.2 Metode Eliminasi Gauss


Langkah Penyelesaian

2 Melakukan eliminasi pada kolom kedua matriks dengan ilustrasi


sebagai berikut:
2 3
a11 a12 a13 ... a1n a1,n +1
6 0 a22 a23 ... a2n a2,n +1 7
6 7
6 0 a32 a33 ... a3n a3,n +1 7
6 7
4 ... ... ... ... ... ... 5
0 an2 an3 ... ann an,n +1
2 3
a32 a11 a12 a13 ... a1n a1,n +1
(b )3 (b )3 (b )2
a22 6 0 a22 a23 ... a2n a2,n +1 7
(b )4 (b )4 a42
a22 (b )2 6
6
7
7
6 0 0 a33 ... a3n a3,n +1 7
... 4 5
an2 ... ... ... ... ... ...
(b )n (b )n a22 (b )2
0 0 0 ... ann an,n +1
Dengan cara yang sama eliminasi pada kolom ke 3, 4, ..., n 1 pada
matriks koe…sien SPL. Diperoleh suatu bentuk matriks segitiga atas.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 107 / 257
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.2 Metode Eliminasi Gauss

3.2 Metode Eliminasi Gauss

Problem
Selesaikanlah sistem persamaan linear berikut dengan menggunakan
metode eliminasi gauss:
8
< x1 + x2 + x3 = 6
x1 + 2x2 x3 = 2
:
2x1 + x2 + 2x3 = 10

Solution
Augmented dari SPL diatas adalah:
2 3 2 3
1 1 1 6 1 1 1 6
b b2 b1
4 1 2 1 2 5 2 4 0 1 2 4 5
b3 b3 2b1
2 1 2 10 0 1 0 2

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 108 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.2 Metode Eliminasi Gauss

3.2 Metode Eliminasi Gauss

Solution
2 3 2 3
1 1 1 6 1 1 1 6
4 0 1 2 4 5 b3 b3 + b2 4 0 1 2 4 5
0 1 0 2 0 0 2 6
sehingga diperoleh penyelesaian:
6
x3 = =3
2
1
x2 = ( 4 (2) 3) = 2
1
1
x1 = (6 2 3) = 1
1

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 109 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.2 Metode Eliminasi Gauss

3.2 Metode Eliminasi Gauss

De…nition (Elemen Pivot)


Elemen app pada A yang digunakan untuk mengeliminasi aip dengan
i = p + 1, p + 2, ..., n disebut elemen pivot ke p dan baris ke p disebut
baris pivot.

Permasalahan yang mungkin dapat terjadi pada metode eliminasi gauss


Jika elemen pivot bernilai nol maka proses eliminasi tidak dapat
dilakukan.
Jika nilai mutlak elemen pivot sangat kecil, maka akan menimbulkan
perambatan galat yang besar.
Jika terjadi permasalahan diatas maka perlu dilakukan teknik Partial
Pivoting yaitu mempertukarkan baris pivot ini dengan baris yang memiliki
nilai terbesar pada kolom yang sama.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 110 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.2 Metode Eliminasi Gauss

3.2 Metode Eliminasi Gauss

Example
Selesaikanlah SPL berikut dengan menggunakan metode eliminasi gauss:
8
>
> x1 + 2x2 + x3 + 4x4 = 13
<
2x1 + 4x3 + 3x4 = 28
>
> 4x1 + 2x2 + 2x3 + x4 = 20
:
3x1 + x2 + 3x3 + 2x4 = 6

Jawab:

x4 = 2, x3 = 4, x2 = 1, x1 = 3

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 111 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.3 Faktorisasi Segitiga/LU

3.3 Faktorisasi Segitiga/LU


De…nition (Faktorisasi Segitiga/LU)
Matriks nonsingular A dikatakan memiliki suatu faktorisasi segitiga/LU
jika dapat ditulis sebagai perkalian matriks segitiga bawah L dan matriks
segitiga atas U, yaitu
A = LU

Perhatikan SPL
Ax = b.
Jika A dapat difaktorisasi menjadi LU, maka diperoleh SPL baru
LUx = b.
Menurut kaidah hukum asosiatif perkalian berlaku L(Ux ) = b.
Dengan mende…nisikan SPL Ux = y , maka:
SPL segitiga bawah Ly = b dapat diselesaikan dengan subtituis maju.
Setelah y diperoleh, solusi x dapat dicari dari SPL segitiga atas
Ux = y dengan subtitusi mundur.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 112 / 257
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.3 Faktorisasi Segitiga/LU

3.3 Faktorisasi Segitiga/LU


Jenis-Jenis faktorisasi Segitiga/LU

Faktorisasi A = LU secara umum berlaku tidak tunggal. Sehingga


dilakukan pemilihan matriks L dan U yang memiliki sifat-sifat tertentu
yang dinyatakan sebagai berikut:
1 Jika elemen diagonal pada L bernilai 1, maka disebut
faktorisasi/dekomposisi Doolittle.
2 Jika elemen diagonal pada U bernilai 1, maka disebut
faktorisasi/dekomposisi Crout.
3 Jika L = U T , maka disebut faktorisasi/dekomposisi Cholesky.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 113 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.3 Faktorisasi Segitiga/LU

3.3 Faktorisasi Segitiga/LU

Sebagai ilustrasi dari faktorisasi segitiga/LU, perhatikan kasus n = 3


berikut:
2 3 2 3 2 3
a11 a12 a13 1 0 0 u11 u12 u13
4 a21 a22 a23 5 = 4 l21 1 0 5 4 0 u22 u23 5
a31 a32 a33 l31 l32 1 0 0 u33
A L U

Perkalian antara matriks L dan U akan menghasilkan elemen hasil dengan


elemen yang sesuai dalam A.

a11 = u11 a12 = u12 a13 = u13


a21 = l21 u11 a22 = l21 u12 + u22 a23 = l21 u13 + u23
a31 = l31 u11 a32 = l31 u12 + l32 u22 a33 = l31 u13 + l32 u23 + u33

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 114 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.3 Faktorisasi Segitiga/LU

3.3 Faktorisasi Segitiga/LU


Bila pertukaran baris tidak diperlukan (tanpa pivot) dalam penyelesaian
SPL Ax = b maka A memiliki faktorisasi segitiga yang diperoleh dari
tahap eliminasi gaus.
2 3 2 3
a11 a12 ... a1n a11 a12 ... a1n
6 a21 a22 ... a2n 7 6 (1 ) (1 ) 7
6 0 a22 ... a2n 7
A=4 6 7 v ... v 6 7=U
... ... ... ... 5 4 ... ... ... ... 5
an1 an2 ... ann (n 1 )
0 0 ... ann
(k )
dimana aij menyatakan elemen matriks A pada posisi (i, j ) yang nilainya
merupakan hasil dari OBE pada iterasi ke-k.
Matriks L juga dihasilkan dari proses eliminasi, yaitu
2 3
1 0 ... 0 (j 1 )
6 l21 1 ... 0 7 aij (0 )
L=4 6 7 , dimana lij = (j 1 ) dan ai 1 = ai 1 .
... ... ... ... 5 ajj
ln1 ln2 ... 1
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 115 / 257
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.3 Faktorisasi Segitiga/LU

3.3 Faktorisasi Segitiga/LU

Problem
Dengan menggunakan faktorisasi LU selesaikanlah SPL berikut ini:
8
< 3x1 + 2x2 5x3 = 0
2x1 3x2 + x3 = 0
:
x1 + 4x2 x3 = 4

Solution
Matriks koe…sien dari SPL diatas adalah
2 3
3 2 5
A= 2 4 3 1 5
1 4 1

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 116 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.3 Faktorisasi Segitiga/LU

3.3.1 Faktorisasi Segitiga/LU

Solution
Matriks L dapat dikontruksi dari matriks identitas I yang ditempatkan di
kiri A, sebagai berikut
2 32 3 2 3
1 0 0 3 2 5 3 2 5
4 0 1 0 54 2 3 1 5 = 4 2 3 1 5
0 0 1 1 4 1 1 4 1
2 32 3 2 3
1 0 0 3 2 5 3 2 5
4 2 1 0 54 0 13 13 5
= 4 2 3 1 5
3 3 3
0 0 1 1 4 1 1 4 1
2 32 3 2 3
1 0 0 3 2 5 3 2 5
4 2 1 0 54 0 13 13 5
= 4 2 3 1 5
3 3 3
1 10 2
3 0 1 0 3 3 1 4 1

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 117 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.3 Faktorisasi Segitiga/LU

3.3 Faktorisasi Segitiga/LU


Solution
2 32 3 2 3
1 0 0 3 2 5 3 2 5
4 2
1 0 54 0 13 13 5
=4 2 3 1 5
3 3 3
1 10
3 13 1 0 0 4 1 4 1
2 3 2 3
1 0 0 3 2 5
diperoleh L = 4 2
3 1 0 5,U = 4 0 13
3
13
3
5.
1 10
3 13 1 0 0 4
Perhatikan bahwa
2 32 3 2 3
3 2 5 x1 0
Ax 4
= b, 2 3 1 5 4 x2 5 = 0 5
4
1 4 1 x3 4
2 32 32 3 2 3
1 0 0 3 2 5 x1 0
LUx 4
= b , 32 1 0 54 0 13 13 5 4
x2 5=4 0 5
3 3
1 10
3 13 1 0 0 4 x3 4
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 118 / 257
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.3 Faktorisasi Segitiga/LU

3.3 Faktorisasi Segitiga/LU


Solution
Misalkan Ux = y , maka Ly = b.
2 32 3 2 3
1 0 0 y1 0
Ly = b , 4 2
1 0 5 4 y2 5 = 0 5
4
3
1 10
3 13 1 y3 4

dengan menggunakan aturan subtitusi maju diperoleh

y1 = 0, y2 = 0, y3 = 4
2 32 3 2 3
3 2 5 x1 0
Ux = y , 4 0 13
3
13 5 4
3 x2 5 = 4 0 5
0 0 4 x3 4
dengan menggunakan aturan subtitusi mundur diperoleh x3 = 1, x2 = 1,
x1 = 1
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 119 / 257
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.3 Faktorisasi Segitiga/LU

3.3 Faktorisasi Segitiga/LU

Problem
Dengan menggunakan faktorisasi LU selesaikanlah SPL berikut ini:
8
< 3x1 + 4x2 + 3x3 = 10
x1 + 5x2 x3 = 7
:
6x1 + 3x2 + 7x3 = 15

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 120 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.3 Faktorisasi Segitiga/LU

Latihan
Sistem Persamaan Linear - Metode Eliminasi Gauss - Faktorisasi Segitiga/LU

1 Selesaikanlah SPL berikut dengan menggunakan metode eliminasi


gauss:
8
>
> 6x1 2x2 + 2x3 + 4x4 = 16
<
12x1 8x2 + 6x3 + 10x4 = 26
1
>
> 3x1 13x2 + 9x3 + 3x4 = 19
:
8 6x 1 + 4x2 + x3 18x4 = 34
>
> x1 + x2 3x4 = 4
<
x1 + 3x3 + x4 = 0
2
>
> x 2 x3 x4 = 3
:
3x1 + x3 + 2x4 = 1
2 Tetukan solusi dari SPL berikut dengan menggunakan faktorisasi
Doolittle
8
>
> x1 + 3x2 + 2x3 + x4 = 2
<
4x1 + 2x2 + x3 + 2x4 = 2
> 2x1 + x2 + 2x3 + 3x4 = 1
>
:
x1 + 2x2 + 4x3 + x4 = 1
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 121 / 257
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.4 Kondisi Buruk

