Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meninkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan
berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata serta
pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain
ibu, bayi, anak, lanjut usia dan keluarga miskin. Dampak keberhasilan pembangunan
kesehatan ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya ti8ngkat
kematian bayi dan ibu melahirkan.
Berdasarkan data Biro Pusat statistik tahun 2014 Umur Harapan Hidup (UHH)
di Indonesia untuk wanita adalah 73 tahun dan untuk pria adalah 69 tahun.. Sementara
data Kementrian Kesehatan RI tahun 2017 diperkirakan adanya peningkatan populasi
lanjut usia sebesar 23,66 juta jiwa atau sekitar 9,03%. Diprediksi jumlah penduduk
lansia di Indonesia tahun 2020 (27,08 juta). Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional memproyeksikan umur harapan hidup di Indonesia pada tahun 2025 dapat
mencapai 73,6 tahun. Pada tahun 2017 Jawa Tengah menduduki peringkat kedua
dengan banyaknya penduduk usia lanjut usia di Indonesia yaitu 12,59% penduduk
Lanjut Usia ( Badan Pusat Statistik 2017)
Upaya peningkatan kesejahteraan pada lanjut usia diarahkan untuk
memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif agar terwujud kemandirian
dan kesejahteraan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah peningkatan pelayanan
kesehatan Geriatri di Rumah Sakit. Dalam upaya peningkatan kesehatan Geriatri di
Rumah sakit yang berkualitas, merata dan terjangkau maka pelayanan Geriatri harus
dilakukan secara terpadu melalui pendekatan yang bersifat interdisiplin oleh berbagai
tenaga professional yang bekerja dalam tim terpadu geriatric. Oleh sebab itu, dalam
rangka meningkatkan pelayanan kesehatan geriatric di Rumah Sakit dan untuk
mengakomodasi berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
pelayanan Geriatri, perlu disusun penyelenggaraan pelayanan Geriatri di Rumah
Sakit.

1 Page
Pedoman Kerja TIM DOTS TB di RSU Mitra Paramedika
B. Visi, Misi dan Motto
1. Visi :
Menjadikan Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan yang profesional dan
paripurna, dengan penuh kasih sayang kepada pasien dan keluarganya serta lebih
mengutamakan keselamatan pasien.
2. Misi :
a. Menjadi Rumah Sakit yang terdepan sebagai mitra keluarga menuju sehat
jasmani dan rohani.
b. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar secara terpadu,
holistik, dan profesional dengan biaya terjangkau.
c. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, terutama masyarakat Ngemplak
dan sekitarnya
d. Bersama seluruh karyawan meningkatkan kualitas pelayanan ksehatan
sehingga tercapai kepuasan pelanggan sekaligus meningatkan kesejahteraan
karyawan secara adil dan merata sesuai dengan kemampuan.

3. Motto :
Pendamping diwaktu sakit, sahabat di waktu sehat

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Program kerja pelayanan Geriatri RSU MITRA PARAMEDIKA bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan lanjut usia/ geriatric secara terpadu dan nyaman di RSU
MITRA PARAMEDIKA.
b. Tujuan Khusus
1. Terselenggaranya pelayanan Geriatri di Rawat Jalan
2. Terselenggaranya pelayanan Geriatri kunjungan rumah ( Home Care)

D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


a. Organisasi menyusun program kerja tahun 2019
b. Peningkatan dan pengembangan pelayanan geriatric

