Anda di halaman 1dari 33

 HIGHLIGHT

 PUSAT DATA
 FORUM
 ALAT PAJAK
 PUBLIKASI
 SOLUSI

ProfilKesukaanku

    

Keluar

Amerika Serikat (Amerika)

KONVENSI ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH


REPUBLIK AMERIKA SERIKAT UNTUK PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA
DAN PENCEGAHAN PENGELOLAAN FISKAL TERHADAP PAJAK ATAS
PENGHASILAN

 Terpaksa

 Efektif : 31 Jan 1991


 Ditandatangani : 10 Juli 1988
 Favorit
 Baca Nanti

 Membagikan
Perjanjian Menu
TIDAK BISA

 
KONVENSI ANTARA
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
DAN
PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT
UNTUK
PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DAN PENCEGAHAN PENGELOLAAN
FISKAL TERHADAP PAJAK ATAS PENGHASILAN
Pasal 1
LINGKUP PRIBADI
Konvensi ini berlaku bagi orang-orang yang merupakan penduduk salah satu atau kedua
Negara pihak pada Persetujuan.
Pasal 2
PAJAK YANG TERCAKUP
1. Pajak-pajak yang ada yang menjadi subyek Konvensi ini adalah:
(sebuah) Dalam kasus Indonesia, pajak penghasilan (pajak penghasilan 1984), dan sejauh
yang diberikan dalam pajak penghasilan tersebut, pajak perusahaan (pajak
perseroan 1925), dan pajak atas pidends bunga, dan royalti (pajak atas bunga,
piden dan royalti 1970).
(b) Dalam kasus Amerika Serikat, pajak penghasilan yang dikenakan oleh Internal
Revenue Code (tetapi tidak termasuk akumulasi pajak penghasilan, pajak
perusahaan induk pribadi, dan pajak jaminan sosial).
2. Konvensi ini juga akan berlaku untuk setiap pajak yang identik atau pada pokoknya serupa
yang kemudian dikenakan sebagai tambahan atau sebagai pengganti dari pajak-pajak yang
ada.
Pasal 3
DEFINISI UMUM
1. Untuk tujuan Konvensi ini saja, kecuali konteksnya mensyaratkan lain:
(sebuah) istilah "Indonesia" meliputi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
laut-laut yang berbatasan di mana Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki
kedaulatan, hak berdaulat atau yurisdiksi sesuai dengan ketentuan Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1982 tentang Hukum Laut.
(b) Istilah "Amerika Serikat" berarti Amerika Serikat. Bila digunakan dalam
pengertian geografis, istilah "Amerika Serikat" berarti Negara-negara bagiannya,
Distrik Columbia dan bagian-bagian landas kontinen dan laut-laut yang berdekatan
di mana Amerika Serikat memiliki kedaulatan, hak berdaulat atau hak-hak lain
sesuai dengan hukum internasional .
(c) istilah "salah satu Negara pihak pada Persetujuan" dari "Negara pihak pada
Persetujuan lainnya" berarti Indonesia atau Amerika Serikat, sesuai dengan
hubungan kalimatnya.
(d) istilah "orang" mencakup perorangan, persekutuan, perusahaan, perkebunan,
perwalian, atau badan orang lain.
(e) istilah "perusahaan" berarti setiap badan hukum atau setiap badan yang
diperlakukan sebagai badan hukum untuk tujuan perpajakan.
(f) istilah "otoritas yang berwenang"' berarti:
(saya) dalam hal Indonesia, Menteri Keuangan atau wakilnya yang sah, dan

(ii) dalam kasus Amerika Serikat, Menteri Keuangan atau wakilnya yang sah.

(g) istilah "pajak Indonesia" berarti pajak yang dikenakan oleh Indonesia di mana
Konvensi ini berlaku berdasarkan Pasal 2 (Pajak Yang Termasuk) dan istilah
"pajak Amerika Serikat" berarti pajak yang dikenakan oleh Amerika Serikat di
mana Konvensi ini berlaku berdasarkan Pasal 2 (Tertutup Pajak).
(h) istilah "lalu lintas internasional" berarti setiap pengangkutan dengan kapal laut
atau pesawat udara, kecuali jika pengangkutan itu semata-mata antara tempat-
tempat di Negara pihak pada Persetujuan lainnya.
2. Setiap istilah lain yang digunakan dalam Konvensi ini dan tidak didefinisikan dalam
Konvensi ini, kecuali jika konteksnya menentukan lain, memiliki arti menurut perundang-
undangan Negara pihak pada Persetujuan yang pajaknya sedang ditentukan. Menyimpang
dari kalimat sebelumnya, jika arti istilah tersebut menurut undang-undang salah satu
Negara pihak pada Persetujuan berbeda dari arti istilah menurut undang-undang Negara
pihak lainnya pada Persetujuan, atau jika arti dari istilah tersebut tidak mudah ditentukan.
berdasarkan undang-undang salah satu Negara pihak pada Persetujuan, pejabat yang
berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan dapat, untuk mencegah pengenaan pajak
berganda atau untuk memajukan tujuan lain dari Konvensi ini, menetapkan arti yang sama
dari istilah tersebut untuk tujuan Konvensi.
Pasal 4
TEMPAT TINGGAL FISKAL
1. Dalam Konvensi ini, istilah "penduduk suatu
Negara pihak pada Persetujuan" berarti setiap
orang yang berdasarkan perundang-undangan
Negara itu dapat dikenakan pajak di Negara
itu berdasarkan domisilinya, tempat
tinggalnya, tempat pendiriannya, tempat
kedudukan manajemennya atau setiap kriteria
lain dari suatu negara yang serupa.
alam. Untuk tujuan pajak Amerika Serikat,
dalam hal persekutuan, perkebunan, atau
perwalian, istilah tersebut hanya berlaku
sejauh pendapatan yang diperoleh orang
tersebut dikenakan pajak Amerika Serikat
sebagai pendapatan penduduk, baik di
tangannya. atau di tangan mitra atau penerima
manfaat.
2. Dimana berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat
1 seorang inpidual adalah penduduk kedua
Negara pihak pada Persetujuan:
(sebuah) ia akan dianggap sebagai penduduk
Negara pihak pada Persetujuan di
mana ia tinggal tetapnya. Jika ia
mempunyai tempat tinggal tetap di
kedua Negara pihak pada Persetujuan
atau tidak di salah satu Negara pihak
pada Persetujuan, ia akan dianggap
sebagai penduduk Negara pihak pada
Persetujuan yang dengannya
hubungan pribadi dan ekonominya
paling dekat (pusat kepentingan-
kepentingan vital);
(b) jika Negara pihak pada Persetujuan
di mana pusat kepentingan-
kepentingan vitalnya tidak dapat
ditentukan, ia akan dianggap sebagai
penduduk Negara pihak pada
Persetujuan tempat ia biasa
bertempat tinggal;
(c) jika ia mempunyai kebiasaan
menetap di kedua Negara pihak pada
Persetujuan atau tidak di salah satu
Negara pihak pada Persetujuan, ia
akan dianggap sebagai penduduk
Negara pihak pada Persetujuan di
mana ia menjadi warga
negaranya; dan
(d) jika ia adalah warga negara dari
kedua Negara atau salah satu Negara
pihak pada Persetujuan, pejabat yang
berwenang dari Negara pihak pada
Persetujuan akan menyelesaikan
masalah tersebut dengan kesepakatan
bersama.
Untuk maksud ayat ini, rumah tetap adalah tempat
tinggal seseorang dengan keluarganya.

3. Seseorang yang dianggap sebagai penduduk


salah satu Negara pihak pada Persetujuan dan
bukan penduduk Negara pihak lainnya pada
Persetujuan berdasarkan ketentuan-ketentuan
ayat 2 akan dianggap sebagai penduduk hanya
dari Negara pihak pada Persetujuan yang
disebutkan pertama untuk segala keperluan.
Konvensi ini, termasuk Pasal 28 (Peraturan
Umum Perpajakan).
4. Apabila berdasarkan ketentuan-ketentuan ayat
1 suatu perseroan berkedudukan di kedua
Negara pihak pada Persetujuan, apabila
perseroan itu akan dianggap sebagai penduduk
Negara di mana perseroan itu didirikan atau
didirikan.
Pasal 5
BENTUK USAHA TETAP
1. Untuk maksud Konvensi ini, istilah "bentuk usaha tetap" berarti suatu tempat usaha tetap
dimana seluruh atau sebagian usaha penduduk salah satu Negara dijalankan.
2. Istilah "bentuk usaha tetap" termasuk tetapi tidak terbatas pada:
(sebuah) tempat pengelolaan;

(b) cabang;

(c) sebuah kantor;

(d) Sebuah pabrik;

(e) bengkel;

(f) pertanian atau perkebunan;