3.4 Kondisi Buruk

Matriks A dikatakan berkondisi buruk (ill condition) jika terdapat


sebuah vektor kolom b sehingga untuk perubahan kecil A atau b akan
menghasilkan perubahan besar pada solusi x = A 1 b.
Sistem Ax = b dikatakan berkondisi buruk apabila hasil
perhitungannya mempunyai galat yang besar.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 122 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.4 Kondisi Buruk

3.4 Kondisi Buruk

Example
Tinjau sistem persamaan linear berikut

x1 + 2x2 = 10
1, 1x1 + 2x2 = 10, 4

Solusi analitik dari SPL yaitu x1 = 4 dan x2 = 3. Jika a21 = 1, 1 diubah


menjadi 1, 05

x1 + 2x2 = 10
1, 05x1 + 2x2 = 10, 4

maka solusinya sangat jauh berbeda dari sebelumnya, yaitu x1 = 8 dan


x2 = 1.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 123 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.4 Kondisi Buruk

3.4 Kondisi Buruk

Example
Penambahan sebesar ε pada koe…sien 1, 1 dapat dinyatakan sebagai berikut

x1 + 2x2 = 10
(1, 1 + ε) x1 + 2x2 = 10, 4

yang mempunyai solusi


0, 4
x1 =
0, 1 + ε
0, 6 + 10ε
x2 =
0, 2 + 2ε
Solusi ini memperlihatkan bahwa sistem berkondisi buruk sebab perubahan
kecil ε menghasilkan perubahan besar pada solusi SPL.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 124 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.4 Kondisi Buruk

3.4 Kondisi Buruk

Example
Pada contoh diatas, ε = 0, 05 sehingga
0, 4
x1 = =8
0, 1 0, 05
0, 6 + 10 ( 0, 05)
x2 = =1
0, 2 + 2 ( 0, 05)

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 125 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.4 Kondisi Buruk

3.4 Kondisi Buruk

Beberapa ukuran untuk kondisi buruk telah dikemukakan para ahli


numerik, antara lain jdet (A)j sangat kecil dibandingkan dengan nilai
maksimum jaij j dan jbij j.
SPL berkondisi buruk bila det (A) hampir nol. Jika det (A) = 0, maka
gradien kedua garis tersebut sama, yang berarti SPL tidak mempunyai
solusi yang unik.
Determinan matriks pada contoh di atas adalah 0, 2, yang relatif
lebih dekat ke nol.
Nilai determinan sukar dikaitkan dengan kondisi buruk. Kesukaran
tersebut dapat diatasi bila SPL dinormalkan sedemikian sehingga
koe…sien terbesar pada tiap baris persamaan sama dengan 1.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 126 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.4 Kondisi Buruk

3.4 Kondisi Buruk

Example
Tentukan determinan matriks A pada SPL berikut

x1 + 2x2 = 10
1, 1x1 + 2x2 = 10, 4

(i ) SPL seperti apa adanya


(ii ) SPL dinormalkan
Penyelesaian:
(i ) SPL apa adanya

det (A) = (1) (2) (2) (1, 1) = 0, 2

yang dekat dengan nol, karena itu SPL berkondisi buruk.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 127 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.4 Kondisi Buruk

3.4 Kondisi Buruk

Example
(ii ) SPL dinormalkan dengan cara membagi baris dengan koe…sien
terbesar pada baris itu sehingga koe…sien maksimumnya = 1

0, 5x1 + x2 = 5
0, 55x1 + x2 = 5, 2

determinannya

det (A) = (0, 5) (1) (1) (0, 55) = 0, 55

yang dekat ke nol, karena itu berkondisi buruk

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 128 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.4 Kondisi Buruk

3.4 Kondisi Buruk

Example
Hitung determinan matriks A pada SPL

3x1 + 2x2 = 18
x1 + 2x2 = 2

(i ) SPL apa adanya


(ii ) SPL dinormalkan
Penyelesaian:
(i ) SPL apa adanya, diperoleh

det (A) = (3) (2) (2) ( 1) = 8

yang nilainya jauh dari nol, oleh karena itu SPL berkondisi baik.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 129 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.4 Kondisi Buruk

3.4 Kondisi Buruk

Example
(ii ) SPL dinormalkan menghasilkan

x1 + 0, 667x2 = 6
0, 5x1 + x2 = 1

diperoleh

det (A) = (1) (1) ( 0, 667) ( 0, 5) = 1, 333

yang nilainya jauh dari nol, oleh karena itu SPL berkondisi baik

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 130 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.4 Kondisi Buruk

3.4.1 Bilangan Kondisi Matriks

Walaupun terdapat beragam cara untuk memeriksa kondisi sistem


persamaan linear, akan lebih disukai mendapatkan bilangan tunggal
yang dapat berlaku sebagai petunjuk adanya kondisi buruk. Bilangan
tersebut dinamakan bilangan kondisi matriks.
Sistem persamaan linear Ax = b yang bilangan kondisinya kecil
menyatakan sistem berkondisi baik. Bilangan berkondisi besar
menandakan bahwa sistem berkondisi buruk.
Jika bilangan kondisi matriks A besar, maka galat relatif solusi SPL
juga akan besar. Sebaliknya, jika bilangan kondisi kecil, galat relatif
SPL juga kecil.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 131 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.4 Kondisi Buruk

3.4.1 Bilangan Kondisi Matriks

Bilangan kondisi matriks dinyatakan sebagai


1
Cond (A) = kAk A

yang dalam hal ini kAk adalah norma (norm ) tak-hingga (∞) matriks A,
yang dide…nisikan sebagai:
n
kAk = kAk∞ max
1 i n
∑ jaij j
j =1

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 132 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.4 Kondisi Buruk

3.4.1 Bilangan Kondisi Matriks

Problem
Hitung bilangan kondisi matriks berikut
2 3
3, 02 1, 05 2, 53
A = 4 4, 33 0, 56 1, 78 5
0, 83 0, 54 1, 47

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 133 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.4 Kondisi Buruk

3.4.1 Bilangan Kondisi Matriks


Solution
Tentukan terlebih dahulu matriks balikannya,
2 3
5, 661 7, 273 18, 55
1 4
A = 200, 5 268, 3 669, 9 5
76, 85 102, 6 255, 9

sehingga diperoleh

kAk = j4, 33j + j0, 56j + j1, 78j = 6, 07


A 1 = j200, 5j + j 268, 3j + j 669, 9j = 1138, 7

sehingga bilangan kondisi matriks A adalah

Cond (A) = (66, 7) (1138, 7) = 7595

Jadi SPL berkondisi buruk karena bilangan kondisi matriksnya besar.


agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 134 / 257
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5 Metode Iterasi


Sistem persamaan linear dapat diselesaikan secara langsung maupun
melalui metode iterasi.
Penyelesaian secara langsung dapat digunakan untuk matriks koe…sien
yang non singular serta berukuran relatif kecil.
Jika matriks koe…sien berukuran sangat besar, maka metode langsung
menjadi tidak e…sien. Hal ini disebabkan penyelesaian matriks
tersebut terlalu banyak melibatkan jumlah operasi aritmetika.
Sehingga dibutuhkan metode iterasi yang merupakan alternatif
pemecahan masalah tersebut.
Metode iterasi dalam menyelesaikan SPL diawali dengan sebuah
tebakan awal, kemudian digunakan suatu metode sistematis untuk
memperoleh barisan yang diharapkan akan konvergen ke solusi SPL
yang ingin dicari.
Metode iterasi terdiri atas:
Iterasi Jacobi
Iterasi Gauss-Seidel
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 135 / 257
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5 Metode Iterasi


Bentuk SPL bujursangkar
a11 x1 + a12 x2 + a13 x3 + ... + a1n xn = b1
a21 x1 + a22 x2 + a23 x3 + ... + a2n xn = b2
a31 x1 + a32 x2 + a33 x3 + ... + a3n xn = b3
... = ...
an1 x1 + an2 x2 + an3 x3 + ... + ann xn = bn
dengan aii 6= 0,ekuivalen dengan
b1 a12 a13 a1n
x1 = x2 x3 ... xn
a11 a11 a11 a11
b2 a21 a23 a2n
x2 = x1 x3 ... xn
a22 a22 a22 a22
... = ...
bn an1 an2 an ( n 1 )
xn = x1 x2 ... xn
ann ann ann ann
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 136 / 257
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.1 Metode Iterasi Jacobi


Metode iterasi jacobi disebut juga metode penggantian serempak,
dikarenakan untuk menyeleseaikan suatu sistem persamaan linear
dilakukan dengan cara mengganti setiap variabel secara bersamaan.
Bentuk umum penyelesaian metode iterasi jacobi adalah sebagai
berikut:
n
bi aij

(k +1 ) (k )
xi = xj di mana 1 i n
aii j =1 aii
j 6 =i

dengan aii 6= 0. Indeks ke (k ) menyatakan langkah iterasi.


Selain itu kekonvergenan metode iterasi jacobi bergantung pada sifat
matriks koe…sien yang harus dominan secara diagonal yaitu:
n
jaii j > ∑ jaij j 1 i n.
j =1
j 6 =i

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 137 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.1 Metode Iterasi Jacobi


Langkah Penyelesaian

1 Cek kekonvergenan matriks A apakah dominan secara diagonal atau


tidak.
n
jaii j > ∑ jaij j 1 i n.
j =1
j 6 =i

2 Ambil tebakan awal


h i
(0 ) (0 ) (0 ) (0 ) T
x = x1 x2 x3 ... x0

3 Lakukan proses iterasi menghitung nilai xi dengan cara cara:


n
bi aij

(k +1 ) (k )
xi = xj ,1 i n
aii j =1 aii
j 6 =i

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 138 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.1 Metode Iterasi Jacobi


Langkah Penyelesaian

4 Kriteria penghentian iterasi adalah sebagai berikut:


(k +1 ) (k )
xi xi
max
(k +1 )
< XTOL
1 i n
xi

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 139 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.1 Metode Iterasi Jacobi

Problem
Diberikan suatu SPL
8
< 4x1 x2 + x3 = 7
4x1 8x2 + x3 = 21
:
2x1 + x2 + 5x3 = 15

Tentukan solusi dari SPL tersebut, dengan menggunakan metode iterasi


jacobi dan ketelitian hingga 4 desimal serta XTOL = 10 4 !

