ABSTRAK
Terbentuknya endapan nikel di daerah tropis terjadi akibat proses pelapukan batuan ultrabasa yang kadar Ni-nya
mencapai 0,25%. Salah satu syarat terbentuknya endapan nikel yang baik adalah topografi yang landai sehingga air dapat
menyerap ke dalam tanah. Tujuan penelitian adalah mengetahui bentuk morfologi daerah penelitian dan pengaruh slope
terhadap kadar nikel. Metode yang digunakan adalah analisis statistik bivariat untuk menghitung derajat korelasi antara
variabel slope dan kadar Ni. Data slope diperoleh dari data topografi dan data kadar diperoleh dari data assay. Hasil
analisis menunjukkan nilai koefisien korelasi hitung -0,351 yang jumlahnya lebih besar dari nilai koefisien korelasi tabel
yang menunjukkan adanya korelasi antara variabel. Hal ini menunjukkan bahwa pada daerah yang curam cenderung kadar
nikelnya rendah sedangkan pada daerah yang landai cenderung kadar nikelnya tinggi.
Kata kunci: nikel laterit, slope, kadar, analisis statistik bivariat, korelasi.
PENDAHULUAN
Di pulau sulawesi terdapat kompleks Ofiolit METODOLOGI
Sulawesi, merupakan Kompleks Ofiolit terbesar ketiga di Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan.
dunia. Dalam bahasa asing Kompleks Ofiolit Sulawesi Tahapan awal dilakukan untuk mendapatkan informasi
disebut East Sulawesi Ophiolite Belt (ESOB) atau lajur dan gambaran mengenai keadaan daerah penelitian baik
Ofiolit Sulawesi Timur. Terbentuknya endapan nikel di itu geologi regional derah dan literatur-literatur lain yang
daerah tropis terjadi akibat proses pelapukan batuan berhubungan. Selanjutnya pada tahap kedua dilakukan
ultrabasa yang kadar Ni-nya mencapai 0,25% [1]. pengambilan data di lapangan. Tahap ketiga dilakukan
Topografi merupakan salah satu faktor yang analisis bivariat untuk mengetahui tingkat korelasi antara
mempengaruhi pembentukan nikel laterit. Topografi variabel morfologi dan variabel kadar.
daerah sekitar sangat mempengaruhi bagaimana air Tahapan pengambilan data dilakukan untuk
bergerak. Pada daerah yang landai, maka air akan bergerak mendapatkan data-data yang diperlukan untuk dianalisis.
secara perlahan sehingga akan mempunyai kesempatan Data-data yang diambil berupa data primer dan data
untuk terserap ke dalam tanah. Endapan akan terakumulasi penunjang lainnya yang dianggap perlu (sekunder).
pada daerah yang yang memiliki kemiringan landai hinga Pengumpulan data primer dilakukan untuk mendapatkan
sedang. Inilah alasan mengapa tebalnya hasil pelapukan data yang berhubungan langsung dengan objek masalah
turut dipengaruhi oleh bentuk topografi. Pada daerah yang seperti observasi, pengamatan, pengambilan, dokumentasi
curam jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak dan analisis laboratorium. Sedangkan data sekunder
dari pada air yang meresap sehingga dapat menyebabkan berupa data hasil pengeboran.
proses pengayaan nikel kurang intensif [2].
Morfologi adalah studi yang menggambarkan Teknik Pengolahan Data
bentuk bentang alam dan proses pembentukannya,
menyelidiki keterkaitan antara bentuk dan proses serta Tahapan ini menghubungkan data hasil
pengontrolnya. Pembagian satuan morfologi diperoleh pengeboran dengan kondisi tatanan geologi yang
dengan melakukan analisis langsung di lapangan dan berkembang pada daerah penelitian agar dapat diketahui
analisis peta topografi. Hasil analisis peta topografi hubungan penyebaran unsur nikel dan morfologi daerah
kemudian dibuatkan sayatan morfometri [3]. penelitian. Data tersebut akan diolah dan disajikan dengan
Geostatistik telah diterapkan secara luas untuk menggunakan beberapa software. MS Excel digunakan
estimasi kadar bijih dan pemodelan endapan mineral. untuk menganalisis korelasi tingkat kemiringan lereng dan
Alasan mengadopsi geostatistik adalah kelebihan nilai kadar secara kuantitatif. Variabel yang dimasukkan
geostatistik dalam hal interpolasi dan pemodelan secara adalah persen kemiringan lereng dan kadar Ni-nya. Data
tiga dimensi (3D) dan mempertimbangkan perilaku pengeboran yang dimaksud adalah data geologi, data
anisotropik dari data kadar Ni, menghasilkan model topografi, data assay dan data collar. Nilai korelasi
spasial yang lebih rumit dengan mempertimbangkan tersebut yang selanjutnya akan dianalisis dengan bantuan
perubahan lokal dalam nilai data [4]. tabel r.