(g) sebuah gudang

(h) tambang, sumur minyak atau gas, penggalian, atau tempat pengambilan sumber
daya alam lainnya;
(saya) suatu lokasi pembangunan atau konstruksi atau proyek perakitan atau instalasi,
atau kegiatan pengawasan sehubungan dengan itu, atau suatu instalasi atau alat
pengeboran atau kapal yang digunakan untuk eksplorasi atau eksploitasi sumber
daya alam, yang ada atau berlangsung lebih dari 120 hari;
(j) pemberian layanan, termasuk layanan konsultasi, melalui karyawan atau personel
lain yang terlibat untuk tujuan tersebut, tetapi hanya jika kegiatan semacam itu
berlanjut (untuk proyek yang sama atau terkait) selama lebih dari 120 hari dalam
periode 12 bulan berturut-turut, asalkan bahwa suatu bentuk usaha tetap tidak akan
ada dalam setiap tahun pajak dimana jasa-jasa tersebut diberikan di Negara itu
untuk suatu masa atau masa-masa yang berjumlah kurang dari 30 hari dalam tahun
pajak itu;
3. Menyimpang dari ayat 1 dan 2, suatu bentuk usaha tetap tidak dianggap ada karena salah
satu atau lebih dari hal-hal berikut:
penggunaan fasilitas semata-mata untuk tujuan penyimpanan atau pameran barang atau
(sebuah)
barang dagangan milik penduduk;

pemeliharaan persediaan barang-barang atau barang dagangan milik penduduk semata-


(b)
mata untuk tujuan pengolahan dengan permainan;

pengurusan suatu persediaan barang atau barang dagangan milik penduduk semata-mata
(c)
untuk tujuan pengolahan oleh orang lain;

pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata dengan maksud untuk membeli barang-
(d)
barang atau barang dagangan, atau untuk mengumpulkan keterangan, bagi penduduk; atau

pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata untuk tujuan periklanan, untuk
(e) penyediaan informasi, untuk penelitian ilmiah, atau untuk kegiatan serupa yang bersifat
persiapan atau tambahan, untuk penduduk.

