PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN
INDONESIA
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang hanya dengan kuasanya buku Pedoman
Organisasi HAKLI tercinta kita ini dapat selesai. Buku Pedoman Organisasi Himpunan Ahli Kesehatan
Lingkungan Indonesia ini akan digunakan sebagai panduan dan acuan didalam menjalankan kegiatan
roda organisasi ini dari sabang sampai merauke. Tantangan di era disruption 4.0 begitu nyata
khususnya bagi tenaga sanitarian/kesehatan lingkungan dan diharapkan dengan adanya buku ini
dapat meningkatkan pengorganisasian HAKLI dari tingkat kabupaten/kota, provinsi sampai
dengan Pusat yang terstandar dalam menghadapi segala tantangan di depan.
Akhir kata, Kami sangat menyadari banyak terdapat kekurangan dalam buku pedoman ini, segala
masukan dan saran selalu kami nantikan untuk pengembangan buku pedoman ini.
Penyusun
6
A. Sejarah HAKLI
Sekitar 1882 pada zaman Hindia Belanda, urusan mengenai
kesehatan di Indonesia diatur oleh Het Reglement of de Dienst der
Volksgezondheid. Hingga pada 1915 diadakan investigasi terkait penyakit
yang muncul akibat cacing tambang oleh Heiser. Lalu pada 1924, diadakan
investigasi lanjutan atas temuan Heiser pada 1915 oleh Dr John Lee Hydrick
dan Dr Van Noort yang pada akhirnya meminta Pemerintah Hindia Belanda
saat itu untuk membiayai pemberantasan cacing tambang dan pencegahan
penyakit yang disebabkan oleh sanitasi yang kurang baik dengan dibentuknya
Divisi Pendidikan Kesehatan.
Waktu berkembang hingga pada akhirnya di tahun 1930, Pemerintah
Belanda mengambil alih secara utuh pembiayaan upaya pendidikan
kesehatan. Enam tahun berselang, pada 1936 berdirilah Sekolah Mantri
Kesehatan di Purwokerto, lulusannya dikenal sebagai Mantri Kakus. Hingga
pada 1942-1947 terjadi pergeseran kekuasaan dari Pemerintah Belanda ke
Pemerintah Jepang menyebabkan lulusan Mantri Kakus disebar di seluruh
Jawa dan Madura serta sebagian lain tetap mengajar pada sekolah tersebut.
Setelah Indonesia Merdeka pada 1945, terbentuklah “Juru Hygiene
Desa” yang dicanangkan di Banyumas dengan fokus kerja penyediaan air
bersih dan jamban. Pada saat itu, para juru hygiene desa diberikan nafkah
berupa bengkok sawah oleh kepala desa. Pada 1952 terbentuklah Sekolah
Kontrolir Kesehatan di Jakarta atas kesadaran “mencegah lebih baik dan
lebih murah”. Dua tahun berselang, tepatnya pada 1954 Sekolah Kontrolir
Kesehatan berubah nama menjadi Akademi Kontrolir Kesehatan (AKK) yang
lulusannya bergelar sarjana muda (B.Sc.).
HAKLI merupakan singkatan dari Himpunan Ahli Kesehatan
Lingkungan Indonesia atau The Indonesian Association of Environmental
Health (IAEH) yang didirikan di Bandung Jawa Barat. Profesi sebagai wadah
pemersatu dan pembina profesional kesehatan lingkungan yang secara khas
beragam dan berjenjang dari latar belakang pendidikan, lapangan kerja,
posisi, peran dan jalur peminatan menjadi satu kesatuan jejaring fungsional
dengan keahlian kesehatan lingkungan. HAKLI dibentuk dan didirikan pada
tanggal 12 April 1980, dengan sadar dan keinginan luhur yang didasari oleh
ilmu, ketrampilan dan sikap yang dimiliki HAKLI merupakan pengembangan
7
B. Strategi HAKLI
HAKLI sebagai organisasi profesi kesehatan lingkungan memiliki dua
tugas pokok dalam outcome nya menyejahterakan anggotanya melalui
pelayanan pengembangan keprofesian dengan adanya P2KB serta melalui
pengembangan strategis organisasi. Dalam pengembangan P2KB sendiri
setidaknya ada tiga pokok besar yaitu pembinaan anggota, pengawasan
kualifikasi profesi dan juga pengembangan karir melalui pembelajaran,
keprofesian, pengembangan keilmuan, pelayanan pengabdian dan
pengembangan teknologi tepat guna. HAKLI juga memiliki tujuan strategis
dalam empat bidang utama yang berkaitan dengan Rekognisi, Regulasi,
Otorisasi dan Profesi.
Rekognisi 1D1S
Rekognisi dalam KBBI berarti hal atau keadaan yang diakui;
pengakuan; pengenalan dan penghargaan. Dalam bentuk rekognisi yang
dimaksud pada isu strategis HAKLI adalah adanya tujuan antara melalui
program “Satu Desa Satu Sanitarian (1D1S)” dimana berisikan misi
“Sanitarian Profesional yang dapat menghasilkan inovasi dalam
Pembangunan Desa Sehat Pada Pengelolaan Sanitasi Lingkungan melalui
satu Desa satu Sanitarian”. Hal ini seyogyanya dapat dicapai melalui
advokasi, kemitraan dan pembangunan sinergisitas baik itu di ranah tatanan
tingkat pusat maupun secara otonomi daerah di wilayah daerah masing-
9
langkah yang dapat mewujudkan tujuan global dalam SDG’s poin ke enam
yaitu tercapainya 100% akses sanitasi yang layak dan aman. Selain itu,
semakin fokusnya rekognisi 1 Desa 1 Sanitarian, akan menghasilkan
outcome Desa Sehat, Siaga dan Cerdas dengan pemanfaatan perkembangan
teknologi yang tepat guna, termasuk integrasi Internet of Things (IoT) serta
pengembangan masyarakat menuju masyarakat madani yang sehat.
.
Gambar 3. Tujuan Strategis Organisasi Profesi HAKLI
12
1. VISI
Pelopor Organisasi Profesi yang Unggul – Inovatif dalam mewujudkan Sanitarian yang
Profesional, Sejahtera dan Bermartabat serta diakui secara Nasional dan Global.
2. MISI
1) Menjalankan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan Lingkungan,
Pendidikan, Penelitian dan Inovasi Sanitasi yang bermutu kepada Masyarakat.
2) Meningkatkan nilai-nilai Profesionalisme , Etika, Moral dan disiplin Profesi serta tingkat
status Kesejahteraan bagi Anggotanya.
3) Menjalankan Good Government dalam Tata Kelola Organisasi
4) Menjalankan Kerja Sama Strategis, Sinergis dan Berkelanjutan dengan para Mitra dan
Stake Holder
3. TUJUAN
1) Meningkatkan Mutu dan Daya Saing SDM Sanitarian yang Unggul dan Kompeten
melalui Sistim Pendidikan yang Bermutu dan Sistim Kredensial yang Melekat Kuat.
2) Meningkatkan Mutu Penelitian, Evidence Based Practice dan Pengabdian Masyarakat
untuk Menunjang Kualitas Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan serta Inovasi
Sanitasi pada Teknologi Tepat Guna bagi Masyarakat.