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 140 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.1 Metode Iterasi Jacobi

Solution
Cek kekonvergenan dominan secara diagonal. Karena

j4j > j 1j + j1j


j 8j > j4j + j1j
j5j > j 2j + j1j

maka iterasi akan konvergen.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 141 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.1 Metode Iterasi Jacobi

Solution
Persamaan iterasi jacobi untuk SPL diatas sebagai berikut:
(k ) (k )
(k +1 ) 7 x2 x3
x1 = +
4 4 4
(k ) (k )
(k +1 ) 21 4x1 x
x2 = + + 3
8 8 8
(k ) (k )
(k +1 ) 15 2x1 x2
x3 = +
5 5 5

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 142 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.1 Metode Iterasi Jacobi

Solution
h i
(0 ) (0 ) (0 ) T
Dengan memasukan nilai awal x1 , x2 , x3 = [0, 0, 0]T diperoleh
nilai:
Iterasi 1:
(1 ) 7 0 0
x1 = + = 1, 75
4 4 4
(1 ) 21 0 0
x2 = + + = 2, 625
8 8 8
(1 ) 15 0 0
x3 = + =3
5 5 5
j3 0j
εr = =1
j3j

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 143 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.1 Metode Iterasi Jacobi

Solution
Iterasi 2:
(2 ) 7 2, 625 3
x1 = + = 1, 6563
4 4 4
(2 ) 21 4(1, 75) 3
x2 = + + = 3, 875
8 8 8
(2 ) 15 2(1, 75) 2.625
x3 = + = 3, 175
5 5 5
j3, 875 2.625j
εr = = 0, 322581
j3, 875j

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 144 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.1 Metode Iterasi Jacobi


Solution
Dengan cara yang sama diperoleh solusi SPL sebagai berikut:

i x1 x2 x3 εr
1 1, 75 2, 625 3 1
2 1, 6563 3, 875 3, 175 0, 3226
3 1, 925 3, 85 2, 8875 0, 0747
4 1, 9906 3, 9484 3 0, 0285
5 1, 9871 3, 9953 3, 0066 0, 0117
6 1, 9972 3, 9944 2, 9958 0, 0027
7 1, 9996 3, 9981 3 0, 0011
8 1, 9995 3, 9998 3, 0002 0, 0004
9 1, 9999 3, 9998 2, 9998 0, 0001
10 2 3, 9999 3 0
11 2 4 3 0
12 2 4 3 0
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 145 / 257
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.1 Metode Iterasi Jacobi

Solution
Jadi solusi dari SPL
8
< 4x1 x2 + x3 = 7
4x1 8x2 + x3 = 21
:
2x1 + x2 + 5x3 = 15

adalah
x1 = 2, x2 = 4, x3 = 3
dengan galat toleransi (εr = 0)

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 146 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.2 Metode Iterasi Gauss-Seidel


Metode iterasi Gauss-Seidel disebut juga metode penggantian
berurutan,dikarenakan untuk menyeleseaikan suatu sistem persamaan
linear dilakukan dengan cara mengganti setiap variabel secara
berurutan.
Bentuk umum penyelesaian metode iterasi Gauss-Seidel adalah
sebagai berikut:
n n
bi aij aij
∑ ∑
(k +1 ) (k ) (k +1 )
xi = xj xj di mana 1 i n
aii j =1 aii j =1 aii
j >i j <i

dengan aii 6= 0. Indeks ke (k ) menyatakan langkah iterasi.


Selain itu kekonvergenan metode iterasi Gauss-Seidel juga bergantung
pada sifat matriks koe…sien yang harus dominan secara diagonal
yaitu:
n
jaii j > ∑ jaij j 1 i n.
j =1
j 6 =i
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 147 / 257
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.2 Metode Iterasi Gauss-Seidel


Langkah Penyelesaian

1 Cek kekonvergenan matriks A apakah dominan secara diagonal atau


tidak.
n
jaii j > ∑ jaij j 1 i n.
j =1
j 6 =i

2 Ambil tebakan awal


h i
(0 ) (0 ) (0 ) (0 ) T
x = x1 x2 x3 ... x0

3 Lakukan proses iterasi menghitung nilai xi dengan cara cara:


n n
bi aij aij
∑ ∑
(k +1 ) (k ) (k +1 )
xi = xj xj ,1 i n
aii j =1 aii j =1 aii
j >i j <i

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 148 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.2 Metode Iterasi Gauss-Seidel


Langkah Penyelesaian

4 Kriteria penghentian iterasi adalah sebagai berikut:


(k +1 ) (k )
xi xi
max
(k +1 )
< XTOL
1 i n
xi

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 149 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.2 Metode Iterasi Gauss-Seidel

Problem
Diberikan suatu SPL
8
>
> 7x1 + x2 x3 + 2x4 = 3
<
x1 + 8x2 2x4 = 5
>
> x1 + 4x3 x4 = 4
:
2x1 2x2 x3 + 6x4 = 3

Tentukan solusi dari SPL tersebut, dengan menggunakan metode iterasi


Gauss-Seidel dan ketelitian hingga 5 desimal serta XTOL = 10 5 !

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 150 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.2 Metode Iterasi Gauss-Seidel

Solution
Cek kekonvergenan dominan secara diagonal. Karena

j7j > j1j + j 1j + j2j


j8j > j1j + j0j + j 2j
j4j > j 1j + j0j + j 1j
j6j > j2j + j 2j + j 1j

maka iterasi akan konvergen.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 151 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.2 Metode Iterasi Gauss-Seidel

Solution
Persamaan iterasi Gauss-Seidel untuk SPL diatas sebagai berikut:
(k ) (k ) (k )
(k +1 ) 3 x2 x 2x4
x1 = + 3
7 7 7 7
(k +1 ) (k )
(k +1 ) 5 x1 2x
x2 = + 4
8 8 8
(k +1 ) (k )
(k +1 ) x1 x
x3 = 1+ + 4
4 4
(k +1 ) (k +1 ) (k +1 )
(k +1 ) 3 2x1 2x x
x4 = + 2 + 3
6 6 6 6

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 152 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.2 Metode Iterasi Gauss-Seidel


Solution
h i
(0 ) (0 ) (0 ) (0 ) T
Dengan memasukan nilai awal x1 , x2 , x3 , x4 = [0, 0, 0, 0]T
diperoleh nilai:
Iterasi 1:
(1 ) 3
x1 = 0+0 0 = 0, 42857
7
(1 ) 5
0, 42857
x2 = + 0 = 0, 67857
8 8
(1 ) 0, 42857
x3 = 1+ + 0 = 1, 10714
4
(1 ) 3 2(0, 42857) 2( 0, 67857) 1, 10714
x4 = + + = 0, 68452
6 6 6 6
j1, 10714 0j
εr = =1
j1, 10714j
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 153 / 257
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.2 Metode Iterasi Gauss-Seidel

Solution
Iterasi 2:

(2 ) 3 ( 0, 67857) 1, 10714 2 ( 0, 68452)


x1 = + = 0, 87925
7 7 7 7
(2 ) 5 0, 87925 2 ( 0, 68452)
x2 = + = 0, 90604
8 8 8
(2 ) 0, 87925 ( 0, 68452)
x3 = 1+ + = 1, 04868
4 4
(2 ) 3 2 (0, 87925) 2 ( 0, 90604) 1, 04868
x4 = + + = 0, 92032
6 6 6 6

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 154 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.2 Metode Iterasi Gauss-Seidel


Solution
Dengan cara yang sama diperoleh solusi dari SPL sebagai berikut:

i x1 x2 x3 x4 εr
1 0, 42857 0, 67857 1, 10714 0, 68452 1
2 0, 87925 0, 90604 1, 04868 0, 92032 0, 42976
3 0, 97076 0, 97642 1, 01261 0, 98029 0, 09037
4 0, 9928 0, 99417 1, 00313 0, 99514 0, 02197
5 0, 99823 0, 99856 1, 00077 0, 9988 0, 00542
6 0, 99956 0, 99965 1, 00019 0, 9997 0, 00134
7 0, 99989 0, 99991 1, 00005 0, 99993 0, 00033
8 0, 99997 0, 99998 1, 00001 0, 99998 0, 00008
9 0, 99999 0, 99999 1 1 0, 00002
... ... ... ... ... ...
19 1 1 1 1 0
20 1 1 1 1 0
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 155 / 257
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

3.5.2 Metode Iterasi Gauss-Seidel

Solution
Jadi solusi dari SPL
8
>
> 7x1 + x2 x3 + 2x4 = 3
<
x1 + 8x2 2x4 = 5
>
> x1 + 4x3 x4 = 4
:
2x1 2x2 x3 + 6x4 = 3

adalah
x1 = 1, x2 = 1, x3 = 1, x4 = 1
dengan galat toleransi (εr = 0)

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 156 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

Latihan
Metode Eliminasi Gauss-Jordan, Iterasi Jacobi, Iterasi Gauss-Seidel

1 Diberikan sistem persamaan linear Ax = b dengan A dan b sebagai


berikut:
2 3 2 3
1 2 3 1 10
6 2 5 4 8 7 6 8 7
A=6 4 4 2 2
7
5 b=6 4 2 5
7
1
6 4 1 2 4

Tentukan solusinya dengan menggunakan metode eliminasi


Gauss-Jordan.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 157 / 257


3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear 3.5 Metode Iterasi

Latihan
Metode Eliminasi Gauss-Jordan, Iterasi Jacobi, Iterasi Gauss-Seidel

2 Selesaikan sistem persamaan linear:

8x1 + x2 + 3x3 + 2x4 = 0


2x1 + 9x2 x3 2x4 = 1
x1 + 3x2 + 2x3 7x4 = 2
x1 + 6x3 + 4x4 = 3

dengan metode
a Iterasi Jacobi XTOL = 10 5 , ketelitian 6 desimal . Pilih nilai awal
sembarang.
b Iterasi Gauss-Seidel XTOL = 10 5 , ketelitian 6 desimal . Pilih nilai
awal sembarang.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 158 / 257


4. Interpolasi Polinomial

4. Interpolasi Polinomial

Suatu penelitian terhadap tanaman singkong dilakukan untuk mengetahui


hubungan antara jumlah pupuk yang diberikan (kg ) dengan berat
singkong yang dipanen (kg ). Diperoleh data sebagai berikut:

Berat Pupuk (kg ) 22 24 26 28 32 37


Berat Singkong (kg ) 204 216 223 226 224 220

Berapakah berat pupuk yang menghasilkan berat singkong terbaik ?


Berat Pupuk (kg ) 25 26, 5 35
Berat Singkong (kg ) ? ? ?