2 Page
Pedoman Kerja TIM DOTS TB di RSU Mitra Paramedika
1. Kuantitatif
a. Evaluasi jumlah pasien dalam pelayanan geriatric
b. Evaluasi jumlah program pelaksanaan kegiatan Tim Terpadu Geriatri
2. Kualitatif
a. Pelatihan ekternal, meliputi :
1. Pelatihan Pelayanan Terpadu Geriatri bagi perawat dan dokter umum
2. Workshop program geriatric
b. Pelatihan Internal, meliputi :
Peningkatan mutu : PPI, Patient safety, K3, Standart Askep, Management
Ruangan, Pembimbing klinik, Supervisi klinik, computer,
Uji kompetensi : PKI, II,III dan penempatan penjenjangan
c. Peningkatan pelayanan
1. Asuhan Keperawatan
Penerapan Standar Asuhan Keperawatan dan Assesment di Pelayanan Geriatri
Evaluasi penerapan standar
2. Koordinasi
Pertemuan Tim Terpadu Geriatri dan Pimpinan RS
Pertemuan Tim Terpadu Geriatri
3. Monitoring melakukan pemantauan pencapaian penerapan standard dan
prosedur
d. Persiapan Akreditasi
1. Terbentuknya Pelayanan Geriatri
2. Regulasi penerapan Tim Terpadu Geriatri dan uraian tugasnya
3. Rencana atau program kerja Tim Terpadu Geriatri
4. Pelaksanaan kegiatan Tim Terpadu Geriatri, meliputi,
Penyuluhan warga Lanjut Usia di Rumah Sakit dan Masyarakat
E. Cara melaksanakan kegiatan
a. Rapat
b. Koordinasi Tim Terpadu Geriatri
c. Pemantauan kegiatan penyuluhan di Rumah Sakit dan masyarakat
d. Evaluasi kegiatan

3 Page
Pedoman Kerja TIM DOTS TB di RSU Mitra Paramedika
F. Sasaran
a. Pasien Geriatri di Poliklinik Geriatri
b. Masyarakat Lanjut Usia di Lingkungan Rumah Sakit
G. Jadwal pelaksanaan Kegiatan
H. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan
Evaluasi kegiatan dilaksanakan melalui analisa hasil kegiatan pelayanan unit Geriatri
2018 dan selanjutnya disusun sebagai laporan hasil kegiatan bidang keperawatan
tahun 2018.
I. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
a. Pencatatan kegiatan dilaksanakan oleh Tim Terpadu Geriatri setiap hari kemudian
dibuat rekapitulasi setiap bulan
b. Pelaporan hasil pencatatan kegiatan dilaporkan kepada ketua Tim Geriatri tiap
bulan. Pada bulan desember menyusun laporan tahunan sebagai bentuk
rekapitulasi hasil kegiatan dalam tahun berjalan.
c. Evaluasi kegiatan pelayanan Geriatri dilakukan melalui rapat di ruang Geriatri dan
hasil evaluasi disusun sebagai laporan unit Geriatri tahun 2018.
J. P

4 Page
Pedoman Kerja TIM DOTS TB di RSU Mitra Paramedika
BAB II
LAYANAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSA

1. Definisi Penyakit Tuberkulosis (TB)


Penyakit TB adalah penyakit menular yang masih menjadi permasalahan di
dunia kesehatan sampai saat ini. Pasien TB adalah seseorang yang mempunyai
keluhan atau gejala klinis mendukung TB seawal mungkin memberikan dampak yang
berbeda bagi pasien. Demikian juga halnya dengan tingkat kepatuhan pasien dalam
berobat yang membutuhkan waktu relatif lama.
Penyakit TB ini tidak hanya di paru saja tetapi dapat juga di bagian tubuh yang
lain seperti di tulang, abdomen, otak, kelenjar, dll yang disebut ekstraparu.

2. Jenis Pelayanan
Sesuai dengan visi dan misi RSU Mitra Paramedika yang berusaha memberikan
pelayanan terbaik, maka sarana pelayanan pasien TB sudah sesuai dengan standar
yang dikehendaki oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Adapun sarana
yang tersedia adalah :
a. Poliklinik/IGD
Poliklinik/IGD mempunyai peran penting dalam penangulanggan TB. Pasien
yang diperiksa di poliklinik penyakit dalam oleh dokter spesialis akan dikaji
apakah memiliki riwayat TB atau periksa laboratorium sputum BTA dan foto
thorax. Terdapat satu orang dokter spesialis jantung dan paru, 2 spesialis penyakit
dalam, dan satu spesialis bedah.
b. Laboratorium
Laboratorium tuberkulosis yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan,
mempunyai peran penting dalam penanggulangan Tuberkulosis, karena berkaitan
dengan deteksi pasien TB paru, pemantauan keberhasilan pengobatan serta
menetapkan hasil akhir pengobatan. Pemeriksaan 3 spesimen dahak (SPS) secara
mikroskopik merupakan pemeriksaan yang paling efisien, mudah, murah, spesifik
dan sensitif.