3) Mewujudkan Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan yang mendukung
Pengembangan Model-Model Penyehatan, Pengamanan dan Pengendalian Kesehatan
Lingkungan yang Inovatif sesuai Regulasi, Hubungan Kolaborasi dan Peningkatan
Kesejahteraan Sanitarian.
4) Mewujudkan Tata Kelola HAKLI yang Transparan, Partisipatif, Akuntabel guna
menunjang Efisiensi dan Efektifitas Sumber Daya.
5) Meningkatkan Kerjasama yang Sinergis dan Strategis serta berkelanjutan dengan para
Mitra dan Stake Holder.
4. STRATEGI
1) Peningkatan Mutu dan Daya Saing SDM Sanitarian yang Kompeten melalui Pendidikan
dan Pelatihan yang Berkualitas.
2) Penguatan Sistem Kredensial yang Kokoh Melalui Sistem Sertifikasi Keahlian,
Registrasi, Lisensi untuk menjamin Kegiatan Sanitasi yang Bertanggung Jawab dan
Bertanggung Gugat.
3) Pengembangan Penelitian dan Evidence Based Practice untuk Meningkatkan Kualitas
Profesional Sanitarian pada Produksi dan Advokasi Teknologi Tepat Guna pada
Masyarakat.
4) PengembanganModel-ModelPenyelengaraan Kesehatan Lingkungan Melalui Strategi
Penyehatan, Pengamanan, Pengendalian yang Inovatif Khususnya Pengembangan
13
5. VALUE
Membangun Profesionalisme Sanitarian yang berbasis Pada Nilai-Nilai :
1) Komitmen untuk Ukhuwah dan Semangat Persaudaraan (Compassion), Kepedulian
(Carring) dan Nilai-Nilai Etika yang Kuat.
2) Pengembangan Profesional Berkelanjutan (Continuing Professional Development) bagi
diri sendiri dan orang lain.
3) Pemberian Inovasi Sanitasi yang Professional dan Bertanggung Jawab (Responsibility)
dan Bertanggung Gugat (Accountability)
4) Menunjukkan Semangat Kolaborasi (Collaboration) dan Kesetiakawanan.
14
PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA
TAHUN 2020
55
BAB I
PENDAHULUAN
55
56
1.2 TUJUAN
Tujuan Umum:
Tersedianya panduan penilaian pengembangan profesionalitas Tenaga Sanitasi
Lingkungan dalam rangka registrasi, registrasi ulang, dan izin praktik/kerja.
Tujuan Khusus:
1. Tersedianya panduan pengisian dan penghitungan Satuan Kredit Profesi (SKP) bagi
Tenaga Sanitasi Lingkungan.
2. Tersedianya panduan bagi instansi pemerintah, pengelola kegiatan, praktik mandiri
di mana Tenaga Sanitasi Lingkungan berada/bekerja.
3. Tersedianya panduan mekanisme dan tata cara perpanjangan Surat Tanda
Registrasi (STR) Tenaga Sanitasi Lingkungan (Sanitarian).
56
57
57
58
Mulai tahun 2020, pengusulan perpanjangan STR bisa dilakukan secara online,
dengan cara Sanitarian mengupload terlebih dahulu berbagai dokumen hasil
kegiatan dari lima ranah/bidang secara berturut turut selama lima tahun ke dalam
aplikasi Portofolio SKP online pada web hakli.or.id. Penjelasan lebih rinci dapat
dilihat di BAB IV Buku Pedoman ini.
58
59
BAB II
POKOK-POKOK KEGIATAN
Keterangan
1. Kolom Jumlah SKP merupakan nilai SKP masing-masing bidang, baik yang
wajib dicapai maupun yang ditoleransi sesuai dengan ketentuan organisasi
profesi.
2. Nilai akumulasi dari semua bidang baik pembelajaran, keprofesian,
pengabdian masyarakat, publikasi ilmiah, dan pengembangan IPTEK selama
5 (lima) tahun minimal bernilai 50 SKP.
3. "Wajib Dicapai" dalam kolom KETENTUAN PROFESI diartikan bahwa nilai
akumulasi SKP pemohon selama 5 (lima) tahun pada bidang tersebut harus
dapat dicapai sesuai batas nilai yang ditentukan pada kolom JUMLAH SKP.
59
60
2. PROFESIONALITAS
Profesionalitas adalah uraian pekerjaan yang relevan berkenaan dengan tugas
dan fungsi, serta peran tambahan dari sanitarian dalam instansi/institusi tempat
kerja beserta hasil kerja. Di samping itu, profesionalitas juga dapat merupakan
hasil kerja dari kegiatan mandiri, praktik kerja, konsultasi, wirausaha, advokator,
fasilitator, motivator, dan promotor dalam lingkup kesehatan lingkungan/sanitasi
lingkungan.
3. PENGABDIAN MASYARAKAT
Pengabdian masyarakat adalah serangkaian kegiatan masyarakat dalam
meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan/sanitasi lingkungan yang mendapat
pendampingan, bimbingan, pembinaan, pemicuan, inspirasi, percontohan, dan
hal-hal relevan termasuk pengabdian dari Tenaga Sanitasi Lingkungan
(Sanitarian), baik secara individu maupun kelompok.
4. PUBLIKASI ILMIAH
Publikasi ilmiah meliputi kegiatan dalam bentuk karya tulis maupun karya ilmiah
lain di bidang kesehatan lingkungan/sanitasi lingkungan yang dipublikasikan
dalam berbagai bentuk yang didiseminasikan secara internal maupun eksternal.
60
61
kimia, maupun sosial terkait dengan potensi risiko kesehatan yang dapat berawal
dari gagasan, konsep, dan praktik.
61
62
BAB III
URAIAN KEGIATAN DAN PENGHITUNGAN SATUAN KREDIT PROFESI
3.1 PEMBELAJARAN
1. Pendidikan
a. Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan proses pembelajaran yang diselenggarakan
oleh institusi/lembaga pendidikan formal yang telah memiliki sekurang-
kurangnya akreditasi B dari lembaga yang berwenang, dan memperoleh
gelar, dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Perolehan ijazah dan sertifikat kompetensi pendidikan kesehatan
lingkungan/sanitasi lingkungan yang lebih tinggi dari semula diajukan
sebagai salah satu unsur dalam peningkatan sebutan
profesional/tingkatan kompetensi Sanitarian pada STR sesuai
kompetensi yang baru.
2) Perolehan gelar Doktor atau Magister dikecualikan dari ketentuan
di atas mengingat program doktor atau m agister diarahkan pada
pendalaman aspek ilmiah dan akademik.
3) Perolehan gelar jenjang lanjut pada bidang bukan Kesehatan
Lingkungan/Sanitasi Lingkungan, tidak diberi nilai Satuan Kredit Profesi
Kesehatan Lingkungan (SKP-KL)
Nilai SKP
Ijazah Pendidikan Profesi
D3 D4/S1-KL DrT/Sp2
San/MgT
D3 9.5
D4/S1-KL 12.5
62
63
Profesi Sanitasi
22.5
Lingkungan/ MgT/Sp1
DrT/Sp2 40
1. Pelatihan Formal
Pelatihan formal adalah proses pembelajaran di bidang kesehatan
lingkungan/sanitasi lingungan yang diselenggarakan oleh institusi
pemerintah/swasta/lembaga pendidikan/asosiasi/organisasi profesi/NGO,
tanpa memperoleh gelar, namun tetap memperoleh sertifikat pelatihan.
