MATEMATIKA 1A
M. Salman A.N.
Kelompok Keilmuan Matematika Kombinatorika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung
2020
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Kerangka
Definisi
Misalkan c ∈ Df
1 f (c) dikatakan nilai maksimum (global) f ,
jika f (c) ≥ f (x) untuk semua x ∈ Df .
2 f (c) dikatakan nilai minimum (global) f ,
jika f (c) ≤ f (x) untuk semua x ∈ Df .
3 f (c) dikatakan nilai ekstrim (global) f ,
jika f (c) nilai maksimum (global) atau nilai minimum (global).
Definisi
Misalkan c ∈ Df
1 f (c) dikatakan nilai maksimum (global) f ,
jika f (c) ≥ f (x) untuk semua x ∈ Df .
2 f (c) dikatakan nilai minimum (global) f ,
jika f (c) ≤ f (x) untuk semua x ∈ Df .
3 f (c) dikatakan nilai ekstrim (global) f ,
jika f (c) nilai maksimum (global) atau nilai minimum (global).
Definisi
Misalkan c ∈ Df
1 f (c) dikatakan nilai maksimum (global) f ,
jika f (c) ≥ f (x) untuk semua x ∈ Df .
2 f (c) dikatakan nilai minimum (global) f ,
jika f (c) ≤ f (x) untuk semua x ∈ Df .
3 f (c) dikatakan nilai ekstrim (global) f ,
jika f (c) nilai maksimum (global) atau nilai minimum (global).
Definisi
Misalkan c ∈ Df
1 f (c) dikatakan nilai maksimum (global) f ,
jika f (c) ≥ f (x) untuk semua x ∈ Df .
2 f (c) dikatakan nilai minimum (global) f ,
jika f (c) ≤ f (x) untuk semua x ∈ Df .
3 f (c) dikatakan nilai ekstrim (global) f ,
jika f (c) nilai maksimum (global) atau nilai minimum (global).
Contoh 1.
Karena f (x) = x2 ≥ 0 = f (0) untuk semua x ∈ Df ,
disimpulkan fungsi f mencapai minimum di 0 dengan nilai
minimum f (0) = 0.
Teorema 1.
Fungsi f kontinu pada selang tutup [a, b] ⇒
f mencapai nilai maksimum dan nilai minimum.
Contoh 1.
Karena f (x) = x2 ≥ 0 = f (0) untuk semua x ∈ Df ,
disimpulkan fungsi f mencapai minimum di 0 dengan nilai
minimum f (0) = 0.
Teorema 1.
Fungsi f kontinu pada selang tutup [a, b] ⇒
f mencapai nilai maksimum dan nilai minimum.
Teorema 2.
Misalkan c ∈ Df dan f (c) adalah suatu nilai ekstrim
(maksimum atau minimum), maka c adalah titik kritis yaitu:
1 titik batas dari Df atau
2 titik stasioner dari f yakni f 0 (c) = 0 atau
3 titik singular dari f yakni f 0 (c) tidak ada.
Teorema 2.
Misalkan c ∈ Df dan f (c) adalah suatu nilai ekstrim
(maksimum atau minimum), maka c adalah titik kritis yaitu:
1 titik batas dari Df atau
2 titik stasioner dari f yakni f 0 (c) = 0 atau
3 titik singular dari f yakni f 0 (c) tidak ada.
Teorema 2.
Misalkan c ∈ Df dan f (c) adalah suatu nilai ekstrim
(maksimum atau minimum), maka c adalah titik kritis yaitu:
1 titik batas dari Df atau
2 titik stasioner dari f yakni f 0 (c) = 0 atau
3 titik singular dari f yakni f 0 (c) tidak ada.
Teorema 2.
Misalkan c ∈ Df dan f (c) adalah suatu nilai ekstrim
(maksimum atau minimum), maka c adalah titik kritis yaitu:
1 titik batas dari Df atau
2 titik stasioner dari f yakni f 0 (c) = 0 atau
3 titik singular dari f yakni f 0 (c) tidak ada.
Akibatnya f 0 (c) = 0.
2 Misalkan f (c) nilai minimum dari f ,
Akibatnya f 0 (c) = 0.
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Akibatnya f 0 (c) = 0.
2 Misalkan f (c) nilai minimum dari f ,
Akibatnya f 0 (c) = 0.
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Akibatnya f 0 (c) = 0.
2 Misalkan f (c) nilai minimum dari f ,
Akibatnya f 0 (c) = 0.
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Akibatnya f 0 (c) = 0.
2 Misalkan f (c) nilai minimum dari f ,
Akibatnya f 0 (c) = 0.
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Akibatnya f 0 (c) = 0.
2 Misalkan f (c) nilai minimum dari f ,
Akibatnya f 0 (c) = 0.
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Akibatnya f 0 (c) = 0.
2 Misalkan f (c) nilai minimum dari f ,
Akibatnya f 0 (c) = 0.
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Akibatnya f 0 (c) = 0.
2 Misalkan f (c) nilai minimum dari f ,
Akibatnya f 0 (c) = 0.
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 2.
Tentukan semua titik ekstrim (global) beserta nilainya dari fungsi
f (x) = |x3 − 3x|, jika 0 ≤ x ≤ 1 45 .
Penyelesaian :
(
x3 − 3x, jika x3 − 3x ≥ 0 dan 0 ≤ x ≤ 1 45 ;
f (x) =
3x − x3 , jika x3 − 3x < 0 dan 0 ≤ x ≤ 1 45 ;
( √
x3 − 3x, jika 3 ≤ x ≤ 1 45 ;
= √
3x − x3 , jika 0 ≤ x < 3.
Contoh 2.
Tentukan semua titik ekstrim (global) beserta nilainya dari fungsi
f (x) = |x3 − 3x|, jika 0 ≤ x ≤ 1 45 .
Penyelesaian :
(
x3 − 3x, jika x3 − 3x ≥ 0 dan 0 ≤ x ≤ 1 45 ;
f (x) =
3x − x3 , jika x3 − 3x < 0 dan 0 ≤ x ≤ 1 45 ;
( √
x3 − 3x, jika 3 ≤ x ≤ 1 45 ;
= √
3x − x3 , jika 0 ≤ x < 3.
Contoh 2.
Tentukan semua titik ekstrim (global) beserta nilainya dari fungsi
f (x) = |x3 − 3x|, jika 0 ≤ x ≤ 1 45 .
Penyelesaian :
(
x3 − 3x, jika x3 − 3x ≥ 0 dan 0 ≤ x ≤ 1 45 ;
f (x) =
3x − x3 , jika x3 − 3x < 0 dan 0 ≤ x ≤ 1 45 ;
( √
x3 − 3x, jika 3 ≤ x ≤ 1 45 ;
= √
3x − x3 , jika 0 ≤ x < 3.
Contoh 2.
Tentukan semua titik ekstrim (global) beserta nilainya dari fungsi
f (x) = |x3 − 3x|, jika 0 ≤ x ≤ 1 45 .
Penyelesaian :
(
x3 − 3x, jika x3 − 3x ≥ 0 dan 0 ≤ x ≤ 1 45 ;
f (x) =
3x − x3 , jika x3 − 3x < 0 dan 0 ≤ x ≤ 1 45 ;
( √
x3 − 3x, jika 3 ≤ x ≤ 1 45 ;
= √
3x − x3 , jika 0 ≤ x < 3.
( √
0 3x2 − 3, jika 3 < x < 1 54 ;
f (x) = √
3 − 3x2 , jika 0 < x < 3.
Titik stasioner dari f adalah 1 karena f 0 (1) = 0.
√
√ f (x) − f ( 3) (3x − x3 ) − 0
f−0 ( 3) = lim
√ −
√ = lim
√ −
√
x→ 3 x− 3 x→ 3 x− 3
√ √
x( 3 − x)( 3 + x) √
= lim
√ −
√ = lim√ − −x( 3 + x) = −6.
x→ 3 x− 3 x→ 3
√
√ f (x) − f ( 3) x3 − 3x
f+0 ( 3) = lim
√ +
√ = lim
√ +
√
x→ 3 x− 3 x→ 3 x − 3
√ √
x(x − 3)(x + 3) √
= lim
√ +
√ = lim√ + x(x + 3) = 6.
x→ 3 x− 3 x→ 3
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
( √
0 3x2 − 3, jika 3 < x < 1 54 ;
f (x) = √
3 − 3x2 , jika 0 < x < 3.
Titik stasioner dari f adalah 1 karena f 0 (1) = 0.
√
√ f (x) − f ( 3) (3x − x3 ) − 0
f−0 ( 3) = lim
√ −
√ = lim
√ −
√
x→ 3 x− 3 x→ 3 x− 3
√ √
x( 3 − x)( 3 + x) √
= lim
√ −
√ = lim√ − −x( 3 + x) = −6.
x→ 3 x− 3 x→ 3
√
√ f (x) − f ( 3) x3 − 3x
f+0 ( 3) = lim
√ +
√ = lim
√ +
√
x→ 3 x− 3 x→ 3 x − 3
√ √
x(x − 3)(x + 3) √
= lim
√ +
√ = lim√ + x(x + 3) = 6.
x→ 3 x− 3 x→ 3
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
( √
0 3x2 − 3, jika 3 < x < 1 54 ;
f (x) = √
3 − 3x2 , jika 0 < x < 3.
Titik stasioner dari f adalah 1 karena f 0 (1) = 0.
√
√ f (x) − f ( 3) (3x − x3 ) − 0
f−0 ( 3) = lim
√ −
√ = lim
√ −
√
x→ 3 x− 3 x→ 3 x− 3
√ √
x( 3 − x)( 3 + x) √
= lim
√ −
√ = lim√ − −x( 3 + x) = −6.
x→ 3 x− 3 x→ 3
√
√ f (x) − f ( 3) x3 − 3x
f+0 ( 3) = lim
√ +
√ = lim
√ +
√
x→ 3 x− 3 x→ 3 x − 3
√ √
x(x − 3)(x + 3) √
= lim
√ +
√ = lim√ + x(x + 3) = 6.
x→ 3 x− 3 x→ 3
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
√ √ √
Karena f−0√( 3) 6= f+0 ( 3), disimpulkan f 0 ( 3) tidak ada,
sehingga 3 adalah titik singular dari f .
√
Jadi, titik kritis dari f adalah 0, 1, 1 45 , dan 3.
√
Karena f (0) = 0, f (1 45 ) = 0, 432, f (1) = 2, dan f ( 3) = 0,
disimpulkan:
√
titik minimum global dari f adalah 0 dan 3 dengan nilai
minimum 0;
titik maksimum global dari f adalah 1 dengan nilai maksimum
2.
√ √ √
Karena f−0√( 3) 6= f+0 ( 3), disimpulkan f 0 ( 3) tidak ada,
sehingga 3 adalah titik singular dari f .
√
Jadi, titik kritis dari f adalah 0, 1, 1 45 , dan 3.
√
Karena f (0) = 0, f (1 45 ) = 0, 432, f (1) = 2, dan f ( 3) = 0,
disimpulkan:
√
titik minimum global dari f adalah 0 dan 3 dengan nilai
minimum 0;
titik maksimum global dari f adalah 1 dengan nilai maksimum
2.
√ √ √
Karena f−0√( 3) 6= f+0 ( 3), disimpulkan f 0 ( 3) tidak ada,
sehingga 3 adalah titik singular dari f .
√
Jadi, titik kritis dari f adalah 0, 1, 1 45 , dan 3.
√
Karena f (0) = 0, f (1 45 ) = 0, 432, f (1) = 2, dan f ( 3) = 0,
disimpulkan:
√
titik minimum global dari f adalah 0 dan 3 dengan nilai
minimum 0;
titik maksimum global dari f adalah 1 dengan nilai maksimum
2.
√ √ √
Karena f−0√( 3) 6= f+0 ( 3), disimpulkan f 0 ( 3) tidak ada,
sehingga 3 adalah titik singular dari f .
√
Jadi, titik kritis dari f adalah 0, 1, 1 45 , dan 3.
√
Karena f (0) = 0, f (1 45 ) = 0, 432, f (1) = 2, dan f ( 3) = 0,
disimpulkan:
√
titik minimum global dari f adalah 0 dan 3 dengan nilai
minimum 0;
titik maksimum global dari f adalah 1 dengan nilai maksimum
2.
√ √ √
Karena f−0√( 3) 6= f+0 ( 3), disimpulkan f 0 ( 3) tidak ada,
sehingga 3 adalah titik singular dari f .
√
Jadi, titik kritis dari f adalah 0, 1, 1 45 , dan 3.
√
Karena f (0) = 0, f (1 45 ) = 0, 432, f (1) = 2, dan f ( 3) = 0,
disimpulkan:
√
titik minimum global dari f adalah 0 dan 3 dengan nilai
minimum 0;
titik maksimum global dari f adalah 1 dengan nilai maksimum
2.
Definisi 1.
Misalkan f terdefinisi pada I
1 f dikatakan monoton naik, jika untuk setiap x1 dan x2 di I
berlaku x1 < x2 ⇒ f (x1 ) < f (x2 ).
Definisi 1.
Misalkan f terdefinisi pada I
1 f dikatakan monoton naik, jika untuk setiap x1 dan x2 di I
berlaku x1 < x2 ⇒ f (x1 ) < f (x2 ).
Definisi 1.
Misalkan f terdefinisi pada I
1 f dikatakan monoton naik, jika untuk setiap x1 dan x2 di I
berlaku x1 < x2 ⇒ f (x1 ) < f (x2 ).
Teorema 3.
Misalkan f terdiferensialkan pada I = (a, b).
(i) f 0 (x) > 0 ∀x ∈ I ⇒ f monoton naik pada I.
(ii) f 0 (x) < 0 ∀x ∈ I ⇒ f monoton turun pada I.
Teorema 3.
Misalkan f terdiferensialkan pada I = (a, b).
(i) f 0 (x) > 0 ∀x ∈ I ⇒ f monoton naik pada I.
