9. Q : Fasilitas apa yang dimiliki SMBR untuk pendinginan batubara yang terbakar?
A : terdapat Hydrant di sekeliling stockpile
13. Q : Bagaimana manajemen/ kontrol batubara yang akan dipakai/ diambil dari
stockpile?
A : Manajemen
1. Pengendalian kualitas batubara melakukan kontrol terhadap batubara
produksi dengan melakukan sampling pada saat batubara ingin di loading
2. Pengendalian kualitas batubara memantau rencana setiap pemuatan batubara
dan mengatur agar kualitas batubara yang dikirim sesuai dengan spesifikasi
buyer
3. Pengendalian kualitas batubara memantau evaluasi perkembangan kualitas
batubara di stockpile.
4. Pengendalian kualitas batubara mengevaluasi atau mengontrol process
operasional yang dapat mempengaruhi kualitas batubara, yang dapat
menyimpang dari planning
Kontrol Batubara :
a. Kandungan Air Total (Total Moisture) Kandungan air total adalah banyaknya
air yang terkandung dalam batubara baik yang terikat secara kimiawi
(kandungan air bawaan) maupun akibat pengaruh kondisi luar (kandungan air
bebas). Kandungan air total sangat dipengaruhi oleh faktor keadaan seperti
ukuran butir dan faktor iklim.
b. Kandungan air bawaan (Inherent Moisture) Kandungan air bawaan adalah
kandungan air yang ada pada batubara bersama saat terbentuknya batubara
tersebut, yang terikat secara kimia dalam batubara. c. Zat Terbang (Volatile
Matter) Zat terbang merupakan senyawa organik dan anorganik ringan dalam
batubara yang terlepas selain komponen air pada pemanasan suhu tinggi. Zat
terbang ini berasal dari ikatan organik komponen batubara ataupun pengotor
organik yang terikat dalam batubara.
c. Karbon Tertambat (Fixed Carbon) Karbon tertambat adalah karbon yang
tertinggal setelah dilakukan pembakaran pada batubara sesudah penguapan
volatilematter.Dengan adanya pengeluaran zat terbang dan kandungan air,
maka karbon terhambat secara otomatis akan naik dan meningkatkan kualitas
batubara. pengukuran karbon tertambat merupakan bagian dari analisis
proximate. Karbon terhambat merupakan hasil pengurangan 100% dikurangi
kadar air bawaan (%), kadar abu (%), kadar zat terbang (%), jelasanya dapat
dilihat pada rumus di bawah ini: FC = 100% ─ IM ─ ASH ─ VM
Keterangan:
FC = Fixed Carbon (%) IM = Inherent Moisture (%) ASH = Ash Content (%) VM =
Volatile Matter (%)
d. Kandungan Abu (Ash Content) Kandungan abu merupakan sisa–sisa zat
anorganik yang terkandung dalam batubara yang berasal dari pengotor
bawaan saat terbentuk batubara maupun saat penambangan. Abu dalam
batubara merupakan residu anorganik yang tidak dapat terbakar sebagai sisa
hasil pembakaran batubara.
e. Total Sulfur Total sulfur adalah Sulfur yang terdapat pada batubara dalam
bentuk senyawa organik dan anorganik dapat dijumpai dalam bentuk mineral
pirit, markasit dalam bentuk sulfat.
f. Nilai Kalori (Calorific Value) Calorific Value atau nilai kalori yaitu jumlah panas
yang dihasilkan apabila sejumlah tertentu batubara dibakar. Panas ini
merupakan reaksi eksotermal yang melibatkan senyawaan hidrokarbon dan
oksigen. Nilai kalori ditentukan dari kenaikan suhu pada saat sejumlah tertentu
batubara dibakar. Nilai panas batubara dihitung berdasarkan selisish suhu awal
dan akhir pembakaran.Nilai kalori yaitu besarnya panas yang dihasilkan dari
pembakaran batubara yang dinyatakan dalam Kcal/kg. Nilai kalori dibagi
menjadi dua, yaitu :
1. Gross Calorific Value (GCV) adalah nilai kalori kotor sebagai nilai kalor hasil
dari pembakaran batubara dengan semua air dihitung dalam keadaan
wujud gas.