Catatan:
1. 1 hari = 8 jam pelajaran (JPL)
2. Untuk peserta, setiap 8 JPL diberikan 1 SKP;
3. Untuk Pelatih/Nara Sumber, setiap aktivitas riil tiap 2 JPL yang
dilakukan diberikan 1 SKP;
4. Untuk Moderator, setiap tampil diberikan 2 SKP; dan
5. Untuk Panitia, sampai dengan 16 JPL dan kelipatannya mendapat 1
SKP.
6. Contoh pelatihan formal adalah: seminar, workshop, lokakarya, dan
pelatihan teknis.
63
64
Catatan*:
64
65
3.2 PROFESIONALITAS
1. Profesionalitas dalam Lingkup Kerja Aparatur Sipil Negara (ASN)
65
66
Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Anggota
Kontributor
Tim Tim
3) Sarana dan Bangunan: KIE
3 2 1
dan Pengembangan TTG.
d. Pemantauan Kualitas Media
Lingkungan (Udara dan Tanah)
1) Surveilans; 3 2 1
2) Uji Laboratorium; 3 2 1
3) Analisis Risiko; dan 3 2 1
4) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3 2 1
e. Pencegahan Penurunan Kualitas
Media Lingkungan (Udara dan
66
67
Tanah)
1) Pengembangan TTG; 3 2 1
2) Rekayasa Lingkungan; dan 3 2 1
3) KIE. 3 2 1
3 Pengamanan
a. Upaya Perlindungan Kesehatan
Masyarakat
1) Pengurangan dan
Penanganan Sampah Sesuai 3 2 1
Perundang-Undangan;
2) Mencegah Pajanan dan
Kontaminasi dari Penggunaan
Zat Kimia Berbahaya (Bahan
Pembasmi Hama, Bahan
Tambahan Pangan, Bahan 3 2 1
Antiseptik, Bahan Kosmetika,
Bahan Aromatika, Bahan
Aditif, dan Bahan Proses
Industri);
3) Mencegah Pajanan dari
Gangguan Fisik Udara (Suhu,
Getaran, Kelembaban, 3 2 1
Kebisingan, dan
Pencahayaan);
b. Proses Pengolahan Limbah
Terhadap Limbah Dari
Pemukiman, Tempat Kerja,
Tempat Rekreasi, Tempat dan
Fasilitas Umum, Sesuai Dengan
Perundang-Undangan
1) Limbah Cair; 3 2 1
2) Limbah Padat; dan 3 2 1
3) Limbah Gas. 3 2 1
Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Anggota
Kontributor
Tim Tim
c. Proses Pengolahan Limbah dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang Memenuhi Perundang-
Undangan dan Persyaratan Teknis
1) Limbah Cair; 3 2 1
2) Limbah Padat; dan 3 2 1
3) Limbah Gas. 3 2 1
d. Pengawasan terhadap Limbah
Limbah dari Pemukiman, Tempat
Kerja, Tempat Rekreasi, Tempat
dan Fasilitas Umum, sesuai
dengan Peraturan Perundang-
67
68
Undangan
1) Limbah Cair; 3 2 1
2) Limbah Padat; dan 3 2 1
3) Limbah Gas. 3 2 1
e. Pengawasan terhadap Limbah
(Cair, Padat, dan Gas) dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
dilakukan:
1) Memenuhi Perundang-
2 1
Undangan; 3
2) Surveilans; 3 2 1
3) Uji Laboratorium; 3 2 1
4) Analisis Risiko; 3 2 1
5) KIE; dan 3 2 1
6) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3 2 1
Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Anggota
Kontributor
Tim Tim
c. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Dengan Bahan 3 2 1
Kimia
d. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Dengan
Menggunakan Metode Biologi:
1) Protozoa; 3 2 1
2) Ikan; 3 2 1
68
69
3) Bakteri; 3 2 1
e. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Melalui
Pengelolaan Lingkungan
1) Mengubah Habitat
Perkembangbiakan Vektor dan
2 1
Binatang Pembawa Penyakit 3
Secara Permanen; dan
2) Mengubah Habitat
Perkembangbiakan Vektor dan
2 1
Binatang Pembawa Penyakit 3
Secara Sementara.
5 Keadaan tertentu (matra/ KLB) 3 2 1
a. Pra keadaan tertentu 3 2 1
b. Saat kejadian 3 2 1
c. Pasca kejadian 3 2 1
6 Keadaan tertentu : Perubahan iklim
a. Mitigasi 3 2 1
b. Adaptasi 3 2 1
7 Penugasan Dinas
7.1 Berdasarkan Tugas dan Fungsi 1 1 1
7.2 Non Tugas dan Fungsi 0.5 0.5 0,5
Catatan:
Tugas dan fungsi yang dilakukan secara mandiri (individual), nilai SKP setara
dengan Ketua Tim.
69
70
bangunan)
1) Surveilans kualitas media lingkungan 3
2) Uji Laboratorium 3
3) Analisis Risiko 3
4) Rekomendasi Tindak Lanjut 3
b. Perlindungan Kualitas Media Lingkungan
(Air, Pangan, dan Sarana dan Bangunan)
1) KIE (Pemberdayaan Masyarakat); 3
2) Pengembangan TTG; 3
3) Rekayasa Lingkungan; 3
4) Pemeriksaan Kesehatan Penjamah 3
Pangan dan Penggunaan APD.
c. Peningkatan Kualitas Media Lingkungan
1) Air: Filtrasi, Sedimentasi, Airasi, 3
Dekontaminasi, Disinfeksi;
2) Pangan: KIE, Rekayasa Teknologi 3
Pengolahan Pangan;
3) Sarana dan Bangunan: KIE dan 3
Pengembangan TTG.
d. Pemantauan Kualitas Media Lingkungan
(Udara dan Tanah)
1) Surveilans; 3
2) Uji Laboratorium; 3
3) Analisis Risiko; dan 3
4) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3
e. Pencegahan Penurunan Kualitas Media
Lingkungan (Udara dan Tanah)
1) Pengembangan TTG; 3
2) Rekayasa Lingkungan; dan 3
3) KIE. 3
2 Pengamanan
a. Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat
1) Pengurangan dan Penanganan Sampah 3
Sesuai Perundang-Undangan;
2) Mencegah Pajanan dan Kontaminasi dari 3
Penggunaan Zat Kimia Berbahaya
(Bahan Pembasmi Hama, Bahan
Tambahan Pangan, Bahan Antiseptik,
Bahan Kosmetika, Bahan Aromatika,
Bahan Aditif, dan Bahan Proses Industri);
3) Mencegah Pajanan dari Gangguan Fisik 3
Udara (Suhu, Getaran, Kelembaban,
Kebisingan, dan Pencahayaan);
b. Proses Pengolahan Limbah Terhadap
Limbah Dari Pemukiman, Tempat Kerja,
Tempat Rekreasi, Tempat dan Fasilitas
Umum, Sesuai Dengan Perundang-
Undangan
1) Limbah Cair; 3
70
71
71
72
2. Jabatan Administrasi
a. Administrator : 1 SKP/tahun
72
73
b. Pengawas : 1 SKP/tahun
73
74
Diseminasi
No Karya Ilmiah
Eksternal Internal
1 Tulisan 2 1
2 Model 3 1
3 Desain 3 1
4 Maket 2 1
5 Konsep 2 1
6 Produk 3 1
Guna melakukan penilaian dan pemberian SKP-KL lingkup publikasi ilmiah, diperlukan
kelengkapan administrasi sebagai berikut.