(ii) f 0 (x) < 0 ∀x ∈ I ⇒ f monoton turun pada I.
Teorema 3.
Misalkan f terdiferensialkan pada I = (a, b).
(i) f 0 (x) > 0 ∀x ∈ I ⇒ f monoton naik pada I.
(ii) f 0 (x) < 0 ∀x ∈ I ⇒ f monoton turun pada I.
Teorema 3.
Misalkan f terdiferensialkan pada I = (a, b).
(i) f 0 (x) > 0 ∀x ∈ I ⇒ f monoton naik pada I.
(ii) f 0 (x) < 0 ∀x ∈ I ⇒ f monoton turun pada I.
Teorema 3.
Misalkan f terdiferensialkan pada I = (a, b).
(i) f 0 (x) > 0 ∀x ∈ I ⇒ f monoton naik pada I.
(ii) f 0 (x) < 0 ∀x ∈ I ⇒ f monoton turun pada I.
Contoh 1.
2−x
Tentukan selang kemonotonan fungsi f (x) = .
x2
Jawab:
−(x2 ) − (2 − x)2x x2 − 4x x−4
f 0 (x) = 4
= 4
= .
x x x3
Contoh 1.
2−x
Tentukan selang kemonotonan fungsi f (x) = .
x2
Jawab:
−(x2 ) − (2 − x)2x x2 − 4x x−4
f 0 (x) = 4
= 4
= .
x x x3
Contoh 1.
2−x
Tentukan selang kemonotonan fungsi f (x) = .
x2
Jawab:
−(x2 ) − (2 − x)2x x2 − 4x x−4
f 0 (x) = 4
= 4
= .
x x x3
Contoh 1.
2−x
Tentukan selang kemonotonan fungsi f (x) = .
x2
Jawab:
−(x2 ) − (2 − x)2x x2 − 4x x−4
f 0 (x) = 4
= 4
= .
x x x3
Contoh 1.
2−x
Tentukan selang kemonotonan fungsi f (x) = .
x2
Jawab:
−(x2 ) − (2 − x)2x x2 − 4x x−4
f 0 (x) = 4
= 4
= .
x x x3
Definisi 2.
Misalkan f terdiferensialkan pada I = (a, b).
1 f dikatakan cekung ke atas pada I, jika f 0 monoton naik
pada I.
2 f dikatakan cekung ke bawah pada I, jika f 0 monoton turun
pada I.
Teorema 4.
Misalkan f terdiferensialkan dua kali pada I = (a, b)
1 f 00 (x) > 0 ∀x ∈ I ⇒ f cekung ke atas pada I.
2 f 00 (x) < 0 ∀x ∈ I ⇒ f cekung ke bawah pada I.
Definisi 2.
Misalkan f terdiferensialkan pada I = (a, b).
1 f dikatakan cekung ke atas pada I, jika f 0 monoton naik
pada I.
2 f dikatakan cekung ke bawah pada I, jika f 0 monoton turun
pada I.
Teorema 4.
Misalkan f terdiferensialkan dua kali pada I = (a, b)
1 f 00 (x) > 0 ∀x ∈ I ⇒ f cekung ke atas pada I.
2 f 00 (x) < 0 ∀x ∈ I ⇒ f cekung ke bawah pada I.
Definisi 2.
Misalkan f terdiferensialkan pada I = (a, b).
1 f dikatakan cekung ke atas pada I, jika f 0 monoton naik
pada I.
2 f dikatakan cekung ke bawah pada I, jika f 0 monoton turun
pada I.
Teorema 4.
Misalkan f terdiferensialkan dua kali pada I = (a, b)
1 f 00 (x) > 0 ∀x ∈ I ⇒ f cekung ke atas pada I.
2 f 00 (x) < 0 ∀x ∈ I ⇒ f cekung ke bawah pada I.
Definisi 2.
Misalkan f terdiferensialkan pada I = (a, b).
1 f dikatakan cekung ke atas pada I, jika f 0 monoton naik
pada I.
2 f dikatakan cekung ke bawah pada I, jika f 0 monoton turun
pada I.
Teorema 4.
Misalkan f terdiferensialkan dua kali pada I = (a, b)
1 f 00 (x) > 0 ∀x ∈ I ⇒ f cekung ke atas pada I.
2 f 00 (x) < 0 ∀x ∈ I ⇒ f cekung ke bawah pada I.
Definisi 2.
Misalkan f terdiferensialkan pada I = (a, b).
1 f dikatakan cekung ke atas pada I, jika f 0 monoton naik
pada I.
2 f dikatakan cekung ke bawah pada I, jika f 0 monoton turun
pada I.
Teorema 4.
Misalkan f terdiferensialkan dua kali pada I = (a, b)
1 f 00 (x) > 0 ∀x ∈ I ⇒ f cekung ke atas pada I.
2 f 00 (x) < 0 ∀x ∈ I ⇒ f cekung ke bawah pada I.
Contoh 2.
2−x
Tentukan selang kecekungan fungsi f (x) = .
x2
x−4
Jawab: f 0 (x) =
x3
x − (x − 4)3x2
3 −2x3 + 12x2 −2x + 12
f 00 (x) = = =
x6 x6 x4
Contoh 2.
2−x
Tentukan selang kecekungan fungsi f (x) = .
x2
x−4
Jawab: f 0 (x) =
x3
x − (x − 4)3x2
3 −2x3 + 12x2 −2x + 12
f 00 (x) = = =
x6 x6 x4
Contoh 2.
2−x
Tentukan selang kecekungan fungsi f (x) = .
x2
x−4
Jawab: f 0 (x) =
x3
x − (x − 4)3x2
3 −2x3 + 12x2 −2x + 12
f 00 (x) = = =
x6 x6 x4
Contoh 2.
2−x
Tentukan selang kecekungan fungsi f (x) = .
x2
x−4
Jawab: f 0 (x) =
x3
x − (x − 4)3x2
3 −2x3 + 12x2 −2x + 12
f 00 (x) = = =
x6 x6 x4
Contoh 2.
2−x
Tentukan selang kecekungan fungsi f (x) = .
x2
x−4
Jawab: f 0 (x) =
x3
x − (x − 4)3x2
3 −2x3 + 12x2 −2x + 12
f 00 (x) = = =
x6 x6 x4
Contoh 3.
Diketahui grafik y = f 00 (x) pada selang (−1, 3) adalah sebagai
berikut. Jika f 0 (1) = 1, tentukan selang kemonotonan fungsi f .
Jawab: Dari grafik f 00 (x), diperoleh dua hal:
f 0 turun pada (−1, 1), sehingga f 0 (x) > f 0 (1) = 1 untuk
x ∈ (−1, 1).
f 0 naik pada (1, 3), sehingga 1 = f 0 (1) < f 0 (x) untuk
x ∈ (1, 3).
Jadi f 0 (x) positif di seluruh selang (−1, 3), sehingga f naik pada
selang (−1, 3).
Contoh 3.
Diketahui grafik y = f 00 (x) pada selang (−1, 3) adalah sebagai
berikut. Jika f 0 (1) = 1, tentukan selang kemonotonan fungsi f .
Jawab: Dari grafik f 00 (x), diperoleh dua hal:
f 0 turun pada (−1, 1), sehingga f 0 (x) > f 0 (1) = 1 untuk
x ∈ (−1, 1).
f 0 naik pada (1, 3), sehingga 1 = f 0 (1) < f 0 (x) untuk
x ∈ (1, 3).
Jadi f 0 (x) positif di seluruh selang (−1, 3), sehingga f naik pada
selang (−1, 3).
Contoh 3.
Diketahui grafik y = f 00 (x) pada selang (−1, 3) adalah sebagai
berikut. Jika f 0 (1) = 1, tentukan selang kemonotonan fungsi f .
Jawab: Dari grafik f 00 (x), diperoleh dua hal:
f 0 turun pada (−1, 1), sehingga f 0 (x) > f 0 (1) = 1 untuk
x ∈ (−1, 1).
f 0 naik pada (1, 3), sehingga 1 = f 0 (1) < f 0 (x) untuk
x ∈ (1, 3).
Jadi f 0 (x) positif di seluruh selang (−1, 3), sehingga f naik pada
selang (−1, 3).
Contoh 3.
Diketahui grafik y = f 00 (x) pada selang (−1, 3) adalah sebagai
berikut. Jika f 0 (1) = 1, tentukan selang kemonotonan fungsi f .
Jawab: Dari grafik f 00 (x), diperoleh dua hal:
f 0 turun pada (−1, 1), sehingga f 0 (x) > f 0 (1) = 1 untuk
x ∈ (−1, 1).
f 0 naik pada (1, 3), sehingga 1 = f 0 (1) < f 0 (x) untuk
x ∈ (1, 3).
Jadi f 0 (x) positif di seluruh selang (−1, 3), sehingga f naik pada
selang (−1, 3).
Definisi 3.
Misalkan f kontinu di c.
Titik (c, f (c)) dikatakan titik balik, jika f cekung ke atas pada
satu sisi dan cekung ke bawah pada sisi yang lain dari c.
Titik balik (c, f (c) dikatakan titik belok, jika f 0 (c) ada.
Definisi 3.
Misalkan f kontinu di c.
Titik (c, f (c)) dikatakan titik balik, jika f cekung ke atas pada
satu sisi dan cekung ke bawah pada sisi yang lain dari c.
Titik balik (c, f (c) dikatakan titik belok, jika f 0 (c) ada.
Definisi 3.
Misalkan f kontinu di c.
Titik (c, f (c)) dikatakan titik balik, jika f cekung ke atas pada
satu sisi dan cekung ke bawah pada sisi yang lain dari c.
Titik balik (c, f (c) dikatakan titik belok, jika f 0 (c) ada.
Contoh 4.
2−x
Tentukan titik balik dari fungsi f (x) = .
x2
Jawab: Karena 6 ∈ Df ,
serta f cekung ke atas pada (0, 6)
dan cekung ke bawah pada (6, ∞),
disimpulkan 6 adalah titik balik dari f .
Contoh 4.
2−x
Tentukan titik balik dari fungsi f (x) = .
x2
Jawab: Karena 6 ∈ Df ,
serta f cekung ke atas pada (0, 6)
dan cekung ke bawah pada (6, ∞),
disimpulkan 6 adalah titik balik dari f .
Contoh 4.
2−x
Tentukan titik balik dari fungsi f (x) = .
x2
Jawab: Karena 6 ∈ Df ,
serta f cekung ke atas pada (0, 6)
dan cekung ke bawah pada (6, ∞),
disimpulkan 6 adalah titik balik dari f .
Contoh 5.
Misalkan f suatu fungsi ganjil dengan grafik fungsi turunannya,
yaitu fungsi f 0 , seperti pada gambar di bawah.
Jawab:
(a) Karena f 0 (x) terdefinisi untuk setiap bilangan real x, fungsi f
tidak memiliki titik singular.
Karena Df = R, tidak ada titik batas dari Df .
Titik stasioner dari f adalah titik sehingga turunannya nol,
yakni titik x = −4 dan x = 4.
Jadi, titik kritisnya hanyalah x = −4 dan x = 4.
Turunan f positif pada selang (−∞, −4) dan pada (4, ∞).
Dengan demikian, f naik pada selang-selang tersebut.
(b) Fungsi f cekung ke atas pada selang buka dimana turunannya
monoton naik, yakni pada selang (0, ∞).
Fungsi f cekung ke bawah pada selang buka dimana
turunannya monoton turun, yakni pada selang (−∞, 0).
Karena kecekungan fungsi f berubah di x = 0, titik belok dari
f adalah (0, f (0)).
(c) Solusi lainnya adalah x = −8 karena f fungsi ganjil sehingga
f (−8) = −f (8) = 0.
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Jawab:
(a) Karena f 0 (x) terdefinisi untuk setiap bilangan real x, fungsi f
tidak memiliki titik singular.
Karena Df = R, tidak ada titik batas dari Df .
Titik stasioner dari f adalah titik sehingga turunannya nol,
yakni titik x = −4 dan x = 4.
Jadi, titik kritisnya hanyalah x = −4 dan x = 4.
Turunan f positif pada selang (−∞, −4) dan pada (4, ∞).
Dengan demikian, f naik pada selang-selang tersebut.
(b) Fungsi f cekung ke atas pada selang buka dimana turunannya
monoton naik, yakni pada selang (0, ∞).
Fungsi f cekung ke bawah pada selang buka dimana
turunannya monoton turun, yakni pada selang (−∞, 0).
Karena kecekungan fungsi f berubah di x = 0, titik belok dari
f adalah (0, f (0)).
(c) Solusi lainnya adalah x = −8 karena f fungsi ganjil sehingga
f (−8) = −f (8) = 0.
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Jawab:
(a) Karena f 0 (x) terdefinisi untuk setiap bilangan real x, fungsi f
tidak memiliki titik singular.
Karena Df = R, tidak ada titik batas dari Df .
Titik stasioner dari f adalah titik sehingga turunannya nol,
yakni titik x = −4 dan x = 4.
Jadi, titik kritisnya hanyalah x = −4 dan x = 4.
Turunan f positif pada selang (−∞, −4) dan pada (4, ∞).
Dengan demikian, f naik pada selang-selang tersebut.
(b) Fungsi f cekung ke atas pada selang buka dimana turunannya
monoton naik, yakni pada selang (0, ∞).
Fungsi f cekung ke bawah pada selang buka dimana
turunannya monoton turun, yakni pada selang (−∞, 0).
Karena kecekungan fungsi f berubah di x = 0, titik belok dari
f adalah (0, f (0)).
(c) Solusi lainnya adalah x = −8 karena f fungsi ganjil sehingga
f (−8) = −f (8) = 0.
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Jawab:
(a) Karena f 0 (x) terdefinisi untuk setiap bilangan real x, fungsi f
tidak memiliki titik singular.
Karena Df = R, tidak ada titik batas dari Df .
Titik stasioner dari f adalah titik sehingga turunannya nol,
yakni titik x = −4 dan x = 4.
