Anda di halaman 1dari 14

PEDOMAN

PENYELENGGARAAN PELAYANAN GERIATRI


DI RSU HANDAYATI RANTAU

TIM TERPADU GERIATRI RSU


HANDAYATI RANTAU
2022
PEDOMAN
PENYELENGGARAAN PELAYANAN GERIATRI
DI RSU HANDAYATI RANTAU

BAB
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan
kesehatan diselenggarakan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan
dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan
perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut
usia dan keluarga miskin. Dampak keberhasilan pembangunan kesehatan
ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya tingkat
kematian bayi dan ibu melahirkan. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik
tahun 2014, umur Harapan Hidup (UHH) di Indonesia untuk wanita adalah
73 tahun dan untuk pria adalah 69 tahun. Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional memproyeksikan umur harapan hidup di Indonesia
pada tahun 2025 dapat mencapai 73,6 tahun.

Upaya peningkatan kesejahteraan pada lanjut usia diarahkan untuk


memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif agar terwujud
kemandirian dan kesejahteraan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit.

Dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit


yang berkualitas, merata dan terjangkau maka pelayanan geriatri harus
dilakukan secara terpadu melalui pendekatan yang bersifat interdisiplin
oleh berbagai tenaga profesional yang bekerja dalam tim terpadu geriatri.
Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan geriatri
di rumah sakit dan untuk mengakomodasi berbagai kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang pelayanan geriatri, perlu disusun
penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah sakit.

TUJUAN

Tujuan umum
Terselenggaranya pelayanan lanjut usia/ geriatrik secara terpadu di RSU
Handayati Rantau.
Tujuan Khusus
- Terselenggaranya pelayanan lanjut usia di poliklinik rawat jalan
- Terselenggaranya pelayanan lanjut usia kunjungan rumah (home care)

TINGKAT PELAYANAN

Tingkatan pelayanan geriatri ditetapkan berdasarkan kemampuan


pelayanan oleh rumah sakit :
- Jenis pelayanan
- Sarana dan prasarana
- Peralatan
- Ketenagaan

Tingkat pelayanan yang dilaksanakan di RSU Handayati Rantau,


berdasarkan ketersediaan sarana prasarana, peralatan dan ketenagaan,
adalah : Pelayanan Tingkat Sederhana. Pelayanan Geriatri tingkat
sederhana paling sedikit terdiri atas rawat jalan dan kunjungan rumah (home
care).
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di RSU Handayati Rantau terdiri atas


tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang bekerja bersama- sama
sebagai Tim Terpadu Geriatri :

1. Tim Terpadu Geriatri terdiri atas ketua yang merangkap sebagai


koordinator pelayanan
2. Tim Terpadu Geriatri dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit
3. Ketua Tim Terpadu Geriatri terdiri meupakan dokter spesialis
penyakit dalam untuk pelayanan Geriatri tingkat sederhana,

Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana


terdiri atas :

1. Dokter spesialis penyakit dalam


2. Dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien Geriatri
3. Dokter
4. Perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau
pelatihan keterampi"an inteligensia
5. Apoteker
6. Tenaga gizi
7. Fisioterapis
8. Okupasi terapis
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. PERSYARATAN BANGUNAN

1. Konstruksi bangunan
a. Jalan
Jalan menuju ke pelayanan geriatri harus cukup kuat, rata, tidak licin serta
disediakan jalur khusus untuk pasien/pengunjung dengan kursi roda.

b. Pintu
Pintu harus cukup lebar untuk memudahkan pasien/pengunjung lewat
dengan kursi roda atau tempat tidur. Lebar pintu sebaiknya 120 cm terdiri
dari pintu 90 cm dan pintu 30 cm.

c. Listrik
Daya listrik harus cukup dengan cadangan daya bila suatu saat
memerlukan tambahan penerangan sehingga diperlukan stabilisator untuk
menjamin stabilitas tegangan, dilengkapi dengan generator listrik.

d. Penerangan
Penerangan lorong dan ruang harus terang namun tidak menyilaukan.
Setiap lampu penerangan di atas tempat tidur harus diberi penutup, agar
tidak menyilaukan.

e. Lantai
Lantai harus rata, mudah dibersihkan tetapi tidak licin, bila ada undakan
atau tangga harus jelas terlihat dengan warna ubin yang berbeda untuk
mencegah jatuh.

f. Langit-langit
Langit-langit harus kuat dan mudah dibersihkan.

g. Dinding
Dinding harus permanen dan kuat dan sebaiknya di cat berwarna terang.
Khusus untuk dinding ruang latihan, sebaiknya dipilih warna yang bersifat
memberi semangat dan di sepanjang dinding, terdapat pegangan yang kuat
sebaiknya terbuat dari kayu (hand rail).
h. Ventilasi
Semua ruangan harus diberi cukup ventilasi. Ruangan yang menggunakan
pendingin/air condition harus dilengkapi cadangan ventilasi untuk
mengantisipasi apabila sewaktu-waktu terjadi kematian arus listrik.