1) Melampirkan foto karya ilmiah (berbentuk desain, model, maket, dan produk
karya ilmiah);
2) Melampirkan fotokopi tulisan/konsep yang dihasilkan; dan
3) Ringkasan/excutivesummary/klipping hasil karya yang dipublikasikan.
Dalam hal ini, pemberian SKP-KL lingkup pengembangan ilmu dan teknologi
diperlukan kelengkapan administrasi sebagai berikut.
1) Surat penugasan yang ditandatangani oleh atasan/atau pejabat yang
berwenang (untuk mereka yang bekerja di perusahaan/lembaga/institusi);
2) Surat pernyataan pelaksanaan tugas/pekerjaan (untuk yang bekerja secara
mandiri); dan
3) Ringkasan/excutive summary laporan hasil pengembangan ilmu dan teknologi.
74
75
BAB IV
MEKANISME PENERBITAN STR
c. Login
Gunakan ID dan Password yang dikirim via email untuk masuk aplikasi Portofolio
SKP online. Silahkan mulai membuka menu yang ada berupa list di sebelah kiri
halaman web yang terbuka. Bisa dimulai dengan melengkapi data pribadi dengan
klik CV (Curiculum Vitae), mengubah ID dan Password, upload pas photo pribadi
dan print kartu anggota. Penjelasan selanjutnya TENTANG PEMENUHAN SKP
online dapat dilihat dalam BAB ini di bagian bawah.
75
76
2. Daftar STR BARU online melalui applikasi e.STR Versi 2.0 dengan membuka web
ktki.kemkes.go.id.
a. Sanitarian, setelah menjadi anggota HAKLI, silahkan membuat akun pada web
ktki.kemkes.go.id.
b. Selanjutnya mengupload semua dokumen yang dipersyaratkan. Semua foto dan
dokumen di scan dalam bentuk pdf file ukuran maksimum 200 kB per lembarnya.
Dokumen yang harus dipersiapkan terlebih dahulu (dalam bentuk pdf file)
sebelum membuat akun, yaitu:
1) KTP elektronik (E-KTP);
2) Pasfoto pribadi ukuran 4 x 6 cm berlatar belakang merah;
3) Ijazah terakhir, minimal D3 Kesehatan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan;
4) Sertifikat Kompetensi bagi lulusan pendidikan Vokasi (D3 dan D4) yang lulus
sejak tahun 2019. Lulusan pendidikan Vokasi sebelum tahun 2019 dan
lulusan S1 peminatan/jurusan Kesehatan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan,
SKL dan lebih tinggi tidak dipersyaratkan Sertifikat Kompetensi. Pada tempat
mengupload Sertifikat Kompetensi dapat diisi dengan transkrip sesuai ijazah
S1/S2/S3 bidang Kesehatan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan yang
dimilikinya.
5) Surat Keterangan Sehat dari institusi pelayanan kesehatan terakreditasi,
lengkap dengan nomor SIP dokter pemeriksa.
6) Sumpah Profesi adalah Petikan dari Sumpah profesi yang dilakukan
Pengurus HAKLI bagi Sanitarian. Berupa Berita acara Pengambilan Sumpah
Profesi lengkap tanda tangan para pihak termasuk yang bersangkutan
(pengambil Sumpah)
7) Surat pernyataan patuh pada Etika Profesi Sanitarian, ditandatangani di atas
meterai Rp 6.000,- (format tersedia di Pengurus HAKLI setempat).
c. STATUS 1: NOTIFIKASI
Setelah dikirim, sanitarian akan mendapatkan notifikasi melalui email, yang
menjelaskan semua dokumen telah diterima dan sedang menunggu verifikasi.
Sanitarian pengusul harus selalu membuka aplikasi e.STR Ver.2.0 setiap hari
untuk cek status. Bila tidak ada perbaikan, proses usulan memasuki status
berikutnya.
d. STATUS 2: Pembayaran
Pengusul menerima billing code berupa virtual account untuk segera dapat
malakukan pembayaran dana administrasi pengusulan STR. Pembayaran dapat
dilakukan di berbagai bank atau kantor pos. Lamanya waktu jatuh tempo
pembayaran hanya 1 minggu.
76
77
77
78
b. Kurang dari 50% dari proporsi bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan
harus mengikuti evaluasi kemampuan berupa tes/uji kemampuan atau uji
kompetensi kerja sesuai dengan bidang/tempat kerja yang bersangkutan bekerja
di samping mengerjakan penugasan sebagaimana diuraikan dalam huruf a di
atas.
c. Dalam hal nilai akumulasi SKP untuk semua bidang baik pembelajaran,
keprofesian, pengabdian masyarakat, publikasi ilmiah, dan pengembangan
IPTEK kurang dari 50 SKP, maka yang bersangkutan mendapat penugasan
sesuai dengan bidang penilaian yang kurang dari nilai yang ditentukan pada
Tabel 1
d. Dalam hal nilai akumulasi SKP “Toleransi” melebihi nilai SKP minimal, namun
nilai SKP yang wajib tidak memenuhi nilai minimal, maka yang bersangkutan
mendapatkan penugasan sesuai dengan bidang yang nilai SKP nya kurang
walaupun nilai kumulatif melebihi nilai 50 SKP.
e. Dalam hal nilai pada bidang yang wajib melebihi nilai SKP minimal sehingga nilai
kumulatif melebihi 50 SKP dan tidak ada bidang yang bernilai nol (0), maka yang
bersangkutan berhak diusulkan mendapatkan STR perpanjangan.
78
79
Dalam hal pencapaian SKP untuk bidang yang ditoleransi memperoleh nilai nol
(0), maka yang bersangkutan diberikan penugasan sesuai dengan bidang yang
mendapat nilai nol (0) tersebut.
b. Kurang dari 50% dari proporsi bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan
harus mengikuti evaluasi kemampuan berupa tes/uji kemampuan atau uji
kompetensi kerja sesuai dengan bidang/tempat kerja yang bersangkutan bekerja
di samping mengerjakan penugasan sebagaimana diuraikan dalam huruf a di
atas.
c. Dalam hal nilai akumulasi SKP untuk semua bidang baik pembelajaran,
keprofesian, pengabdian masyarakat, publikasi ilmiah, dan pengembangan
IPTEK kurang dari 50 SKP, maka yang bersangkutan mendapat penugasan
sesuai dengan bidang penilaian yang kurang dari nilai yang ditentukan pada
Tabel 2.
d. Dalam hal nilai akumulasi SKP “Toleransi” melebihi nilai SKP minimal, namun
nilai SKP yang wajib tidak memenuhi nilai minimal, maka yang bersangkutan
mendapatkan penugasan sesuai dengan bidang yang nilai SKPnya kurang
walaupun nilai kumulatif melebihi nilai 50 SKP.
e. Dalam hal nilai pada bidang yang wajib melebihi nilai SKP minimal sehingga nilai
kumulatif melebihi 50 SKP dan tidak ada bidang yang bernilai nol (0), maka yang
bersangkutan berhak diusulkan mendapatkan STR perpanjangan.