Jadi, titik kritisnya hanyalah x = −4 dan x = 4.
Turunan f positif pada selang (−∞, −4) dan pada (4, ∞).
Dengan demikian, f naik pada selang-selang tersebut.
(b) Fungsi f cekung ke atas pada selang buka dimana turunannya
monoton naik, yakni pada selang (0, ∞).
Fungsi f cekung ke bawah pada selang buka dimana
turunannya monoton turun, yakni pada selang (−∞, 0).
Karena kecekungan fungsi f berubah di x = 0, titik belok dari
f adalah (0, f (0)).
(c) Solusi lainnya adalah x = −8 karena f fungsi ganjil sehingga
f (−8) = −f (8) = 0.
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Jawab:
(a) Karena f 0 (x) terdefinisi untuk setiap bilangan real x, fungsi f
tidak memiliki titik singular.
Karena Df = R, tidak ada titik batas dari Df .
Titik stasioner dari f adalah titik sehingga turunannya nol,
yakni titik x = −4 dan x = 4.
Jadi, titik kritisnya hanyalah x = −4 dan x = 4.
Turunan f positif pada selang (−∞, −4) dan pada (4, ∞).
Dengan demikian, f naik pada selang-selang tersebut.
(b) Fungsi f cekung ke atas pada selang buka dimana turunannya
monoton naik, yakni pada selang (0, ∞).
Fungsi f cekung ke bawah pada selang buka dimana
turunannya monoton turun, yakni pada selang (−∞, 0).
Karena kecekungan fungsi f berubah di x = 0, titik belok dari
f adalah (0, f (0)).
(c) Solusi lainnya adalah x = −8 karena f fungsi ganjil sehingga
f (−8) = −f (8) = 0.
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Jawab:
(a) Karena f 0 (x) terdefinisi untuk setiap bilangan real x, fungsi f
tidak memiliki titik singular.
Karena Df = R, tidak ada titik batas dari Df .
Titik stasioner dari f adalah titik sehingga turunannya nol,
yakni titik x = −4 dan x = 4.
Jadi, titik kritisnya hanyalah x = −4 dan x = 4.
Turunan f positif pada selang (−∞, −4) dan pada (4, ∞).
Dengan demikian, f naik pada selang-selang tersebut.
(b) Fungsi f cekung ke atas pada selang buka dimana turunannya
monoton naik, yakni pada selang (0, ∞).
Fungsi f cekung ke bawah pada selang buka dimana
turunannya monoton turun, yakni pada selang (−∞, 0).
Karena kecekungan fungsi f berubah di x = 0, titik belok dari
f adalah (0, f (0)).
(c) Solusi lainnya adalah x = −8 karena f fungsi ganjil sehingga
f (−8) = −f (8) = 0.
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Jawab:
(a) Karena f 0 (x) terdefinisi untuk setiap bilangan real x, fungsi f
tidak memiliki titik singular.
Karena Df = R, tidak ada titik batas dari Df .
Titik stasioner dari f adalah titik sehingga turunannya nol,
yakni titik x = −4 dan x = 4.
Jadi, titik kritisnya hanyalah x = −4 dan x = 4.
Turunan f positif pada selang (−∞, −4) dan pada (4, ∞).
Dengan demikian, f naik pada selang-selang tersebut.
(b) Fungsi f cekung ke atas pada selang buka dimana turunannya
monoton naik, yakni pada selang (0, ∞).
Fungsi f cekung ke bawah pada selang buka dimana
turunannya monoton turun, yakni pada selang (−∞, 0).
Karena kecekungan fungsi f berubah di x = 0, titik belok dari
f adalah (0, f (0)).
(c) Solusi lainnya adalah x = −8 karena f fungsi ganjil sehingga
f (−8) = −f (8) = 0.
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Jawab:
(a) Karena f 0 (x) terdefinisi untuk setiap bilangan real x, fungsi f
tidak memiliki titik singular.
Karena Df = R, tidak ada titik batas dari Df .
Titik stasioner dari f adalah titik sehingga turunannya nol,
yakni titik x = −4 dan x = 4.
Jadi, titik kritisnya hanyalah x = −4 dan x = 4.
Turunan f positif pada selang (−∞, −4) dan pada (4, ∞).
Dengan demikian, f naik pada selang-selang tersebut.
(b) Fungsi f cekung ke atas pada selang buka dimana turunannya
monoton naik, yakni pada selang (0, ∞).
Fungsi f cekung ke bawah pada selang buka dimana
turunannya monoton turun, yakni pada selang (−∞, 0).
Karena kecekungan fungsi f berubah di x = 0, titik belok dari
f adalah (0, f (0)).
(c) Solusi lainnya adalah x = −8 karena f fungsi ganjil sehingga
f (−8) = −f (8) = 0.
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
3. Ekstrim Lokal
Ekstrim Lokal
3. Ekstrim Lokal
Teorema 5.
Uji turunan pertama untuk ekstrim lokal
Misalkan f kontinu pada (a, b) yang memuat titik kritis c.
(i) f 0 (x) > 0 ∀x ∈ (a, c) dan f 0 (x) < 0 ∀x ∈ (c, b) ⇒
f (c) adalah nilai maksimum lokal f .
(iii) f 0 (x) bertanda sama pada selang sebelah kiri dan sebelah
kanan dekat c ⇒
f (c) bukan nilai ekstrim lokal f .
3. Ekstrim Lokal
Teorema 5.
Uji turunan pertama untuk ekstrim lokal
Misalkan f kontinu pada (a, b) yang memuat titik kritis c.
(i) f 0 (x) > 0 ∀x ∈ (a, c) dan f 0 (x) < 0 ∀x ∈ (c, b) ⇒
f (c) adalah nilai maksimum lokal f .
(iii) f 0 (x) bertanda sama pada selang sebelah kiri dan sebelah
kanan dekat c ⇒
f (c) bukan nilai ekstrim lokal f .
3. Ekstrim Lokal
Teorema 5.
Uji turunan pertama untuk ekstrim lokal
Misalkan f kontinu pada (a, b) yang memuat titik kritis c.
(i) f 0 (x) > 0 ∀x ∈ (a, c) dan f 0 (x) < 0 ∀x ∈ (c, b) ⇒
f (c) adalah nilai maksimum lokal f .
(iii) f 0 (x) bertanda sama pada selang sebelah kiri dan sebelah
kanan dekat c ⇒
f (c) bukan nilai ekstrim lokal f .
3. Ekstrim Lokal
Contoh 1.
2−x
Cari nilai ekstrim lokal fungsi f (x) = .
x2
Jawab: Karena 4 adalah titik stasioner dari f , serta
karena f 0 (x) < 0 ∀x ∈ (0, 4) dan f 0 (x) > 0 ∀x ∈ (4, ∞),
disimpulkan 4 adalah titik minimum lokal
2−4 1
dengan nilai minimum lokal f (4) = =− .
42 8
3. Ekstrim Lokal
Contoh 1.
2−x
Cari nilai ekstrim lokal fungsi f (x) = .
x2
Jawab: Karena 4 adalah titik stasioner dari f , serta
karena f 0 (x) < 0 ∀x ∈ (0, 4) dan f 0 (x) > 0 ∀x ∈ (4, ∞),
disimpulkan 4 adalah titik minimum lokal
2−4 1
dengan nilai minimum lokal f (4) = =− .
42 8
3. Ekstrim Lokal
Contoh 1.
2−x
Cari nilai ekstrim lokal fungsi f (x) = .
x2
Jawab: Karena 4 adalah titik stasioner dari f , serta
karena f 0 (x) < 0 ∀x ∈ (0, 4) dan f 0 (x) > 0 ∀x ∈ (4, ∞),
disimpulkan 4 adalah titik minimum lokal
2−4 1
dengan nilai minimum lokal f (4) = =− .
42 8
3. Ekstrim Lokal
Contoh 2.
Cari nilai ekstrim lokal f (x) = (sin x)2/3 pada − π6 , 2π
3 .
Jawab: f 0 (x) = 3(sin
2 cos x
x)1/3
, x 6
= 0.
Titik 0 dan 2 adalah titik-titik kritis, karena f 0 (0) tidak ada dan
π
f 0 π2 = 0.
3. Ekstrim Lokal
Contoh 2.
Cari nilai ekstrim lokal f (x) = (sin x)2/3 pada − π6 , 2π
3 .
Jawab: f 0 (x) = 3(sin
2 cos x
x)1/3
, x 6
= 0.
Titik 0 dan 2 adalah titik-titik kritis, karena f 0 (0) tidak ada dan
π
f 0 π2 = 0.
3. Ekstrim Lokal
Contoh 2.
Cari nilai ekstrim lokal f (x) = (sin x)2/3 pada − π6 , 2π
3 .
Jawab: f 0 (x) = 3(sin
2 cos x
x)1/3
, x 6
= 0.
Titik 0 dan 2 adalah titik-titik kritis, karena f 0 (0) tidak ada dan
π
f 0 π2 = 0.
3. Ekstrim Lokal
Contoh 2.
Cari nilai ekstrim lokal f (x) = (sin x)2/3 pada − π6 , 2π
3 .
Jawab: f 0 (x) = 3(sin
2 cos x
x)1/3
, x 6
= 0.
Titik 0 dan 2 adalah titik-titik kritis, karena f 0 (0) tidak ada dan
π
f 0 π2 = 0.
3. Ekstrim Lokal
Contoh 3.
Seseorang ingin mempunyai perhiasan berbentuk menyerupai
kapsul yang dapat dibentuk dari 2 setengah bola dan 1 tabung
yang dilapisi emas. Jika dia hanya memiliki emas yang cukup
untuk melapisi benda dengan luas permukaan 8 cm2 . Tentukan
ukuran kapsul tersebut sehingga volumenya maksimum.
Jawab:
Misalkan h = tinggi tabung dan r = jari-jari bola.
4
V = πr2 h + πr3 dan A = 2πrh + 4πr2 , dengan r > 0.
3
8 − 4πr2
A = 8 ⇒ 2πrh + 4πr2 = 8 ⇒ h = .
2πr
2
8 − 4πr
V (r) = πr2 + 34 πr3 = 4r − 32 πr3 .
2πr q q
0 2 2 2 2 2
V (r) = 4 − 2πr = 2π π − r = 2π π − r π + r .
3. Ekstrim Lokal
Contoh 3.
Seseorang ingin mempunyai perhiasan berbentuk menyerupai
kapsul yang dapat dibentuk dari 2 setengah bola dan 1 tabung
yang dilapisi emas. Jika dia hanya memiliki emas yang cukup
untuk melapisi benda dengan luas permukaan 8 cm2 . Tentukan
ukuran kapsul tersebut sehingga volumenya maksimum.
Jawab:
Misalkan h = tinggi tabung dan r = jari-jari bola.
4
V = πr2 h + πr3 dan A = 2πrh + 4πr2 , dengan r > 0.
3
8 − 4πr2
A = 8 ⇒ 2πrh + 4πr2 = 8 ⇒ h = .
2πr
2
8 − 4πr
V (r) = πr2 + 34 πr3 = 4r − 32 πr3 .
2πr q q
0 2 2 2 2 2
V (r) = 4 − 2πr = 2π π − r = 2π π − r π + r .
3. Ekstrim Lokal
Contoh 3.
Seseorang ingin mempunyai perhiasan berbentuk menyerupai
kapsul yang dapat dibentuk dari 2 setengah bola dan 1 tabung
yang dilapisi emas. Jika dia hanya memiliki emas yang cukup
untuk melapisi benda dengan luas permukaan 8 cm2 . Tentukan
ukuran kapsul tersebut sehingga volumenya maksimum.
Jawab:
Misalkan h = tinggi tabung dan r = jari-jari bola.
4
V = πr2 h + πr3 dan A = 2πrh + 4πr2 , dengan r > 0.
3
8 − 4πr2
A = 8 ⇒ 2πrh + 4πr2 = 8 ⇒ h = .
2πr
2
8 − 4πr
V (r) = πr2 + 34 πr3 = 4r − 32 πr3 .
2πr q q
0 2 2 2 2 2
V (r) = 4 − 2πr = 2π π − r = 2π π − r π + r .
3. Ekstrim Lokal
Contoh 3.
Seseorang ingin mempunyai perhiasan berbentuk menyerupai
kapsul yang dapat dibentuk dari 2 setengah bola dan 1 tabung
yang dilapisi emas. Jika dia hanya memiliki emas yang cukup
untuk melapisi benda dengan luas permukaan 8 cm2 . Tentukan
ukuran kapsul tersebut sehingga volumenya maksimum.
Jawab:
Misalkan h = tinggi tabung dan r = jari-jari bola.
4
V = πr2 h + πr3 dan A = 2πrh + 4πr2 , dengan r > 0.
3
8 − 4πr2
A = 8 ⇒ 2πrh + 4πr2 = 8 ⇒ h = .
2πr
2
8 − 4πr
V (r) = πr2 + 34 πr3 = 4r − 32 πr3 .
2πr q q
0 2 2 2 2 2
V (r) = 4 − 2πr = 2π π − r = 2π π − r π + r .
3. Ekstrim Lokal
Contoh 3.
Seseorang ingin mempunyai perhiasan berbentuk menyerupai
kapsul yang dapat dibentuk dari 2 setengah bola dan 1 tabung
yang dilapisi emas. Jika dia hanya memiliki emas yang cukup
untuk melapisi benda dengan luas permukaan 8 cm2 . Tentukan
ukuran kapsul tersebut sehingga volumenya maksimum.
Jawab:
Misalkan h = tinggi tabung dan r = jari-jari bola.
4
V = πr2 h + πr3 dan A = 2πrh + 4πr2 , dengan r > 0.
3
8 − 4πr2
A = 8 ⇒ 2πrh + 4πr2 = 8 ⇒ h = .
2πr
2
8 − 4πr
V (r) = πr2 + 34 πr3 = 4r − 32 πr3 .