4. Seseorang yang bertindak di salah satu Negara pihak pada Persetujuan atas nama penduduk
Negara pihak lainnya pada Persetujuan, selain agen yang berdiri sendiri yang kepadanya
ayat 5 berlaku, akan dianggap sebagai suatu bentuk usaha tetap di Negara pihak yang
disebutkan pertama jika orang tersebut:
(sebuah) mempunyai dan biasa menjalankan di Negara pihak pada Persetujuan yang disebut
pertama, wewenang untuk membuat kontrak-kontrak atas nama penduduk itu,
kecuali kegiatan-kegiatan orang itu terbatas pada kegiatan-kegiatan yang
disebutkan dalam ayat 3 yang, jika dilakukan melalui suatu tempat usaha tetap,
tidak akan menjadikan tempat usaha tetap ini suatu bentuk usaha tetap menurut
ketentuan-ketentuan ayat itu; atau
(b) tidak mempunyai wewenang demikian, tetapi biasa mengurus di Negara yang
disebut pertama suatu persediaan barang-barang atau barang dagangan milik
penduduk dari mana ia secara teratur memenuhi pesanan atau melakukan
penyerahan atas nama penduduk itu dan kegiatan-kegiatan tambahan yang
dilakukan di Negara itu atas nama penduduk itu. telah berkontribusi pada
penjualan barang atau barang dagangan tersebut.
5. Penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan tidak akan dianggap mempunyai
bentuk usaha tetap di Negara pihak pada Persetujuan lainnya hanya karena penduduk
tersebut menjalankan usaha di Negara pihak pada Persetujuan lainnya itu melalui perantara,
agen komisioner umum, atau agen lain yang berdiri sendiri. , di mana pialang atau agen
tersebut bertindak dalam kegiatan bisnisnya yang biasa.
6. Fakta bahwa suatu perseroan yang berkedudukan di suatu Negara pihak pada Persetujuan
menguasai atau dikuasai oleh suatu perseroan yang berkedudukan di Negara pihak pada
Persetujuan lainnya atau yang menjalankan usaha di Negara pihak lainnya itu (baik melalui
suatu bentuk usaha tetap atau dengan cara lain) tidak akan itu sendiri merupakan salah satu
perusahaan suatu bentuk usaha tetap dari yang lain.
7. Perusahaan asuransi yang berkedudukan di salah satu Negara pihak pada Persetujuan,
kecuali berkenaan dengan reasuransi, akan dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di
Negara pihak pada Persetujuan lainnya jika, melalui orang lain selain yang disebutkan
dalam ayat 5, perusahaan tersebut menerima premi dari atau menjamin risiko di wilayah
Negara pihak pada Persetujuan lainnya itu.
Pasal 6
PENGHASILAN DARI Harta Tidak Bergerak (NYATA)
1. Penghasilan dari harta tak gerak, termasuk penghasilan sehubungan dengan
pengoperasian tambang, sumur minyak atau gas, penggalian, atau sumber daya alam
lainnya dan keuntungan yang diperoleh dari penjualan, pertukaran, atau pengalihan lain
dari harta tersebut atau hak yang menimbulkan penghasilan tersebut , dapat dikenakan
pajak oleh Negara pihak pada Persetujuan di mana harta tak gerak, tambang, sumur
minyak atau gas, penggalian, atau sumber daya alam lainnya berada. Untuk tujuan
Konvensi ini, bunga atas utang yang dijamin dengan harta tak gerak atau dijamin dengan
hak yang menimbulkan penghasilan sehubungan dengan pengoperasian tambang,
penggalian, atau sumber daya alam lainnya tidak boleh dianggap sebagai penghasilan dari
harta tak gerak.
2. Ayat 1 berlaku untuk penghasilan yang diperoleh dari penggunaan hasil, penggunaan
langsung, penyewaan, atau penggunaan dalam bentuk lain dari harta tak gerak.
3. Ketentuan-ketentuan ayat 1 dan 2 berlaku juga terhadap penghasilan dari harta tak gerak
suatu perusahaan dan atas penghasilan dari harta tak gerak yang digunakan untuk
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan mandiri.
Pasal 7
SUMBER PENDAPATAN
Untuk tujuan Konvensi ini :
1. Dividen yang dibayarkan oleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan akan
diperlakukan sebagai pendapatan dari sumber-sumber di Negara itu.
2. Bunga akan diperlakukan sebagai pendapatan yang berasal dari suatu Negara pihak pada
Persetujuan hanya jika dibayarkan oleh Negara pihak pada Persetujuan tersebut,
pemerintah daerah atau pemerintah daerahnya, atau oleh penduduk Negara pihak pada
Persetujuan tersebut. Menyimpang dari kalimat sebelumnya, jika orang yang membayar
bunga (baik orang tersebut merupakan penduduk salah satu Negara atau bukan)
mempunyai bentuk usaha tetap di salah satu Negara dan bunga itu ditanggung oleh
bentuk usaha tetap tersebut, bunga tersebut akan dianggap berasal dari sumber-sumber di
Negara pihak pada Persetujuan di mana bentuk usaha tetap itu berada.
3. Royalti yang dijelaskan dalam paragraf 3 Pasal 13 (Royalti) untuk penggunaan, atau hak
untuk menggunakan, properti atau hak yang dijelaskan dalam paragraf tersebut di suatu
Negara akan diperlakukan sebagai pendapatan dari sumber-sumber di Negara tersebut.
4. Penghasilan dari harta tak gerak termasuk penghasilan sehubungan dengan pengoperasian
tambang, sumur minyak, penggalian, atau sumber daya alam lainnya (termasuk
keuntungan yang diperoleh dari penjualan harta tersebut atau hak yang menimbulkan
penghasilan tersebut) harus diperlakukan sebagai penghasilan dari sumber-sumber di
dalam negeri. suatu Negara pihak pada Persetujuan hanya jika harta benda tersebut
terletak di Negara pihak pada Persetujuan itu.
5. Penghasilan dari penyewaan harta benda pribadi (bergerak) yang berwujud, selain kapal
laut atau pesawat udara atau peti kemas yang digunakan dalam lalu lintas internasional,
akan diperlakukan sebagai penghasilan dari sumber-sumber di suatu Negara pihak pada
Persetujuan hanya jika harta tersebut terletak di Negara pihak pada Persetujuan itu.
6. Penghasilan yang diterima oleh seseorang atas pelaksanaan pekerjaan atau jasa-jasa
pribadinya, baik sebagai pegawai maupun dalam kedudukannya sendiri, akan
diperlakukan sebagai penghasilan yang berasal dari suatu Negara pihak pada Persetujuan
hanya sepanjang jasa-jasa tersebut dilakukan di Negara pihak pada Persetujuan
tersebut. Penghasilan dari jasa-jasa pribadi yang dilakukan di atas kapal laut atau pesawat
udara yang dioperasikan oleh penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan dalam
lalu lintas internasional akan diperlakukan sebagai penghasilan dari sumber-sumber di
Negara pihak pada Persetujuan jika diberikan oleh anggota pelengkap tetap kapal atau
pesawat udara. Untuk tujuan ayat ini, penghasilan dari tenaga kerja atau jasa pribadi
termasuk pensiun (sebagaimana didefinisikan dalam ayat 4 Pasal 21 (Pensiun dan Anuitas
Swasta)) yang dibayarkan sehubungan dengan jasa tersebut. Menyimpang dari ketentuan-
ketentuan sebelumnya dari paragraf ini,
7. Pendapatan dari penjualan, pertukaran atau pengalihan lain dari properti yang dijelaskan
dalam paragraf 1(a) dan (b) Pasal 14 (Keuntungan Modal) akan diperlakukan sebagai
pendapatan dari sumber-sumber di Indonesia atau Amerika Serikat, tergantung pada
kasusnya.
8. Menyimpang dari ayat 1 sampai 6, laba usaha yang diperoleh dari suatu bentuk usaha
tetap yang dimiliki oleh penerimanya, penduduk salah satu Negara pihak pada
Persetujuan, di Negara pihak pada Persetujuan lainnya, termasuk penghasilan yang
diperoleh dari harta tak gerak dan sumber daya alam dan pidends, bunga, royalti.
(sebagaimana didefinisikan dalam ayat 3 Pasal 13 (Royalti)) dan keuntungan modal akan
diperlakukan sebagai penghasilan dari sumber-sumber di Negara pihak pada Persetujuan
lainnya itu, tetapi hanya jika kekayaan atau hak-hak yang menimbulkan penghasilan,
pidends, bunga, royalti, atau modal tersebut keuntungan secara efektif berhubungan
dengan bentuk usaha tetap tersebut.
9. Sumber dari setiap pos pendapatan yang tidak dapat diterapkan pada ayat 1 sampai 8 akan
ditentukan oleh masing-masing Negara pihak pada Persetujuan sesuai dengan hukumnya
sendiri. Menyimpang dari kalimat sebelumnya, jika sumber pendapatan berdasarkan
undang-undang satu Negara berbeda dari sumber pendapatan tersebut berdasarkan
undang-undang Negara lainnya atau jika sumber pendapatan tersebut tidak dapat
ditentukan dengan mudah berdasarkan undang-undang salah satu Negara pihak pada
Persetujuan, pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan dapat, untuk
mencegah pengenaan pajak berganda atau lebih lanjut untuk tujuan lain dari Konvensi ini,
menetapkan sumber pendapatan yang sama untuk tujuan Konvensi ini.
Pasal 8
KEUNTUNGAN USAHA
1. Laba usaha penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan akan dibebaskan dari
pengenaan pajak oleh Negara pihak pada Persetujuan lainnya kecuali penduduk tersebut
menjalankan usaha di Negara pihak pada Persetujuan lainnya itu melalui suatu bentuk
usaha tetap yang berada di sana. Jika penduduk tersebut menjalankan usaha seperti
tersebut di atas, pajak dapat dikenakan oleh Negara pihak pada Persetujuan lainnya itu
atas laba usaha penduduk tersebut, tetapi hanya atas laba yang berasal dari bentuk usaha
tetap atau yang diperoleh dari sumber-sumber di Negara pihak lainnya pada Persetujuan
tersebut. dari penjualan barang-barang atau barang dagangan yang sejenis dengan yang
dijual, atau dari transaksi-transaksi usaha lain yang sejenis dengan yang dilakukan
melalui bentuk usaha tetap.
2. Apabila penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan menjalankan usaha di
Negara pihak pada Persetujuan lainnya melalui suatu bentuk usaha tetap yang berada di
sana, maka di setiap Negara pihak pada Persetujuan akan diberikan kepada bentuk usaha
tetap itu keuntungan usaha yang dapat diberikan kepada bentuk usaha tetap tersebut jika
bentuk usaha tetap tersebut pendirian adalah suatu badan independen yang melakukan
kegiatan yang sama atau serupa di bawah kondisi yang sama atau serupa dan berurusan
sepenuhnya secara independen dengan penduduk yang merupakan bentuk usaha tetap.
3. Dalam menentukan laba usaha suatu bentuk usaha tetap, boleh dikurangkan biaya-biaya
yang secara wajar berkaitan dengan laba itu, termasuk biaya-biaya eksekutif dan
administrasi umum, baik yang dikeluarkan di Negara pihak pada Persetujuan di mana
bentuk usaha tetap itu berada atau di tempat lain. Namun demikian, tidak boleh ada
pengurangan demikian sehubungan dengan jumlah, jika ada, yang dibayarkan (selain
untuk penggantian biaya-biaya yang sebenarnya) oleh bentuk usaha tetap kepada kantor
pusat perusahaan atau kantor-kantor lainnya, melalui royalti, biaya atau pembayaran lain
yang sejenis sebagai imbalan atas penggunaan paten atau hak-hak lain, atau sebagai
komisi untuk jasa-jasa tertentu yang dilakukan atau untuk manajemen, atau dengan bunga
atas uang yang dipinjamkan kepada bentuk usaha tetap. Demikian pula, tidak ada
perhitungan yang akan diambil,
4. Tidak ada laba yang akan diberikan kepada suatu bentuk usaha tetap dari penduduk salah
satu Negara pihak pada Persetujuan di Negara pihak pada Persetujuan lainnya hanya
karena pembelian barang-barang atau barang dagangan oleh bentuk usaha tetap itu, atau
oleh penduduk di mana kedudukan tetap itu, untuk rekening penduduk itu.
5. Dimana keuntungan bisnis termasuk item pendapatan yang diatur secara terpisah dalam
pasal-pasal lain dari Konvensi ini, ketentuan pasal-pasal tersebut, kecuali ditentukan lain
di dalamnya, menggantikan ketentuan Pasal ini.
Pasal 9
PENGIRIMAN DAN ANGKUTAN UDARA
1. Menyimpang dari Pasal 8 (Laba Usaha), penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan
akan dibebaskan dari pengenaan pajak oleh Negara pihak pada Persetujuan lainnya
sehubungan dengan penghasilan yang diperoleh penduduk tersebut dari pengoperasian
kapal laut atau pesawat udara dalam lalu lintas internasional.
2. Untuk keperluan ayat 1, penghasilan dari pengoperasian kapal laut atau pesawat udara
dalam lalu lintas internasional meliputi:
(sebuah) penghasilan dari sewa kapal atau pesawat udara dalam lalu lintas internasional
secara penuh;
(b) penghasilan dari penyewaan pesawat udara secara bareboat jika pesawat udara
tersebut dioperasikan dalam lalu lintas internasional;
(c) penghasilan dari persewaan kapal tanpa alas kapal jika kapal tersebut dioperasikan
dalam jalur lalu lintas internasional dan penyewa bukan merupakan penduduk
Negara pihak pada Persetujuan lainnya atau bentuk usaha tetap di Negara lainnya
itu; dan
(d) pendapatan dari penggunaan atau pemeliharaan peti kemas (dan peralatan terkait
untuk pengangkutan peti kemas) yang digunakan dalam lalu lintas internasional
jika penghasilan tersebut terkait dengan penghasilan yang dijelaskan dalam
paragraf 1.
3. Menyimpang dari Pasal 14 (Keuntungan Modal), keuntungan yang diperoleh penduduk
suatu Negara pihak pada Persetujuan dari pemindahtanganan kapal atau pesawat udara yang
dioperasikan dalam lalu lintas internasional atau peti kemas (dan peralatan terkait untuk
pengangkutan peti kemas) yang digunakan dalam lalu lintas internasional hanya akan
dikenakan pajak di Negara.
Pasal 10
ORANG TERKAIT
1. Apabila penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan dan setiap orang lain
memiliki hubungan keluarga dan di mana orang-orang yang terkait tersebut membuat
pengaturan atau memberlakukan kondisi di antara mereka sendiri yang berbeda dari yang
akan dibuat antara orang-orang merdeka, setiap penghasilan, pengurangan, kredit, atau
tunjangan yang akan, tetapi untuk pengaturan atau kondisi tersebut, telah diperhitungkan
dalam menghitung pendapatan (atau kerugian), atau pajak yang terutang oleh, salah satu
dari orang-orang tersebut, dapat diperhitungkan dalam menghitung jumlah pendapatan
yang dikenakan pajak. dan pajak yang harus dibayar oleh orang tersebut.
2. Seseorang memiliki hubungan dengan orang lain jika salah satu orang berpartisipasi
secara langsung atau tidak langsung dalam manajemen, kontrol atau modal orang lain,
atau jika orang ketiga atau orang-orang berpartisipasi secara langsung atau tidak langsung
dalam manajemen, kontrol atau modal keduanya. Untuk tujuan ini, istilah "pengendalian"
mencakup segala jenis kontrol, baik yang dapat ditegakkan secara hukum maupun tidak,
dan bagaimanapun dilakukan atau dijalankan.
3. Apabila suatu Negara pihak pada Persetujuan termasuk dalam laba penduduk Negara itu,
dan pajak-pajak yang sesuai dengan itu, laba yang dikenakan pajak kepada penduduk
Negara pihak lainnya itu di Negara lainnya itu, dan laba yang termasuk di dalamnya
adalah laba yang akan diperoleh. kepada penduduk Negara yang disebut pertama, jika
keadaan-keadaan yang dibuat antara kedua penduduk itu adalah seperti yang akan dibuat
antara orang-orang yang merdeka, maka Negara lainnya itu akan membuat penyesuaian