5 Page
Pedoman Kerja TIM DOTS TB di RSU Mitra Paramedika
c. Radiologi
Ronsen thorax bukan merupakan persyaratan mutlak yang harus dilakukan dalam
menegakkan diagnosis TB, namun pada keadaan tertentu misalnya bila
pemeriksaan sputum memberikan hasil yang negative atau kondisi klinis
mendukung kearah TB, maka diperlukan pemeriksaan ronsen thorax.
d. Keperawatan
Merupakan bagian yang mengelola pasien yang perlu rawat inap di rumah sakit.
Hal ini bias disebabkan oleh kondisi TB nya atau adanya komplikasi dengan
penyakit lain. Rumah Sakit memiliki 35 tempat tidur dari berbagai kelas, mulai
dari kelas III, kelas II, Kelas I, dan kelas Utama.
e. Unit Rekam Medis
Merupakan bagian yang mengelola pasien yang perlu rawat inap di rumah sakit.
Semua pasien TB dewasa maupun anak-anak tercatat didalam catatan rekam
medis, dan rekam medis pula yang akan melaporkan semua data pasien TB yang
di rekap ke Dinas Kesehatan Kotamadya Yogyakarta ataupun provinsi.
f. Instalasi Farmasi
Merupakan instalasi yang mengelola semua obat-obatan yang ada di rumah sakit,
demikian juga dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Ketersediaan OAT yang
berkesinambungan menjamin pasien terlayani atau memperoleh pengobatan yang
adekuat.

3. Sumber Daya Manusia (SDM)


Kemampuan rumah sakit dalam melakukan pelayanan khususnya
penanggulangan tuberculosis sangat bergantung pada SDM yang ada. Di perlukan
SDM yang terlatih dan komit di bidangnya masing-masing. SDM yang berkaitan
dengan pelayanan TB sudah memperoleh pelatihan sesuai dengan unit kerjanya.
Pelatihan ini dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota maupun Provinsi. Pelatihan
meliputi cara pemeriksaan sampel sputum BTA, pengelolaan OAT, cara pemeriksaan
dan mendiagnosa TB, maupun pencatatan dan pelaporan. Sejumalah tenaga medis
(dokter umum maupun dokter spesialis) serta tenaga paramedic telah dilatih
penatalaksanaan TB.

4. Pasien Tuberkulosis

6 Page
Pedoman Kerja TIM DOTS TB di RSU Mitra Paramedika
Pasien TB di RSU Mitra Paramedika tidak hanya berasal dari Yogyakarta saja
tetapi juga dari Jawa Tengah. Selama bulan Agustus 2018 jumlah pasien TB paru
BTA positif maupun negatif, maupun extraparu berjumlah 2 orang. Data pasien
tersebut merupakan data pasien yang diobati dengan menggunakan obat paket OAT
atau pasien yang membeli OAT nya dengan resep yang sesuai dengan regimen DOTS.
Untuk pasien TB yang prosedur diagnosa dan pengobatannya tidak prosedural seperti
tidak menggunakan sputum BTA, tidak menggunakan regimen obat yang sesuai maka
tidak diperhitungkan.

7 Page
Pedoman Kerja TIM DOTS TB di RSU Mitra Paramedika
BAB III
HARAPAN

Kepatuhan pelaksanaan program Penanggulangan Tuberkulosis dengan


menggunakan standar pengobatan yang telah ditentukan, akan membuat penurunan
jumlah penderita TB,demikian juga kejadian MDR. Diharapkan semua SDM yang
ada juga mematuhi semua ketentuan pelayanan prima, sehingga semua pasien
memperoleh pelayanan yang terbaik.