2πr q q
0 2 2 2 2 2
V (r) = 4 − 2πr = 2π π − r = 2π π − r π + r .
3. Ekstrim Lokal
q
V 0 (r) = 0 ⇒ r = π2 (karena r > 0).
q
Jadi, π2 adalah titik stasioner dari V .
q q
0 2 0
Karena V (r) > 0 pada 0, π dan V (r) < 0 pada 2
, ∞ ,
π
disimpulkan
q V mencapai maksimum lokal dan sekaligus maksimum
2
global di π.
3. Ekstrim Lokal
q
V 0 (r) = 0 ⇒ r = π2 (karena r > 0).
q
Jadi, π2 adalah titik stasioner dari V .
q q
0 2 0
Karena V (r) > 0 pada 0, π dan V (r) < 0 pada 2
, ∞ ,
π
disimpulkan
q V mencapai maksimum lokal dan sekaligus maksimum
2
global di π.
3. Ekstrim Lokal
q
V 0 (r) = 0 ⇒ r = π2 (karena r > 0).
q
Jadi, π2 adalah titik stasioner dari V .
q q
0 2 0
Karena V (r) > 0 pada 0, π dan V (r) < 0 pada 2
, ∞ ,
π
disimpulkan
q V mencapai maksimum lokal dan sekaligus maksimum
2
global di π.
3. Ekstrim Lokal
q
V 0 (r) = 0 ⇒ r = π2 (karena r > 0).
q
Jadi, π2 adalah titik stasioner dari V .
q q
0 2 0
Karena V (r) > 0 pada 0, π dan V (r) < 0 pada 2
, ∞ ,
π
disimpulkan
q V mencapai maksimum lokal dan sekaligus maksimum
2
global di π.
3. Ekstrim Lokal
Contoh 4.
Sebuah pagar dengan tinggi 2 meter berada pada jarak 4 meter di
depan sebuah bangunan.
3. Ekstrim Lokal
Jawab:
(a) Misalkan y adalah jarak ujung benda yang menyentuh
bangunan dengan tanah. Dengan kesebangunan segitiga
y
diperoleh x+4 = x2 , sehingga y = 2x+8
x = 2 + x.
8
3. Ekstrim Lokal
Jawab:
(a) Misalkan y adalah jarak ujung benda yang menyentuh
bangunan dengan tanah. Dengan kesebangunan segitiga
y
diperoleh x+4 = x2 , sehingga y = 2x+8
x = 2 + x.
8
3. Ekstrim Lokal
√
(c) Titik stasioner x = 3 16 adalah titik minimum berdasarkan uji
turunan pertama√karena turunannya, yakni √ f 0 (x), bernilai
3 3
negatif pada (0, 16) dan positif pada ( 16, ∞).
Jadi, nilai minimum dari L2adalah
√ √ 8
2
f ( 3 16) = ( 3 16 + 4)2 + 2 + √ 3
16
2
> (2 + 4)2 + 2 + 84
√
= 52 > 49 (karena 2 < 3 16 < 4).
Dengan demikian diperoleh L > 7.
Jadi, ujung atas pohon dengan tinggi 7 meter yang tumbang
tersebut tidak mungkin menyentuh bangunan.
3. Ekstrim Lokal
√
(c) Titik stasioner x = 3 16 adalah titik minimum berdasarkan uji
turunan pertama√karena turunannya, yakni √ f 0 (x), bernilai
3 3
negatif pada (0, 16) dan positif pada ( 16, ∞).
Jadi, nilai minimum dari L2adalah
√ √ 8
2
f ( 3 16) = ( 3 16 + 4)2 + 2 + √ 3
16
2
> (2 + 4)2 + 2 + 84
√
= 52 > 49 (karena 2 < 3 16 < 4).
Dengan demikian diperoleh L > 7.
Jadi, ujung atas pohon dengan tinggi 7 meter yang tumbang
tersebut tidak mungkin menyentuh bangunan.
3. Ekstrim Lokal
√
(c) Titik stasioner x = 3 16 adalah titik minimum berdasarkan uji
turunan pertama√karena turunannya, yakni √ f 0 (x), bernilai
3 3
negatif pada (0, 16) dan positif pada ( 16, ∞).
Jadi, nilai minimum dari L2adalah
√ √ 8
2
f ( 3 16) = ( 3 16 + 4)2 + 2 + √ 3
16
2
> (2 + 4)2 + 2 + 84
√
= 52 > 49 (karena 2 < 3 16 < 4).
Dengan demikian diperoleh L > 7.
Jadi, ujung atas pohon dengan tinggi 7 meter yang tumbang
tersebut tidak mungkin menyentuh bangunan.
3. Ekstrim Lokal
√
(c) Titik stasioner x = 3 16 adalah titik minimum berdasarkan uji
turunan pertama√karena turunannya, yakni √ f 0 (x), bernilai
3 3
negatif pada (0, 16) dan positif pada ( 16, ∞).
Jadi, nilai minimum dari L2adalah
√ √ 8
2
f ( 3 16) = ( 3 16 + 4)2 + 2 + √ 3
16
2
> (2 + 4)2 + 2 + 84
√
= 52 > 49 (karena 2 < 3 16 < 4).
Dengan demikian diperoleh L > 7.
Jadi, ujung atas pohon dengan tinggi 7 meter yang tumbang
tersebut tidak mungkin menyentuh bangunan.
3. Ekstrim Lokal
√
(c) Titik stasioner x = 3 16 adalah titik minimum berdasarkan uji
turunan pertama√karena turunannya, yakni √ f 0 (x), bernilai
3 3
negatif pada (0, 16) dan positif pada ( 16, ∞).
Jadi, nilai minimum dari L2adalah
√ √ 8
2
f ( 3 16) = ( 3 16 + 4)2 + 2 + √ 3
16
2
> (2 + 4)2 + 2 + 84
√
= 52 > 49 (karena 2 < 3 16 < 4).
Dengan demikian diperoleh L > 7.
Jadi, ujung atas pohon dengan tinggi 7 meter yang tumbang
tersebut tidak mungkin menyentuh bangunan.
3. Ekstrim Lokal
Teorema 6.
Uji turunan kedua untuk ekstrim lokal
Misalkan f 0 (x) dan f 00 (x) ada ∀x ∈ (a, b) yang memuat c dan
misalkan f 0 (c) = 0.
(i) f 00 (c) < 0 ⇒ f (c) adalah nilai maksimum lokal f .
3. Ekstrim Lokal
Teorema 6.
Uji turunan kedua untuk ekstrim lokal
Misalkan f 0 (x) dan f 00 (x) ada ∀x ∈ (a, b) yang memuat c dan
misalkan f 0 (c) = 0.
(i) f 00 (c) < 0 ⇒ f (c) adalah nilai maksimum lokal f .
3. Ekstrim Lokal
Bukti:
f 0 (x) − f 0 (c) f 0 (x)
(i) Karena f 00 (c) = lim = lim < 0,
x→c x−c x→c x − c
f 0 (x)
terdapat selang (α, β) yang memuat c sehingga <0
x−c
∀x ∈ (α, β) − {c}.
Oleh karena itu, f 0 (x) > 0 ∀x ∈ (α, c) dan f 0 (x) < 0
∀x ∈ (c, β), sehingga f (c) merupakan nilai maksimum lokal.
3. Ekstrim Lokal
Bukti:
f 0 (x) − f 0 (c) f 0 (x)
(i) Karena f 00 (c) = lim = lim < 0,
x→c x−c x→c x − c
f 0 (x)
terdapat selang (α, β) yang memuat c sehingga <0
x−c
∀x ∈ (α, β) − {c}.
Oleh karena itu, f 0 (x) > 0 ∀x ∈ (α, c) dan f 0 (x) < 0
∀x ∈ (c, β), sehingga f (c) merupakan nilai maksimum lokal.
3. Ekstrim Lokal
Bukti:
f 0 (x) − f 0 (c) f 0 (x)
(i) Karena f 00 (c) = lim = lim < 0,
x→c x−c x→c x − c
f 0 (x)
terdapat selang (α, β) yang memuat c sehingga <0
x−c
∀x ∈ (α, β) − {c}.
Oleh karena itu, f 0 (x) > 0 ∀x ∈ (α, c) dan f 0 (x) < 0
∀x ∈ (c, β), sehingga f (c) merupakan nilai maksimum lokal.
3. Ekstrim Lokal
Bukti:
f 0 (x) − f 0 (c) f 0 (x)
(i) Karena f 00 (c) = lim = lim < 0,
x→c x−c x→c x − c
f 0 (x)
terdapat selang (α, β) yang memuat c sehingga <0
x−c
∀x ∈ (α, β) − {c}.
Oleh karena itu, f 0 (x) > 0 ∀x ∈ (α, c) dan f 0 (x) < 0
∀x ∈ (c, β), sehingga f (c) merupakan nilai maksimum lokal.
3. Ekstrim Lokal
Contoh 5.
Dengan menggunakan uji turunan kedua tunjukkan bahwa
2−x
f (x) = mencapai minimum lokal di 4.
x2
Jawab:
x−4
Karena f 0 (x) = , diperoleh f 0 (4) = 0.
x3
−2x + 12 1
Karena f 00 (x) = , diperoleh f 00 (4) = .
x4 64
Karena f 0 (4) = 0 dan f 00 (4) > 0, disimpulkan f mencapai
minimum lokal di 4.
3. Ekstrim Lokal
Contoh 5.
Dengan menggunakan uji turunan kedua tunjukkan bahwa
2−x
f (x) = mencapai minimum lokal di 4.
x2
Jawab:
x−4
Karena f 0 (x) = , diperoleh f 0 (4) = 0.
x3
−2x + 12 1
Karena f 00 (x) = , diperoleh f 00 (4) = .
x4 64
Karena f 0 (4) = 0 dan f 00 (4) > 0, disimpulkan f mencapai
minimum lokal di 4.
3. Ekstrim Lokal
Contoh 5.
Dengan menggunakan uji turunan kedua tunjukkan bahwa
2−x
f (x) = mencapai minimum lokal di 4.
x2
Jawab:
x−4
Karena f 0 (x) = , diperoleh f 0 (4) = 0.
x3
−2x + 12 1
Karena f 00 (x) = , diperoleh f 00 (4) = .
x4 64
Karena f 0 (4) = 0 dan f 00 (4) > 0, disimpulkan f mencapai
minimum lokal di 4.
3. Ekstrim Lokal
Contoh 5.
Dengan menggunakan uji turunan kedua tunjukkan bahwa
2−x
f (x) = mencapai minimum lokal di 4.
x2
Jawab:
x−4
Karena f 0 (x) = , diperoleh f 0 (4) = 0.
x3
−2x + 12 1
Karena f 00 (x) = , diperoleh f 00 (4) = .
x4 64
Karena f 0 (4) = 0 dan f 00 (4) > 0, disimpulkan f mencapai
minimum lokal di 4.
3. Ekstrim Lokal
Latihan
1 Dua titik sudut persegi panjang berada pada sumbu x dan
dua yang lainnya pada parabola y = 12 − x2 dengan y ≥ 0.
Berapa ukuran persegi panjang semacam ini dengan luas
maksimum?
2 Benda berbentuk sektor lingkaran dengan jari-jari r dan sudut
berbentuk θ. Cari r dan θ jika kelilingnya 12 cm dan luasnya
maksimum.
Contoh 1.
2−x
Sketsa grafik fungsi f (x) = .
x2
Jawab
(a) Df = R − {0}.
x−4
(b) f 0 (x) = .
x3
Contoh 1.
2−x
Sketsa grafik fungsi f (x) = .
x2
Jawab
(a) Df = R − {0}.
x−4
(b) f 0 (x) = .
x3
Contoh 1.
2−x
Sketsa grafik fungsi f (x) = .
x2
Jawab
(a) Df = R − {0}.
x−4
(b) f 0 (x) = .
x3
Contoh 1.
2−x
Sketsa grafik fungsi f (x) = .
x2
Jawab
(a) Df = R − {0}.
x−4
(b) f 0 (x) = .
x3
Contoh 1.
2−x
Sketsa grafik fungsi f (x) = .
x2
Jawab
(a) Df = R − {0}.
x−4
(b) f 0 (x) = .
x3
Contoh 1.
2−x
Sketsa grafik fungsi f (x) = .
x2
Jawab
(a) Df = R − {0}.
x−4
(b) f 0 (x) = .
x3
−2x + 12
(f) f 00 (x) =
x4
−2x + 12
(f) f 00 (x) =
x4
−2x + 12
(f) f 00 (x) =
x4
−2x + 12
(f) f 00 (x) =
x4
−2x + 12
(f) f 00 (x) =
x4
Latihan
(1) Sketsa grafik di bawah ini dengan terlebih dulu menentukan
daerah asal, selang kemonotonan, titik ekstrim, selang
kecekungan, titik balik, serta semua asimtot (jika ada).
4 3
√ − 4x + 2.
(a) f (x) = 3x
(b) g(x) = x x − 2.
x2
(c) h(x) = 2 .
x −9
(
4 − (x + 5)2 , −6 ≤ x ≤ −4;
(d) k(x) =
12 − (x + 1)2 , −4 < x ≤ 0.
2 , 3 ≤ x < 5;
(e) p(x) = x − 5
2 , 5 ≤ x ≤ 7.
Latihan
(2) Diketahui fungsi f yang mempunyai sifat berikut.
Contoh 1.
Misalkan f (x) = x2 + 2x, untuk x ∈ [−2, 2].
Tentukan c 3 f 0 (c) = f (2)−f
4
(−2)
.
Jawab:
f 0 (x) = 2x + 2, untuk x ∈ (−2, 2).
Karena f (2)−f4
(−2)
= 8−0
4 = 2, berdasarkan TNR, diperoleh
0
f (c) = 2c + 2 = 2. Karena itu, c = 0.
Contoh 1.
Misalkan f (x) = x2 + 2x, untuk x ∈ [−2, 2].
Tentukan c 3 f 0 (c) = f (2)−f
4
(−2)
.