i. Kamar mandi dan WC


Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan pegangan di sebelah
kanan dan kirinya. Shower dilengkapi dengan tempat duduk dan pegangan.
Gagang shower harus diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh
pasien dalam posisi duduk. Demikian pula tempat sabun harus diletakkan
sedemikian agar mudah dijangkau pasien. Tersedia bel untuk meminta
bantuan dan pintu membuka keluar.

j. Air
Penyediaan air untuk kamar mandi, WC, cuci tangan harus cukup dan
memenuhi persyaratan. Semua fasilitas gedung dan lingkungan harus
mengacu kepada pedoman Pekerjaan Umum tentang standar teknis
eksesibilitas gedung dan lingkungan.

k. Pada dinding-dinding tertentu harus diberi pengaman dan kayu atau


alumunium (leuning) yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien pada
saat berjalan serta untuk melindungi dinding dari benturan kursi roda.

l. Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau bagian tertentu
untuk menghindari kemungkinan terjadinya bahaya/trauma.

m. Disediakan wastafel pada setiap ruangan pemeriksaan, pengobatan dan


ruangan yang lain.

2. Kebutuhan Ruangan

a. Ruang pendaftaran/ administrasi


Ruang pendataran/ Administrasi dapat bergabung dengan ruang
pendaftaran / administrasi lain di rumah sakit. Ruangan ini harus cukup
luas untuk penempatan meja tulis, lemari arsip untuk penyimpanan
dokumen medik pasien. Letaknya dekat dengan ruang tunggu, sehingga
mudah dilihat oleh pasien yang baru datang.

b. Ruang tunggu
Harus bersih dan cukup luas, aman dan nyaman, baik untuk pasien dari
luar ataupun dari bangsal yang menggunakan kursi roda atau tempat tidur.

c. Ruang periksa
Ruangan ini dekat dengan ruang pendaftaran serta dilengkapi dengan
fasilitas dan alat-alat pemeriksaan. Ruangan terdiri dari:
1) ruang periksa perawat geriatri dan sosial medik untuk melakukan
anamnesis;
2) ruang periksa dokter/tim geriatri;
3) WC dan kamar mandi; dan
4) ruangan diskusi tim geriatri atau pertemuan dengan keluarga pasien
(family meeting).

B. PERSYARATAN PERALATAN

C. TUGAS TIM TERPADU GERIATRI

1. Ketua Tim Terpadu

Geriatri Tugas Pokok:


1) Melaksanakan koordinasi penyelenggaraan upaya pelayanan geriatri
sesuai dengan tingkatan pelayanan.
2) Melaksanakan koordinasi pelaksanaan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral dengan berbagai disiplin.

Uraian Tugas:
1) Merencanakan/membuat rencana kerja kebutuhan tim geriatri setiap
tahunnya.
2) Menyelenggarakan pelayanan geriatri berdasarkan rencana kebutuhan
ketenagaan, sesuai kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh direktur
rumah sakit.
3) Menyelenggarakan rujukan, baik di dalam maupun ke dan dari luar
rumah sakit.
4) Menyelenggarakan kerjasama dengan tim/departeman/ bagian/KSMF
(Kelompok Staf Medik Fungsional) lain di rumah sakit, serta hubungan
lintas program dan lintas sektoral melalui direktur rumah sakit.
5) Memberikan laporan berkala tim terpadu geriatri kepada Direktur Rumah
Sakit.

2. Koordinator rawat jalan

Tugas Pokok:
Menyelenggarakan upaya pelayanan geriatri di ruang lingkup poliklinik,
meliputi asesmen geriatri, tugas konsultatif kuratif (sederhana) serta
melaksanakan rujukan ke dan dari tim/departemen/KSMF lain bila perlu

Uraian Tugas:
1) Merencanakan/membuat rencana kerja serta rencana kebutuhan
poliklinik geriatri setiap tahunnya.
2) Menyediakan kelengkapan pelayanan geriatri di poliklinik berdasarkan
kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh ketua tim geriatri.
3) Menyediakan kelengkapan tugas pendidikan, latihan dan penelitian serta
pengembangan sesuai kebijakan tim geriatri.
4) Menyelenggarakan kerja sama dengan SMF di rumah sakit.
5) Bertanggung jawab kepada ketua tim geriatri atas penyelenggaraan
pelayanan geriatri di poliklinik.

Karena RSU Handayati melaksanakan pelayanan Geriatri Tingkat


Sederhana, maka Ketua Tim juga merangkap sebagai koordinator rawat
jalan

Dalam penyelenggaraan pelayanan, peran Tim Terpadu Geriatri adalah


memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna/ komprehensif
terhadap pasien geriatri, berupa penegakkan diagnosis medik dan
fungsional (melalui suatu asesmen/pengkajian paripurna pasien geriatri),
pelayanan non-medikamentosa dan medikamentosa serta rehabilitasi,
termasuk pelayanan psikoterapi dan pelayanan sosial medik. Pelayanan
medikamentosa pada pasien geriatri bersifat menyeluruh, dengan
memerhatikan aspek fisiologi dan nutrisi pasien.