yang layak terhadap jumlah pajak yang dibebankan di dalamnya atas keuntungan-
keuntungan itu. Dalam menentukan penyesuaian tersebut, harus memperhatikan
ketentuan-ketentuan lain dari Konvensi ini dan pejabat-pejabat yang berwenang dari
Negara-Negara pihak pada Persetujuan bila perlu harus saling berkonsultasi.
Pasal 11
DIVIDEN
1. Dividen yang diperoleh dari sumber-sumber di salah satu Negara pihak pada Persetujuan
oleh penduduk Negara pihak pada Persetujuan lainnya dapat dikenakan pajak oleh kedua
Negara pihak pada Persetujuan.
2. Namun, jika pemilik manfaat dari pidends adalah penduduk Negara pihak pada
Persetujuan lainnya, pajak yang dikenakan oleh Negara yang disebutkan pertama tidak
boleh melebihi 15 persen dari jumlah kotor dari pidends yang sebenarnya dibagikan.
3. Ayat 2 tidak akan berlaku jika penerima pidends, yang merupakan penduduk salah satu
Negara pihak pada Persetujuan, mempunyai bentuk usaha tetap atau tempat tetap di
Negara pihak pada Persetujuan lainnya dan saham-saham yang menjadi bagian dari
pembayaran pidends tersebut secara efektif berkaitan dengan hal tersebut. bentuk usaha
tetap atau tempat tetap. Dalam hal demikian, ketentuan Pasal 8 (Keuntungan Bisnis) atau
Pasal 15 (Layanan Pribadi Independen) akan berlaku.
4. Apabila suatu perseroan yang berkedudukan di suatu Negara pihak pada Persetujuan
mempunyai suatu bentuk usaha tetap di Negara pihak pada Persetujuan lainnya, Negara
lainnya itu dapat mengenakan pajak tambahan sesuai dengan perundang-undangannya
atas laba yang diperoleh dari bentuk usaha tetap itu (setelah dikurangi pajak perseroan
dan pajak-pajak lainnya atas penghasilan yang dikenakan padanya di Negara lain itu) dan
atas pembayaran bunga yang dapat dialokasikan kepada bentuk usaha tetap itu, tetapi
pajak tambahan yang dikenakan tidak akan melebihi 15 persen.
5. Tarif pajak yang dimaksud dalam ayat 4 Pasal ini tidak akan mempengaruhi tarif pajak
tambahan yang terkandung dalam setiap kontrak bagi hasil dan kontrak karya (atau
kontrak serupa lainnya) yang berkaitan dengan minyak dan gas atau produk mineral
lainnya yang dinegosiasikan oleh Pemerintah Indonesia, perangkatnya, perusahaan
minyak Negara yang bersangkutan atau entitas lainnya dengan orang yang merupakan
penduduk Amerika Serikat.
Pasal 12
BUNGA
1. Bunga yang diperoleh dari sumber-sumber di salah satu Negara pihak pada Persetujuan
oleh penduduk Negara pihak pada Persetujuan lainnya dapat dikenakan pajak oleh kedua
Negara pihak pada Persetujuan.
2. Tarif pajak yang dikenakan oleh salah satu Negara pihak pada Persetujuan atas bunga
yang berasal dari sumber-sumber di Negara pihak pada Persetujuan tersebut dan dimiliki
secara menguntungkan oleh penduduk Negara pihak pada Persetujuan lainnya tidak akan
melebihi 15 persen dari jumlah kotor bunga tersebut.
3. Menyimpang dari ayat 1 dan 2, bunga yang diperoleh dari sumber-sumber di salah satu
Negara pihak pada Persetujuan oleh Negara pihak pada Persetujuan lainnya atau setiap
agen atau alat-alat Negara lainnya yang tidak dikenakan pajak oleh Negara itu atas
penghasilannya akan dibebaskan dari pajak di negara-negara yang disebutkan pertama.
Negara.
4. Ayat 2 tidak berlaku jika penerima bunga, yang merupakan penduduk salah satu Negara,
mempunyai bentuk usaha tetap atau tempat tetap di Negara pihak pada Persetujuan
lainnya dan hutang yang menimbulkan bunga itu mempunyai hubungan yang efektif
dengan bentuk usaha tetap tersebut atau dasar tetap. Dalam hal demikian, ketentuan Pasal
8 (Keuntungan Bisnis) atau Pasal 15 (Layanan Pribadi Independen) akan berlaku.
5. Apabila setiap jumlah yang ditetapkan sebagai bunga yang dibayarkan kepada orang
terkait melebihi jumlah yang seharusnya dibayarkan kepada orang yang tidak terkait,
ketentuan Pasal ini hanya berlaku untuk bunga yang akan dibayarkan kepada orang yang
tidak terkait. Dalam hal demikian kelebihan pembayaran dapat dikenakan pajak oleh
masing-masing Negara pihak pada Persetujuan menurut undang-undangnya sendiri,
termasuk ketentuan-ketentuan Konvensi ini bilamana berlaku.
6. Istilah "bunga" sebagaimana digunakan dalam Konvensi ini berarti pendapatan dari
obligasi, surat utang, surat berharga Pemerintah, wesel, atau bukti lain dari utang, baik
yang dijamin dengan hipotek atau surat berharga lainnya maupun tidak dan baik
membawa hak untuk mengambil bagian dalam laba maupun tidak, dan setiap jenis
tagihan utang, serta semua penghasilan lain yang menurut undang-undang perpajakan
Negara pihak pada Persetujuan di mana penghasilan itu berasal, disamakan dengan
penghasilan dari uang yang dipinjamkan.
Pasal 13
ROYALITAS
1. Royalti yang berasal dari salah satu Negara pihak pada Persetujuan oleh penduduk Negara
pihak pada Persetujuan lainnya dapat dikenakan pajak oleh kedua Negara pihak pada
Persetujuan.
2. Tarif pajak yang dikenakan oleh Negara pihak pada Persetujuan atas royalti yang diperoleh
dari sumber-sumber di Negara pihak pada Persetujuan itu dan dimiliki secara bermanfaat
oleh penduduk Negara pihak pada Persetujuan lainnya tidak akan melebihi 15 persen dari
jumlah kotor royalti yang dijelaskan dalam ayat 3(a) dan 10 persen. dari jumlah kotor
royalti yang dijelaskan dalam paragraf 3(b).
3.(sebuah) Istilah "royalti" sebagaimana digunakan dalam Pasal ini berarti pembayaran dalam
bentuk apa pun yang dilakukan sebagai imbalan atas penggunaan, atau hak untuk
menggunakan, hak cipta karya sastra, seni, atau ilmiah (termasuk hak cipta atau
film dan film, kaset atau alat reproduksi yang digunakan untuk siaran radio atau
televisi), paten, desain, model, rencana, proses atau formula rahasia, merek
dagang, atau untuk informasi mengenai pengalaman industri, komersial atau
ilmiah. Ini juga mencakup keuntungan yang diperoleh dari penjualan, pertukaran,
atau disposisi lain dari setiap properti atau hak tersebut sejauh jumlah yang
direalisasikan pada penjualan, pertukaran atau disposisi lain untuk
dipertimbangkan bergantung pada produktivitas, penggunaan, atau disposisi
properti tersebut. atau hak.
(b) Istilah "royalti" yang digunakan dalam Pasal ini juga mencakup pembayaran oleh
penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan untuk penggunaan, atau hak
untuk menggunakan, peralatan industri, komersial atau ilmu pengetahuan, tetapi
tidak termasuk kapal laut, pesawat udara atau peti kemas pendapatan yang
dibebaskan dari pengenaan pajak oleh Negara pihak pada Persetujuan lainnya
berdasarkan Pasal 9 (Pelayaran dan Angkutan Udara).
4. Ayat 2 tidak berlaku jika penerima royalti, yang merupakan penduduk salah satu Negara
pihak pada Persetujuan, memiliki suatu bentuk usaha tetap atau tempat tetap di Negara
pihak lainnya pada Persetujuan dan kekayaan atau hak-hak yang menimbulkan royalti itu
secara efektif berhubungan dengan hak milik tetap tersebut. pembentukan. Dalam hal
demikian, ketentuan Pasal 8 (Keuntungan Bisnis) atau Pasal 15 (Layanan Pribadi
Independen) akan berlaku.
5. Apabila setiap jumlah yang ditetapkan sebagai royalti yang dibayarkan kepada orang terkait
melebihi jumlah yang seharusnya dibayarkan kepada orang yang tidak terkait, ketentuan
Pasal ini hanya berlaku untuk jumlah royalti yang seharusnya dibayarkan kepada orang
yang tidak terkait. Dalam hal demikian kelebihan pembayaran dapat dikenakan pajak oleh
masing-masing Negara pihak pada Persetujuan menurut undang-undangnya sendiri,
termasuk ketentuan-ketentuan Konvensi ini bilamana berlaku.
Pasal 14
KEUNTUNGAN MODAL
1. Keuntungan yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan dari
pemindahtanganan harta benda yang disebutkan dalam Pasal 6 (Penghasilan dari Harta
Tidak Bergerak (Nyata)) dan terletak di Negara pihak pada Persetujuan lainnya dapat
dikenakan pajak di Negara lainnya itu. Istilah "harta yang disebutkan dalam Pasal 6
(Penghasilan dari Harta Tidak Bergerak) yang terletak di Negara pihak pada Persetujuan
lainnya" meliputi :
(sebuah) Dimana Indonesia adalah Negara pihak pada Persetujuan lainnya, suatu
kepentingan atas harta benda yang terletak di Indonesia; dan
(b) Dimana Amerika Serikat adalah Negara pihak pada Persetujuan lainnya,
kepentingan properti riil Amerika Serikat.
2. Penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan akan dibebaskan dari pengenaan pajak
oleh Negara pihak pada Persetujuan lainnya atas keuntungan yang diperoleh dari penjualan,
penukaran, atau pelepasan lain dari aset modal selain aset yang dijelaskan dalam ayat 1
kecuali :
(sebuah) Penerima keuntungan mempunyai bentuk usaha tetap atau tempat tetap di Negara
pihak pada Persetujuan lainnya dan harta yang menimbulkan keuntungan itu
secara efektif berhubungan dengan bentuk usaha tetap atau tempat tetap itu, dalam
hal mana ketentuan-ketentuan Pasal 8 (Keuntungan Usaha) atau Pasal 15 (Layanan
Pribadi Independen) akan berlaku; atau
(b) Penerima keuntungan adalah orang perseorangan dan berada di Negara pihak pada
Persetujuan lainnya untuk suatu masa atau masa-masa yang berjumlah 120 hari
atau lebih selama tahun pajak.
3. Menyimpang dari ayat 2, keuntungan yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak pada
Persetujuan dari pemindahtanganan harta kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
(i) Pasal 5 (Bentuk Tetap) dan digunakan untuk eksplorasi atau eksploitasi sumber daya
minyak dan gas bumi harus hanya dikenakan pajak di Negara tersebut.
Pasal 15
LAYANAN PRIBADI INDEPENDEN
1. Penghasilan yang diperoleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan sehubungan
dengan jasa-jasa profesional atau kegiatan-kegiatan lain yang bersifat bebas hanya akan
dikenakan pajak di Negara itu kecuali dalam keadaan-keadaan berikut ini, apabila
penghasilan tersebut dapat juga dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan lainnya:
(sebuah) Jika ia mempunyai tempat tetap yang tersedia secara teratur baginya di Negara
pihak lainnya pada Persetujuan untuk tujuan melakukan kegiatan-
kegiatannya; dalam hal itu, hanya penghasilan yang berasal dari tempat tetap itu
yang dapat dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan lainnya itu; atau
(b) Jika ia tinggal di Negara pihak pada Persetujuan lainnya untuk suatu masa atau
masa-masa yang berjumlah atau melebihi 120 hari dalam jangka waktu 12 bulan
berturut-turut; dalam hal itu, hanya penghasilan yang diperoleh dari kegiatannya
yang dilakukan di Negara lain itu yang dapat dikenakan pajak di Negara lain itu.
2. Istilah "jasa profesional" terutama mencakup kegiatan ilmiah, sastra, seni, pendidikan atau
pengajaran yang independen serta kegiatan independen dari dokter, pengacara, insinyur,
arsitek, dokter gigi dan akuntan.
Pasal 16
LAYANAN PRIBADI BERGANTUNG
1. Upah, gaji, dan balas jasa serupa yang diperoleh seseorang yang merupakan penduduk
salah satu Negara pihak pada Persetujuan dari tenaga kerja atau jasa-jasa pribadi yang
dilakukan sebagai seorang pegawai, termasuk penghasilan dari jasa-jasa yang dilakukan
oleh seorang pejabat suatu korporasi atau perusahaan, dapat dikenakan pajak oleh negara
tersebut. Negara Penandatangan. Kecuali ditentukan oleh ayat 2, balas jasa yang diperoleh
dari sumber-sumber di Negara pihak pada Persetujuan lainnya dapat juga dikenakan pajak
oleh Negara pihak pada Persetujuan lainnya itu.
2. Imbalan yang disebutkan dalam ayat 1 yang diperoleh seseorang yang merupakan
penduduk salah satu Negara akan dibebaskan dari pengenaan pajak oleh Negara pihak
lainnya pada Persetujuan jika :
(sebuah) ia berada di Negara pihak pada Persetujuan lainnya itu untuk suatu masa atau
masa-masa yang berjumlah kurang dari 120 hari dalam jangka waktu 12 bulan
berturut-turut; dan
(b) balas jasa tersebut dibayarkan oleh atau atas nama pemberi kerja yang bukan
merupakan penduduk Negara lainnya; dan
(c) balas jasa tersebut tidak menjadi beban atau penggantian oleh suatu bentuk usaha
tetap yang dimiliki oleh pemberi kerja di Negara pihak pada Persetujuan lainnya
itu.
3. Menyimpang dari ayat 2, balas jasa yang diperoleh seseorang dari pelaksanaan pekerjaan
atau jasa-jasa pribadi sebagai pegawai di atas kapal laut atau pesawat udara yang
dioperasikan oleh penduduk salah satu Negara dalam jalur lalu lintas internasional akan
dibebaskan dari pajak oleh Negara pihak lainnya pada Persetujuan jika adalah anggota
pelengkap reguler kapal atau pesawat udara.
Pasal 17
ARTIS DAN ATLET
1. Menyimpang dari Pasal 15 (Layanan Pribadi Independen) dan 16 (Layanan Pribadi
Bergantung), penghasilan yang diperoleh oleh penghibur umum, seperti artis teater, film,
radio atau televisi, dan musisi, dan oleh atlet, dari kegiatan pribadi mereka dapat
dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan di mana kegiatan-kegiatan itu
dilakukan jika jumlah kotor dari imbalan tersebut, termasuk biaya-biaya yang diganti
kepadanya atau ditanggung atas namanya, melebihi jumlah keseluruhan 2.000 dolar
Amerika Serikat atau yang setara dalam rupiah Indonesia dalam jangka waktu 12 bulan
berturut-turut. .
2. Apabila penghasilan sehubungan dengan kegiatan pribadi yang dilakukan oleh seorang
penghibur atau seorang atlet dalam kapasitasnya sendiri tidak diperoleh oleh penghibur
atau atlet itu sendiri tetapi dilakukan oleh orang lain, penghasilan itu dapat, terlepas dari
ketentuan Pasal 8 (Keuntungan Bisnis) dan 15 (Pelayanan Pribadi Independen),
dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan di mana kegiatan-kegiatan penghibur
atau olahragawan dilakukan.
3. Ketentuan-ketentuan ayat 1 dan 2 tidak berlaku terhadap balas jasa atau keuntungan yang
diperoleh dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di suatu Negara pihak pada Persetujuan
jika kunjungan ke Negara itu secara substansial didukung atau disponsori oleh Negara
pihak lainnya pada Persetujuan dan disahkan oleh pejabat yang berwenang dari Negara
pengirim untuk memenuhi syarat berdasarkan ketentuan ini.
Pasal 18
PELAYANAN PEMERINTAH
1.(sebuah) Imbalan, selain pensiun, yang dibayarkan oleh suatu Negara pihak pada
Persetujuan atau subsidi politik atau pemerintah daerahnya kepada orang lain
sehubungan dengan jasa-jasa yang diberikan kepada Negara itu atau subsidi politik
atau pemerintah daerahnya hanya akan dikenakan pajak di Negara itu.
(b) Namun demikian, balas jasa tersebut hanya akan dikenakan pajak di Negara pihak
pada Persetujuan lainnya jika jasa-jasa tersebut diberikan di Negara itu dan
penerimanya adalah penduduk Negara itu yang:
(saya) adalah warga negara dari Negara itu; atau

