S K E M A S E R TI FI K A S I OK U PA S I
ANALIS MANAJEMEN RISIKO
ORGANISASI TERINTEGRASI
(ANAMROT)
Skema Sertifikasi ANALIS MANAJEMEN RISIKO ORGANISASI TERINTEGRASI merupakan Skema Sertifikasi
OKUPASI yang dikembangkan oleh Komite Skema Sertifikasi Lembaga Sertifikasi Profesi Manajemen
Risiko (LSP Manajemen Risiko). Kemasan Kompetensi dibuat mengacu kepada Standar Khusus yang
telah ditetapkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia melalui Surat Keputusan
Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Nomor Kep.344/LATTAS/X/2018 Tentang
Registrasi Standar Khusus Bidang Manajemen Risiko Non Perbankan. Standar Khusus yang diterapkan
dan dikembangkan berdasarkan pada Permenakertrans No.21/MEN/2007 tentang Tata Cara Penetapan
SKKNI sehingga model standar kompetensi bidang yang dikembangkan harus mengacu kepada Regional
Model of Competency Standard (RMCS).
Skema Sertifikasi ini digunakan untuk memastikan kompetensi tenaga kerja pada bidang manajemen
risiko yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan industri sesuai pemintaan Asosiasi Industri dan Asosiasi
Profesi Manajemen Risiko, serta mendukung diberlakukannya Pasar Tunggal ASEAN dan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 1/POJK.05/2015 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi
Lembaga Jasa Keuangan Non Bank. dan sebagai acuan bagi LSP Manajemen Risiko dan Asesor
Kompetensi dalam melaksanakan Sertifikasi Kompetensi Okupasi ANALIS MANAJEMEN RISIKO
ORGANISASI TERINTEGRASI.
1. LATAR BELAKANG
1.1. Skema ini disusun berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan
Produktivitas Nomor Kep.344/LATTAS/X/2018 Tentang Registrasi Standar Khusus Bidang
Manajemen Risiko Non Perbankan.
1.2. Skema ini disusun dalam rangka memenuhi permintaan dari Asosiasi Industri dan Asosiasi
Profesi Manajemen Risiko di Bidang Manajemen Risiko Non Perbankan yang memerlukan
Sertifikasi Kompetensi atas pengalaman dan kemampuan kerja yang Kompeten.
1.3. Skema ini disusun dalam rangka memenuhi regulator Otoritas Jasa Keuangan yang kemudian
diterbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 1/POJK.05/2015 tentang
Penerapan Manajemen Risiko bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank.
1.4. Skema ini disusun dalam rangka memenuhi sertifikasi keluaran Lembaga Sertifikasi Profesi
Manajemen Risiko (LSP Manajemen Risiko) dengan memperhatikan acuan normatif yang
diuraikan pada bagian bawah berikut ini.
3. TUJUAN SERTIFIKASI
3.1. Memastikan dan memelihara kompetensi bagi tenaga kerja kompetensi keahlian, Analis
Manajemen Risiko Organisasi Terintegrasi di Bidang Manajemen Risiko Non Perbankan.
3.2. Sebagai acuan dalam melaksanakan sertifikasi kompetensi oleh LSP Manajemen Risiko dan
Asesor Kompetensi.
4. ACUAN NORMATIF
4.1 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
4.2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional
Sertifikasi Profesi.
4.3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan
Kerja Nasional.
4.4 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia.
4.5 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012
tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional.
4.6 ISO/IEC 17024: 2012 Conformity assessment - General requirements for bodies operating
certification for persons (Penilaian kesesuaian – Persyaratan umum badan/lembaga
sertifikasi personil).
4.7 Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Nomor
Kep.344/LATTAS/X/2018 Tentang Registrasi Standar Khusus Bidang Manajemen Risiko Non
Perbankan.
4.8 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 1/POJK.05/2015 tentang Penerapan
Manajemen Risiko bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank.
4.9 Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor 1 / BNSP / III / 2014 tentang Pedoman
Penilaian Kesesuaian Persyaratan Lembaga Sertifikasi Profesi.
4.10 Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor 1 / BNSP / VIII / 2017 tentang Pedoman
Pengembangan dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi.