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 159 / 257


4. Interpolasi Polinomial

4. Interpolasi Polinomial

Interpolasi adalah suatu proses untuk menemukan formula (biasanya


berupa suatu polinomial) yang gra…knya melalui setiap titik (xi , yi )
untuk i = 1, 2, ..., n, dengan x1 < x2 < x3 < ... < xn .
Formula yang dimaksud adalah menentukan f : R ! R sedemekian
sehingga f (xi ) = yi .
Hal diatas menunjukan bahwa interpolasi merupakan cara untuk
mendapatkan kurva sesuai dengan data yang ada, tanpa menimbulkan
kesalahan terhadap data tersebut.
Kita dapat menginterpolasi titik data dengan polinom linear, polinom
kuadratik, polinom kubik, atau polinom dari derajat yang lebih tinggi,
bergantung pada jumlah titik yang tersedia.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 160 / 257


4. Interpolasi Polinomial

4. Interpolasi Polinomial
TUJUAN INTERPOLASI

Tujuan dari interpolasi asalah:


1 Memplot kurva mulus pada data diskrit
2 Menurunkan atau mengintegralkan data dalam tabel
3 Membaca informasi antar baris dalam tabel
4 Mengevaluasi fungsi secara cepat dan mudah
5 Merepresentasikan fungsi yang kompleks dalam bentuk yang lebih
sederhana

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 161 / 257


4. Interpolasi Polinomial

4. Interpolasi Polinomial
Interpolasi Linear

Interpolasi linear adalah interpolasi dua buah titik dengan sebuah


garis lurus.
Misal diberikan dua buah titik (x0 , y0 ) dan (x1 , y1 ), maka polinom
yang menginterpolasi kedua titik ini adalah persamaan garis lurus
yang berbentuk:
p 1 ( x ) = a0 + a1 x
Dengan mensubtitusikan (x0 , y0 ) dan (x1 , y1 ) kedalam persamaan
garis lurus di atas diperoleh
y0 = a0 + a1 x0
y1 = a0 + a1 x1
kedua persamaan ini diselesaikan dengan proses eliminasi diperoleh
y1 y0 x1 y0 x0 y1
a1 = dan a0 =
x1 x0 x1 x0
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 162 / 257
4. Interpolasi Polinomial

4. Interpolasi Polinomial
Interpolasi Linear

Subtitusikan nilai a0 dan a1 ke dalam persamaan awal


x1 y0 x0 y1 y1 y0
p1 ( x ) = + x
x1 x0 x1 x0
Dengan melakukan sedikit manipulasi aljabar diperoleh

(y1 y0 )
p1 (x ) = y0 + (x x0 )
(x1 x0 )

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 163 / 257


4. Interpolasi Polinomial

4. Interpolasi Polinomial
Interpolasi Linear

Example
Perkirakan jumlah penduduk Amerika Serikat pada tahun 1968
berdasarkan data tabulasi berikut:
Tahun 1960 1970
Jumlah penduduk (juta) 179,3 203,2

Penyelesian:
Dengan menggunakan interpolasi linear diperoleh

p1 (1968) = 198, 4

Jadi, taksiran jumlah penduduk AS pada tahun 1968 adalah 198, 4 juta.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 164 / 257


4. Interpolasi Polinomial

4. Interpolasi Polinomial
Interpolasi Linear

Example
Diberikan data ln (9) = 2, 1972, ln (9, 5) = 2, 2513. Tentukan ln (9, 2)
dengan interpolasi linear sampai 5 angka bena. Bandingkan dengan nilai
sejati ln (9.2) = 2, 2192.
Penyelesaian:
Dengan menggunakan interpolasi linear diperoleh

p1 (9, 2) = 2, 2188

Galat = 2, 2192 2, 2188 = 0, 0004. Terlihat bahwa interpolasi linear


tidak dapat memberikan ketelitian sampai 5 angka bena.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 165 / 257


4. Interpolasi Polinomial

4. Interpolasi Polinomial
Interpolasi Kuadratik

Interpolasi kuadratik berbentuk suatu polinom kuadrat yang melewati


tiga buah titik data yaitu; (x0 , y0 ) , (x1 , y1 ) , dan (x2 , y2 ) .
Polinom kuadrat tersebut berbentuk:
p 2 ( x ) = a0 + a1 + a2 x 2
Polinom p2 (x ) ditentukan dengan cara mensubtitusikan
(x0 , y0 ) , (x1 , y1 ) , dan (x2 , y2 ) ke dalam persamaan polinom kuadrat,
diperoleh:
a0 + a1 x0 + a2 x02 = y0
a0 + a1 x1 + a2 x12 = y1
a0 + a1 x2 + a2 x32 = y3
Dengan menggunakan metode eliminasi Gauss akan diperoleh nilai
dari a0 , a1 dan a2 .
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 166 / 257
4. Interpolasi Polinomial

4. Interpolasi Polinomial
Interpolasi Kuadratik

Problem
Diberikan titik sin(10) = 0, 54402, sin (11) = 0, 99999, dan
sin (11, 5) = 0, 87545. Tentukan nilai sin (11, 3) dengan interpolasi
kuadratik. (Sudut dalam radian)

Solution
Sistem persamaan linear yang terbentuk adalah

a0 + 10a1 + 100a2 = 0, 54402


a0 + 11a1 + 121a2 = 0, 99999
a0 + 11, 5a1 + 132, 25a2 = 0, 87545

dengan metode eliminasi Gauss diperoleh a0 = 55, 71935,


a1 = 10, 32667 dan a2 = 0, 47003.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 167 / 257
4. Interpolasi Polinomial

4. Interpolasi Polinomial
Interpolasi Kuadratik

Solution
Polinom kuadratnya adalah

p2 (x ) = 55, 71935 10, 32667x + 0, 47003x 2

sehingga p2 (11, 3) = 0, 953 89.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 168 / 257


4. Interpolasi Polinomial

4. Interpolasi Polinomial
Interpolasi Kuadratik

Interpretasi secara gra…s fungsi f (x ) = sin (x ) yang didekati oleh


p2 (x ) = 55, 71935 10, 32667x + 0, 47003x 2 ditunjukkan sebagai berikut:

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 169 / 257


4. Interpolasi Polinomial

4. Interpolasi Polinomial
Interpolasi Kubik

Misalkan terdapat empat buah titik data (x0 , y0 ) , (x1 , y1 ) , (x2 , y2 ) ,


dan (x3 , y3 ) . Polinom yang menginterpolasi keempat buah titik
tersebut adalah polinom kubik yang berbentuk:
p 3 ( x ) = a0 + a 1 x + a2 x 2 + a3 x 3
Dengan mensubtitusikan titik-titik (x0 , y0 ) , (x1 , y1 ) , (x2 , y2 ) , dan
(x3 , y3 ) , kedalam polinom kubik, diperoleh:
a0 + a1 x0 + a2 x02 + a3 x03 = y0
a0 + a1 x1 + a2 x12 + a3 x13 = y1
a0 + a1 x2 + a2 x22 + a3 x23 = y2
a0 + a1 x3 + a2 x32 + a3 x33 = y3
Nilai dari a0 , a1 , a2 dan a3 dari sistem persamaan diatas dapat
diperoleh dengan menggunakan metode eliminasi Gauss.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 170 / 257
4. Interpolasi Polinomial

4. Interpolasi Polinomial
Jenis-Jenis Interpolasi

Dengan cara yang sama kita dapat membuat polinom interpolasi


berderajat n untuk n yang lebih tinggi:

pn (x ) = a0 + a1 + a2 x 2 + ... + an x n

asalkan tersedia (n + 1) buah titik data.


Titik data sebanyak (n + 1) jika disubtitusikan kedalam pn (x ) maka
akan diperoleh sistem persamaan linear yang terdiri dari (n + 1)
persamaan.
Solusi sistem persamaan tersebut dapat diperoleh dengan
menggunakan metode eliminasi Gauss.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 171 / 257


4. Interpolasi Polinomial

4. Interpolasi Polinomial
Jenis-Jenis Interpolasi

Secara umum, penentuan polinom interpolasi dengan cara di atas


kurang disukai, karena sistem persamaan linear yang diperoleh dapat
memiliki kemungkinan berkondisi buruk, terutama untuk derajat
polinom yang semakin tinggi.
Sehingga dibutuhkan metode perhitungan polinom interpolasi tanpa
menggunakan cara/pendekatan di atas.
Beberapa pendekatan yang telah ditemukan oleh para ahli
diantaranya yaitu:
1 Interpolasi Polinomial Lagrange
2 Interpolasi Polinomial Newton

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 172 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange

4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange


Polinom Linear

Perhatikan kembali Interpolasi linear yang telah dibahas sebelumnya


(y1 y0 )
p1 (x ) = y0 + (x x0 )
(x1 x0 )
persamaan ini dapat dibentuk sedemikian sehingga
(x x1 ) (x x0 )
p1 (x ) = y0 + y1 , atau
(x0 x1 ) (x1 x0 )
p 1 ( x ) = a0 L 0 ( x ) + a1 L 1 ( x )
Dalam hal ini
(x x1 )
a0 = y0 , L0 (x ) =
(x0 x1 )
dan
(x x0 )
a1 = y1 , L1 (x ) =
(x1 x0 )
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 173 / 257
4. Interpolasi Polinomial 4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange

4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange


Bentuk umum polinom lagrange derajat n untuk (n + 1) titik berbeda
adalah
n
pn ( x ) = ∑ ai Li (x ) = a0 L0 (x ) + a1 L1 (x ) + ... + an Ln (x )
i =0

yang dalam hal ini


ai = yi , i = 0, 1, 2, ..., n
dan
n
(x xj )
Li ( x ) = ∏ (xi xj )
j =0
j 6 =i
(x x0 ) (x x1 ) ... (x xi 1 ) (x xi +1 ) ... (x xn )
Li ( x ) =
(xi x0 ) (xi x1 ) ... (xi xi 1 ) (xi xi +1 ) ... (xi xn )

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 174 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange

4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange

Theorem
Untuk setiap polinom interpolasi Lagrange pn (x ), berlaku bahwa;

1 ,i = j
Li (xj ) =
0 , i 6= j

dan polinom interpolasi pn (x ) melalui setiap titik data.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 175 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange

4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange

Problem
Diberikan empat titik, x0 = (1, 2), x1 = (1, 4), x2 = (1, 6), x3 = (1, 8).
Hampiri fungsi f (x ) = ln (x ) dan perkirakan nilai pn (1, 3) dengan
menggunakan:
1 Polinom Lagrange berderajat 1.
2 Polinom Lagrange berderajat 2.
3 Polinom Lagrange berderajat 3.
Untuk setiap derajat polinom diatas hitung nilai galatnya masing-masing.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 176 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange

4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange


Solution
Dari fungsi f (x ) = ln (x ) dan keempat titik yang diberikan, diperoleh
(xi , yi ) sebagai berikut:

xi 1, 2 1, 4 1, 6 1, 8
yi 0, 18232 0, 33647 0, 47000 0, 58779

1 Polinom Lagrange berderajat 1 yang menginterpolasi dua titik data


pada tabel adalah

p1 (x ) = a0 L0 (x ) + a1 L1 (x )
(x x1 ) (x x0 )
= y0 + y1
(x0 x1 ) (x1 x0 )
(x 1, 4) (x 1, 2)
= 0, 18232 + 0, 33647
(1, 2 1, 4) (1, 4 1, 2)
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 177 / 257
4. Interpolasi Polinomial 4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange

4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange

Solution
Diperoleh

p1 ( x ) = 0, 91160 (x 1, 4) + 1, 68235 (x 1, 2)

Untuk mengurangi galat akibat pembulatan, polinom p1 (x ) ini tidak perlu


disederhanakan lebih jauh.
Dengan menggunakan polinom interpolasi p1 (x ) di atas kita dapat
menaksir nilai fungsi di x = 1, 3 sebagai berikut:

p1 (1, 3) = 0, 91160 (1, 3 1, 4) + 1, 68235 (1, 3 1, 2)


= 0, 259 40

Nilai sejati f (1, 3) = 0, 26236.