Maka untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu
untuk mengetahui seperti bentuk-bentuk morfologi dan
bagaimana hubungan antara morfologi terhadap kadar
nikel laterit di daerah penelitian.
Jarak
Nomor Ni Fe MgO
kedalaman Zon
lubang bor (%) (%) (%)
(m)
Tanda negatif pada nilai r hitung memiliki arti. [6] Koike, K., Gu, B., Ohmi, M. 1998. “Three-
Apabila nilainya positif maka bertambahnya nilai variabel dimensional distribution analysis of phosphorus
x akan diikuti dengan bertambahnya nilai variabel y, content of limestone through a combination of
sedangkan apabila nilainya negatif maka bertambahnya geostatistics and artificial neural network”.
nilai variabel x akan diikuti dengan berkurangnya nilai Nonrenewable Resour. 7 (3), 197–210
variabel y. Karena r hitung nilainya negatif maka itu
artinya hubungan antara kedua variabel tersebut adalah [7] Arifin, M., Sri Widodo dan Anshariah. 2015.
negatif. Artinya bertambahnya nilai variabel slope akan “Karakteristik Endapan Nikel Laterit Pada Blok X
diikuti dengan berkurangnya nilai variabel kadar. PT Bintang Delapan Mineral Kecamatan Bahodopi
Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah”.
KESIMPULAN Jurnal Geomine, 1(1), 37-45.
Adapun kesimpulan dari hasil penelitian adalah [8] BAKOSURTANAL. 2002. “Standar Nasional
daerah penelitian terbagi atas satuan morfologi berombak Indonesia (SNI) untuk Peta Geomorfologi.”
(3 s/d 7%), satuan morfologi berombak sampai
bergelombang (8 s/d 13%), satuan morfologi [9] Bates, R.L. & Jackson, J.A. 1987, “Glossary of
bergelombang sampai berbukit (14 s/d 20%), dan satuan Geology”, 1997, 3rd American Geological Institute.
morfologi berbukit sampai pegunungan (21 s/d 55%).
[10] Coombes, J. 2008. “The Art and Science of Resource
Satuan morfologi berombak sampai bergelombang sangat
Estimation. Coombes Capability”, Perth p. 53-74.
dominan di daerah penelitian.
Hasil analisis statistik bivariat menunjukkan [11] Dorsser, H.J., van & AI, Salome. 1973. “Different
bahwa nilai koefisien korelasi adalah -0,351 maka dapat Methods of Detailed Geomorphological Mapping.
disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara variabel slope KNAG Geografich Tijdschrift”. Vol 7 (1).
dan variabel kadar Ni. Makna dari tanda negatif pada hasil
perhitungan adalah bahwa keterkaitan dua variabel [12] Golightly, J.P. 1979. “Nickeliferous Laterites : A
tersebut adalah saling berlawan. Artinya bertambahnya General Description”. International Laterit
nilai variabel slope akan diikuti dengan berkurangnya nilai Symposium New Orleans. Feb 19-21.
variabel kadar nikel begitu pula sebaliknya.
Saran [13] Hutton, J. 1785. “Theory of the Earth. The journal of
Melakukan penelitian lanjutan untuk korelasi the Royal College of Physicians of Edinburgh” 42(1),
kemiringan lereng dengan kadar menggukan analisis 87-9.
petrografi dan analisis menggunakan kriging model 3D
dan melakukan analisis pengaruh air tanah terhadap [14] Maulana, A. 2017. “Endapan Mineral”. Yogyakarta:
distribusi nikel. Penerbit Ombak.