Hal di bawah ini perlu diperhatikan dalam rangka pemenuhan SKP bagi tenaga
Sanitarian dalam status Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan menduduki Jabatan
Pelaksana dan akan diangkat menjadi Pejabat Fungsional Sanitarian, baik Pejabat
Fungsional Keahlian maupun Pejabat Fungsional Keterampilan.
a. Mereka yang akan menduduki Jabatan Fungsional Sanitarian Keahlian (dengan
latar belakang pendidikan Magister Terapan (S-II)/Spesialis 1 dan/atau Sarjana
Strata II (S-II) Profesi/Magister Kesehatan Lingkungan/Spesialis 1/S-II Kesehatan
Lingkungan dan Pendidikan Kesehatan Lingkungan memiliki SKP sebesar 22.5
yang dapat diperoleh dari:
1) Penugasan karya tulis terkait dengan laporan pelaksanaan tugas sehari-hari
akan memperoleh 3 SKP setiap karya tulis yang disetujui oleh
atasan/pimpinan satuan kerja. Dalam hal Sanitarian yang bersangkutan
menulis lebih dari satu karya tulis, jumlah perolehan SKP akan terakumulasi
sesuai dengan jumlah karya tulis yang dihasilkan dengan catatan karya tulis
tersebut harus memuat substansi/tema yang berbeda dan masih dalam
lingkup pekerjaan kesehatan lingkungan. Bukti penugasan karya tulis berupa
resume, abstrak, atau ringkasan eksekutif.
79
80
Penugasan khusus dapat dilaporkan lebih dari 1 (satu) kali sesuai dengan
jenis kejadian dan wilayah kejadian. SKP akan diperoleh dengan
menunjukkan bukti berupa resume, abstrak, atau ringkasan eksekutif dari tiap
laporan penugasan khusus tersebut.
Penugasan khusus dapat dilaporkan lebih dari 1 (satu) kali sesuai dengan
jenis kejadian dan wilayah kejadian. SKP akan diperoleh dengan
menunjukkan bukti berupa resume, abstrak, atau ringkasan eksekutif dari tiap
laporan penugasan khusus tersebut.
80
81
Tenaga Sanitarian yang berpraktik secara mandiri termasuk swasta (Non PNS),
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan wajib memiliki STR dengan
ketentuan:
a. Bagi Sanitarian yang lulus tahun 2019 dan setelahnya, telah memiliki Sertifikat
Kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga pendidikan tempat yang
bersangkutan menempuh pendidikan.
b. Bagi Sanitarian yang lulus sebelum tahun 2019 cukup memiliki STR yang masih
berlaku sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
81
82
BAB V
PENUTUP
Dengan diperolehnya Surat Tanda Registrasi (STR), maka Sanitarian telah memperoleh
pengakuan untuk memulai pengabdian sesuai dengan profesinya baik di lingkungan
pemerintah maupun swasta termasuk masyarakat dan praktik mandiri. Oleh karena itu,
setiap Sanitarian wajib terdaftar dan memiliki Surat Tanda Registrasi (STR).
Di samping itu, disadari bahwa pedoman ini memerlukan masukan, saran, dan kritik untuk
dapat menyesuaikan terhadap dinamika tugas dan fungsi Sanitarian, perubahan lingkungan
strategis, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sosial, ekonomi, dan
budaya yang berkembang di masyarakat.
Dengan ini, diharapkan pedoman ini mampu memberikan arahan kepada seluruh anggota
HAKLI dalam memenuhi hak dan kewajiban guna meningkatkan dan mengembangkan
profesinya.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberi bimbingan dan hidayah-Nya.
Aamiin.
Ketua Umum
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
Lampiran 1
SATUAN KREDIT PROFESI PENYELENGGARAAN PERTEMUAN ILMIAH KESEHATAN
LINGKUNGAN/SANITASI LINGKUNGAN
PENGERTIAN UMUM
Dalam keputusan PP HAKLI ini, yang dimaksud dengan:
a. Seminar adalah pertemuan para pakar/ahli yang berusaha mendapatkan
kesepakatan mengenai suatu hal.
b. Lokakarya adalah pertemuan yang membahas suatu karya tertentu.
c. Simposium adalah pertemuan yang diselenggarakan untuk memberikan
pengarahan singkat menjelang pelaksanaan kegiatan.
d. Sarasehan adalah pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan
pendapat para ahli mengenai suatu hal/masalah dalam bidang tertentu.
e. Diskusi panel adalah kegiatan yang dilangsungkan oleh panelis (peserta diskusi
panel) dan disaksikan/dihadiri oleh beberapa pendengar, serta diatur oleh seorang
moderator.
f. Diskusi kelompok adalah kegiatan guna menyelesaikan masalah dengan
melibatkan kelompok-kelompok kecil yang ahli/kompeten di bidangnya.
PEMBERIAN SKP
Pemberian SKP ini diperuntukkan bagi narasumber/pengajar/fasilitator/moderator,
peserta, dan panitia ditetapkan oleh organisasi profesi (PP HAKLI). Selengkapnya
dijelaskan pada tabel di bawah ini.
84
Tabel 1.
Pemberian SKP Bagi Narasumber/Pengajar/Fasilitator dalam Pertemuan Ilmiah
SKALA
JENIS PERTEMUAN
NO PROVINSI DAN KABUPATE
ILMIAH INTERNASIONAL NASIONAL KOTA
REGIONAL
1 Seminar 3 SKP 2 SKP 2 SKP 2 SKP
Kesehatan Lingkungan
85
Tabel 2.
Pemberian SKP Bagi Moderator dalam Pertemuan Ilmiah Kesehatan Lingkungan
JENIS SKALA
NO PERTEMUAN PROVINSI DAN
INTERNASIONAL NASIONAL KAB
ILMIAH REGIONAL
1 Seminar 2 SKP 1 SKP 1 SKP
Tabel 3.
Pemberian SKP Bagi Panitia dalam Pertemuan llmiah Kesehatan Lingkungan
SKALA
JENIS PERTEMUAN
NO PROVINSI DAN
ILMIAH INTERNASIONAL NASIONAL KAB
REGIONAL
1 Seminar 2 SKP 1 SKP 1 SKP
Lampiran 4
ETIKA DAN KEDISIPLINAN PROFESI SANITARIAN
Pedoman Organisasi
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
113
b. Tujuan:
1) Umum: Tersusunnya pedoman etika dan disiplin profesi sanitarian Indonesia
2) Khusus:
- Teridentifikasinya seluruh peraturan perundangan yang berkaitan dengan
profesi sanitarian
- Adanya batasan pengertian etika dan disiplin sanitarian
Pedoman Organisasi
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
114
c. Ruang lingkup
Ruang lingkup dalam pedoman ini mencakup peraturan perundangan sebagai dasar
hukum sanitarian dalam melaksanakan tugas profesinya; pengertian etika, profesi, etika
profesi sanitarian, prinsip dasar etika profesi, pengertian kedisiplinan, macam bentuk
disiplin, manfaat disiplin, standar baku kesehatan lingkungan, standar kompetensi
sanitarian, batasan pekerjaan sanitarian, standar sarana, alat dan bahan; kode etik dan
disiplin seorang sanitarian, reward dan punishment, pihak yang terkait.