A. TUJUAN
1. Meningkatkan mutu pelayanan Penanggulangan Penyakit Tuberkulosa di
RSU Mitra Paramedika.
2. Meningkatkan jangkauan pencatatan dan pelaporan pasien TB dewasa dan
anak-anak.
3. Meningkatkan peran serta petugas dalam pelayanan pasien TB di Poliklinik
maupun di bangsal rawat inap.
4. Mencegah terjadinya putus obat, resiko MDR, pasien mangkir.

B. SASARAN
1. Semua dokter/ dokter spesalis dan paramedis memahami prosedur pelayanan
TB sesuai dengan ISTC.
2. 100% dokter spesialis menengakkan diagnosis TB sesuai dengan ISTC.
3. 100% dokter spesialis memberikan terapi TB sesuai dengan ISCT atau
regimen sesuai.
4. 100% pasien TB anak dapat tercatat dan terlaporkan.

C. KEGIATAN
1. Penemuan Kasus TB meliputi:
a. Anamnesa pasien suspek TB
b. Pemeriksaan fisik

8 Page
Pedoman Kerja TIM DOTS TB di RSU Mitra Paramedika
c. Pemberian masker
d. Edukasi
e. Pemeriksaan sputum
2. Diagnosis Tuberkulosis antara lain:
a. Penegakkan diagnosis sesuai hasil laboratorium sputum/kultur.
b. Menentukkan klarifikasi/tipe diagnosis.
c. Pemeriksaan fisik.
3. Klarifikasi Penyakit dan Tipe Pasien antara lain:
a. Kategori I, II.
b. Memulai pengobatan sesuai tipe dan klarifikasi pasien.
4. Pengobatan Tuberkulosis antara lain :
a. Rawat jalan diantaranya:
1) Edukasi pasien dan keluarga.
2) Penunjukkan PMO..
3) Memberikan obat kepada pasien.
4) Menuliskan pencatatan di form-form sesuai dengan aturan yang
berlaku.
5) Memotivasi pasien untuk bersedia dilakukan pemeriksaan
HIVAIDS.
b. Rawat inap diantaranya:
1) Jika pasien baru dilakukan penatalaksanaan yang sama dengan
pasien rawat jalan.
2) Bila memungkinkan pasien dirujuk ke rumah sakit yang
memiliki fasilitas yang memadai sesuai dengan advise dokter
spesialis.
3) Obat-obat TB pasien baru menggunakan resep dokter.
4) Jika pasien lama meneruskan dan mengawasi obat TB nya.
5) Memotivasi pasien untuk bersedia dilakukan pemeriksaan
HIV/AIDS.
5. Pengobatan Tuberkulosis Pada Keadaan Khusus antara lain :
Pasien TB dengan DM, Kehamilan, Hepatitis Akut, Gagal ginjal dan lain-lain
diatur sesuai instruksi dokter dan sesuai dengan panduan pengobatan TB
nasional.

9 Page
Pedoman Kerja TIM DOTS TB di RSU Mitra Paramedika
6. Pengawas Menelan Obat antara lain:
Penunjukkan PMO pada kasus pasien TB baru dan pemberian edukasi.
7. Pemantauan dan Hasil Pengobatan TB antara lain:
a) Monitoring harian pasien minum obat/keteraturannya.
b) Melakukan pencatatan dan pelaporan di form-form yang tersedia.
8. Efek samping OAT dan Penatalaksanaannya antara lain :
9. Memberitahu kemungkinan-kemungkinan efek samping obat dan cara
mengatasinya.