Galat = j0, 26236 0, 259 40j = 0, 002 96

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 178 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange

4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange


Solution
Kurva y = ln (x ) dan y = p1 (x ) diperlihatkan pada gambar berikut:

Lanjutkan perhitungan untuk p2 (x ) dan p3 (x )!


agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 179 / 257
4. Interpolasi Polinomial 4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange

4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange


LATIHAN - Metode Interpolasi Polinomial Lagrange

1 Diberikan pasangan nilai x dan f (x ) dalam bentuk tabel sebagai


berikut:

x 0, 1 0, 3 0, 5 0, 7 0, 9 1, 1 1, 3
f (x ) 0, 03 0, 067 0, 148 0, 248 0, 370 0, 518 0, 697

a Berapa derajat polinom yang dengan tepat melalui ketujuh titik data
tersebut ?
b Berapa derajat polinom yang terbaik untuk menginterpolasi ketujuh
titik data tersebut ?
c Dengan derajat terbaik yang anda nyatakan dalam jawaban (b),
tentukan nilai fungsi di x = 0, 58 dengan menggunakan metode
interpolasi polinomial Lagrange. Gunakan ketelitian hingga 5 desimal.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 180 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange

4.1 Interpolasi Polinomial Lagrange


LATIHAN - Metode Interpolasi Polinomial Lagrange

2 Diberikan suatu fungsi f (x ) = e x + x 2 serta nilai x berada pada


interval [1, 5] . Dengan membagi interval tersebut menjadi 10
subinterval yang sama panjang;
a Berapa derajat polinom yang terbaik untuk menginterpolasi
ujung-ujung subinterval yang anda buat ?
b Dengan derajat terbaik yang anda nyatakan dalam jawaban (a),
tentukan nilai polinom di x = 3, 25 dengan menggunakan metode
interpolasi polinomial Lagrange. Hitung nilai galat dari hasil
perhitungan tersebut ! Gunakan ketelitian hingga 5 desimal.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 181 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton

Penyelesaian dengan menggunakan Polinom Lagrange dalam


kehidupan nyata (pratetek) pada umumnya kurang diminati. Hal ini
disebabkan karena;
1 Jumlah komputasi yang dibutuhkan untuk satu kali interpolasi adalah
besar.
2 Bila jumlah titik data meningkat atau menurun, hasil komputasi
sebelumnya tidak dapat digunakan.
Dengan Polinom Newton, polinom yang dibentuk sebelumnya dapat
dipakai untuk membuat polinom derajat yang lebih tinggi.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 182 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton


Polinom Linear

Perhatikan kembali polinom linear yang telah di bahas sebelumnya;


(y1 y0 )
p1 (x ) = y0 + (x x0 )
(x1 x0 )
Bentuk persamaan ini dapat ditulis sebagai
p 1 ( x ) = a0 + a1 ( x x0 )
dimana:
a0 = y0 = f (x0 ) dan
y1 y0 f (x1 ) f (x0 )
a1 = =
x1 x0 x1 x0
a1 merupakan bentuk selisih terbagi (divided-di¤erence) dan dapat
ditulis dalam bentuk
a1 = f [x1 , x0 ]
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 183 / 257
4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton


Polinom Kuadratik

Polinom Kuadratik Newton dinyatakan dalam bentuk

p 2 ( x ) = a0 + a1 ( x x0 ) + a2 (x x0 ) (x x1 ) atau
p 2 ( x ) = p 1 ( x ) + a2 ( x x0 ) (x x1 )

Dengan mensubtitusikan x = x2 diperoleh nilai a2 sebagai berikut;


f (x 2 ) f (x 0 ) f (x 1 ) f (x 0 )
x2 x0 x1 x0
a2 =
x2 x1
Selanjutnya dilakukan manipulasi aljabar sehingga diperoleh nilai dari
a2 yaitu
f (x 2 ) f (x 1 ) f (x 1 ) f (x 0 )
x2 x1 x1 x0 f [x2 , x1 ] f [x1 , x0 ]
a2 = =
x2 x0 x2 x0
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 184 / 257
4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton

Secara umum tahapan pembentukan polinom Newton adalah sebagai


berikut:

p 1 ( x ) = p 0 ( x ) + a1 ( x x0 )
= a0 + a1 ( x x0 )
p2 ( x ) = p 1 ( x ) + a2 ( x x0 ) (x x1 )
= a0 + a1 ( x x0 ) + a2 (x x0 ) (x x1 )
... = ...
pn ( x ) = pn (x ) + an (x x0 ) (x x1 ) ... (x xn
1 1)
= a0 + a1 (x x0 ) + a2 (x x0 ) (x x1 ) +
...an (x x0 ) (x x1 ) ... (x xn 1 )

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 185 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton

Nilai konstanta a0 , a1 , a2 , ..., an merupakan nilai selisih terbagi, dengan


nilai masing-masing

a0 = f (x0 )
a1 = f [x1 , x0 ]
a2 = f [x2 , x1 , x0 ]
... = ...
an = f [xn , xn 1 , ..., x1 , x0 ]

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 186 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton

Dalam hal ini


f (xi ) f (xj )
f [xi , xj ] =
xi xj
f [xi , xj ] f [xk , xk ]
f [xi , xj , xk ] =
xi xk
... = ...
f [xn , xn 1 , ..., x1 ] f [xn 1 , ..., x1 , x0 ]
f [xn , xn 1 , ..., x1 , x0 ] =
xn x0

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 187 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton

Dengan demikian polinom Newton yang menginterpolasi n + 1 titik data


yaitu (x0 , y0 ) , (x1 , y1 ) , ..., (xn , yn ) memiliki dapat ditulis sebagai berikut:
n i 1
pn ( x ) = ∑ ai ∏ (x xj ) ,
i =0 j =0

di mana:
k 1 i 1
f (xk ) ∑ ai ∏ (xk xj )
i =0 j =0
ak = k 1
,
∏ (xk xj )
j =0

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 188 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton

Polinom Newton juga dapat dituliskan dalam bentuk baru sebagai berikut:
( )
n i 1
pn ( x ) = ∑ f [xi , xi 1 , ..., x1 , x0 ] ∏ (x xj )
i =0 j =0

di mana:
k 1 i 1
f (xk ) ∑ f [xi , ..., x1 , x0 ] ∏ (xk xj )
i =0 j =0
f [xk , xk 1 , ..., x1 , x0 ] = k 1
∏ (xk xj )
j =0

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 189 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton

Polinom Newton juga disebut Interpolasi Polinomial Selisih-Terbagi,


dikarenakan tetapan a0 , a1 , ...an merupakan nilai selisih terbagi. Nilai
selisih terbagi dapat dihitung dengan menggunakan tabel selisih terbagi,
misalnya tabel selisih terbagi untuk empat titik data berikut:

i xi yi = f (xi ) ST-1 ST-2 ST-3


0 x0 f (x0 ) f [x1 , x0 ] f [x2 , x1 , x0 ] f [x3 , x2 , x1 , x0 ]
1 x1 f (x1 ) f [x2 , x1 ] f [x3 , x2 , x1 ]
2 x2 f (x2 ) f [x3 , x2 ]
3 x3 f (x3 )

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 190 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton


Example
Hitunglah f (9, 2) dari nilai-nilai (x, y ) yang diberikan pada tabel dibawah
ini dengan polinom Newton derajat 3.

i xi yi = f (xi ) ST-1 ST-2 ST-3


0 8 2, 079442 0, 117783 0, 006433 0, 000411
1 9 2, 197225 0, 108134 0, 005200
2 9, 5 2, 251292 0, 097735
3 11 2, 397895

Penyelesaian:
Polinom Newton yang diperoleh adalah:

p3 (x ) = 2, 079442 + 0, 117783 (x 8) 0, 006433 (x 8) (x 9)


+0, 000411 (x 8) (x 9) (x 9, 5)
p3 (9, 2) = 2, 219208
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 191 / 257
4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton


Problem
Bentuklah polinom Newton berderajat satu, dua, tiga, dan empat yang
menghampiri fungsi f (x ) = sin (x ) didalam selang [0, 6] dan jarak antar
titik adalah 1, 5. Kemudian taksirkanlah nilai fungsi di x = 3, 25 dengan
polimom derajat tiga dan empat. Hitung nilai galat masing-masing dari
hasil penaksiran tersebut!

Solution
Dengan jarak antar titik 1, 5 maka titik yang digunakan adalah

i xi yi = f (xi )
0 0 0
1 1, 5 0, 99740
2 3 0, 14112
3 4, 5 0, 97753
4 6 0, 27942
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 192 / 257
4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton

Solution
Cara menghitung nilai selisih terbagi adalah sebagai berikut:

f (x1 ) f (x0 ) 0, 99740 0


f [x1 , x0 ] = = = 0, 664 93
x1 x0 1.5 0
f (x2 ) f (x1 ) 0, 14112 0, 99740
f [x2 , x1 ] = = = 0, 570 85
x2 x1 3 1, 5
f (x3 ) f (x2 ) 0, 97753 0, 14112
f [x3 , x2 ] = = = 0, 745 77
x3 x2 4, 5 3
f (x4 ) f (x3 ) 0, 27942 0, 97753
f [x4 , x3 ] = = = 0, 465 41
x4 x3 6 4, 5

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 193 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton

Solution

f [x2 , x1 ] f [x1 , x0 ]
f [x2 , x1 , x0 ] =
x2 x0
0, 570 85 0, 664 93
= = 0, 411 93
3 0
f [x3 , x2 ] f [x2 , x1 ]
f [x3 , x2 , x1 ] =
x3 x1
0, 745 77 + 0, 570 85 2
= = 5, 830 7 10
4, 5 1, 5
f [x4 , x3 ] f [x3 , x2 ]
f [x4 , x3 , x2 ] =
x4 x2
0, 465 41 + 0, 745 77
= = 0, 403 73
6 3

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 194 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton

Solution

f [x3 , x2 , x1 ] f [x2 , x1 , x0 ]
f [x3 , x2 , x1 , x0 ] =
x3 x0
5, 830 7 10 2 + 0, 411 93 2
= = 7, 858 3 10
4, 5 0
f [x4 , x3 , x2 ] f [x3 , x2 , x1 ]
f [x4 , x3 , x2 , x1 ] =
x4 x1
0, 403 73 + 5, 830 7 10 2
= = 0, 102 67
6 1, 5
f [x4 , x3 , x2 , x1 ] f [x3 , x2 , x1 , x0 ]
f [x4 , x3 , x2 , x1 , x0 ] =
x4 x0
0, 102 67 7, 858 3 10 2
= = 4, 014 5 10 3
6 0
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 195 / 257
4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton

Solution
Tabel selisih terbaginya adalah

i ST-1 ST-2 ST-3 ST-4


0 0, 664 93 0, 411 93 7, 858 3 10 2 4, 014 5 10 3

1 0, 570 85 5, 830 7 10 2 0, 102 67


2 0, 745 77 0, 403 73
3 0, 465 41
4

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 196 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton

Solution
Polinom Newton derajat tiga dan empat dari data diatas adalah

p3 (x ) = 0 + 0, 664 93 (x 0) 0, 411 93 (x 0) (x 1, 5)
2
+7, 858 3 10 (x 0) (x 1, 5) (x 3)
p4 (x ) = 0 + 0, 664 93 (x 0) 0, 411 93 (x 0) (x 1.5)
+7, 858 3 10 2 (x 0) (x 1, 5) (x 3)
+4, 014 5 10 3 (x 0) (x 1, 5) (x 3) (x 4, 5)

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 197 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton

Solution
Sehingga diperoleh

p3 (3, 25) = 0 + 0, 664 93 (3, 25 0) 0, 411 93 (3, 25 0) (3, 25 1, 5)


2
+7, 858 3 10 (3, 25 0) (3, 25 1, 5) (3, 25 3)
2
= 7, 009 4 10

p4 (3, 25) = 0 + 0, 664 93 (3, 25 0) 0, 411 93 (3, 25 0) (3, 25 1, 5)


2
+7, 858 3 10 (3, 25 0) (3, 25 1, 5) (3, 25 3)
3
+4, 014 5 10 (3, 25 0) (3, 25 1, 5) (3, 25 3)
(3, 25 4, 5)
2
= 7, 722 9 10

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 198 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton


LATIHAN - Metode Interpolasi Polinomial Newton

1 Misal diberikan tabel selisih yang diambil dari fungsi f (x ) = sin (x )


di dalam selang [(0, 1) , (1, 7)] dan h = 0, 4.

x 0, 1 0, 5 0, 9 1, 3 1, 7
f (x ) 0, 09983 0, 47943 0, 78333 0, 96356 0, 99166

Dengan menggunakan derajat terbaik untuk menginterpolasi kelima


titik diatas, tentukan nilai fungsi di x = 0, 8 dengan menggunakan
metode interpolasi polinomial Newton. Gunakan ketelitian hingga 5
desimal serta tentukan nilai galat dari hasil perhitungan tersbut.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 199 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.2. Interpolasi Polinomial Newton

4.2 Interpolasi Polinomial Newton


LATIHAN - Metode Interpolasi Polinomial Newton

2 Konsentrasi larutan oksigen jenuh dalam air sebagai fungsi suhu dan
konsentrasi klorida diberikan dalam bentuk tabel berikut:
Konsentrasi larutan Oksigen (mg /L)
Suhu, 0C untuk berbagai konsentrasi klorida
Klorida = 10 mg /L Klorida = 20 mg /L
5 11, 6 10, 5
10 10, 3 9, 2
15 9, 1 8, 2
20 8, 2 7, 4
25 7, 4 6, 7
30 6, 8 6, 1
Gunakan metode interpolasi Newton berderajat lima untuk menaksir
konsentrasi oksigen yang larut pada T = 22, 40 C dalam konsentrasi
klorida 10 mg /L dan 20 mg /L.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 200 / 257
4. Interpolasi Polinomial 4.3 Galat Interpolasi

4.3 Galat Interpolasi

Theorem (Galat Interpolasi - 1)


Jika p adalah polinomial berderajat tertinggi n yang menginterpolasi f
pada n + 1 titik yaitu x0 , x1 , ..., xn 2 [a, b ] dan nika f (n +1 ) kontinu, maka
8x 2 [a, b ]
n
1
f (x ) pn ( x ) = f (n +1 ) ( c ) ∏ ( x xi )
(n + 1) ! i =0

Karena nilai c tidak diketahui, maka dimisalkan c sebagai nilai hampiran


yaitu c = xt = x0 +2 xn . Dengan demikian
n
1
f (x ) pn ( x ) = f (n +1 ) (xt ) ∏ (x xi )
(n + 1) ! i =0

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 201 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.3 Galat Interpolasi

4.3 Galat Interpolasi

Lemma (Batas Atas)


De…nisikan xi = a + ih untuk i = 0, 1, ..., n maka untuk suatu x 2 [a, b ],
n
1 n +1
∏ jx xi j
4
h n!
i =0

(b a )
dengan h = n adalah jarak antartitik.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 202 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.3 Galat Interpolasi

4.3 Galat Interpolasi

Theorem (Galat Interpolasi - 2)


Misalkan f fungsi yang memenuhi f (n +1 ) kontinu pada [a, b ] dan
f (n +1 ) ( x ) M. Misalkan p adalah polinomial berderajat n yang
menginterpolasi f pada n + 1 titik di [a, b ] termasuk titik akhirnya, maka

1
jf (x ) pn (x )j Mhn +1
4 (n + 1)
(b a )
dengan h = n adalah jarak antartitik.
Di mana; M = max f (n +1 ) ( c )
x0 c xn

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 203 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.3 Galat Interpolasi

4.3 Galat Interpolasi

Berdasarkan Teorema 1 dan 2 diperoleh bahwa


1 2
jE1 (x )j = jf (x ) p1 (x )j h max f 00 (c )
8 x0 c x1
p
3 3
jE2 (x )j = jf (x ) p2 (x )j h max f 000 (c )
27 x0 c x2
1 4
jE3 (x )j = jf (x ) p3 (x )j h max f (4 ) (c )
24 x0 c x3

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 204 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.3 Galat Interpolasi

4.3 Galat Interpolasi

Example
Diberikan empat buah titik data sebagai berikut

xi f (xi )
0, 0 1, 0000000
1, 0 0, 5403023
2, 0 0, 4161468
3, 0 0, 9899925

hampiri nilai cos (1, 5) dengan metode Lagrange dan Newton sampai
derajat 3 serta identi…kasi galatnya.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 205 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.3 Galat Interpolasi

4.3 Galat Interpolasi

Example
Penyelesaian:
Nilai sejati cos (1, 5) = 0, 0713392
Dari metode Lagrange diperoleh cos (1, 5) 0, 0692110
Dari metode polinom Newton diperoleh cos (1, 5) 0, 0692120
Batas atas kesalahan yaitu
1 4
jE3 (x )j = jf (x ) p3 (x )j h max f (4 ) (c )
24 x0 c x3
1 4
jE3 (x )j .1 .1 = 0, 0416667
24

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 206 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.3 Galat Interpolasi

4.3 Galat Interpolasi

Example
Galat absolut Lagrange = 0, 0021272 < jE3 (x )j
Galat absolut Newton = 0, 0021272 < jE3 (x )j
Sehingga polinomial derajat 3 sudah cukup teliti untuk menghampiri
nilai cos (1, 5)

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 207 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.3 Galat Interpolasi

4.3 Galat Interpolasi

Theorem (Galat Interpolasi - 3)


Jika p adalah polinomial berderajat n yang menginterpolasi f pada titik
x0 , x1 , ..., xn 2 [a, b ] maka untuk suatu nilai x yang bukan nilai interpolasi,
n
f (x ) pn (x ) = f [x0 , x1 , ..., xn ] ∏ (x xi )
i =0

Dengan f [x0 , x1 , ..., xn ] adalah selisih terbagi pada polinom Newton.

Teorema 3 dapat digunakan untuk mencari galat interpolasi polinomial


Newton.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 208 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.3 Galat Interpolasi

4.3 Galat Interpolasi

Theorem (Galat Interpolasi - 4)


Jika f (n ) kontinu pada [a, b ] dan x0 , x1 , ..., xn adalah n + 1 titik yang
berada di interval [a, b ] , maka untuk c di (a, b ) ,

1 (n )
f [x0 , x1 , ..., xn ] = f (c )
n!

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 209 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.3 Galat Interpolasi

4.3 Galat Interpolasi

Jika f adalah polinomial berderajat n, maka semua selisih terbagi


f [x0 , x1 , ..., xi ] adalah nol untuk i n + 1.
Example
Polinom berderajat berapa yang paling dekat hampirannya dari fungsi yang
diketahui titik-titiknya sebagai berikut (gunakan metode interpolasi
polinom Newton)

x 1 2 0 3 1 7
y 2 56 2 4 16 376

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 210 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.3 Galat Interpolasi

4.3 Galat Interpolasi

Example
Penyelesaian:
Diperoleh tabel selisih terbagi

x f [] f [, ] f [, , ] f [, , , ] f [, , , , ]
1 2 18 9 2 0
2 56 27 5 2 0
0 2 2 3 2
3 4 5 11
1 16 49
7 376

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 211 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.3 Galat Interpolasi

4.3 Galat Interpolasi

Karena pada orde ke empat selisih terbagi menghasilkan semua nilai nol,
maka dapat tersebut dapat direpresentasikan oleh polinomial derjat tiga.

p3 ( x ) = 2 + 18 (x 1) 9 (x 1) (x + 2)
+2 (x 1) (x + 2) x

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 212 / 257


4. Interpolasi Polinomial 4.3 Galat Interpolasi

Latihan - Galat Interpolasi

1 Perlihatkan untuk interpolasi kubik bahwa

h4
jE3 (x )j = jf (x ) p3 (x )j max f (4 ) (c ) , x0 c x3
24
yang dalam hal ini p3 (x ) adalah polinom interpolasi derajat 3 yang
menginterpolasi

x0 = 0, x1 = h, x2 = 2h, dan x3 = 3h

2 Tentukan h (jarak antar


p titik) untuk titik-titik yang berjarak sama
dari fungsi f (x ) = x antara x = 1 sampai x = 2 sehingga
interpolasi polinom kubik dalam daftar nilai itu mempunyai galat
kurang dari 10 6 . Berapa jumlah titik data dengan h sebesar itu ?

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 213 / 257


5. Turunan Numerik

5. Turunan Numerik

Dalam kenyataannya, turunan adalah limit dari hasil bagi selisih:


yaitu pengurangan dua buah nilai yang besar f (x + h ) f (x ) dan
membaginya dengan bilangan yang kecil (h ). Pembagian ini dapat
menghasilkan turunan dengan galat yang besar.
Turunan numerik digunakan untuk membentuk turunan suatu fungsi
f (x ) yang hanya diketahui data empirisnya saja, yaitu
f(xi , yi ) ; i = 1, 2, ..., mg.
Selain itu juga dapat digunakan untuk membentuk turunan fungsi
f (x ) yang diketahui secara eksplisit tetapi bentuknya rumit.
Pendekatan turunan numerik terdiri atas;
Hampiran selisih maju (beda maju)
Hampiran selisih mundur (beda mundur)
Hampiran selisih pusat (beda pusat)

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 214 / 257


5. Turunan Numerik

5. Turunan Numerik

Misalkan diberikan titik-titik (xi , fi ) i = 0, 1, 2, ..., n yang dalam hal ini

xi = x0 + ih

dan
fi = f (xi )
Kita ingin menghitung f 0 (x ) , yang dalam hal ini x = x0 + sh, s 2 R
dengan ketiga pendekatan yang disebutkan diatas (maju, mundur, pusat)

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 215 / 257


5. Turunan Numerik 5.1 Hampiran Selisih maju

5.1 Hampiran Selisih Maju

Terdapat banyak cara untuk melakukan proses turunan numerik. Salah


satunya menggunakan ekspansi deret Taylor di sekitar x = x0 .

f 00 (x )
f (x + h ) = f (x ) + f 0 (x ) (x x0 ) + (x x0 )2
2
f 000 (x )
+ (x x0 )3 + ...
6
Misalkan x = x0 + h, maka diperoleh:

f 00 (x0 ) 2
f (x0 + h ) = f (x0 ) + f 0 (x0 ) h + h + ...
2!