2. DASAR HUKUM
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
c. Undang-undang nomor 1 tahun 1962 tentang Karantina laut
d. Undang-undang nomor 2 tahun 1962 tentang Karantina udara
e. Undang-undang nomor 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
f. Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
g. Undang-undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
h. Undang-undang nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
i. Peraturan Pemerintah nomor 40 tahun 1991 tentang Pedoman penanggulangan
penyakit menular.
j. Peraturan pemerintah nomor 66 tahun 2014 tentang kesehatan lingkungan
k. Peraturan Pemerintah 41 tahun 1999 tentang Pencemaran Lingkungan
l. Permenkes nomor 32 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan pekerjaan Sanitarian
m. Permenkes nomor 46 tahun 2013 tentang Surat Tanda Registrasi (STR)
n. Permenkes Nomor 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, pengganti
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
o. Permenkes 13 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas
p. Kepmenkes 373 tahun 2007 tentang standar profesi sanitarian
q. Permenkes No. 70/2016 Tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Industri
r. Kepmenkes RI No. 416/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Air
3. PENGERTIAN/ BATASAN
a. Etika
Pedoman Organisasi
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
115
Kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak); Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; Nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan
tanggung jawab.
b. Profesi:
Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu
janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi
kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan
suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang
dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya
pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan
kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian
tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian
dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai
dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup
sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin
etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang
profesi tersebut.
c. Etika profesi
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi.
Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral
dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan
manusia.
Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi
atau lingkup kerja tertentu, contoh : dokter, sanitarian, keperawatan, kebidanan, pers
dan jurnalistik, engineering (rekayasa), science, dan sebagainya.
Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka
kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang
membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama, (Anang Usman, SH., MSi.)
Pedoman Organisasi
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
116
1) Tanggung jawab
– Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
– Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat
pada umumnya.
2) Keadilan.
3) Prinsip memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
4) Prinsip Kompetensi, melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi
dan ketekunan
5) Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi
6) Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi
e. Kedisiplinan
1) Pengertian
Menurut Siswanto “2001”
Disiplin ialah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap
peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta
sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila
ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.
b) Disiplin Sosial
Pada hakekatnya disiplin sosial adalah Disiplin dari dalam kaitannya dengan
masyarakat. Contoh prilaku disiplin sosial adalah melaksanakan siskamling kerja
bakti. Senantiasa menjaga nama baik masyarakat dan sebagainya.
c) Disiplin Nasional
Disiplin nasional diartikan sebagai status mental bangsa yang tercemin dalam
perbuatan berupa keputusan dan ketaatan. Baik secara sadar maupun melalui
pembinaan terhadap norma-norma kehidupan yang berlaku.
Pedoman Organisasi
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
117
Standar baku mutu kesehatan lingkungan mencakup: baku mutu air, udara, tanah, pangan,
sarana dan bangunan, serta vektor dan binatang pembawa penyakit. Standar-standar baku
mutu tersebut dapat dirujuk pada peraturan sebagai berikut:
a. Baku mutu air untuk keperluan hygiene sanitasi mengikuti Permenkes 492 tahun 2010
tentang persyaratan kualitas air minum; PermenLHK No. 5 Tahun 2014 tentang baku
mutu air limbah
b. UDARA: Udara dalam ruang mengacu pada Permenkes No. 1077 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah; OSHA (2011) Indoor Air Quality in
Commercial and Institutional Buildings. ASHRAE (2011) Indoor Air Quality Guide: Best
Practice for Design, Construction and Commissioning. SBMKL UDARA: Udara dalam
Ruang: Permenkes No. 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Perkantoran; Udara Ambien: PP No. 41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara
c. Tanah: mangacu pada Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Biologi Tanah; Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Kimia Tanah; Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan Radioaktivitas Tanah,
d. PANGAN: mengacu pada Undang-undang nomor 18 taun 2012 tentang Pangan;
Permenkes nomor 1096 Tahun 2011 tentang hygiene sanitasi jasa boga; Kepmenkes
nomor 1098 Tahun 2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi rumah makan dan
restoran; Kepmenkes nomor 942 tahun 2003 tentang pedoman persyaratan hygiene
sanitasi makanan jajanan;
s. SARANA DAN BANGUNAN: Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan: Volume Ruang
Kerja; Standar Toilet; Kualitas Limbah Cair, mengacu pada Permenkes No. 70/2016
Tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
e. VEKTOR DAN BINATANG PEMBAWA PENYAKIT: Permenkes nomor 50 tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan persyaratan kesehatan untuk
vector dan Binatang Pembawa Penyakit serta pengendaliannya.
Pedoman Organisasi
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
118
b. Tingkat provinsi
- Bersama tim ikut menyusun kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan
di tingkat provinsi
- Bersama tim menyusun pedoman teknis dan pelaksanaan program kesehatan
lingkungan di tingkat provinsi
- Bersama tim menyusun kebutuhan anggaran program kesehatan lingkungan di
tingkat provinsi
- Bersama tim menyusun standar kebutuhan bahan, alat dan prosedur program
kesehatan lingkungan di tingkat provinsi
- Bersama tim menyusun laporan hasil pelaksanaan program kesehatan lingkungan di
tingkat provinsi
Pedoman Organisasi
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
119
Pedoman Organisasi
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
120
b. Disiplin
1) Terhadap dirinya sendiri
- Melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan sesuai dengan
ketentuan secara professional
- Tidak melakukan korupsi dimanapun bekerja
- Melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan di institusinya
2) Terhadap organisasi profesi
- Melakukan kontribusi iuran bulanan kepada organisasi profesi HAKLI secara rutin
- Mengikuti kegiatan program HAKLI
- Memberi masukan dalam hal pengembangan profesi
Pedoman Organisasi
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
121
3) Sanitarian yang melakukan pelanggaran disiplin yang berkaitan dengan hukum maka
keanggotaannya akan dicabut
b. Di tingkat provinsi
1) Pemerintah daerah
2) Industri
3) Rumah Sakit
4) Permukiman
5) Tempat-tempat umum
d. Di tingkat kecamatan
1) Pemerintah daerah
2) Industri
3) Rumah Sakit
4) Puskesmas
5) Permukiman
6) Tempat-tempat umum
e. Di tingkat Desa
1) Pemerintah daerah
2) Industri
3) Puskesmas
4) Klinik
5) Tempat-tempat umum
11. PENUTUP
Demikian pedoman etik dan disiplin tenaga sanitarian disusun sebagai acuan bagi sanitarian
dalam melaksanakan tugasnya sehingga benar-benar menghasilkan pelayanan kesehatan
Pedoman Organisasi
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
122
lingkungan yang professional. Segala dasar hukum/ peraturan dan standar-standar baku di
sajikan dalam bentuk peraturan dari berbagai sektor terkait sehingga sanitarian dengan
mudah dapat mengakses peraturan-peraturan dan standar-standar tersebut. Etik dan
disiplin sanitarian diharapkan dapat diterapkan dengan penuh tanggung jawab sehingga
tidak terjadi penyimpangan dalam pelayanan kesehatan lingkungan sebagai akibat
penyimpangan etika diri sendiri, etika pada organisasi profesi, etika masyarakat maupun
etika antar profesi.
