Anda di halaman 1dari 30

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ 1

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional


REPUBLIK INDONESIA

Peningkatan Kualitas Kelembagaan


Perencanaan Pembangunan Daerah
Oleh:
Mohammad Roudo, ST, MPP, PhD
Kasubdit Keuangan Daerah
Direktorat Otonomi Daerah, Kementerian PPN/BAPPENAS

Disampaikan pada “Forum Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat”
Karawang, 27 Februari 2020
1. Pendahuluan

2
KAJI ULANG KEBIJAKAN 1969-1984
1969/70-1973/74 1974/75-1978/79 1979/80-1983/84
Isu • Krisis ekonomi, sosial • Oil Boom • External Shock: harga
dan politik • Penerimaan minyak turun
• Hyper-inflasi pemerintah • Resesi ekonomi dunia
• Pengangguran meningkat • Kesenjangan
• Defisit anggaran • Kesenjangan

Evaluasi • Pergeseran Pemb. • Pembangunan • Pengembangan


Kebijakan Politik ke ekonomi pertanian dan agroindustri
• Stabilisasi dan perdesaan • Delapan jalur
rehabilitasi • Penyediaan pemerataan
• Anggaran berimbang kebutuhan dasar • Pengembangan kredit
• Modal asing dan utang pendidikan dan mikro
luar negeri kesehatan
• Pembangunan • Inpres
pertanian dan Pembangunan
perdesaan Desa, Kab/Kota dan
Provinsi
Kinerja • Pertumbuhan ekonomi • Pertumbuhan • Pertumbuhan
Kebijakan 6% pendapatan per pendapatan per kapita
• Pendapatan per kapita kapita 4,2% 4,1%
5-6% • Jumlah penduduk • Penduduk miskin turun
• Penduduk miskin turun miskin turun menjadi menjadi 21,6%
dari 60% menjadi 40% 33,3%
KAJI ULANG KEBIJAKAN 1984-1996
1984/85-1988/89 1989/90-1993/94 1994/95-1996/97
Isu • Krisis ekonomi: • Repelita terakhir • Asian Tiger:
turunnya harga sebelum PJP II pertumbuhan 7% dan
minyak • Persiapan take-off inflasi <10% per tahun,
• Investasi stagnan • Pengangguran ekspor industri
• Pendapatan ekspor • Kesenjangan manufaktur dan non-
dan penerimaan migas
pemerintah turun
Evaluasi • Pembangunan • Penguatan • Investasi bidang industri
pertanian untuk keterkaitan • Pengembangan ekspor
Kebijakan swasembada beras ekonomi: pertanian non migas
• Industri substitusi dan industri • Pembangunan
impor • Investasi di bidang seimbang
• Peningkatan ekspor industri antarwilayah
non-migas • Pengembangan • Pemberdayaan
• Pengembangan UKM ekspor non-migas masyarakat: IDT,
PMT-AS, Takesra,
P3DT
Kinerja • Rata-rata • Pertumbuhan • Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi 7,8% 8%
Kebijakan ekonomi 6%, (1994) • PDRB per kapita 5,9%
Kemiskinan: 19,50%, • PDRB per kapita • Penduduk miskin 13,2%
TPT: 2,75% 5,7% • TPT: 4,87%
• Swasembada beras • Penduduk miskin
• Kesenjangan Jawa 13,7%
dan luar Jawa • TPT: 4,36%
KAJI ULANG KEBIJAKAN 1997-2004
1997-1999 2000-2001 2002-2004
Isu • Krisis moneter dan • Persiapan • Pelaksanaan otonomi
krisis ekonomi pelaksanaan otonomi daerah (big-bang)
• Krisis sosial daerah • Pemulihan dari krisis
• Krisis politik • Program ekonomi
• Tuntutan otonomi Pembangunan
daerah secara luas Nasional (PROPENAS)
Evaluasi • Structural Adjustment • Pemulihan ekonomi • Percepatan pemulihan
dari IMF lamban akibat ekonomi
Kebijakan • Jaring Pengaman kendala struktural • Pengalihan kewenang-
Sosial: raskin, PDMDKE • Daya beli rakyat an, sumberdaya, asset
dll masih rendah dan PNS ke daerah
• Pemberdayaan • Jaring Pengaman • Dana Perimbangan
masyarakat: P3DT, Sosial: raskin, Pusat dan daerah
PPK, P2KP, PARUL PDMDKE dll • Pemulihan ekonomi
dll. • Pemberdayaan belum optimal
• Penurunan pendapatan masyarakat: P3DT, • Stabilitas ekonomi
riil per kapita PPK, P2KP, PARUL makro pulih
• 3 Presiden dll.
Kinerja • Tahun 1999: • Tahun 2001: • Tahun 2004:
Pertumbuhan ekonomi: penduduk miskin pertumbuhan ekonomi
Kebijakan 0,79% menjadi 37,87 juta 5,03%
• Penduduk miskin 47,97 jiwa (18,41%), • TPT: 9,86%
juta (23,43%), pertumbuhan • penduduk miskin 36,15
• TPT: 6,36% ekonomi 3,64% juta jiwa (16,66%)
• Gini Rasio 0,355 (2005)
KAJI ULANG KEBIJAKAN 2005-2019
2004 – 2009 2010-2014 2015 – 2019
Isu • Pemilihan Presiden/ •Lambatnya Reformasi • Turunnya harga
Wapres secara langsung Birokrasi komoditas di pasar
• Konflik sosial dan •Lemahnya koordinasi global
terorisme antarkementerian/ • Perlambatan dan
• Pengangguran, lembaga kesenjangan
kemiskinan, dan korupsi •Lemahnya sinergi • Korupsi
• Persepsi masyarakat Pusat dan daerah • Politik dan ekonomi
kesejahteraan stagnan. •Meningkatnya masih terbelah
kesenjangan
•Korupsi