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 216 / 257


5. Turunan Numerik 5.1 Hampiran Selisih maju

5.1 Hampiran Selisih Maju

Rumus selisih maju untuk turunan pertama:

f (x0 + h ) f (x0 ) f 00 (x0 )


f 0 ( x0 ) = h ...
h 2!
f ( x0 + h ) f (x0 )
f 0 (x0 ) + O (h )
h
Secara umum diperoleh
fi +1 fi
fi 0 + O (h )
h
f 00 (t )
Dengan O (h ) = 2 h, xi < t < xi +1 adalah galat dari hampiran
fungsi.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 217 / 257


5. Turunan Numerik 5.1 Hampiran Selisih maju

5.1 Hampiran Selisih Maju

Penjelasan gra…s mengenai metode ini adalah seperti dalam gambar


berikut.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 218 / 257


5. Turunan Numerik 5.1 Hampiran Selisih maju

5.1 Hampiran Selisih Maju

Rumus selisih maju untuk turunan kedua:

f 0 (x0 + h ) f 0 (x0 )
f 00 (x0 ) =
h
f (x0 +2h ) f (x0 +h ) f (x 0 +h ) f (x 0 )
00 h h
f (x0 )
h
00 f (x0 + 2h ) 2f (x0 + h ) + f (x0 )
f (x0 ) + O (h )
h2
Secara umum diperoleh
fi + 2 2fi +1 + fi
fi 00 + O (h )
h2
Dengan O (h ) = hf 00 (t ) , xi < t < xi +2 adalah galat dari hampiran
fungsi.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 219 / 257


5. Turunan Numerik 5.2 Hampiran Selisih Mundur

5.2 Hampiran Selisih Mundur


Misalkan x = x0 h, maka diperoleh:
f 00 (x0 ) 2
f ( x0 h ) = f (x0 ) f 0 (x0 ) h + h ...
2!
Rumus selisih mundur untuk turunan pertama:
f (x0 ) f (x0 h) f 00 (x0 )
f 0 (x0 ) = + ...
h 2!
f (x0 ) f (x0 h)
f 0 (x0 ) + O (h )
h
Secara umum diperoleh
fi fi 1
fi 0 + O (h )
h
f 00 (t )
Dengan O (h ) = 2 h, xi 1 < t < xi adalah galat dari hampiran
fungsi.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 220 / 257
5. Turunan Numerik 5.2 Hampiran Selisih Mundur

5.2 Hampiran Selisih Mundur


Penjelasan gra…s mengenai metode ini adalah seperti dalam gambar
berikut.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 221 / 257


5. Turunan Numerik 5.2 Hampiran Selisih Mundur

5.2 Hampiran Selisih Mundur

Rumus selisih mundur untuk turunan kedua:


f 0 (x0 ) f 0 (x0 h)
f 00 (x0 ) =
h
f (x 0 ) f (x 0 h ) f (x0 h ) f (x0 2h )
f 00 (x0 ) h h
h
f (x0 ) 2f (x0 h ) + f (x0 2h )
f 00 (x0 ) + O (h )
h2
Secara umum diperoleh
fi 2fi 1 + fi 2
fi 00 + O (h )
h2
Dengan O (h ) = hf 00 (t ) , xi 2 < t < xi adalah galat dari hampiran
fungsi.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 222 / 257


5. Turunan Numerik 5.3 Hampiran Selisih Pusat

5.3 Hampiran Selisih Pusat

Bila kedua persamaan berikut saling dikurangkan:

f 00 (x0 ) 2
f (x0 + h ) = f (x0 ) + f 0 (x0 ) h + h + ...
2!
f 00 (x0 ) 2
f (x0 h ) = f (x0 ) f 0 (x0 ) h + h ...
2!
Diperoleh rumus selisih pusat untuk turunan pertama:

f (x0 + h ) f (x0 h) f 000 (x0 ) 2


f 0 ( x0 ) = h ...
2h 3!
f (x0 + h ) f (x0 h)
f 0 ( x0 ) + O h2
2h

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 223 / 257


5. Turunan Numerik 5.3 Hampiran Selisih Pusat

5.3 Hampiran Selisih Pusat

Secara umum diperoleh


fi + 1 fi 1
fi 0 + O h2
2h
h 2 000
Dengan O (h2 ) = 6 f (t ) , xi 1 < t < xi +1 adalah galat dari
hampiran fungsi.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 224 / 257


5. Turunan Numerik 5.3 Hampiran Selisih Pusat

5.3 Hampiran Selisih Pusat


Penjelasan gra…s mengenai metode ini adalah seperti pada gambar berikut:

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 225 / 257


5. Turunan Numerik 5.3 Hampiran Selisih Pusat

5.3 Hampiran Selisih Pusat

Bila kedua persamaan berikut saling ditambahkan:

f 00 (x0 ) 2
f (x0 + h ) = f (x0 ) + f 0 (x0 ) h + h + ...
2!
f 00 (x0 ) 2
f (x0 h ) = f (x0 ) f 0 (x0 ) h + h ...
2!
Diperoleh rumus selisih pusat untuk turunan kedua:

f (x0 + h ) 2f (x0 ) + f (x0 h) f (4 ) (x0 ) 2


f 00 (x0 ) = h ...
h2 12
f (x0 + h ) 2f (x0 ) + f (x0 h)
f 00 (x0 ) + O h2
h2

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 226 / 257


5. Turunan Numerik 5.3 Hampiran Selisih Pusat

5.3 Hampiran Selisih Pusat

Secara umum diperoleh


fi +1 2fi + fi 1
fi 00 + O h2
h2
h 2 (4 )
Dengan O (h ) = 12 f (t ) , xi 1 < t < xi +1 adalah galat dari
hampiran fungsi.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 227 / 257


5. Turunan Numerik 5.3 Hampiran Selisih Pusat

Problem
Diberikan data sebagai berikut

i 0 1 2 3 4
xi 0, 1 0, 3 0, 5 0, 7 0, 9
f (xi ) 2, 4 2, 8 3, 2 4, 6 8, 1

Tentukan f 0 (0, 1) , f 0 (0, 7) , f 0 (0, 9) menggunakan data yang diberikan


dengan menggunakan hampiran selisih maju, selisih pusat, selisih mundur.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 228 / 257


5. Turunan Numerik 5.3 Hampiran Selisih Pusat

Solution
h = hi = xi xi 1 = 0, 2 untuk i = 1, 2, 3, 4
Menggunakan formula hampiran selisih maju

f (0, 1 + 0, 2) f (0, 1) 2, 8 2, 4
f 0 (0, 1) = = =2
0, 2 0, 2
Menggunakan formula hampiran selisih pusat

f (0, 7 + 0, 2) f (0, 7 0, 2) 8, 1 3, 2
f 0 (0, 7) = = = 12, 25
2 0, 2 0, 4
Menggunakan formula hampiran selisih mundur

f (0, 9) f (0, 9 0, 2) 8, 1 4, 6
f 0 (0, 9) = = = 17, 5
0, 2 0, 2

Lanjutkan dengan menghitung f 00 (0, 1) , f 00 (0, 7) , f 00 (0, 9)!

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 229 / 257


5. Turunan Numerik 5.3 Hampiran Selisih Pusat

Latihan - Turunan Numerik

1 Diberikan tabel yang berisi titik-titik sebuah fungsi f :

x f (x )
1, 000 0, 54030
1, 100 0, 45360
1, 198 0, 36422
1, 199 0, 36329
1, 200 0, 36236
1, 201 0, 36143
1, 202 0, 36049
1, 300 0, 26750
1, 400 0, 16997

a Tentukan nilai f 0 (1, 2) dan f 00 (1, 2) untuk h = 0, 1 dan h = 0, 001


dengan formula hampiran selisih pusat orde O 2 (h ) . Gunakan ketelitian
4 desimal!
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 230 / 257
5. Turunan Numerik 5.3 Hampiran Selisih Pusat

Latihan - Turunan Numerik

b Tabel diatas adalah tabel f (x ) = cos (x ). Bandingkan


jawaban yang anda peroleh dengan nilai sejatinya. Gunakan
ketelitian 4 desimal!

2 Diberikan fungsi f (x ) = e x sin (x ). Hitung hampiran numerik dari


f 0 (0) , f 0 (1) , f 0 (2) , f 0 (3) menggunakan
h = 0, 1, h = 0, 01, h = 0, 001.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 231 / 257


6. Integrasi Numerik

6. Integrasi Numerik
Dalam pengintegralan dikenal dua istilah integral yaitu integral
tak-tentu dan integral tentu. Integral tak tentu dinyatakan sebagai:
Z
f (x ) dx = F (x ) + c

solusinya, F (x ) adalah fungsi kontinu sedemikian sehingga


F 0 (x ) = f (x ), dan C adalah suatu konstanta.
Integral tentu menyelesaikan perhitungan integral diantara
batas-batas yang telah ditentukan, yang dinyatakan sebagai:
Z b
I = f (x ) dx
a

Menurut teorema dasar kalkulus, integral tentu dapat dihitung


sabagai;
Z b
I = f (x ) dx = F (x ) jba = F (b ) F (a )
a
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 232 / 257
6. Integrasi Numerik

6. Integrasi Numerik

Secara geometri, integral tentu sama dengan luas daerah yang dibatasi
oleh kurva y = f (x ), garis x = a dan garis x = b seperti yang ditunjukkan
pada gambar berikut:

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 233 / 257


6. Integrasi Numerik

6. Integrasi Numerik

Beberapa kaidah yang digunakan dalam integrasi numerik, diantaranya


adalah:
Kaidah segiempat
Kaidah trapesium
Kaidah titik tengah
Kaidah simpson

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 234 / 257


6. Integrasi Numerik 6.1 Kaidah Segiempat

6.1 Kaidah Segiempat

Pandang suatu daerah berbentuk segiempat denngan panjang mulai dari


x = x0 sampai x = x1 pada gambar berikut:

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 235 / 257


6. Integrasi Numerik 6.1 Kaidah Segiempat

6.1 Kaidah Segiempat


Luas daerah pada gambar diatas dengan tinggi = f (x0 ) adalah
Z x1
f (x ) dx hf (x0 )
x0

atau tinggi = f (x1 ) Z x1


f (x ) dx hf (x1 )
x0
Jadi R x1
Rxx01 f (x ) dx hf (x0 )
xR0
f (x ) dx hf (x1 )
x1
2 x0 f (x ) dx h [f (x0 ) + f (x1 )]
Selanjutnya setiap ruas dibagi 2, diperoleh
Z x1
h
f (x ) dx [f (x0 ) + f (x1 )]
x0 2
Persamaan diatas dinamakan kaidah segiempat.
agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 236 / 257
6. Integrasi Numerik 6.1 Kaidah Segiempat

6.1 Kaidah Segiempat

Selanjutnya jika suatu selang [a, b ] 2 x dibagi menjadi n buah daerah


berbentuk segiempat dengan lebar h yaitu [x0 , x1 ], [x1 , x2 ], . . . , [x(n 1 ) , xn ],
maka diperoleh suatu kaidah segiempat gabungan yang dinyatakan sebagai
berikut:
Z b
h h
f (x ) dx f (x0 ) + hf (x1 ) + hf (x2 ) + ... + hf (xn 1) f (xn )
a 2 2
Z b
!
n 1
h
f (x ) dx f (x0 ) + 2 ∑ f (xi ) + f (xn )
a 2 i =1

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 237 / 257


6. Integrasi Numerik 6.2 Kaidah Trapesium

6.2 Kaidah Trapesium

Misalkan suatu daerah berbentuk trapesium dengan panjang mulai dari


x = x0 sampai x = x1 pada gambar berikut:

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 238 / 257


6. Integrasi Numerik 6.2 Kaidah Trapesium

6.2 Kaidah Trapesium

Luas satu trapesium adalah


Z x1
h
f (x ) dx [f (x0 ) + f (x1 )]
x0 2

Persamaan diatas dikenal dengan nama kaidah trapesium.