(ii) tidak menjadi penduduk Negara itu semata-mata untuk tujuan melaksanakan
jasa-jasa.
2. Setiap pensiun yang dibayarkan oleh, atau dari dana yang dibuat oleh, suatu Negara pihak
pada Persetujuan atau subsidi politik atau pemerintah daerahnya kepada orang lain
sehubungan dengan jasa-jasa yang diberikan kepada Negara itu atau subsidi politik atau
pemerintah daerahnya hanya akan dikenakan pajak di Negara itu.
3. Ketentuan-ketentuan Pasal 15 (Pelayanan Pribadi Independen), 16 (Pelayanan Pribadi
Bergantung), dan 21 (Pensiun Swasta dan Anuitas) akan berlaku untuk balas jasa atau
pensiun sehubungan dengan jasa yang diberikan sehubungan dengan perdagangan atau
bisnis yang dijalankan oleh suatu Negara pihak pada Persetujuan. atau subpisi politik atau
otoritas lokalnya.
Pasal 19
SISWA DAN PELATIHAN
1.(sebuah) Seseorang yang menjadi penduduk
suatu Negara pihak pada Persetujuan
sesaat sebelum melakukan
kunjungan ke Negara pihak pada 
Persetujuan lainnya dan untuk
sementara berada di Negara pihak
lainnya semata-mata:
(saya) sebagai pelajar di universitas,
perguruan tinggi, sekolah atau
lembaga pendidikan lain yang 
diakui serupa di Negara lain
itu; atau
(ii) sebagai penerima hibah, 
tunjangan atau penghargaan
untuk tujuan utama studi,
penelitian atau pelatihan dari
Pemerintah baik negara bagian
atau dari organisasi ilmiah,
pendidikan, keagamaan atau
amal atau di bawah program
bantuan teknis yang diadakan
oleh Pemerintah baik Negara;
akan dibebaskan dari pengenaan
pajak di Negara lainnya itu untuk
suatu masa yang tidak melebihi lima
tahun sejak tanggal kedatangannya 
di Negara lainnya itu atas jumlah-
jumlah yang disebutkan dalam sub-
ayat (b).
(b) Jumlah sebagaimana dimaksud pada
 