Evaluasi • RPJMN 2004-2009 • RPJMN 2010-2014 • RPJMN 2015-2019:


• BLT, Raskin, dan Buku III Nawacita
Kebijakan asuransi keluarga • 4 klaster:Jaminan • Bantuan Sosial dan
miskin, PNPM sosial, UMKM, KUR, Dana Desa
• Kinerja ekonomi makro PNPM • Poros maritim
baik • MP3EI dan MP3KI • Pembangunan dari
• Pengangguran dan • Kinerja ekonomi makro Daerah dan pinggiran
kemiskinan berkurang baik • Pembangunan
infrastruktur
Kinerja • Tahun 2009: • Tahun 2014: • Tahun Q1 2018:
Pertumbuhan ekonomi: Pertumbuhan Pertumbuhan
Kebijakan 5,00% ekonomi: 5,06% ekonomi: 5,27%
• Penduduk miskin 32,53 • Penduduk miskin • Penduduk miskin
juta (14,15%), 27,73 juta (10,96%), 25,95 juta (9,82%),
• TPT: 7,87% • TPT: 5,94% • TPT: 5,13%
• Gini Rasio: 0,367 • Gini Rasio: 0,414 • Gini Rasio: 0,39
7
PERUBAHAN TATANAN GLOBAL, NASIONAL DAN LOKAL
REPUBLIK INDONESIA