Terlihat bahwa kaidah trapesim sama dengan kaidah segiempat.
Selanjutnya jika suatu selang [a, b ] 2 x dibagi menjadi n buah daerah
berbentuk segiempat dengan lebar h yaitu
[x0 , x1 ], [x1 , x2 ], . . . , [x(n 1 ) , xn ], maka diperoleh suatu kaidah
segiempat gabungan yang dinyatakan sebagai berikut:
Z b Z x1 Z x2 Z xn
f (x ) dx = f (x ) dx + f (x ) dx + ... + f (x ) dx
a x0 x1 xn 1

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 239 / 257


6. Integrasi Numerik 6.2 Kaidah Trapesium

6.2 Kaidah Trapesium

Z b
h h h
f (x ) dx [f (x0 ) + hf (x1 )] + [f (x1 ) + f (x2 )] + ... + [f (xn 1)
a 2 2 2
Z b
h
f (x ) dx [f (x0 ) + 2f (x1 ) + 2f (x2 ) + ... + 2f (xn 1 ) + f (xn )]
a 2
Z b
" #
n 1
h
f (x ) dx f (x0 ) + 2 ∑ +f (xn )
a 2 i =1

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 240 / 257


6. Integrasi Numerik 6.3 Kaidah Titik Tengah

6.3 Kaidah Titik Tengah

Pandang suatu daerah berbentuk segiempat denngan panjang mulai dari


x = x0 sampai x = x1 dan titik absis x = x0 + h2 seperti yang ditunjukkan
pada gambar berikut:

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 241 / 257


6. Integrasi Numerik 6.3 Kaidah Titik Tengah

6.3 Kaidah Titik Tengah


Luas daerah diatas adalah
Z x1
f (x ) dx hf (x0 + h/2) hf (x1/2 )
x0

Persamaan diatas dikenal dengan nama kaidah titik tengah.


Untuk kaidah titik tengah gabungan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Z b Z x1 Z x2 Z xn
f (x ) dx f (x ) dx + f (x ) dx + ... + f (x ) dx
a x0 x1 xn 1
Z b
f (x ) dx hf (x1/2 ) + hf (x3/2 ) + hf (x5/2 ) + ... + hhf (xn 1/2 )
a
Z b n 1

a
f (x ) dx h ∑ f (xi +1/2 )
i =0

dalam hal ini xr +1/2 = a + (r + 1/2) h


agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 242 / 257
6. Integrasi Numerik 6.3 Kaidah Titik Tengah

Problem
R6
Hampiri nilai dari 2 (x 1) dx dengan menggunakan kaidah trapesium,
jika diketahui diantara titik selang tersebut terdapat 9 titik kuadratik serta
ketelitian hingga 2 desimal.

Solution
Diketahui bahwa a = 2, b = 6, n = 9, m = 8
Lebar tiap pias h = 6 8 2 = 0, 5
maka titik kuadratik dinyatakan pada tabel berikut:

x 2 2, 5 3 3, 5 4 4, 5 5 5, 5 6
f (x ) 1 1, 5 2 2, 5 3 3, 5 4 4, 5 5

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 243 / 257


6. Integrasi Numerik 6.3 Kaidah Titik Tengah

Solution
x 2 2, 5 3 3, 5 4 4, 5 5 5, 5 6
f (x ) 1 1, 5 2 2, 5 3 3, 5 4 4, 5 5

Z 6
h
f (x ) dx [f (x0 ) + 2f (x1 ) + 2f (x2 ) + ... + 2f (xn 1 ) + f (xn )]
2 2
0, 5 1 + 2 (1, 5) + 2 (2) + 2 (2, 5) + 2 (3) + 2 (3, 5)
2 +2 (4) + 2 (4, 5) + 2 (5)
12
Lanjutkan perhitungan diatas dengan menggunakan kaidah segiempat dan
kaidah titik tengah.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 244 / 257


6. Integrasi Numerik 6.4 Kaidah Simpson

6.4 Kaidah Simpson

Hampiran nilai integrasi yang lebih baik dapat ditingkatkan dengan


menggunakan polinom interpolasi berderajat yang lebih tinggi.
Misalkan fungsi f (x ) dihampiri dengan polinom interpolasi derajat 2
yang gra…knya berbentuk parabola.
Misalkan pula dibutuhkan 3 titik data untuk menghampiri fungsi f (x )

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 245 / 257


6. Integrasi Numerik 6.4 Kaidah Simpson

6.4 Kaidah Simpson

Ketiga titik data tersebut adalah (0, f (0)) , (h, f (h )) , dan (2h, f (2h )) .
Seperti ditunjukkan pada gambar berikut:

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 246 / 257


6. Integrasi Numerik 6.4 Kaidah Simpson

6.4 Kaidah Simpson

Polinom interpolasi Newton-Gregory derajat 2 yang melalui ketiga buah


titik tersebut adalah
x x (x h ) 2
p2 (x ) = f (x0 ) + 4f (x0 ) + 4 f (x0 )
h 2!h2
x (x h ) 2
= f (x0 ) + x 4f (x0 ) + 4 f (x0 )
2!h2
dimana:
4n f (x0 )
f [xn , ..., x1 , x0 ] =
n!hn

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 247 / 257


6. Integrasi Numerik 6.4 Kaidah Simpson

6.4 Kaidah Simpson

Sehingga
Z 2h Z 2h
I f (x ) dx p2 (x ) dx
0 0
Z 2h
x (x h ) 2
f (x0 ) + x 4f (x0 ) + 4 f (x0 ) dx
0 2!h2
h
2hf (x0 ) + 2h 4f (x0 ) + 42 f (x0 )
3
Mengingat
4f (x0 ) = f (x1 ) f (x0 )
dan

42 f (x0 ) = 4f (x1 ) 4f (x0 ) = f (x2 ) 2f (x1 ) + f (x0 )

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 248 / 257


6. Integrasi Numerik 6.4 Kaidah Simpson

6.4 Kaidah Simpson

Maka selanjutnya
h
I 2hf (x0 ) + 2h (f (x1 ) f (x0 )) + (f (x2 ) 2f (x1 ) + f (x0 ))
3
h
(f (x0 ) + 4f (x1 ) + f (x2 ))
3
Persamaan diatas dinamakan kaidah Simpson 1/3 karena didalam
persamaan terdapat faktor "1/3". Sekaligus untuk membedakannya
dengan kaidah simpson yang lain yaitu Simpson 3/8.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 249 / 257


6. Integrasi Numerik 6.4 Kaidah Simpson

6.4 Kaidah Simpson

Selanjutnya untuk kaidah Simpson 1/3 Gabungan diperoleh dengan


membagi selang [a, b ] menjadi n + 1 buah titik diskrit x0 , x1 , ..., xn dengan
n genap.
Z b Z x1 Z x2 Z xn
Itot = f (x ) dx f (x ) dx + f (x ) dx + ... + f (x ) dx
a x0 x1 xn 1
!
n 1 n 2
h
3
f (x0 ) + 4 ∑ f ( xi ) + 2 ∑ f (xi ) + f (xn )
i =1,3,5 i =2,4,6

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 250 / 257


6. Integrasi Numerik 6.4 Kaidah Simpson

6.4 Kaidah Simpson

Misalkan interpolasi dilakukan dengan menggunakan 4 buah titik data


yaitu (0, f (0)) , (h, f (h )) , (2h, f (2h )) , dan (3h, f (3h )) seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut:

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 251 / 257


6. Integrasi Numerik 6.4 Kaidah Simpson

6.4 Kaidah Simpson

Dengan cara penurunan yang sama pada kaidah Simpson 1/3,


diperoleh kaidah Simpson 3/8 sebagai berikut:
Z 3h
3h
f (x ) dx (f (x0 ) + 3f (x1 ) + 3f (x2 ) + f (x3 ))
0 8
Sedangkan kaidah Simpson 3/8 Gabungan adalah
0 1
Z b n 1 n 3
3h B C
a
f (x ) dx
8
@f (x0 ) + 3 ∑ f (xi ) + 2 ∑ f (xi ) + f (xn )A
i =1 i =3,6,9
i 6=3,6,9

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 252 / 257


6. Integrasi Numerik 6.4 Kaidah Simpson

Integrasi Numerik
Kaidah Simpson

Problem
Hitung integral Z 1
1
dx
0 1+x
dengan menggunakan kaidah Simpson 1/3 dan Simpson 3/8, dimana jarak
antar titik h = 0, 125.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 253 / 257


6. Integrasi Numerik 6.4 Kaidah Simpson

Integrasi Numerik
Kaidah Simpson

Solution
Jumlah selang: n = (1 0)/0, 125 = 8
Tabel titik-titik di dalam selang [0, 1]

x f (x )
0 1
0, 125 0, 88889
0, 250 0, 80000
0, 375 0, 72727
0, 500 0, 66667
0, 625 0, 61538
0, 750 0, 57143
0, 875 0, 53333
1, 000 0, 50000

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 254 / 257


6. Integrasi Numerik 6.4 Kaidah Simpson

Integrasi Numerik
Kaidah Simpson

Solution
Dengan kaidah Simpson 1/3
Z 1
1 h f (x0 ) + 4f (x1 ) + 2f (x2 ) + 4f (x3 ) + 2f (x4 )
dx
0 1+x 3 4f (x5 ) + 2f (x6 ) + 4f (x7 ) + f (x8 )
0, 125
(16, 63568)
3
0, 69315

Lanjutkan perhtiungan dengan menggunakan kaidah Simpson 3/8!

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 255 / 257


6. Integrasi Numerik 6.4 Kaidah Simpson

Integrasi Numerik
Latihan

R1 2
1 Hitunglah 0 e x dx dengan menggunakan kaidah segiempat,
trapesium, titik tengah, Simpson 1/3, dan Simpson 3/8 dan jumlah
selang yang digunakan adalah n = 10.
R 2,5
2 Hitunglah 1,5 x 2 cos x 2 dx dengan menggunakan kaidah segiempat,
trapesium, titik tengah, Simpson 1/3, dan Simpson 3/8 dan n = 26.

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 256 / 257


BUKU ACUAN

Buku Acuan

1 Metode Numerik (Rinaldi Munir)


2 Numerical Mathematics and Computing (Ward
Cheney David Kincaid)

agusyarif@ung.ac.id (FMIPA - UNG) S-1 Statistika 2019 257 / 257

Anda mungkin juga menyukai