huruf (a) adalah:
(saya) semua kiriman uang dari luar
negeri untuk keperluan
pemeliharaan, pendidikan, 
studi, penelitian, atau
pelatihannya;
(ii) jumlah hibah, tunjangan atau
 
penghargaan tersebut; dan
(aku setiap imbalan yang tidak 
aku melebihi dua ribu dolar
aku) Amerika Serikat atau yang
setara dengannya dalam
rupiah Indonesia per tahun
sehubungan dengan jasa-jasa
di Negara lain itu, asalkan
jasa-jasa itu dilakukan
sehubungan dengan studi,
penelitian atau pelatihannya
atau diperlukan untuk
keperluan pemeliharaannya.
2. Seseorang yang menjadi penduduk suatu
Negara segera sebelum melakukan kunjungan
ke Negara lainnya pada Persetujuan dan
untuk sementara berada di Negara lainnya
semata-mata sebagai suatu usaha atau
magang teknis akan dibebaskan dari
pengenaan pajak di Negara lainnya itu untuk 
suatu jangka waktu yang tidak melebihi dua
belas tahun. bulan berturut-turut atas
penghasilannya dari jasa pribadi dalam
jumlah keseluruhan tidak lebih dari 7.500
dolar Amerika Serikat atau yang setara
dengan itu dalam rupiah Indonesia.
Pasal 20
GURU DAN PENELITI
1. Seseorang yang menjadi penduduk suatu Negara sebelum melakukan kunjungan ke
Negara lainnya pada Persetujuan, dan atas undangan suatu universitas, perguruan tinggi,
sekolah atau lembaga pendidikan lain yang sejenis, mengunjungi Negara lain itu semata-
mata untuk tujuan pengajaran. atau penelitian atau keduanya di lembaga pendidikan
tersebut akan dibebaskan dari pengenaan pajak di Negara lainnya itu atas setiap imbalan
untuk pengajaran atau penelitian tersebut untuk suatu jangka waktu tidak melebihi dua
tahun sejak tanggal kedatangannya di Negara lainnya itu. Seorang inpidual berhak atas
manfaat dari paragraf ini hanya sekali.
2. Pasal ini tidak berlaku untuk pendapatan dari penelitian jika penelitian tersebut dilakukan
terutama untuk keuntungan pribadi dari orang atau orang-orang tertentu.
Pasal 21
PENSIUN DAN ANNUITAS SWASTA
1. Kecuali sebagaimana ditentukan dalam Pasal 18 (Pejabat Pemerintah), pensiun dan
imbalan serupa lainnya sehubungan dengan pekerjaan masa lalu yang berasal dari
sumber-sumber di salah satu Negara oleh penduduk Negara lainnya pada Persetujuan
dapat dikenakan pajak oleh kedua Negara pihak pada Persetujuan. Jika pemilik manfaat
dari pensiun dan imbalan serupa lainnya adalah penduduk Negara pihak pada Persetujuan
lainnya, pajak yang dikenakan tidak boleh melebihi 15 persen dari jumlah brutonya.
2. Anuitas yang dibayarkan kepada orang perseorangan yang merupakan penduduk salah
satu Negara pihak pada Persetujuan hanya akan dikenakan pajak di Negara pihak pada
Persetujuan itu.
3. Pembayaran tunjangan dan tunjangan anak yang dilakukan oleh orang perseorangan yang
merupakan penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan kepada orang
perseorangan yang merupakan penduduk Negara pihak lainnya pada Persetujuan akan
dibebaskan dari pajak di Negara pihak pada Persetujuan lainnya itu.
4. Istilah "pensiun dan imbalan lain yang serupa", seperti yang digunakan dalam Pasal ini,
berarti pembayaran yang dilakukan dengan alasan pensiun atau kematian sebagai imbalan
atas jasa yang diberikan, atau sebagai kompensasi atas cedera yang diterima sehubungan
dengan pekerjaan di masa lalu.
5. Istilah "anuitas", sebagaimana digunakan dalam Pasal ini, berarti suatu jumlah tertentu
yang dibayarkan secara berkala pada waktu-waktu tertentu selama hidup, atau selama
beberapa tahun tertentu, di bawah kewajiban untuk melakukan pembayaran sebagai
imbalan atas imbalan yang memadai dan penuh (selain jasa diberikan).
6. Istilah "tunjangan", seperti yang digunakan dalam Pasal ini, berarti pembayaran berkala
yang dilakukan menurut keputusan bagian, perjanjian pemeliharaan terpisah, atau
perjanjian dukungan atau pemisahan.
Pasal 22
PEMBAYARAN JAMINAN SOSIAL
Pembayaran jaminan sosial dan tunjangan serupa yang dibayarkan dari dana publik oleh salah
satu Negara pihak pada Persetujuan kepada seseorang yang merupakan penduduk Negara
pihak pada Persetujuan lainnya atau warga negara Amerika Serikat hanya akan dikenakan
pajak di Negara pihak pada Persetujuan yang disebutkan pertama. Pasal ini tidak berlaku
untuk pembayaran yang dijelaskan dalam Pasal 18 (Pelayanan Pemerintah).
Pasal 23
KECUALI PAJAK BERGANDA
Pengenaan pajak berganda atas penghasilan harus dihindari dengan cara sebagai berikut :
1. Sesuai dengan ketentuan dan tunduk pada batasan hukum Amerika Serikat, yang berlaku
dari waktu ke waktu, Amerika Serikat akan mengizinkan seorang warga negara atau
penduduk Amerika Serikat sebagai kredit terhadap Amerika Serikat mengenakan pajak
yang sesuai. jumlah pajak Indonesia. Jumlah yang sesuai tersebut harus didasarkan pada
jumlah pajak yang dibayarkan ke Indonesia, tetapi kredit tidak boleh melebihi batasan-
batasan yang diberikan oleh undang-undang Amerika Serikat untuk tahun pajak. Untuk
tujuan penerapan kredit Amerika Serikat sehubungan dengan pajak yang dibayarkan ke
Indonesia, aturan-aturan yang ditetapkan dalam Pasal 7 (Sumber Pendapatan) akan
diterapkan untuk menentukan sumber pendapatan, dengan tunduk pada aturan-aturan
sumber tersebut dalam hukum domestik yang berlaku semata-mata. untuk tujuan
membatasi kredit pajak luar negeri.
2. Sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan tunduk pada batasan-batasan hukum Indonesia,
yang berlaku dari waktu ke waktu, Indonesia akan memperkenankan kepada penduduk
Indonesia sebagai kredit terhadap pajak Indonesia sejumlah pajak penghasilan yang
dibayarkan kepada Amerika Serikat. Jumlah yang sesuai itu harus didasarkan pada jumlah
pajak yang dibayarkan ke Amerika Serikat tetapi tidak boleh melebihi batasan-batasan
yang ditentukan oleh undang-undang Indonesia untuk tahun pajak. Untuk tujuan
penerapan kredit Indonesia sehubungan dengan pajak yang dibayarkan ke Amerika
Serikat, aturan yang ditetapkan dalam Pasal 7 (Sumber Pendapatan) diterapkan untuk
menentukan sumber pendapatan.
Pasal 24
NON-DISKRIMINASI
1. Seorang warga negara dari salah satu Negara pihak pada Persetujuan yang merupakan
penduduk Negara pihak pada Persetujuan lainnya tidak akan dikenakan pajak-pajak atau
kewajiban-kewajiban terkait yang lebih memberatkan di Negara lainnya itu daripada
warga Negara dari Negara pihak pada Persetujuan lainnya yang merupakan penduduk
oleh karena itu dalam keadaan yang sama. atau keadaan.
2. Kecuali sebagaimana ditentukan dalam ayat 4 Pasal 11 (Dividen), suatu bentuk usaha
tetap yang dimiliki oleh penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan di Negara
pihak pada Persetujuan lainnya tidak akan dikenakan pajak-pajak yang lebih
memberatkan atau kewajiban-kewajiban terkait di Negara lainnya itu daripada penduduk.
dari Negara pihak pada Persetujuan lainnya yang melakukan kegiatan yang sama. Ayat
ini tidak boleh ditafsirkan sebagai mewajibkan suatu Negara pihak pada Persetujuan
untuk memberikan kepada penduduk asli Negara pihak lainnya pada Persetujuan apapun
tunjangan pribadi, keringanan, atau pengurangan untuk tujuan perpajakan karena status
sipil atau tanggung jawab keluarga yang diberikannya kepada penduduk asli itu sendiri.
3. Suatu perusahaan dari salah satu Negara pihak pada Persetujuan, yang seluruh atau
sebagian modalnya dimiliki atau dikuasai oleh satu atau lebih penduduk Negara pihak
pada Persetujuan lainnya, tidak akan dikenakan pajak atau kewajiban apapun yang
berhubungan dengan itu di Negara yang disebut pertama. yang lain atau lebih
memberatkan daripada pengenaan pajak dan kewajiban-kewajiban yang berhubungan
dengannya, yang mana suatu badan hukum dari Negara yang disebutkan pertama
menjalankan kegiatan-kegiatan yang sama, yang modalnya dimiliki atau dikuasai
seluruhnya oleh satu atau lebih penduduk Negara yang disebut pertama itu. , sedang atau
mungkin dikenakan.
4. Kecuali jika berlaku ketentuan-ketentuan ayat 1 Pasal 10 (Pihak Terkait), ayat 5 Pasal 12
(Bunga), atau ayat 5 Pasal 13 (Royalti), bunga, royalti, dan pengeluaran lain yang
dibayarkan oleh penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan kepada penduduk Negara
pihak lainnya pada Persetujuan, untuk tujuan menentukan laba kena pajak penduduk yang
disebutkan pertama, dapat dikurangkan dengan syarat-syarat yang sama (termasuk
peraturan-peraturan yang mengatur rasio utang terhadap ekuitas yang diperbolehkan)
seolah-olah telah dibayarkan kepada penduduk Negara pihak pada Persetujuan lainnya.
penduduk Negara yang disebut pertama. Demikian pula, setiap utang penduduk suatu
Negara pihak pada Persetujuan kepada penduduk Negara pihak pada Persetujuan lainnya,
untuk tujuan menentukan modal kena pajak dari penduduk yang disebut pertama,
5. Untuk maksud Pasal ini, Konvensi akan berlaku, meskipun ada ketentuan-ketentuan Pasal
2 (Pajak Yang Termasuk), untuk setiap jenis pajak yang dikenakan oleh suatu Negara
pihak pada Persetujuan.
Pasal 25
TATA CARA PERJANJIAN BERSAMA
1. Apabila penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan menganggap bahwa tindakan
salah satu atau kedua Negara pihak pada Persetujuan mengakibatkan atau akan
mengakibatkan baginya pengenaan pajak yang tidak sesuai dengan Konvensi ini, ia dapat,
meskipun ada upaya hukum yang diatur oleh undang-undang nasional Negara-negara
tersebut, menyajikan kasusnya kepada pejabat yang berwenang di Negara pihak pada
Persetujuan di mana ia bertempat tinggal atau, jika kasusnya berada di bawah ayat 1 Pasal
24 (Non-diskriminasi), terhadap Negara pihak pada Persetujuan di mana ia menjadi warga
negaranya. Kasus tersebut harus diajukan dalam waktu tiga tahun sejak pemberitahuan
pertama atas tindakan tersebut. Apabila suatu kombinasi dari keputusan-keputusan atau
tindakan-tindakan yang diambil di kedua Negara pihak pada Persetujuan mengakibatkan
pengenaan pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan Konvensi, tiga tahun
mulai berjalan hanya sejak pemberitahuan pertama atas tindakan atau keputusan terbaru.
2. Pejabat yang berwenang akan berusaha, jika keberatan tersebut beralasan dan tidak dapat
mencapai penyelesaian yang tepat, untuk menyelesaikan kasus tersebut melalui
kesepakatan bersama dengan pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan
lainnya, dengan tujuan untuk penghindaran pajak yang tidak sesuai dengan
Konvensi. Setiap persetujuan yang dicapai harus dilaksanakan meskipun ada batasan
waktu atau batasan prosedural lainnya dalam hukum domestik Negara-negara pihak pada
Persetujuan.
3. Pejabat-pejabat yang berwenang dari Negara-Negara Penandatangan akan berusaha untuk
menyelesaikan dengan kesepakatan bersama setiap kesulitan yang timbul sehubungan
dengan penerapan Konvensi. Mereka juga dapat berkonsultasi bersama untuk
penghapusan pajak berganda dalam hal-hal yang tidak diatur dalam Konvensi.
4. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuan dapat saling
berkomunikasi secara langsung dengan maksud untuk mencapai suatu persetujuan dalam
pengertian Pasal ini. Bila tampaknya dianjurkan untuk tujuan mencapai kesepakatan,
otoritas yang berwenang dapat bertemu bersama untuk bertukar pendapat secara lisan.
Pasal 26
PERTUKARAN INFORMASI
1. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua Negara pihak pada Persetujuan akan saling
bertukar informasi yang diperlukan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Konvensi ini
atau undang-undang domestik Negara-negara pihak pada Persetujuan mengenai pajak-pajak
yang tercakup dalam Konvensi sejauh pengenaan pajaknya tidak bertentangan dengan
Konvensi. Pertukaran informasi tidak dibatasi oleh Pasal 1 (Lingkup Pribadi). Setiap
informasi yang diterima oleh suatu Negara pihak pada Persetujuan akan diperlakukan
sebagai rahasia dengan cara yang sama seperti informasi yang diperoleh berdasarkan
undang-undang nasional Negara tersebut dan hanya akan diungkapkan kepada orang atau
otoritas (termasuk pengadilan dan badan administratif) yang terlibat dalam penilaian,
pengumpulan, atau administrasi, penegakan atau penuntutan sehubungan dengan, atau
penentuan banding sehubungan dengan, pajak-pajak yang tercakup dalam Konvensi. Orang
atau otoritas tersebut harus menggunakan informasi hanya untuk tujuan tersebut. Mereka
dapat mengungkapkan informasi tersebut dalam proses pengadilan umum atau dalam
keputusan pengadilan.
2. Dalam hal apapun ketentuan-ketentuan ayat 1 tidak dapat ditafsirkan untuk membebankan
suatu Negara pihak pada Persetujuan kewajiban:
(sebuah) untuk melakukan tindakan-tindakan administratif yang bertentangan dengan
undang-undang dan praktek administrasi Negara itu atau Negara pihak pada
Persetujuan lainnya;
(b) untuk memberikan informasi yang tidak dapat diperoleh berdasarkan perundang-
undangan atau dalam kegiatan administrasi normal Negara itu atau Negara pihak
pada Persetujuan lainnya;
(c) untuk memberikan informasi yang akan mengungkapkan rahasia perdagangan,
bisnis, industri, komersial, atau profesional atau proses perdagangan, atau
informasi yang pengungkapannya bertentangan dengan kebijakan publik.
3. Jika informasi diminta oleh suatu Negara pihak pada Persetujuan sesuai dengan Pasal ini,
Negara pihak pada Persetujuan lainnya akan memperoleh informasi yang berkaitan dengan
permintaan itu dengan cara yang sama dan pada tingkat yang sama seolah-olah pajak
Negara yang disebut pertama adalah pajak atas Negara lain itu dan sedang dipaksakan oleh
Negara lain itu. Jika secara khusus diminta oleh pejabat yang berwenang dari suatu Negara
pihak pada Persetujuan, pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan
lainnya akan memberikan informasi berdasarkan Pasal ini dalam bentuk keterangan saksi-
saksi dan salinan otentik dari dokumen asli yang belum diedit (termasuk buku, kertas,
pernyataan, catatan, rekening-rekening, dan tulisan-tulisan), sejauh keterangan-keterangan
dan dokumen-dokumen tersebut dapat diperoleh menurut perundang-undangan dan
praktek-praktek administrasi Negara lainnya itu berkenaan dengan pajak-pajaknya sendiri.
4. Pertukaran informasi harus dilakukan secara rutin atau berdasarkan permintaan dengan
mengacu pada kasus tertentu. Pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan
dapat menyepakati daftar informasi yang harus diberikan secara rutin.
5. Pejabat-pejabat yang berwenang dari Negara-Negara pihak pada Persetujuan akan saling
memberitahukan tentang publikasi oleh Negara-negara Peserta masing-masing tentang
setiap materi mengenai penerapan Konvensi ini, baik dalam bentuk perundang-undangan,
peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, atau keputusan-keputusan pengadilan dengan
mengirimkannya pada tahun takwim berikutnya. teks-teks dari bahan-bahan tersebut yang
diadopsi selama tahun kalender tertentu.
6. Untuk maksud Pasal ini, Konvensi akan berlaku, meskipun ada ketentuan-ketentuan Pasal 2
(Pajak Yang Termasuk, untuk setiap jenis pajak yang dikenakan oleh suatu Negara pihak
pada Persetujuan.
Pasal 27
PEJABAT DIPLOMATIK DAN KONSULER
Tidak ada satu pun dalam Konvensi ini yang akan mempengaruhi hak istimewa fiskal pejabat
diplomatik dan konsuler di bawah aturan umum hukum internasional atau di bawah ketentuan
perjanjian khusus.
Pasal 28
KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN
1. Penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan dapat dikenakan pajak oleh Negara
pihak pada Persetujuan lainnya atas setiap penghasilan dari sumber-sumber di Negara pihak
pada Persetujuan lainnya itu dan hanya atas penghasilan tersebut, dengan tunduk pada
pembatasan-pembatasan yang ditetapkan dalam Konvensi ini. Untuk itu digunakan aturan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (Sumber Penghasilan) untuk menentukan sumber
penghasilan.
2. Ketentuan-ketentuan Konvensi ini tidak boleh ditafsirkan untuk membatasi dengan cara
apapun pengecualian, pengecualian, pengurangan, kredit, atau tunjangan lain yang sekarang
atau selanjutnya diberikan:
(sebuah) oleh undang-undang salah satu Negara pihak pada Persetujuan dalam penentuan
pajak yang dikenakan oleh Negara pihak pada Persetujuan itu, atau
(b) oleh setiap persetujuan lain antara Negara-negara pihak pada Persetujuan.

3. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan Konvensi ini kecuali ayat 4, suatu Negara pihak
pada Persetujuan dapat mengenakan pajak kepada warga negara atau penduduk Negara
pihak pada Persetujuan itu seolah-olah Konvensi ini belum berlaku. Untuk maksud ini
istilah "warga negara" termasuk seorang mantan warga negara yang kehilangan
kewarganegaraannya memiliki salah satu tujuan utama untuk menghindari pajak tetapi
hanya untuk jangka waktu sepuluh tahun setelah kehilangan tersebut.
4. Ketentuan ayat 3 tidak mempengaruhi:
(sebuah) manfaat yang diberikan oleh suatu Negara pihak pada Persetujuan berdasarkan
ayat 3 Pasal 10 (Orang Terkait), ayat 3 Pasal 21 (Pensiun dan Anuitas Swasta),
Pasal 22 (Pembayaran Jaminan Sosial), 23 (Pembebasan dari Pajak Berganda), 24
(Pembebasan Non- Diskriminasi), dan 25 (Prosedur Kesepakatan Bersama); dan
(b) manfaat yang diberikan oleh Negara Peserta berdasarkan Pasal 18 (Pejabat
Pemerintah), 19 (Siswa dan Trainee), 20 (Guru dan Peneliti), dan 27 (Pejabat
Diplomatik dan Konsuler), kepada orang-orang yang bukan warga negara, atau
memiliki status imigran di, Negara pihak pada Persetujuan itu.
5. Pejabat-pejabat yang berwenang dari Negara-negara pihak pada Persetujuan masing-masing
dapat menetapkan peraturan-peraturan yang diperlukan untuk melaksanakan ketentuan-
ketentuan Konvensi ini.
6. Kecuali sebagaimana ditentukan dalam ayat 7, seseorang (selain orang perseorangan) yang
merupakan penduduk suatu Negara pihak pada Persetujuan tidak berhak berdasarkan
Konvensi ini atas pembebasan pajak di Negara pihak pada Persetujuan lainnya kecuali:
  (sebuah) lebih dari 50 persen dari kepentingan yang menguntungkan orang tersebut (atau
dalam hal suatu perusahaan, lebih dari 50 persen dari jumlah saham setiap kelas
saham perusahaan) dimiliki, secara langsung atau tidak langsung, dengan
kombinasi dari satu atau lebih dari:
(saya) inpiduals yang merupakan penduduk Amerika Serikat;