D. ANALISA SWOT
Analisa SWOT merupakan salah satu metode analisis untuk
mengidentifikasi faktor-faktor internal (Kekuatan dan kelemahan) dan
faktor eksternal (peluang dan ancaman) secara sistematis untuk menentukan
pelayanan penanggulangan Tuberkulosis di RSU Mitra Paramedika. Analisa
SWOT tersebut digunakan sebagai acuan penanggulangan Tuberkulosis
untuk menentukkan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya
memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity) serta
berusaha meminimalkan kelemahan (weakness) dan mengatasi ancaman
(Thrath). Analisa di lakukan dalam rangka kinerja pelayanan tim DOTS
yang berkesinambungan di masa mendatang.
1. Kekuatan :
a. Kompetensi SDM memadai.
b. Kerjasama tim yang baik.
c. Jumlah dokter spesialis memadai dan kompeten.
d. Lokasi strategis, mudah di akses.
e. Sudah dikenal oleh masyarakat.
f. Menjadi rujukan fasilitas kesehatan tingkat 1.
g. Kerjasama dengan pihak ansuransi dan relasi meningkat
secara kuantitatif.
2. Kelemahan
a. Sistem dan beban kerja yang menyulitkan dalam pencatatan
pasien secara lengkap dan tepat waktu.
b. Tempat parkir sangat terbatas.

10 Page
Pedoman Kerja TIM DOTS TB di RSU Mitra Paramedika
c. Pengembangan rumah sakit kurang berbasis pada
perencanaan dan evaluasi pasca huni.
d. Sistem dan beban kerja yang menyulitkan suatu pertemuan
yang dapat dihadiri oleh semua staff.
e. Pasien TB rawat jalan satu ruangan dengan pasien non TB.
f. Ruang isolasi rawat inap belum cukup efektif untuk pasien
TB.
g. Belum mempunyai alat khusus untuk mendeteksi sampel
dahak untuk pasien TB.
3. Peluang :
a. Pengembangan pelayanan masih sangat terbuka
berdasarkan pelyanan yang bersifat promotif dan preventif.
b. Kerjasama dengan relasi (perusahaan, asuransi, pemerintah)
masih sangat terbuka.
c. Implementasi kebijakan BPJS dapat dijadikan sebagai
upaya efisiensi dan kepastian pelayanan.
4. Tantangan
a. Banyak RS pesaing dengan fasilitas yang lebih memadai di
DIY.
b. Pasien datang ke RS dalam kondisi jelek karena sistem
rujukan belum berjalan optimal.

11 Page
Pedoman Kerja TIM DOTS TB di RSU Mitra Paramedika
BAB IV
STRATEGI

1. Menetapkan Tim TB
2. Pelatihan Internal dan Eksternal
a. Inhouse training yang diadakan oleh rumah sakit.
b. Mengikuti pelatihan-pelatihan/seminar yang diadakan oleh dinas
kesehatan.
3. Penyuluhan TB
a. Pasien susp TB dan TB
b. Masyarakat umum
4. Pertemuan Rutin
a. Setiap enam bulan sekali
5. Perbaikan Sarana
a. Pemisahan poli dalam
b. Menyediakan tempat khusus pengambilan sputum/ dahak.

BAB V

12 Page
Pedoman Kerja TIM DOTS TB di RSU Mitra Paramedika
PENUTUP

Pedoman Kerja Tim DOTS TB di RSU Mitra Paramedika sangat penting disusun
guna menentukan arah strategi Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis di RSU Mitra
Paramedika. Pembahasan dalam rencana srategi ini memuat uraian secara sistematis
mengenai arah dan Pengembangan Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis di RSU Mitra
Paramedika.
Penyusunan Pedoman Kerja Tim DOTS TB di RSU Mitra Paramedika dilakukan
agar tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan visi dan misi RSU Mitra Paramedika.
Rencana strategi ini dapat dijadikan pedoman dalam menjalankan operasional pelayanan
khususnya dalam usaha mencegah terjadinya MDR.

13 Page
Pedoman Kerja TIM DOTS TB di RSU Mitra Paramedika
14 Page
Pedoman Kerja TIM DOTS TB di RSU Mitra Paramedika

Anda mungkin juga menyukai