Saat pasien masih dirawat, selain diberikan pendekatan kuratif dan


rehabilitatif, upaya promotif dan preventif yang sesuai tetap diberikan.
Setelah upaya pelayanan terapi medikamentosa dan rehabilitasi di ruang
rawat inap dilaksanakan, pelayanan dilanjutkan dengan upaya pelayanan
di klinik asuhan siang dan/atau poliklinik rawat jalan.

Pada pemulangan pasien, dibuatkan perencanaan pemulangan yang berisi


kegiatan yang dapat dilakukan di rumah seperti terlihat dalam Formulir.
Perencanaan pulang dievaluasi dan akhirnya pasien dapat dipulangkan
sepenuhnya ke masyarakat dan mendapatkan pelayanan geriatri oleh
masyarakat melalui pelayanan rujukan.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Semua pasien lanjut usia yang datang ke poliklinik/UGD akan dilakukan


triase apakah tergolong ke dalam pasien geriatri. Untuk pasien lanjut usia
biasa akan diteruskan ke dokter spesialis yang sesuai dengan penyakitnya.
Apabila tergolong pasien geriatri (misalnya memiliki: penurunan status
fungsional, ada sindrom geriatri, gangguan kognitif- demensia, jatuh–
osteoporosis dan inkontinensia) akan dilakukan asesmen geriatri
komprehensif oleh Tim Terpadu Geriatri.

Perencanaan tatalaksana pasien geriatri disesuaikan dengan jenis


pelayanan yang ada di rumah sakit menurut tingkatan pelayanan geriatri di
rumah sakit. Terdapat 4 (empat) model alur pelayanan pasien geriatri mulai
dari pelayanan tingkat sederhana, lengkap, sempurna dan paripurna yang
memiliki perbedaan dalam jenis pelayanan yang diberikan.

Rumah sakit dengan pelayanan geriatri sederhana boleh melakukan


perawatan inap namun karena belum terdapat ruang rawat khusus yakni
ruang rawat akut geriatri maka dapat dirawat di ruang rawat biasa
BAB V
E. PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pemantaua n dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna


mewujudkan keberhasilan program pelayanan kesehatan bagi pasien
geriatri. Pemantauan dan evaluasi harus ditindaklanjuti untuk menentukan
faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat diupayakan
penyelesaian yang efektif. Pemantauan dan evaluasi mutu dilakukan dalam
bentuk kegiatan pencatatan dan pelaporan. Diperlukan sejumlah indikator
dalam pencatatan, diantaranya sebagai berikut:

1. Lama rawat

Lama rawat pasien geriatri di ruang rawat inap akut tergantung dari
kemampuan TTG serta dukungan sarana dan prasarana. Makin terampil
dan lengkap, lama rawat akan semakin singkat. Rata-rata lama rawat
pasien geriatri yang masuk karena mengalami geriatric giants dan dirawat
inap dengan menerapkan pengkajian paripurna pasien geriatri adalah 12
hari.

2. Status fungsional

Status fungsional pasien diukur sejak pasien masuk rumah sakit sampai
saat pemulangan. Diukur rata-rata kenaikan skor status fungsional pasien
geriatri dengan karakteristik seperti di atas adalah 4/20 jika menggunakan
instrumen ADL Barthel.

3. Kualitas hidup

Penilaian kualitas hidup harus menggunakan instrumen yang mampu


menilai kualitas hidup terkait kesehatan (health related quality of life =
HRQoL). Salah satu instrumen yang sering digunakan adalah EQ5D (Euro-
Quality of Life Five Dimension) yang mengukur lima dimensi atau aspek
yang memengaruhi kesehatan. Standar nilai EQ5D ≥ 0,71 dengan EQ5D-
VAS minimal 79%.

4. Rawat inap ulang (rehospitalisasi)

Rehospitalisasi adalah perawatan kembali setelah pulang ke rumah dari


rumah sakit. Perawatan yang terjadi kembali dalam 30 hari pertama
pascarawat menggambarkan adanya permasalahan kesehatan yang
sesungguhnya belum optimal ditatalaksana di rumah sakit. Persentase
maksimal rehospitalisasi pasien geriatri pascarawat inap akut adalah 15%.
Rehospitalisasi ini dapat dipengaruhi oleh kesiapan tim terpadu geriatri
serta dukungan yang ada di rumah sakit. Rehospitalisasi juga tak terlepas
dari pengaruh kemampuan puskesmas dan community based geriatric
service.

5. Kepuasan pasien

Kepuasan pasien diukur saat pasien pulang dengan instrumen yang secara
sahih dapat mengukur kepuasan pasien. Salah satu instrumen yang sering
digunakan adalah Patients’s Satisfaction Questionair (PSQ) yang telah diuji
kesahihan (Spearman correlation coefficient: 0,383 – 0,607 ; p < 0,01) dan
keandalannya (Cronbach’s alpha: 0,684). Instrumen ini memiliki nilai
standar minimal 190.

Anda mungkin juga menyukai