Pedoman Organisasi
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
130
10 JANUARI 2021
LAMPIRAN 8
STANDAR KOMPETENSI TENAGA SANITASI LINGKUNGAN
2020
130
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan di bidang kesehatan memerlukan kolaborasi dari
berbagai jenis tenaga kesehatan. Masing-masing jenis tenaga
kesehatan memiliki kompetensi sesuai dengan profesinya yang relevan
dengan bidang tugas dan fungsinya dalam melaksanakan upaya
kesehatan.
Sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini masalah sanitasi
lingkungan yaitu timbulnya kebakaran hutan, bencana alam,
pembuangan limbah industri di badan air, dampak pengelolaan
sampah domestik dan sampah dari tempat-tempat umum yang kurang
baik, pencemaran udara karena transportasi dan industri, dan
perubahan iklim. Dalam rangka mencegah, mengendalikan masalah
sanitasi lingkungan yang menimbulkan penyakit dan gangguan
kesehatan faktor risiko lingkungan, maka diperlukan Tenaga Sanitasi
Lingkungan yang kompeten sehingga mampu melaksanakan upaya
sanitasi lingkungan sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK) di bidang sanitasi lingkungan. Dunia
internasional sepakat bahwa pada tahun 2030 Sustainable
Development Goals (SDGs), aksesibilitas air minum dan sanitasi dasar
yang aman menjadi tujuan yang harus dicapai sebesar 100%.
Sehubungan dengan itu, diperlukan adanya suatu standar kompetensi
sebagai acuan dalam pendidikan calon tenaga sanitasi lingkungan
yang akan memiliki peran, tugas, dan fungsi dalam pelayanan sanitasi
lingkungan.
Kompetensi Tenaga Sanitasi Lingkungan sangat penting
menyiapkan lingkungan sebagai salah satu agen yang mempengaruhi
kesehatan individu dan masyarakat. Peran tersebut sangat strategis
untuk tercapainya kesehatan individu dan komunitas sebagai salah
satu modal penting daya saing dalam era globalisasi.
132
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5607);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 184, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5570);
5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5607);
132
133
D. Manfaat
1. Bagi Tenaga Sanitasi Lingkungan
a. Tersedianya dokumen untuk mendapatkan gambaran tentang
kompetensi yang akan diperoleh selama pendidikan;
b. Pedoman dalam pelaksanaan praktik;
c. Alat ukur kemampuan diri.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum dan pengembangan
pengajaran, mendorong konsistensi dalam menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan, serta menetapkan kriteria pengujian dan
instrumen/alat ukur pengujian.
4. Bagi Masyarakat
Tersedianya acuan untuk mendapatkan karakteristik Tenaga
Sanitasi Lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan pelayanan
sanitasi lingkungan.
134
135
E. Daftar Istilah
136
137
undangan.
18. Parameter tambahan merupakan parameter yang hanya
diwajibkan untuk diperiksa jika kondisi geohidrologi
mengindikasikan adanya potensi pencemaran berkaitan dengan
parameter lainnya.
19. Kondisi Matra adalah keadaan dari seluruh aspek pada matra
yang serba berubah dan berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup dan pelaksanaan kegiatan manusia yang hidup dalam
lingkungan tersebut, seperti bencana alam, KLB/wabah, dan
kegiatan nasional (jambore, haji, pengungsian).
137
138
BAB II
SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI TENAGA SANITASI
LINGKUNGAN
Gambar 2.1
138
139
139
140
BAB III
STANDAR KOMPETENSI TENAGA SANITASI LINGKUNGAN
A. Area Kompetensi
Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas:
140
141
Gambar 3.1
Gambaran Struktur Kompetensi Tenaga Sanitasi Lingkungan
B. Komponen Kompetensi
142
143
C. Penjabaran Kompetensi
1. Profesionalitas yang Luhur
a. Kompetensi Inti
Mampu melaksanakan pelayanan sanitasi lingkungan yang
profesional sesuai dengan nilai dan prinsip ketuhanan, moral
luhur, etika, disiplin, hukum, dan sosial budaya.
b. Lulusan Tenaga Sanitasi Lingkungan mampu:
1) Berketuhanan Yang Maha Esa
a) Bersikap dan berperilaku sebagai insan yang
berketuhanan dalam pelayanan sanitasi lingkungan.
b) Bersikap dan berperilaku sebagai Tenaga Sanitasi
Lingkungan dengan upaya terbaik.
2) Bermoral, beretika, dan disiplin.
143
144
144
145
145
146
146
147
147
148
148
149
149
150
4. Pengelolaan informasi
a. Kompetensi Inti
Kemampuan untuk pemanfaatan data dan informasi sebagai
referensi pengelolaan masalah lingkungan secara spesifik
dengan mengidentifikasi, menganalisis masalah sanitasi
lingkungan di wilayah kerjanya menjadi informasi yang akurat
sebagai bahan pengambilan keputusan untuk mengurangi dan
menghilangkan resiko lingkungan yang berdampak pada
kesehatan masyarakat.
b. Lulusan Tenaga Sanitasi Lingkungan mampu:
1) Melakukan pengumpulan, analisis, dan pengolahan data
sanitasi lingkungan dan data terkait lainnya dari berbagai
sumber, diantaranya:
a) Data sekunder
Data sekunder adalah data yang meliputi demografi,
pendidikan, sosial budaya, mata pencaharian, angka
kematian, angka penyakit, potensi masyarakat, cakupan
sarana sanitasi lingkungan dan lain-lain yang diperoleh
dari berbagai sumber instansi terkait dan masyarakat.
150
151
b) Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan
melakukan pengumpulan data secara observasi dan
wawancara langsung tentang kondisi sanitasi
lingkungan di permukiman, fasilitas umum dan fasilitas
pelayanan kesehatan, tempat kerja, dan tempat rekreasi.
2) Melakukan analisis dan interpretasi data sanitasi
lingkungan.
a) Menganalisis masalah sanitasi lingkungan yang
ditemukan dari hasil pengumpulan data secara primer
dan sekunder di wilayah kerjanya.
b) Menginterpretasikan data hasil analisis data terkait
masalah sanitasi lingkungan di wilayah kerjanya
3) Menyajikan hasil analisis dan interpretasi menjadi informasi.
a) Menyajikan hasil analisis data dalam bentuk table, grafik,
tren, dan lain-lain terkait masalah sanitasi lingkungan di
wilayah kerjanya
b) Melakukan interpretasi hasil analisis data menjadi
infromasi untuk disampaikan kepada pengambil
keputusan dan pemangku kepentingan lainnya.
4) Mendiseminasikan informasi kepada profesional kesehatan,
klien/keluarga, masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya untuk peningkatan kualitas sanitasi lingkungan.
a) Mendiseminasikan informasi hasil interpretasi data
kepada profesional kesehatan, klien/keluarga,
masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya untuk
peningkatan kualitas sanitasi lingkungan.
b) Bekerja sama dengan berbagai pihak untuk
menyelesaikan masalah sanitasi lingkungan di wilayah
kerjanya.