Jawab:
f 0 (x) = 2x + 2, untuk x ∈ (−2, 2).
Karena f (2)−f4
(−2)
= 8−0
4 = 2, berdasarkan TNR, diperoleh
0
f (c) = 2c + 2 = 2. Karena itu, c = 0.
Contoh 1.
Misalkan f (x) = x2 + 2x, untuk x ∈ [−2, 2].
Tentukan c 3 f 0 (c) = f (2)−f
4
(−2)
.
Jawab:
f 0 (x) = 2x + 2, untuk x ∈ (−2, 2).
Karena f (2)−f4
(−2)
= 8−0
4 = 2, berdasarkan TNR, diperoleh
0
f (c) = 2c + 2 = 2. Karena itu, c = 0.
Contoh 2.
Dono menyatakan bahwa dia telah menempuh 112 km dalam 2
jam dengan kecepatan yang tidak pernah melampaui 55 km/jam.
Apakah pernyataan tersebut bernilai benar?
Jawab:
Pernyataan tersebut bernilai salah karena, berdasarkan TNR,
terdapat c ∈ (0, 2) sehingga f 0 (c) = f (2)−f
2−0
(0)
= 112−0
2 = 56.
Ini bearti bahwa terdapat c ∈ (0, 2) sehingga kecepatan sesaat di c
adalah 56 km/jam.
Contoh 2.
Dono menyatakan bahwa dia telah menempuh 112 km dalam 2
jam dengan kecepatan yang tidak pernah melampaui 55 km/jam.
Apakah pernyataan tersebut bernilai benar?
Jawab:
Pernyataan tersebut bernilai salah karena, berdasarkan TNR,
terdapat c ∈ (0, 2) sehingga f 0 (c) = f (2)−f
2−0
(0)
= 112−0
2 = 56.
Ini bearti bahwa terdapat c ∈ (0, 2) sehingga kecepatan sesaat di c
adalah 56 km/jam.
Contoh 2.
Dono menyatakan bahwa dia telah menempuh 112 km dalam 2
jam dengan kecepatan yang tidak pernah melampaui 55 km/jam.
Apakah pernyataan tersebut bernilai benar?
Jawab:
Pernyataan tersebut bernilai salah karena, berdasarkan TNR,
terdapat c ∈ (0, 2) sehingga f 0 (c) = f (2)−f
2−0
(0)
= 112−0
2 = 56.
Ini bearti bahwa terdapat c ∈ (0, 2) sehingga kecepatan sesaat di c
adalah 56 km/jam.
Contoh 3.
Misalkan f (x) = x2/3 , untuk x ∈ [−8, 27].
Mengapa fungsi f tidak memenuhi premis TNR?
Jawab:
f (x)−f (0) x2/3 −0
f−0 (0) = lim x−0 = lim x−0 = lim 1
1/3 = −∞.
x→0− x→0− x→0− x
f (x)−f (0) f (x)−f (0)
f+0 (0) = lim x−0 = lim x−0
1
= lim x1/3 = +∞.
x→0+ x→0+ x→0+
f tidak memenuhi TNR karena f 0 (0) tidak ada.
Contoh 3.
Misalkan f (x) = x2/3 , untuk x ∈ [−8, 27].
Mengapa fungsi f tidak memenuhi premis TNR?
Jawab:
f (x)−f (0) x2/3 −0
f−0 (0) = lim x−0 = lim x−0 = lim 1
1/3 = −∞.
x→0− x→0− x→0− x
f (x)−f (0) f (x)−f (0)
f+0 (0) = lim x−0 = lim x−0
1
= lim x1/3 = +∞.
x→0+ x→0+ x→0+
f tidak memenuhi TNR karena f 0 (0) tidak ada.
Contoh 3.
Misalkan f (x) = x2/3 , untuk x ∈ [−8, 27].
Mengapa fungsi f tidak memenuhi premis TNR?
Jawab:
f (x)−f (0) x2/3 −0
f−0 (0) = lim x−0 = lim x−0 = lim 1
1/3 = −∞.
x→0− x→0− x→0− x
f (x)−f (0) f (x)−f (0)
f+0 (0) = lim x−0 = lim x−0
1
= lim x1/3 = +∞.
x→0+ x→0+ x→0+
f tidak memenuhi TNR karena f 0 (0) tidak ada.
Contoh 3.
Misalkan f (x) = x2/3 , untuk x ∈ [−8, 27].
Mengapa fungsi f tidak memenuhi premis TNR?
Jawab:
f (x)−f (0) x2/3 −0
f−0 (0) = lim x−0 = lim x−0 = lim 1
1/3 = −∞.
x→0− x→0− x→0− x
f (x)−f (0) f (x)−f (0)
f+0 (0) = lim x−0 = lim x−0
1
= lim x1/3 = +∞.
x→0+ x→0+ x→0+
f tidak memenuhi TNR karena f 0 (0) tidak ada.
Contoh 4.
Diketahui bahwa fungsi f kontinu pada selang [0, 5] dan
terdiferensialkan di selang (0, 5).
Misalkan f 0 (x) ≤ 1 untuk setiap x di selang (0, 5) dan f (0) = −2.
Dengan Teorema Nilai Rata-rata, tentukan nilai terbesar yang
mungkin untuk f (5).
Jawab:
Berdasarkan Teorema Nilai Rata-rata (untuk turunan),
terdapat bilangan real c di selang (0, 5) sehingga
f 0 (c) = f (5)−f
5−0
(0)
= f (5)+2
5 .
Dari hipotesis tentang fungsi f , yakni f 0 (c) ≤ 1, diperoleh
f (5)+2
5 ≤ 1 sehingga f (5) ≤ 3.
Jadi, nilai terbesar yang mungkin untuk f (5) adalah 3.
Contoh 4.
Diketahui bahwa fungsi f kontinu pada selang [0, 5] dan
terdiferensialkan di selang (0, 5).
Misalkan f 0 (x) ≤ 1 untuk setiap x di selang (0, 5) dan f (0) = −2.
Dengan Teorema Nilai Rata-rata, tentukan nilai terbesar yang
mungkin untuk f (5).
Jawab:
Berdasarkan Teorema Nilai Rata-rata (untuk turunan),
terdapat bilangan real c di selang (0, 5) sehingga
f 0 (c) = f (5)−f
5−0
(0)
= f (5)+2
5 .
Dari hipotesis tentang fungsi f , yakni f 0 (c) ≤ 1, diperoleh
f (5)+2
5 ≤ 1 sehingga f (5) ≤ 3.
Jadi, nilai terbesar yang mungkin untuk f (5) adalah 3.
Contoh 4.
Diketahui bahwa fungsi f kontinu pada selang [0, 5] dan
terdiferensialkan di selang (0, 5).
Misalkan f 0 (x) ≤ 1 untuk setiap x di selang (0, 5) dan f (0) = −2.
Dengan Teorema Nilai Rata-rata, tentukan nilai terbesar yang
mungkin untuk f (5).
Jawab:
Berdasarkan Teorema Nilai Rata-rata (untuk turunan),
terdapat bilangan real c di selang (0, 5) sehingga
f 0 (c) = f (5)−f
5−0
(0)
= f (5)+2
5 .
Dari hipotesis tentang fungsi f , yakni f 0 (c) ≤ 1, diperoleh
f (5)+2
5 ≤ 1 sehingga f (5) ≤ 3.
Jadi, nilai terbesar yang mungkin untuk f (5) adalah 3.
Contoh 4.
Diketahui bahwa fungsi f kontinu pada selang [0, 5] dan
terdiferensialkan di selang (0, 5).
Misalkan f 0 (x) ≤ 1 untuk setiap x di selang (0, 5) dan f (0) = −2.
Dengan Teorema Nilai Rata-rata, tentukan nilai terbesar yang
mungkin untuk f (5).
Jawab:
Berdasarkan Teorema Nilai Rata-rata (untuk turunan),
terdapat bilangan real c di selang (0, 5) sehingga
f 0 (c) = f (5)−f
5−0
(0)
= f (5)+2
5 .
Dari hipotesis tentang fungsi f , yakni f 0 (c) ≤ 1, diperoleh
f (5)+2
5 ≤ 1 sehingga f (5) ≤ 3.
Jadi, nilai terbesar yang mungkin untuk f (5) adalah 3.
1. Anti Turunan
Anti Turunan
1. Anti Turunan
Definisi 4.
F dikatakan anti turunan dari f pada selang I,
jika F 0 (x) = f (x) untuk semua x dalam I
(jika x suatu titik ujung dari I, maka F 0 (x)
hanya diartikan sebagai turunan sepihak).
Contoh 1.
xr+1
(a) xr dx =
R
+ c, untuk semua r ∈ Q − {−1}.
R r+1
(b) R sin x dx = − cos x + c.
(c) cos x dx = sin x + c.
Teorema 8.
F 0 (x) = G0 (x) ∀x ∈ (a, b) ⇒ terdapat konstanta c
sehingga F (x) = G(x) + c ∀ x ∈ (a, b).
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
1. Anti Turunan
Definisi 4.
F dikatakan anti turunan dari f pada selang I,
jika F 0 (x) = f (x) untuk semua x dalam I
(jika x suatu titik ujung dari I, maka F 0 (x)
hanya diartikan sebagai turunan sepihak).
Contoh 1.
xr+1
(a) xr dx =
R
+ c, untuk semua r ∈ Q − {−1}.
R r+1
(b) R sin x dx = − cos x + c.
(c) cos x dx = sin x + c.
Teorema 8.
F 0 (x) = G0 (x) ∀x ∈ (a, b) ⇒ terdapat konstanta c
sehingga F (x) = G(x) + c ∀ x ∈ (a, b).
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
1. Anti Turunan
Definisi 4.
F dikatakan anti turunan dari f pada selang I,
jika F 0 (x) = f (x) untuk semua x dalam I
(jika x suatu titik ujung dari I, maka F 0 (x)
hanya diartikan sebagai turunan sepihak).
Contoh 1.
xr+1
(a) xr dx =
R
+ c, untuk semua r ∈ Q − {−1}.
R r+1
(b) R sin x dx = − cos x + c.
(c) cos x dx = sin x + c.
Teorema 8.
F 0 (x) = G0 (x) ∀x ∈ (a, b) ⇒ terdapat konstanta c
sehingga F (x) = G(x) + c ∀ x ∈ (a, b).
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
1. Anti Turunan
Definisi 4.
F dikatakan anti turunan dari f pada selang I,
jika F 0 (x) = f (x) untuk semua x dalam I
(jika x suatu titik ujung dari I, maka F 0 (x)
hanya diartikan sebagai turunan sepihak).
Contoh 1.
xr+1
(a) xr dx =
R
+ c, untuk semua r ∈ Q − {−1}.
R r+1
(b) R sin x dx = − cos x + c.
(c) cos x dx = sin x + c.
Teorema 8.
F 0 (x) = G0 (x) ∀x ∈ (a, b) ⇒ terdapat konstanta c
sehingga F (x) = G(x) + c ∀ x ∈ (a, b).
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
1. Anti Turunan
Definisi 4.
F dikatakan anti turunan dari f pada selang I,
jika F 0 (x) = f (x) untuk semua x dalam I
(jika x suatu titik ujung dari I, maka F 0 (x)
hanya diartikan sebagai turunan sepihak).
Contoh 1.
xr+1
(a) xr dx =
R
+ c, untuk semua r ∈ Q − {−1}.
R r+1
(b) R sin x dx = − cos x + c.
(c) cos x dx = sin x + c.
Teorema 8.
F 0 (x) = G0 (x) ∀x ∈ (a, b) ⇒ terdapat konstanta c
sehingga F (x) = G(x) + c ∀ x ∈ (a, b).
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
1. Anti Turunan
Contoh 2.
Tentukan anti turunan dari f (x) = sin 2x.
Jawab:
R R R
(a) f (x)dx = 2 sin x cos x dx = 2 sin x d(sin x)
= sin2 x + c1 .
R R R
(b) f (x)dx = 2 sin x cos x dx = −2 cos x d(cos x)
= − cos2 x + c2 .
(c) f (x)dx = 21 sin 2x d(2x) = − 21 cos 2x + c3 .
R R
sin2 x − (− cos2 x) = 1.
sin2 x − (− 21 cos 2x) = sin2 x + 12 (cos2 x − sin2 x) = 12 .
− cos2 x − (− 12 cos 2x) = − cos2 x + 12 (cos2 x − sin2 x) = − 21 .
1. Anti Turunan
Contoh 2.
Tentukan anti turunan dari f (x) = sin 2x.
Jawab:
R R R
(a) f (x)dx = 2 sin x cos x dx = 2 sin x d(sin x)
= sin2 x + c1 .
R R R
(b) f (x)dx = 2 sin x cos x dx = −2 cos x d(cos x)
= − cos2 x + c2 .
(c) f (x)dx = 21 sin 2x d(2x) = − 21 cos 2x + c3 .
R R
sin2 x − (− cos2 x) = 1.
sin2 x − (− 21 cos 2x) = sin2 x + 12 (cos2 x − sin2 x) = 12 .
− cos2 x − (− 12 cos 2x) = − cos2 x + 12 (cos2 x − sin2 x) = − 21 .
1. Anti Turunan
Contoh 2.
Tentukan anti turunan dari f (x) = sin 2x.
Jawab:
R R R
(a) f (x)dx = 2 sin x cos x dx = 2 sin x d(sin x)
= sin2 x + c1 .
R R R
(b) f (x)dx = 2 sin x cos x dx = −2 cos x d(cos x)
= − cos2 x + c2 .
(c) f (x)dx = 12 sin 2x d(2x) = − 21 cos 2x + c3 .
R R
sin2 x − (− cos2 x) = 1.
sin2 x − (− 21 cos 2x) = sin2 x + 12 (cos2 x − sin2 x) = 12 .
− cos2 x − (− 12 cos 2x) = − cos2 x + 12 (cos2 x − sin2 x) = − 21 .