8. Biaya Sertifikasi
8.1. Biaya sertifikasi kompetensi ditetapkan secara wajar, dengan memperhatikan biaya langsung
antara lain honor asesor dan biaya TUK, biaya tidak langsung antara lain transportasi,
akomodasi, dan biaya lain yang diperlukan, maka ditetapkan sebesar :
8.2. Sertifikasi kompetensi ditetapkan secara wajar, dengan memperhatikan biaya langsung
antara lain honor asesor dan biaya TUK, biaya tidak langsung antara lain transportasi,
akomodasi, dan biaya lain yang diperlukan.
8.3. Sumber dana pembiayaan sertifikasi dapat berasal dari peserta uji, industri, Yayasan, APBD,
APBN, dan biaya lain yang tidak mengikat.
8.4. Nominal biaya sertifikasi terlampir.
9. Proses Sertifikasi
9.1. Proses Pendaftaran
9.1.1. Pemohon memahami proses asesmen dari Skema Sertifikasi Okupasi Analis
Manajemen Risiko Organisasi Terintegrasi yang mencakup Persyaratan dan Ruang
Lingkup Sertifikasi, Penjelasan Proses Penilaian, Hak Pemohon, Biaya Sertifikasi dan
Kewajiban Pemegang Sertifikat.
9.1.2. Pemohon mengisi formulir Permohonan Sertifikasi (FR-APL-01) yang dilengkapi
dengan bukti:
9.1.2.1. Fotokopi KTP/Kartu Identitas Peserta;
9.1.2.2. Fotokopi Ijazah pendidikan terakhir minimum D3/Diploma Tiga;
9.1.2.3. Dokumen Surat Keterangan Kerja sesuai kualifikasi pengalaman kerja;
9.1.2.4. Fotokopi Sertifikat CRMO/Pelatihan Persiapan Uji Kompetensi ANAMROT;
9.1.2.5. Pas foto berwarna 3x4 sebanyak 2 (dua) lembar (latar belakang merah);
9.1.3. Pemohon mengisi formulir Asesmen Mandiri (FR-APL-02) dan dilengkapi dengan
bukti-bukti pendukung.
9.1.4. Pemohon telah memenuhi persyaratan dasar sertifikasi yang telah ditetapkan.
9.1.5. Pemohon menyatakan setuju untuk memenuhi persyaratan sertifikasi dan
memberikan setiap informasi yang diperlukan untuk penilaian.
9.1.6. LSP Manajemen Risiko menelaah berkas pendaftaran untuk mengkonfirmasi bahwa
pemohon sertifikasi memenuhi persyaratan.
Sebagai gambaran alur proses pelaksanaan sertifikasi dapat diperhatikan dalam Alur Proses
Sertifikasi berikut ini :
ALUR PROSES SERTIFIKASI / UJI KOMPETENSI
9.9.2. LSP Manajemen Risiko akan membuat kebijakan dan prosedur yang menjamin bahwa
semua banding ditangani secara konstruktif, tidak berpihak, dan sesuai dengan
tenggang waktu yang disepakati para pihak.
9.9.3. Penjelasan mengenai proses penanganan banding dapat diketahui publik tanpa diminta.
9.9.4. LSP Manajemen Risiko bertanggungjawab atas semua keputusan di semua tingkat
proses penanganan banding LSP Manajemen Risiko akan menjamin bahwa personil
yang terlibat dalam pengambilan keputusan proses penanganan banding berbeda dari
mereka yang terlibat dalam keputusan yang menyebabkan banding.
9.9.5. Penyerahan, investigasi dan pengambilan keputusan atas banding tidak akan
mengakibatkan tindakan diskriminatif terhadap pemohon banding.
9.9.6. LSP Manajemen Risiko akan menerima banding, dan memberikan laporan kemajuan
serta hasil penangannya kepada pemohon banding.
9.9.7. LSP Manajemen Risiko akan memberitahukan secara resmi kepada pemohon banding
pada akhir proses penanganan banding.
Lampiran (SSO-1-ANAMROT-X-2018)
Keterangan :
- Biaya tersebut belum termasuk biaya transport, akomodasi, penginapan dan konsumsi
(makan pagi dan malam) bagi peserta uji kompetensi.
- Biaya tersebut dapat berubah sewaktu-waktu dan diinformasikan minimal 30 hari sebelum
pelaksanaan uji kompetensi.