151
152
a. Kompetensi Inti
Mampu memformulasikan masalah sanitasi lingkungan
berdaasarkan ilmu biomedik, sanitasi, kesehatan masyarakat,
dan perilaku dalam melaksanakan pelayanan sanitasi
lingkungan.
b. Lulusan Tenaga Sanitasi Lingkungan mampu:
1) Ilmu biomedik
Menerapkan ilmu biologi, kimia, dan fisika dalam
memahami berbagai potensi risiko lingkungan yang
mempengaruhi kondisi sanitasi lingkungan
2) Ilmu sanitasi
Menerapkan ilmu sanitasi dalam perumusan masalah dan
pendekatan untuk penyelesaian masalah sanitasi
lingkungan
3) Ilmu kesehatan masyarakat
Menerapkan ilmu kesehatan masyarakat pelaksanaan
survailans lingkungan untuk tercapainya sanitasi
lingkungan yang prima
4) Ilmu perilaku
Menerapkan ilmu perilaku untuk edukasi pemberdayaan
masyarakat agar mampu dan mandiri menjaga lingkungan
fisik, kimia, biologi, dan sosial dengan prinsip-prinsip
sanitasi lingkungan untuk mewujudkan lingkungan yang
sehat.
152
153
153
154
154
155
BAB IV
DAFTAR POKOK BAHASAN, MASALAH, DAN KETERAMPILAN
155
156
156
157
157
158
158
159
159
160
B. Daftar Masalah
Daftar masalah berisikan masalah/keluhan/keadaan/kondisi
lingkungan yang memerlukan pendekatan oleh Tenaga Sanitasi
Lingkungan. Masalah ini diperoleh dari keluhan masyarakat/individu
dan observasi aktif/pengalaman Tenaga Sanitasi Lingkungan di
permukiman, fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas umum, tempat
kerja, dan tempat rekreasi.
Dalam melakukan pelayanan sanitasi lingkungan yang dimulai
dari tahap identifikasi sampai dengan monitoring dan evaluasi,
Tenaga Sanitasi Lingkungan harus memperhatikan kondisi klien dan
masyarakat serta kondisi sanitasi lingkungannya secara
komprehensif serta menjunjung tinggi profesionalisme serta etika
profesi. Pada saat pendidikan, calon Tenaga Sanitasi Lingkungan
perlu dikenalkan dengan berbagai masalah sanitasi lingkungan
berdasarkan identifikasi masalah melalui inspeksi dan konseling
serta pengukuran kualitas media lingkungan baik di lapangan
maupun di laboratorium yang dikonversikan dengan standar baku
mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan. Hasil
identifikasi masalah kemudian dilakukan analisis risiko untuk
menetapkan langkah-langkah pengelolaan pelayanan sanitasi
lingkungan dalam rangka mengatasi masalah yang ada.
160
161
Tabel 4.1
161
162
162
163
163
164
Tabel 4.2
Daftar Masalah Individu Tenaga Sanitasi Lingkungan
No Lingkup Daftar Masalah
1. Permasalahan Kurang tertibnya dalam penyusunan dokumen
individu kegiatan keprofesian, sehingga timbul kesulitan
terkait dalam penyusunan laporan kegiatan dan bukti
tanggung tervalidasi dalam mendapatkan angka kredit
jawab jabatan fungsional/Satuan Kredit Profesi (SKP)
profesinya Melakukan penyelenggaraan sanitasi lingkungan
tidak sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya.
165
166
C. Daftar Keterampilan
Dalam melaksanakan tugas sebagai Tenaga Sanitasi
Lingkungan, seorang Tenaga Sanitasi Lingkungan harus menguasai
pengetahuan, sikap, dan keterampilan di bidang sanitasi lingkungan,
yang meliputi upaya penyehatan media lingkungan, pengamanan
faktor risiko lingkungan, pengendalian vektor dan binatang pembawa
166
167
Does
Shows
167
Knows how
168
Gambar 4.1
Piramida Miller
168
169
Tabel 4.3
Mengetahui teori
Penerapan
keterampilan
secara mandiri
Metode
Observasi langsung atau demonstrasi
169
170
Praktik magang
Tabel 4.4
Daftar Keterampilan Tenaga Sanitasi Lingkungan
Bidang Penyehatan Media Lingkungan
Tingkat
Kemampuan
Daftar Keterampilan
Vokasi Profesi
1. Media Air
a. Inspeksi sanitasi
a) Air minum 4 4
170
171
171
172
172
173
2. Media Udara
173
174
3. Media Tanah
174
175
2) Pemeriksaan kimia
a) Anorganik: Al, Sb, As, Ba, Be, B, Cd, CO, Cr6+, Cu, 3
2
Pb, Hg, NO, Ni, Se, Sn, Ag, Zn
b) Anion: CN, Flourida, NO3, NO2 2 3
175
176
1) Jamban cubluk
4. Media Pangan
176
177
177
178
pangan
5. Media Sarana dan Bangunan
178
179
179
180
Tabel 4.6
Daftar Keterampilan Tenaga Sanitasi Lingkungan
Bidang Pengamanan Faktor Risiko Lingkungan
Tingkat
Kemampuan
Daftar Keterampilan
Vokasi Profesi
180
181
1) Composting 4 4
2) Incinerator 3 4
3) Sanitary Landfill 3 4
4) Biogas 4 4
5) Bank sampah 4 4
181
182
182
183
a. Inspeksi sanitasi
183
184
b. Pengukuran:
184
185
a. Penjamah pestisida 4 4
b. Masyarakat 4 4
185
186
Sanitation Kit meliputi: COD, BOD, TOC, Cd, Pb, Hg, Mn,
CN, Cu, Phenol, Ammonia, Zn, Nickel dan Permanganat
e. Pengambilan dan pengiriman sampel limbah cair untuk 4 4
pemeriksaan di laboratorium
f. Pemeriksaan sampel limbah cair di laboratorium
3) Kimia:
186
187
b. Incinerator 3 4
c. Composting 4 4
d. Biogas 4 4
187
188
188
189
3) Kimia: COD, BOD, As, Pb, Cd, Cr, Co, Cu, Ni, Hg, Se, 3
2
Zn, TOC (Total Organic Carbon) dan Permanganate
e. Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium sampel limbah 4
4
cair dari fasilitas pelayanan kesehatan
f. Penilaian status kualitas limbah cair dari fasilitas 4
3
pelayanan kesehatan
9.2 Analisis Risiko Kualitas Limbah Cair dari Fasilitas Pelayanan 4
3
Kesehatan
a. Pengkajian data hasil mitigasi dampak limbah cair
3) Pengukuran kimia: As, Pb, Cd, Cr, Co, Cu, Ni, Hg, Se 4
4
dan Zn
c. Pengambilan dan pengiriman sampel limbah padat dan 4
4
sampel media lingkungan yang terpajan limbah padat dari
189
190
c. Composting 4 4
d. Biogas 4 4
190
191
Tabel 4.7
Daftar Keterampilan Tenaga Sanitasi Lingkungan
Bidang Pengendalian Faktor Risiko Lingkungan
Tingkat
Daftar Keterampilan Kemampuan
1. Pengendalian Vektor Vokasi Profesi
1.1 Identifikasi faktor risiko lingkungan yang berpotensi terhadap
perkembangbiakan vektor, termasuk menghitung angka bebas
4 4
jentik dan kepadatan nyamuk dewasa dengan menggunakan
formulir dan alat Sanitarian Field Kit
1.2 Pengamatan perilaku/kebiasaan masyarakat terkait dengan
sanitasi lingkungan yang berhubungan dengan potensi 4 4
perkembangbiakan vektor dengan menggunakan formulir
191
192
192
193
193
194
194
195
BAB V
PENUTUP
195