1. Anti Turunan
Contoh 2.
Tentukan anti turunan dari f (x) = sin 2x.
Jawab:
R R R
(a) f (x)dx = 2 sin x cos x dx = 2 sin x d(sin x)
= sin2 x + c1 .
R R R
(b) f (x)dx = 2 sin x cos x dx = −2 cos x d(cos x)
= − cos2 x + c2 .
(c) f (x)dx = 12 sin 2x d(2x) = − 21 cos 2x + c3 .
R R
sin2 x − (− cos2 x) = 1.
sin2 x − (− 21 cos 2x) = sin2 x + 12 (cos2 x − sin2 x) = 12 .
− cos2 x − (− 12 cos 2x) = − cos2 x + 12 (cos2 x − sin2 x) = − 21 .
1. Anti Turunan
Contoh 2.
Tentukan anti turunan dari f (x) = sin 2x.
Jawab:
R R R
(a) f (x)dx = 2 sin x cos x dx = 2 sin x d(sin x)
= sin2 x + c1 .
R R R
(b) f (x)dx = 2 sin x cos x dx = −2 cos x d(cos x)
= − cos2 x + c2 .
(c) f (x)dx = 12 sin 2x d(2x) = − 21 cos 2x + c3 .
R R
sin2 x − (− cos2 x) = 1.
sin2 x − (− 21 cos 2x) = sin2 x + 12 (cos2 x − sin2 x) = 12 .
− cos2 x − (− 12 cos 2x) = − cos2 x + 12 (cos2 x − sin2 x) = − 12 .
1. Anti Turunan
Contoh 2.
Tentukan anti turunan dari f (x) = sin 2x.
Jawab:
R R R
(a) f (x)dx = 2 sin x cos x dx = 2 sin x d(sin x)
= sin2 x + c1 .
R R R
(b) f (x)dx = 2 sin x cos x dx = −2 cos x d(cos x)
= − cos2 x + c2 .
(c) f (x)dx = 12 sin 2x d(2x) = − 21 cos 2x + c3 .
R R
sin2 x − (− cos2 x) = 1.
sin2 x − (− 21 cos 2x) = sin2 x + 12 (cos2 x − sin2 x) = 12 .
− cos2 x − (− 12 cos 2x) = − cos2 x + 12 (cos2 x − sin2 x) = − 21 .
1. Anti Turunan
Contoh 2.
Tentukan anti turunan dari f (x) = sin 2x.
Jawab:
R R R
(a) f (x)dx = 2 sin x cos x dx = 2 sin x d(sin x)
= sin2 x + c1 .
R R R
(b) f (x)dx = 2 sin x cos x dx = −2 cos x d(cos x)
= − cos2 x + c2 .
(c) f (x)dx = 12 sin 2x d(2x) = − 21 cos 2x + c3 .
R R
sin2 x − (− cos2 x) = 1.
sin2 x − (− 21 cos 2x) = sin2 x + 12 (cos2 x − sin2 x) = 12 .
− cos2 x − (− 12 cos 2x) = − cos2 x + 12 (cos2 x − sin2 x) = − 21 .
1. Anti Turunan
Contoh 3. √
x4 + 1 x4 − 1
Z
Buktikan bahwa √ dx = + c.
x2 x4 − 1 x
Jawab: √
√ √4x
3
x4 − 1
!
d x4 − 1 2 x4 −1
x − x4 + 1
+c = = √ .
dx x x2 x2 x4 − 1
Teorema 9.
Teorema Kelinieran
Misalkan f dn g mempunyai anti turunan dan k suatu konstanta,
maka
R R
(i) kf (x) dx = k f (x) dx;
R R R
(ii) [f (x) + g(x)] dx = f (x) dx + g(x) dx.
1. Anti Turunan
Contoh 3. √
x4 + 1 x4 − 1
Z
Buktikan bahwa √ dx = + c.
x2 x4 − 1 x
Jawab: √
√ √4x
3
x4 − 1
!
d x4 − 1 2 x4 −1
x − x4 + 1
+c = = √ .
dx x x2 x2 x4 − 1
Teorema 9.
Teorema Kelinieran
Misalkan f dn g mempunyai anti turunan dan k suatu konstanta,
maka
R R
(i) kf (x) dx = k f (x) dx;
R R R
(ii) [f (x) + g(x)] dx = f (x) dx + g(x) dx.
1. Anti Turunan
Contoh 3. √
x4 + 1 x4 − 1
Z
Buktikan bahwa √ dx = + c.
x2 x4 − 1 x
Jawab: √
√ √4x
3
x4 − 1
!
d x4 − 1 2 x4 −1
x − x4 + 1
+c = = √ .
dx x x2 x2 x4 − 1
Teorema 9.
Teorema Kelinieran
Misalkan f dn g mempunyai anti turunan dan k suatu konstanta,
maka
R R
(i) kf (x) dx = k f (x) dx;
R R R
(ii) [f (x) + g(x)] dx = f (x) dx + g(x) dx.
1. Anti Turunan
Contoh 4.
Tentukan anti turunan dari
4
(a) f (x) = 2x3 − x2/3 + .
x5
(b) g(x) = 4 sec2 (2x).
Jawab:
(a) f (x)dx = 2 x3 dx − x2/3 dx + 4 x−5 dx
R R R R
1 3
= x4 − x5/3 − x−4 + c.
2R 5
(b) g(x)dx = 2 sec2 (2x) d(2x) = 2 tan 2x + c.
R
1. Anti Turunan
Contoh 4.
Tentukan anti turunan dari
4
(a) f (x) = 2x3 − x2/3 + .
x5
(b) g(x) = 4 sec2 (2x).
Jawab:
(a) f (x)dx = 2 x3 dx − x2/3 dx + 4 x−5 dx
R R R R
1 3
= x4 − x5/3 − x−4 + c.
2R 5
(b) g(x)dx = 2 sec2 (2x) d(2x) = 2 tan 2x + c.
R
1. Anti Turunan
Contoh 4.
Tentukan anti turunan dari
4
(a) f (x) = 2x3 − x2/3 + .
x5
(b) g(x) = 4 sec2 (2x).
Jawab:
(a) f (x)dx = 2 x3 dx − x2/3 dx + 4 x−5 dx
R R R R
1 3
= x4 − x5/3 − x−4 + c.
2R 5
(b) g(x)dx = 2 sec2 (2x) d(2x) = 2 tan 2x + c.
R
1. Anti Turunan
Contoh 5.
Tentukan integral tak tentu di bawah ini.
√
(a) A = (3t2 − x − 2 sin t) dt untuk suatu x > 0.
R
11t3 − 1
Z
(b) B = √
3
dt.
t
√
(c) C = (t3 + t)2 dt.
R
Jawab:
√ R √
3t2 dt −
x dt − 2 sin t dt = t3 − t x + 2 cos t + c.
R R
(a) A =
3
(b) B = (11t8/3 − t−1/3 ) dt = 3t11/3 − t2/3 + c.
R
2
t 7 4 t2
(c) C = (t + 2t7/2 + t) dt = + t9/2 + + c.
R 6
7 9 2
1. Anti Turunan
Contoh 5.
Tentukan integral tak tentu di bawah ini.
√
(a) A = (3t2 − x − 2 sin t) dt untuk suatu x > 0.
R
11t3 − 1
Z
(b) B = √
3
dt.
t
√
(c) C = (t3 + t)2 dt.
R
Jawab:
√ R √
3t2 dt −
x dt − 2 sin t dt = t3 − t x + 2 cos t + c.
R R
(a) A =
3
(b) B = (11t8/3 − t−1/3 ) dt = 3t11/3 − t2/3 + c.
R
2
t 7 4 t2
(c) C = (t + 2t7/2 + t) dt = + t9/2 + + c.
R 6
7 9 2
1. Anti Turunan
Contoh 5.
Tentukan integral tak tentu di bawah ini.
√
(a) A = (3t2 − x − 2 sin t) dt untuk suatu x > 0.
R
11t3 − 1
Z
(b) B = √
3
dt.
t
√
(c) C = (t3 + t)2 dt.
R
Jawab:
√ R √
3t2 dt −
x dt − 2 sin t dt = t3 − t x + 2 cos t + c.
R R
(a) A =
3
(b) B = (11t8/3 − t−1/3 ) dt = 3t11/3 − t2/3 + c.
R
2
t 7 4 t2
(c) C = (t + 2t7/2 + t) dt = + t9/2 + + c.
R 6
7 9 2
1. Anti Turunan
Contoh 5.
Tentukan integral tak tentu di bawah ini.
√
(a) A = (3t2 − x − 2 sin t) dt untuk suatu x > 0.
R
11t3 − 1
Z
(b) B = √
3
dt.
t
√
(c) C = (t3 + t)2 dt.
R
Jawab:
√ R √
3t2 dt −
x dt − 2 sin t dt = t3 − t x + 2 cos t + c.
R R
(a) A =
3
(b) B = (11t8/3 − t−1/3 ) dt = 3t11/3 − t2/3 + c.
R
2
t 7 4 t2
(c) C = (t + 2t7/2 + t) dt = + t9/2 + + c.
R 6
7 9 2
1. Anti Turunan
Teorema 10.
Aturan Pangkat yang Diperumum
Misalkan g adalah suatu fungsi yang dapat didiferensialkan dan
[g(x)]r+1
r ∈ Q − {−1}, maka [g(x)]r g 0 (x) dx =
R
+ c.
r+1
1. Anti Turunan
Contoh 6.
Tentukan integral tak tentu
R√
(a) D = 5x3 + 3x − 2(15x2 + 3) dx.
(b) E = sin3/2 x cos x dx.
R
Jawab:
R√ 2
(a) D = 5x3 + 3x − 2 d(5x3 +3x−2) = (5x3 +3x−2)3/2 +c.
3
R 3/2 2 5/2
(b) E = sin x d(sin x) = sin x + c.
5
(c) F = R (x3 + 2x + 1)10 (3x2 + 2) dx + 4 Rsin5 2x cos 2x dx
R R
1. Anti Turunan
Contoh 6.
Tentukan integral tak tentu
R√
(a) D = 5x3 + 3x − 2(15x2 + 3) dx.
(b) E = sin3/2 x cos x dx.
R
Jawab:
R√ 2
(a) D = 5x3 + 3x − 2 d(5x3 +3x−2) = (5x3 +3x−2)3/2 +c.
3
R 3/2 2 5/2
(b) E = sin x d(sin x) = sin x + c.
5
(c) F = R (x3 + 2x + 1)10 (3x2 + 2) dx + 4 Rsin5 2x cos 2x dx
R R
1. Anti Turunan
Contoh 6.
Tentukan integral tak tentu
R√
(a) D = 5x3 + 3x − 2(15x2 + 3) dx.
(b) E = sin3/2 x cos x dx.
R
Jawab:
R√ 2
(a) D = 5x3 + 3x − 2 d(5x3 +3x−2) = (5x3 +3x−2)3/2 +c.
3
R 3/2 2 5/2
(b) E = sin x d(sin x) = sin x + c.
5
(c) F = R (x3 + 2x + 1)10 (3x2 + 2) dx + 4 Rsin5 2x cos 2x dx
R R
1. Anti Turunan
Contoh 6.
Tentukan integral tak tentu
R√
(a) D = 5x3 + 3x − 2(15x2 + 3) dx.
(b) E = sin3/2 x cos x dx.
R
Jawab:
R√ 2
(a) D = 5x3 + 3x − 2 d(5x3 +3x−2) = (5x3 +3x−2)3/2 +c.
3
R 3/2 2 5/2
(b) E = sin x d(sin x) = sin x + c.
5
(c) F = R (x3 + 2x + 1)10 (3x2 + 2) dx + 4 Rsin5 2x cos 2x dx
R R
1. Anti Turunan
Contoh 7.
Misalkan
( 2
x|x| − x2 , untuk x < 0;
F (x) = = x2
2 2 , untuk x ≥ 0.
R
Buktikan bahwa |x| dx = F (x) + c.
(
−x , untuk x < 0;
Bukti: F 0 (x) =
x , untuk x > 0.
F 0 (0) = 0 karena
−x2
F (x) − F (0) −0 −x
F−0 (0) = lim = lim 2
= lim = 0,
x→0− x−0 x→0− x x→0− 2
x2
F (x) − F (0) −0 x
F+0 (0) = lim = lim 2
= lim = 0.
x→0+ x−0 x→0+ x x→0+ 2
1. Anti Turunan
Contoh 7.
Misalkan
( 2
x|x| − x2 , untuk x < 0;
F (x) = = x2
2 2 , untuk x ≥ 0.
R
Buktikan bahwa |x| dx = F (x) + c.
(
−x , untuk x < 0;
Bukti: F 0 (x) =
x , untuk x > 0.
F 0 (0) = 0 karena
−x2
F (x) − F (0) −0 −x
F−0 (0) = lim = lim 2
= lim = 0,
x→0− x−0 x→0− x x→0− 2
x2
F (x) − F (0) −0 x
F+0 (0) = lim = lim 2
= lim = 0.
x→0+ x−0 x→0+ x x→0+ 2
1. Anti Turunan
Contoh 7.
Misalkan
( 2
x|x| − x2 , untuk x < 0;
F (x) = = x2
2 2 , untuk x ≥ 0.
R
Buktikan bahwa |x| dx = F (x) + c.
(
−x , untuk x < 0;
Bukti: F 0 (x) =
x , untuk x > 0.
F 0 (0) = 0 karena
−x2
F (x) − F (0) −0 −x
F−0 (0) = lim = lim 2
= lim = 0,
x→0− x−0 x→0− x x→0− 2
x2
F (x) − F (0) −0 x
F+0 (0) = lim = lim 2
= lim = 0.
x→0+ x−0 x→0+ x x→0+ 2
1. Anti Turunan
Contoh 7.
Misalkan
( 2
x|x| − x2 , untuk x < 0;
F (x) = = x2
2 2 , untuk x ≥ 0.