(ii) warga negara Amerika Serikat;

(aku orang perseorangan yang merupakan penduduk Indonesia;


aku
aku)

(iv) perusahaan seperti yang dijelaskan dalam paragraf 7(a); dan

(v) Negara pihak pada Persetujuan; dan

(b) pendapatan orang tersebut tidak digunakan secara substansial, langsung atau tidak
langsung, untuk memenuhi kewajiban (termasuk kewajiban untuk bunga atau
royalti) kepada orang-orang selain yang disebutkan dalam sub-ayat (a)(i) sampai
(v).
7. Ketentuan-ketentuan ayat 6 tidak berlaku jika:
(sebuah) orang tersebut adalah suatu perusahaan yang kelas utama sahamnya terdapat
perdagangan yang substansial dan teratur di bursa efek yang diakui; atau
(b) pendirian, perolehan dan pemeliharaan orang tersebut dan pelaksanaan operasinya
tidak memiliki tujuan utama untuk memperoleh manfaat menurut Konvensi.
8. Untuk tujuan paragraf 7(a), istilah "bursa efek yang diakui" berarti:
(sebuah) Sistem NASDAQ yang dimiliki oleh National Association of Securities Dealers,
Inc., dan setiap bursa saham yang terdaftar di Securities and Exchange
Commission sebagai bursa efek nasional untuk tujuan Securities Exchange Act of
1934; dan
(b) bursa efek Jakarta; dan

(c) bursa efek lainnya yang disetujui oleh pejabat yang berwenang dari Negara pihak
pada Persetujuan.
Pasal 29
BANTUAN DALAM PENGUMPULAN
1. Masing-masing Negara pihak pada Persetujuan akan berusaha untuk memungut atas nama
Negara pihak pada Persetujuan lainnya pajak-pajak yang dikenakan oleh Negara pihak
pada Persetujuan lainnya itu serta menjamin bahwa setiap pembebasan atau pengurangan
tarif pajak yang diberikan berdasarkan Konvensi ini oleh Negara pihak pada Persetujuan
lainnya itu tidak akan dinikmati oleh orang-orang. tidak berhak atas manfaat
tersebut. Pejabat yang berwenang dari Negara pihak pada Persetujuan dapat berkonsultasi
bersama untuk tujuan memberlakukan Pasal ini.
2. Pasal ini tidak boleh ditafsirkan untuk membebankan suatu Negara pihak pada
Persetujuan kewajiban untuk melakukan tindakan-tindakan administratif yang
bertentangan dengan peraturan-peraturan dan kebiasaan-kebiasaan dari salah satu Negara
pihak pada Persetujuan atau yang akan bertentangan dengan kedaulatan, keamanan, atau
kebijakan publik.
Pasal 30
MULAI BERLAKU
Konvensi ini harus tunduk pada ratifikasi dan instrumen ratifikasi akan dipertukarkan di
Washington sesegera mungkin. Ini akan mulai berlaku satu bulan setelah tanggal pertukaran
instrumen ratifikasi. Ketentuan untuk pertama kali berlaku sehubungan dengan pajak yang
dipotong pada sumbernya sesuai dengan Pasal 11 (Dividen), 12 (Bunga), dan 13 (Royalti),
untuk jumlah yang dibayarkan atau dikreditkan pada atau setelah hari pertama hari kedua.
bulan berikutnya setelah tanggal berlakunya Konvensi, dan mengenai pajak-pajak lainnya
untuk tahun-tahun kalender atau tahun-tahun pajak yang dimulai pada atau setelah 1 Januari
tahun berlakunya Konvensi ini.
Pasal 31
PENGHENTIAN
Konvensi ini akan tetap berlaku sampai diakhiri oleh salah satu Negara pihak pada
Persetujuan. Salah satu Negara pihak pada Persetujuan dapat mengakhiri Konvensi setiap saat
setelah 5 tahun sejak tanggal berlakunya Konvensi dengan ketentuan bahwa pemberitahuan
pengakhiran sekurang-kurangnya 6 bulan sebelumnya telah diberikan melalui saluran
diplomatik. Dalam hal demikian, Konvensi akan berhenti memiliki kekuatan dan pengaruh
sehubungan dengan penghasilan tahun-tahun kalender atau tahun-tahun pajak yang dimulai
(atau, dalam hal pajak-pajak yang terutang pada sumbernya, pembayaran yang dilakukan
pada atau setelah 1 Januari berikutnya setelah berakhirnya jangka waktu 6 -periode bulan.
DIBUAT di Jakarta, rangkap dua, dalam bahasa Inggris, tanggal sebelas Juli 1988.
Untuk PemerintahUntuk Pemerintah
Republik Indonesia; Amerika Serikat;

PROTOKOL
Pada saat penandatanganan Konvensi Penghindaran Pajak Berganda dan Pencegahan
Penggelapan Fiskal, yang bertanda tangan di bawah ini telah menyepakati pengertian sebagai
berikut:
 
Disepakati bahwa ketentuan-ketentuan Konvensi ini tidak mengurangi hak-hak hukum penduduk
suatu Negara pihak pada Persetujuan mengenai pengenaan pajak oleh Negara pihak pada Persetujuan
lainnya atas penghasilan dari pengoperasian kapal laut atau pesawat udara dalam lalu lintas
internasional berkenaan dengan tahun-tahun pajak yang dimulai sebelum 1 Januari. tahun di mana
Konvensi ini mulai berlaku.

 
Iklan Pasal 5, ayat 3

 
Disepakati bahwa untuk maksud ayat ini istilah "bentuk usaha tetap" tidak dianggap termasuk
penggunaan fasilitas atau pemeliharaan persediaan barang-barang atau barang dagangan milik
perusahaan untuk tujuan penyerahan barang-barang atau barang dagangan itu sesekali. .

 
Iklan Pasal 11, ayat 4

 
Disepakati bahwa pajak atas pembayaran bunga yang diizinkan oleh ayat ini akan berlaku, di Amerika
Serikat, atas kelebihan, jika ada, bunga yang dikurangkan dalam menentukan laba bentuk usaha tetap
atas pembayaran bunga yang sebenarnya oleh pendirian tetap. Suatu bentuk usaha tetap dapat
mengurangi bagian yang dapat dialokasikan dari beban bunga kantor pusat. Apabila pengurangan
tersebut melebihi jumlah bunga yang sebenarnya dibayarkan oleh bentuk usaha tetap, maka kelebihan
pengurangan tersebut diperlakukan seolah-olah dibayarkan ke kantor pusat dengan dikenakan pajak
tambahan berdasarkan paragraf ini.

 
Dibuat di Jakarta, rangkap dua, dalam bahasa Inggris, tanggal 11 Juli 1988.

Untuk PemerintahUntuk Pemerintah


Republik Indonesia; Amerika Serikat;

ISSN : 1978-5844
MITRA RESMI DJP
Terdaftar dan didukung oleh DJP

Hak Cipta 2021 PT INTEGRAL DATA PRIMA

Tentang ortax
Tentang kamiKebijakan PrivasiPedoman Media SiberPenafianKontak KamiKarir

Pusat solusi Pajak Ortax


Jasa Pajak dan AkuntansiLayanan Payroll dan PPh 21Ongkos transferManual & SOP
PajakPelatihan PajakSolusi Teknologi Pajak

Anda mungkin juga menyukai