2) Net Calorific Value (NCV) adalah nilai kalori bersih hasil pembakaran
batubara dimana kalori yang dihasilkan merupakan nilai kalor. Harga nilai
kalori bersih ini dapat dicari setelah nilai kalori kotor batubara diketahui
Mengambil Dari StockPile
Di SMBR Sistem Pengambilan Batubara Dengan Prinsip FIFO karena alat yang
digunakan untuk mengambil stockpile Adalah Stacker dan Reclaimer.
Penumpukan Material Coal Perblayer digunakan Pada tumpukan Paling atas
sampai kebawah sampai Stockpile rata pada saat kondisi dipakai
15. Q : Bagaimana metode untuk pengambilan data suhu batubara? Kapan waktunya?
A : Dengan cara, mengetahui terlebih dahulu berapa lama Batubara tersebut belum
digunakan. Batubara yang belum digunakan dengan waktu lebih dari 3 minggu, akan
dilakukan pengukuran suhu dan monitor secara visual. Pengecekan suhu dengan
menggunakan thermo gun.
16. Q : Aspek keamanan apa saja yang di perlukan dalam penggilingan bahan bakar padat
A:
• kita harus tahu dulu apa itu Bahan bakar padat,Sifat dan klasifikasi bahan bakar
padat
• mengetahui apa itu karakteristik,kondisi dan batas ledakan dan kebakaran
• Perlindungan ledakan
tindakan preventive dan tindakan konstruktif
tindakan preventive ialah tindakan pencegahan,seperti :
1. pertahankan konsentrasi oksigen dalam sistem di bawah 10%
2. Kontrol suhu yang masuk dan keluar sistem
3. pemantauan suhu dan CO
4. inject dengan CO2 dan N2
5. kriteria design peralatan yg safety
6. pelatihan semua orang yang terlibat
tindakan konstruktif ialah Tindakan perlindungan ledakan pasif itu yang tidak
mencegah ledakan tpi meminimalisir dampak dari ledakan itu, seperti menambahkan
pressure vents atau explotion door pada sistem.
Pesan Kunci
• Jangan pernah meremehkan risiko ledakan yang terkait dengan debu yang mudah
terbakar.
• Anda dapat menggiling banyak bahan bakar padat tapi jangan pernah lupakan konsep
keselamatan dan realisasinya.
• Keamanan desain memiliki dampak besar pada biaya investasi.
• Konsep keselamatan tidak hanya mencakup hal-hal teknis - tetapi juga organisasi.
Q&A Environment
17. Q : Apa dampak signifikan dengan adanya program silvikultur yang ada di SMBR ?
A : Program penghijauan dg sistem silvikultur memberikan dampak yang signifikan pada
tingkat keberhasilan penanaman di SMBR. Sistem tersebut dilakukan dengan
budidaya tanaman secara intensif mulai dari perbanyakan bibit, penyemaian,
perawatan tanaman, hinggan penanaman. Sistem silvikultur jg diterapkan pada
proses penanaman dg modifikasi media tanam & posisi lubang tanam yang tdk
terlalu dalam. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kesiapan akar tanaman
yang ditanam pada lahan/tanah keras seperti lingkungan SMBR. Keberhasilan
penghijauan dg sistem silvikultur tentunya akan meningkatkan jumlah tanaman di
lingkungan perusahaan. Hal tersebut akan berdampak pada penyerapan co2,
perbanyakan suplai oksigen, pengurangan GRK & penyerapan debu semen melalui
proses penempelan pada daun tanaman.
19. Q : Bagaimana metode untuk pengambilan data suhu batubara? Kapan waktunya?
A : Dalam memyambut kebijakan tersebut, SMBR melakukan beberapa persiapan, selain
inspeksi rutin pada peralatan CEMS dan menjaga pola operasional pabrik, SMBR juga
melakukan kalibrasi CEMS dengan menggunakan metode US-EPA yang disyaratkan
oleh KLHK, dimana langkah yang dilakukan yaitu dengam cara RCA (Response
Corelation Audit) dan CGA (Cylinder Gas Audit)