R
Buktikan bahwa |x| dx = F (x) + c.
(
−x , untuk x < 0;
Bukti: F 0 (x) =
x , untuk x > 0.
F 0 (0) = 0 karena
−x2
F (x) − F (0) −0 −x
F−0 (0) = lim = lim 2
= lim = 0,
x→0− x−0 x→0− x x→0− 2
x2
F (x) − F (0) −0 x
F+0 (0) = lim = lim 2
= lim = 0.
x→0+ x−0 x→0+ x x→0+ 2
Solusi umum PD
≡ suatu keluarga kurva (memuat beberapa parameter) yang
memenuhi persamaan.
Contoh: y = 2x2 + c.
Solusi khusus PD
≡ suatu fungsi yang diperoleh dari solusi umum dengan
mengganti parameter dengan suatu konstanta.
Contoh: y = 2x2 + 1 adalah solusi PD yang melalui (1, 3).
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Solusi umum PD
≡ suatu keluarga kurva (memuat beberapa parameter) yang
memenuhi persamaan.
Contoh: y = 2x2 + c.
Solusi khusus PD
≡ suatu fungsi yang diperoleh dari solusi umum dengan
mengganti parameter dengan suatu konstanta.
Contoh: y = 2x2 + 1 adalah solusi PD yang melalui (1, 3).
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Solusi umum PD
≡ suatu keluarga kurva (memuat beberapa parameter) yang
memenuhi persamaan.
Contoh: y = 2x2 + c.
Solusi khusus PD
≡ suatu fungsi yang diperoleh dari solusi umum dengan
mengganti parameter dengan suatu konstanta.
Contoh: y = 2x2 + 1 adalah solusi PD yang melalui (1, 3).
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Solusi umum PD
≡ suatu keluarga kurva (memuat beberapa parameter) yang
memenuhi persamaan.
Contoh: y = 2x2 + c.
Solusi khusus PD
≡ suatu fungsi yang diperoleh dari solusi umum dengan
mengganti parameter dengan suatu konstanta.
Contoh: y = 2x2 + 1 adalah solusi PD yang melalui (1, 3).
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Solusi umum PD
≡ suatu keluarga kurva (memuat beberapa parameter) yang
memenuhi persamaan.
Contoh: y = 2x2 + c.
Solusi khusus PD
≡ suatu fungsi yang diperoleh dari solusi umum dengan
mengganti parameter dengan suatu konstanta.
Contoh: y = 2x2 + 1 adalah solusi PD yang melalui (1, 3).
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Solusi umum PD
≡ suatu keluarga kurva (memuat beberapa parameter) yang
memenuhi persamaan.
Contoh: y = 2x2 + c.
Solusi khusus PD
≡ suatu fungsi yang diperoleh dari solusi umum dengan
mengganti parameter dengan suatu konstanta.
Contoh: y = 2x2 + 1 adalah solusi PD yang melalui (1, 3).
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Solusi umum PD
≡ suatu keluarga kurva (memuat beberapa parameter) yang
memenuhi persamaan.
Contoh: y = 2x2 + c.
Solusi khusus PD
≡ suatu fungsi yang diperoleh dari solusi umum dengan
mengganti parameter dengan suatu konstanta.
Contoh: y = 2x2 + 1 adalah solusi PD yang melalui (1, 3).
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 1.
Cari persamaan Cartesius kurva yang melalui (1, 3) dengan
kemiringan pada setiap titik adalah 4 kali absisnya.
Jawab:
dy
= 4x
dx
dy = 4x dx
Z Z
dy = 4x dx
y = 2x2 + c
y = 2x2 + 1.
Contoh 1.
Cari persamaan Cartesius kurva yang melalui (1, 3) dengan
kemiringan pada setiap titik adalah 4 kali absisnya.
Jawab:
dy
= 4x
dx
dy = 4x dx
Z Z
dy = 4x dx
y = 2x2 + c
y = 2x2 + 1.
Contoh 1.
Cari persamaan Cartesius kurva yang melalui (1, 3) dengan
kemiringan pada setiap titik adalah 4 kali absisnya.
Jawab:
dy
= 4x
dx
dy = 4x dx
Z Z
dy = 4x dx
y = 2x2 + c
y = 2x2 + 1.
Contoh 2.
Cari persamaan Cartesius kurva yang melalui (1, 2) dengan
kemiringan pada sebarang titik adalah 1/2 kali kuadrat ordinatnya.
Jawab:
dy 1
= y2
dx 2
2
dy = dx
y2
Z Z
2
dy = dx
y2
2 2
= x + c atau y = −
− .
y x+c
−2
Karena kurva melalui (1, 2),diperoleh 2 = ⇒ c = −2.
1+c
−2
Karena itu, persamaan kurva adalah y = .
x−2
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 2.
Cari persamaan Cartesius kurva yang melalui (1, 2) dengan
kemiringan pada sebarang titik adalah 1/2 kali kuadrat ordinatnya.
Jawab:
dy 1
= y2
dx 2
2
dy = dx
y2
Z Z
2
dy = dx
y2
2 2
= x + c atau y = −
− .
y x+c
−2
Karena kurva melalui (1, 2),diperoleh 2 = ⇒ c = −2.
1+c
−2
Karena itu, persamaan kurva adalah y = .
x−2
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 2.
Cari persamaan Cartesius kurva yang melalui (1, 2) dengan
kemiringan pada sebarang titik adalah 1/2 kali kuadrat ordinatnya.
Jawab:
dy 1
= y2
dx 2
2
dy = dx
y2
Z Z
2
dy = dx
y2
2 2
= x + c atau y = −
− .
y x+c
−2
Karena kurva melalui (1, 2),diperoleh 2 = ⇒ c = −2.
1+c
−2
Karena itu, persamaan kurva adalah y = .
x−2
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
1 2 1 4 2
y = 2
= . (2)
2 2 (x − 2) (x − 2)2
1 2 1 4 2
y = 2
= . (2)
2 2 (x − 2) (x − 2)2
Contoh 3.
Tentukan y = y(x) yang memenuhi
dy
= (x + 1)(x + 2).
dx
Jawab:
Karena dy = (x2 + 3x + 2) dx, diperoleh
Z Z
dy = (x2 + 3x + 2) dx
x3 3x2
y= + + 2x + c.
3 2
Contoh 3.
Tentukan y = y(x) yang memenuhi
dy
= (x + 1)(x + 2).
dx
Jawab:
Karena dy = (x2 + 3x + 2) dx, diperoleh
Z Z
dy = (x2 + 3x + 2) dx
x3 3x2
y= + + 2x + c.
3 2
Contoh 4.
Tentukan y = y(x) yang memenuhi
r
dy x
= 3 2 dengan y(8) = 1.
dx y
Jawab:
Dengan menggunakan pemisahan variabel diperoleh
y 2/3 dy = x1/3 dx.
3 3
Integralkan kedua ruas, diperoleh y 5/3 = x4/3 + c.
5 4
3 5/3 3 4/3 2
y(8) = 1 ⇒ (1) = (8) + c ⇒ c = −11 .
5 4 5
∴ solusi khusus PD yang memenuhi y(8) = 1 adalah
3 5/3 3 4/3 2
y = x − 11 .
5 4 5
Contoh 4.
Tentukan y = y(x) yang memenuhi
r
dy x
= 3 2 dengan y(8) = 1.
dx y
Jawab:
Dengan menggunakan pemisahan variabel diperoleh
y 2/3 dy = x1/3 dx.
3 3
Integralkan kedua ruas, diperoleh y 5/3 = x4/3 + c.
5 4
3 5/3 3 4/3 2
y(8) = 1 ⇒ (1) = (8) + c ⇒ c = −11 .
5 4 5
∴ solusi khusus PD yang memenuhi y(8) = 1 adalah
3 5/3 3 4/3 2
y = x − 11 .
5 4 5
Contoh 4.
Tentukan y = y(x) yang memenuhi
r
dy x
= 3 2 dengan y(8) = 1.
dx y
Jawab:
Dengan menggunakan pemisahan variabel diperoleh
y 2/3 dy = x1/3 dx.
3 3
Integralkan kedua ruas, diperoleh y 5/3 = x4/3 + c.
5 4
3 5/3 3 4/3 2
y(8) = 1 ⇒ (1) = (8) + c ⇒ c = −11 .
5 4 5
∴ solusi khusus PD yang memenuhi y(8) = 1 adalah
3 5/3 3 4/3 2
y = x − 11 .
5 4 5
Contoh 4.
Tentukan y = y(x) yang memenuhi
r
dy x
= 3 2 dengan y(8) = 1.
dx y
Jawab:
Dengan menggunakan pemisahan variabel diperoleh
y 2/3 dy = x1/3 dx.
3 3
Integralkan kedua ruas, diperoleh y 5/3 = x4/3 + c.
5 4
3 5/3 3 4/3 2
y(8) = 1 ⇒ (1) = (8) + c ⇒ c = −11 .
5 4 5
∴ solusi khusus PD yang memenuhi y(8) = 1 adalah
3 5/3 3 4/3 2
y = x − 11 .
5 4 5
Contoh 4.
Tentukan y = y(x) yang memenuhi
r
dy x
= 3 2 dengan y(8) = 1.
dx y
Jawab:
Dengan menggunakan pemisahan variabel diperoleh
y 2/3 dy = x1/3 dx.
3 3
Integralkan kedua ruas, diperoleh y 5/3 = x4/3 + c.
5 4
3 5/3 3 4/3 2
y(8) = 1 ⇒ (1) = (8) + c ⇒ c = −11 .
5 4 5
∴ solusi khusus PD yang memenuhi y(8) = 1 adalah
3 5/3 3 4/3 2
y = x − 11 .
5 4 5
Contoh 5.
Tentukan y = y(x) yang memenuhi
d2 y √
2
= 3 3x − 1 dengan y(3) = 2 dan y 0 (3) = 5.
dx
Jawab:
dy 0 1/3 .
dx = (3x − 1) Z
1
(3x − 1)1/3 d(3x − 1).
R 0 R
dy = (3x − 1)1/3 dx =
3
y 0 = 14 (3x − 1)4/3 + c1 .
y 0 (3) = 5 ⇒ 5 = 41 (3(3) − 1)4/3 + c1 ⇒ c1 = 1.
dy
y 0 = dx = 1 (3x − 1)4/3 + 1.
R R 41 4/3 + 1 dx =
R 1 4/3 d(3x − 1) + dx.
R
dy = 4 (3x − 1) 12 (3x − 1)
1
y = 28 (3x − 1)7/3 + x + c2 .
y(3) = 2 ⇒ 2 = 28 1
(3(3) − 1)7/3 + 3 + c2 ⇒ c2 = −39 7 .
1 7/3 39
∴ y(x) = 28 (3x − 1) + x − 7 .
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 5.
Tentukan y = y(x) yang memenuhi
d2 y √
2
= 3 3x − 1 dengan y(3) = 2 dan y 0 (3) = 5.
dx
Jawab:
dy 0 1/3 .
dx = (3x − 1) Z
1
(3x − 1)1/3 d(3x − 1).
R 0 R
dy = (3x − 1)1/3 dx =
3
y 0 = 14 (3x − 1)4/3 + c1 .
y 0 (3) = 5 ⇒ 5 = 41 (3(3) − 1)4/3 + c1 ⇒ c1 = 1.
dy
y 0 = dx = 1 (3x − 1)4/3 + 1.
R R 41 4/3 + 1 dx =
R 1 4/3 d(3x − 1) + dx.
R
dy = 4 (3x − 1) 12 (3x − 1)
1
y = 28 (3x − 1)7/3 + x + c2 .
y(3) = 2 ⇒ 2 = 28 1
(3(3) − 1)7/3 + 3 + c2 ⇒ c2 = −39 7 .
1 7/3 39
∴ y(x) = 28 (3x − 1) + x − 7 .
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 5.
Tentukan y = y(x) yang memenuhi
d2 y √
2
= 3 3x − 1 dengan y(3) = 2 dan y 0 (3) = 5.
dx
Jawab:
dy 0 1/3 .
dx = (3x − 1) Z
1
(3x − 1)1/3 d(3x − 1).
R 0 R
dy = (3x − 1)1/3 dx =
3
y 0 = 14 (3x − 1)4/3 + c1 .
y 0 (3) = 5 ⇒ 5 = 41 (3(3) − 1)4/3 + c1 ⇒ c1 = 1.
dy
y 0 = dx = 1 (3x − 1)4/3 + 1.
R R 41 4/3 + 1 dx =
R 1 4/3 d(3x − 1) + dx.
R
dy = 4 (3x − 1) 12 (3x − 1)
1
y = 28 (3x − 1)7/3 + x + c2 .
y(3) = 2 ⇒ 2 = 28 1
(3(3) − 1)7/3 + 3 + c2 ⇒ c2 = −39 7 .
1 7/3 39
∴ y(x) = 28 (3x − 1) + x − 7 .
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 5.
Tentukan y = y(x) yang memenuhi
d2 y √
2
= 3 3x − 1 dengan y(3) = 2 dan y 0 (3) = 5.
dx
Jawab:
dy 0 1/3 .
dx = (3x − 1) Z
1
(3x − 1)1/3 d(3x − 1).
R 0 R
dy = (3x − 1)1/3 dx =
3
y 0 = 14 (3x − 1)4/3 + c1 .
y 0 (3) = 5 ⇒ 5 = 14 (3(3) − 1)4/3 + c1 ⇒ c1 = 1.
dy
y 0 = dx = 1 (3x − 1)4/3 + 1.
R R 41 4/3 + 1 dx =
R 1 4/3 d(3x − 1) + dx.
R
dy = 4 (3x − 1) 12 (3x − 1)
1
y = 28 (3x − 1)7/3 + x + c2 .
y(3) = 2 ⇒ 2 = 28 1
(3(3) − 1)7/3 + 3 + c2 ⇒ c2 = −39 7 .
1 7/3 39
∴ y(x) = 28 (3x − 1) + x − 7 .
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 5.
Tentukan y = y(x) yang memenuhi
d2 y √
2
= 3 3x − 1 dengan y(3) = 2 dan y 0 (3) = 5.
dx
Jawab:
dy 0 1/3 .
dx = (3x − 1) Z
1
(3x − 1)1/3 d(3x − 1).
R 0 R
dy = (3x − 1)1/3 dx =
3
y 0 = 14 (3x − 1)4/3 + c1 .
y 0 (3) = 5 ⇒ 5 = 14 (3(3) − 1)4/3 + c1 ⇒ c1 = 1.
dy
y 0 = dx = 1 (3x − 1)4/3 + 1.
R R 41 4/3 + 1 dx =
R 1 4/3 d(3x − 1) + dx.
R
dy = 4 (3x − 1) 12 (3x − 1)
1
y = 28 (3x − 1)7/3 + x + c2 .
y(3) = 2 ⇒ 2 = 28 1
(3(3) − 1)7/3 + 3 + c2 ⇒ c2 = −39 7 .
1 7/3 39
∴ y(x) = 28 (3x − 1) + x − 7 .
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 5.
Tentukan y = y(x) yang memenuhi
d2 y √
2
= 3 3x − 1 dengan y(3) = 2 dan y 0 (3) = 5.
dx
Jawab:
dy 0 1/3 .
dx = (3x − 1) Z
1
(3x − 1)1/3 d(3x − 1).
R 0 R
dy = (3x − 1)1/3 dx =
3
y 0 = 14 (3x − 1)4/3 + c1 .
y 0 (3) = 5 ⇒ 5 = 14 (3(3) − 1)4/3 + c1 ⇒ c1 = 1.
dy
y 0 = dx = 1 (3x − 1)4/3 + 1.
R R 41 4/3 + 1 dx =
R 1 4/3 d(3x − 1) + dx.
R
dy = 4 (3x − 1) 12 (3x − 1)
1
y = 28 (3x − 1)7/3 + x + c2 .
y(3) = 2 ⇒ 2 = 28 1
(3(3) − 1)7/3 + 3 + c2 ⇒ c2 = −39 7 .
1 7/3 39
∴ y(x) = 28 (3x − 1) + x − 7 .
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 5.
Tentukan y = y(x) yang memenuhi
d2 y √
2
= 3 3x − 1 dengan y(3) = 2 dan y 0 (3) = 5.
dx
Jawab:
dy 0 1/3 .
dx = (3x − 1) Z
1
(3x − 1)1/3 d(3x − 1).
R 0 R
dy = (3x − 1)1/3 dx =
3
y 0 = 14 (3x − 1)4/3 + c1 .
y 0 (3) = 5 ⇒ 5 = 14 (3(3) − 1)4/3 + c1 ⇒ c1 = 1.
dy
y 0 = dx = 1 (3x − 1)4/3 + 1.
R R 41 4/3 + 1 dx =
R 1 4/3 d(3x − 1) + dx.
R
dy = 4 (3x − 1) 12 (3x − 1)
1
y = 28 (3x − 1)7/3 + x + c2 .
y(3) = 2 ⇒ 2 = 28 1
(3(3) − 1)7/3 + 3 + c2 ⇒ c2 = −39 7 .
1 7/3 39
∴ y(x) = 28 (3x − 1) + x − 7 .
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 5.
Tentukan y = y(x) yang memenuhi
d2 y √
2
= 3 3x − 1 dengan y(3) = 2 dan y 0 (3) = 5.
dx
Jawab:
dy 0 1/3 .
dx = (3x − 1) Z
1
(3x − 1)1/3 d(3x − 1).
R 0 R
dy = (3x − 1)1/3 dx =
3
y 0 = 14 (3x − 1)4/3 + c1 .
y 0 (3) = 5 ⇒ 5 = 14 (3(3) − 1)4/3 + c1 ⇒ c1 = 1.
dy
y 0 = dx = 1 (3x − 1)4/3 + 1.
R R 41 4/3 + 1 dx =
R 1 4/3 d(3x − 1) + dx.
R
dy = 4 (3x − 1) 12 (3x − 1)
1
y = 28 (3x − 1)7/3 + x + c2 .
y(3) = 2 ⇒ 2 = 28 1
(3(3) − 1)7/3 + 3 + c2 ⇒ c2 = −39 7 .
1 7/3 39
∴ y(x) = 28 (3x − 1) + x − 7 .
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 5.
Tentukan y = y(x) yang memenuhi
d2 y √
2
= 3 3x − 1 dengan y(3) = 2 dan y 0 (3) = 5.
dx
Jawab:
dy 0 1/3 .
dx = (3x − 1) Z
1
(3x − 1)1/3 d(3x − 1).
R 0 R
dy = (3x − 1)1/3 dx =
3
y 0 = 14 (3x − 1)4/3 + c1 .
y 0 (3) = 5 ⇒ 5 = 14 (3(3) − 1)4/3 + c1 ⇒ c1 = 1.
dy
y 0 = dx = 1 (3x − 1)4/3 + 1.
R R 41 4/3 + 1 dx =
R 1 4/3 d(3x − 1) + dx.
R
dy = 4 (3x − 1) 12 (3x − 1)
1
y = 28 (3x − 1)7/3 + x + c2 .
y(3) = 2 ⇒ 2 = 28 1
(3(3) − 1)7/3 + 3 + c2 ⇒ c2 = −39 7 .
1 7/3 39
∴ y(x) = 28 (3x − 1) + x − 7 .
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 5.
Tentukan y = y(x) yang memenuhi
d2 y √
2
= 3 3x − 1 dengan y(3) = 2 dan y 0 (3) = 5.
dx
Jawab:
dy 0 1/3 .
dx = (3x − 1) Z
1
(3x − 1)1/3 d(3x − 1).
R 0 R
dy = (3x − 1)1/3 dx =
3
y 0 = 14 (3x − 1)4/3 + c1 .
y 0 (3) = 5 ⇒ 5 = 14 (3(3) − 1)4/3 + c1 ⇒ c1 = 1.
dy
y 0 = dx = 1 (3x − 1)4/3 + 1.
R R 41 4/3 + 1 dx =
R 1 4/3 d(3x − 1) + dx.
R
dy = 4 (3x − 1) 12 (3x − 1)
1
y = 28 (3x − 1)7/3 + x + c2 .
y(3) = 2 ⇒ 2 = 28 1
(3(3) − 1)7/3 + 3 + c2 ⇒ c2 = −39 7 .
1 7/3 39
∴ y(x) = 28 (3x − 1) + x − 7 .
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 6.
Suatu partikel bergerak pada garis lurus dengan percepatan
a = (3t − t2 ) m/det2 . Bila diketahui pada saat t = 1 det
kecepatannya adalah v = 7/6 m/det dan jaraknya dari titik asal
adalah s = 1 m, tentukan kecepatan partikel v(t) dan jarak partikel
dari titik asal s(t) pada setiap saat t.
3 t3
Jawab: v(t) = a(t) dt = (3t − t2 ) dt = t2 − + c1 .
R R
2 3
7 7 3 2 (1)3
v(1) = ⇒ = (1) − + c1 ⇒ c1 = 0.
6 6 2 3
3 t3
∴ v(t) = t2 − .
2 3
R 3 2 t3
3 t4
dt = t2 − 12
R
s(t) = v(t)dt = t − + c2 .
2 3
3 4
s(1) = 1 ⇒ 1 = (1)2 − (1) 7
12 + c2 ⇒ c2 = 12 .
t3 t4 7
∴ s(t) = − + .
2 12 12
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 6.
Suatu partikel bergerak pada garis lurus dengan percepatan
a = (3t − t2 ) m/det2 . Bila diketahui pada saat t = 1 det
kecepatannya adalah v = 7/6 m/det dan jaraknya dari titik asal
adalah s = 1 m, tentukan kecepatan partikel v(t) dan jarak partikel
dari titik asal s(t) pada setiap saat t.
3 t3
Jawab: v(t) = a(t) dt = (3t − t2 ) dt = t2 − + c1 .
R R
2 3
7 7 3 2 (1)3
v(1) = ⇒ = (1) − + c1 ⇒ c1 = 0.
6 6 2 3
3 t3
∴ v(t) = t2 − .
2 3
R 3 2 t3
3 t4
dt = t2 − 12
R
s(t) = v(t)dt = t − + c2 .
2 3
3 4
s(1) = 1 ⇒ 1 = (1)2 − (1) 7
12 + c2 ⇒ c2 = 12 .
t3 t4 7
∴ s(t) = − + .
2 12 12
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 6.
Suatu partikel bergerak pada garis lurus dengan percepatan
a = (3t − t2 ) m/det2 . Bila diketahui pada saat t = 1 det
kecepatannya adalah v = 7/6 m/det dan jaraknya dari titik asal
adalah s = 1 m, tentukan kecepatan partikel v(t) dan jarak partikel
dari titik asal s(t) pada setiap saat t.
3 t3
Jawab: v(t) = a(t) dt = (3t − t2 ) dt = t2 − + c1 .
R R
2 3
7 7 3 2 (1)3
v(1) = ⇒ = (1) − + c1 ⇒ c1 = 0.
6 6 2 3
3 t3
∴ v(t) = t2 − .
2 3
R 3 2 t3
3 t4
dt = t2 − 12
R
s(t) = v(t)dt = t − + c2 .
2 3
3 4
s(1) = 1 ⇒ 1 = (1)2 − (1) 7
12 + c2 ⇒ c2 = 12 .
t3 t4 7
∴ s(t) = − + .
2 12 12
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 6.
Suatu partikel bergerak pada garis lurus dengan percepatan
a = (3t − t2 ) m/det2 . Bila diketahui pada saat t = 1 det
kecepatannya adalah v = 7/6 m/det dan jaraknya dari titik asal
adalah s = 1 m, tentukan kecepatan partikel v(t) dan jarak partikel
dari titik asal s(t) pada setiap saat t.
3 t3
Jawab: v(t) = a(t) dt = (3t − t2 ) dt = t2 − + c1 .
R R
2 3
7 7 3 2 (1)3
v(1) = ⇒ = (1) − + c1 ⇒ c1 = 0.
6 6 2 3
3 t3
∴ v(t) = t2 − .
2 3
R 3 2 t3
3 t4
dt = t2 − 12
R
s(t) = v(t)dt = t − + c2 .
2 3
3 4
s(1) = 1 ⇒ 1 = (1)2 − (1) 7
12 + c2 ⇒ c2 = 12 .
t3 t4 7
∴ s(t) = − + .
2 12 12
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 6.
Suatu partikel bergerak pada garis lurus dengan percepatan
a = (3t − t2 ) m/det2 . Bila diketahui pada saat t = 1 det
kecepatannya adalah v = 7/6 m/det dan jaraknya dari titik asal
adalah s = 1 m, tentukan kecepatan partikel v(t) dan jarak partikel
dari titik asal s(t) pada setiap saat t.
3 t3
Jawab: v(t) = a(t) dt = (3t − t2 ) dt = t2 − + c1 .
R R
2 3
7 7 3 2 (1)3
v(1) = ⇒ = (1) − + c1 ⇒ c1 = 0.
6 6 2 3
3 t3
∴ v(t) = t2 − .
2 3
R 3 2 t3
3 t4
dt = t2 − 12
R
s(t) = v(t)dt = t − + c2 .
2 3
3 4
s(1) = 1 ⇒ 1 = (1)2 − (1) 7
12 + c2 ⇒ c2 = 12 .
t3 t4 7
∴ s(t) = − + .
2 12 12
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 6.
Suatu partikel bergerak pada garis lurus dengan percepatan
a = (3t − t2 ) m/det2 . Bila diketahui pada saat t = 1 det
kecepatannya adalah v = 7/6 m/det dan jaraknya dari titik asal
adalah s = 1 m, tentukan kecepatan partikel v(t) dan jarak partikel
dari titik asal s(t) pada setiap saat t.
3 t3
Jawab: v(t) = a(t) dt = (3t − t2 ) dt = t2 − + c1 .
R R
2 3
7 7 3 2 (1)3
v(1) = ⇒ = (1) − + c1 ⇒ c1 = 0.
6 6 2 3
3 t3
∴ v(t) = t2 − .
2 3
R 3 2 t3
3 t4
dt = t2 − 12
R
s(t) = v(t)dt = t − + c2 .
2 3
3 4
s(1) = 1 ⇒ 1 = (1)2 − (1) 7
12 + c2 ⇒ c2 = 12 .
t3 t4 7
∴ s(t) = − + .
2 12 12
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
Contoh 6.
Suatu partikel bergerak pada garis lurus dengan percepatan
a = (3t − t2 ) m/det2 . Bila diketahui pada saat t = 1 det
kecepatannya adalah v = 7/6 m/det dan jaraknya dari titik asal
adalah s = 1 m, tentukan kecepatan partikel v(t) dan jarak partikel
dari titik asal s(t) pada setiap saat t.
3 t3
Jawab: v(t) = a(t) dt = (3t − t2 ) dt = t2 − + c1 .
R R
2 3
7 7 3 2 (1)3
v(1) = ⇒ = (1) − + c1 ⇒ c1 = 0.
6 6 2 3
3 t3
∴ v(t) = t2 − .
2 3
R 3 2 t3
3 t4
dt = t2 − 12
R
s(t) = v(t)dt = t − + c2 .
2 3
3 4
s(1) = 1 ⇒ 1 = (1)2 − (1) 7
12 + c2 ⇒ c2 = 12 .
t3 t4 7
∴ s(t) = − + .
2 12 12
M. Salman A.N. Matematika 1A
Turunan dan Aplikasinya Integral Tak Tentu
KERJA
Ketika Tuhan, masih berkenan mengamanahi.
Energi, harus menjadi etos termaknai.
Rajut keajaiban, bermotifkan keindahan surgawi.
Jaringan keakraban, bersinergi menghasilkan prestasi.
Akan mengispirasi, kebaikan seluruh negeri.
TERIMA KASIH