Demografi Global Kelas Menengah


Penduduk dunia menjadi 9,45 miliar (Asia 55%). Tren
Jumlah middle dan upper class
demografi global mendorong urbanisasi, arus migrasi,
lebih dari 84 persen (8,1 miliar)
dan penduduk usia lanjut.
yang didominasi oleh Asia dan
Amerika Latin.
Urbanisasi
Penduduk dunia yang tinggal di perkotaan
Persaingan Sumber Daya Alam
mencapai 66% dengan 95% pertambahan Peningkatan peranan ekonomi Asia dan
terjadi di emerging economies. penduduk di Afrika mendorong persaingan
merebutkan SDA. Technological
advancement meningkatkan efisiensi
eksploitasi SDA.
Peranan Emerging Economies
Output negara berkembang 71% dari total Teknologi
output dunia dengan Asia sebagai Megatren Tren perubahan teknologi yang didominasi
oleh teknologi informasi dan komunikasi,
pendorong utama sebesar 54%.
Dunia bioteknologi dan rekayasa genetik,
Perdagangan Internasional 2045 wearable devices, energi terbarukan,
otomatisasi, dan artificial intelligence.
Perdagangan global tumbuh 3,4% per
tahun. Negara berkembang menjadi poros
perdagangan dan investasi dunia dengan
Perubahan Iklim
pertumbuhan 6% per tahun. Tantangan pemanasan global semakin
besar (kejadian ekstrim dan perubahan
iklim jangka panjang. Suhu global
meningkat 3-3,5% tanpa adanya usaha
Keuangan Internasional menurunkan emisi.
Dominasi mata uang dunia bergesar dari dolar AS Perubahan Geopolitik
menjadi multi currency. Aset keuangan emerging Peningkatan peranan Cina, kerentanan di kawasan
economies diperkirakan melebihi negara maju. Timur Tengah, serta meningkatknya kelas baru dan
kelompok penentu 7
Perkembangan Landasan Konstitusional dan
Regulasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah di
Indonesia
Pasal 18A (1) UUD 1945
Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan
Pasal 18A (2) UUD 1945
Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan
pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara
antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan
undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan
keragaman daerah undang-undang

UU 1/1945 UU 22/1948 UU 1/1957 UU 18/1965 UU UU UU


5/1974 22/1999 32/2004 UU 23/2014

tentang tentang Pokok tentang Pokok tentang


Kedudukan Pokok Pokok tentang
Pemerintahan tentang
Komite Pemerintahan Pemerintahan tentang tentang Pemerintahan
Daerah Pokok-Pokok
Nasional di Daerah Daerah Pemerintahan Pemerintahan Daerah
Daerah Pemerintaha
n di Daerah
Daerah Daerah

UU 32/1956 UU 25/1999 UU 33/2004


tentang Perimbangan Keuangan antara Negara Dengan Daerah- tentang tentang Perimbangan Keuangan Antara
Daerah, yang Berhak Mengurus Rumah-Tangganya Sendiri Perimbangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
Keuangan Antara
Pemerintah Pusat
8 dan Daerah

Sumber: Kajian Evaluasi Dampak Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Bappenas (2017)
TANTANGAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

1. Integritas aparatur daerah dalam mengelola pemerintahan. Banyaknya oknum


badan eksekutif dan legislatif daerah yang terlibat dalam kasus KKN dapat membuat
pembangunan daerah terhambat. Hal ini kerapkali menjadi hambatan investasi
daerah.
2. Perkembangan kemajuan teknologi perlu diakselerasi terutama dengan cara
mengakselerasi kualitas pendidikan dan kemampuan aparatur daerah dalam
membuat regulasi yang responsif terhadap perkembangan teknologi. Pemerintah
Daerah perlu mempersiapkan strategi dalam menghadapi perkembangan teknologi
yang cepat agar dapat sejalan dengan pembangunan daerah yang berkelanjutan.
3. Budaya inovasi yang masih rendah. Peningkatan inovasi daerah perlu dibangun
oleh semua elemen publik. Perlu adanya kerjasama dengan institusi pendidikan dari
jenjang sekolah dasar dalam pengenalan teknologi.
4. Kemampuan fiskal daerah yang terbatas. Daerah perlu didorong untuk
meningkatkan kemampuan fiskal melalui BUMD dan kerjasama daerah sehingga
kemampuan membiayai pelayanan publik dapat meningkat.
5. Konektivitas dan harmonisasi pembangunan antar daerah dan pusat dengan
daerah belum terbangun. Masih tingginya ego sektoral menghambat pemerataan
pembangunan di Indonesia. Pelru dibangun roadmap konektivitas dan harmonisasi
pembangunan antar daerah dan pusat dengan daerah .
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN DAERAH DALAM PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PROPORSI TKDD TERHADAP TOTAL PENDAPATAN APBD


TAHUN 2013-2018 PROPORSI ALOKASI DANA TKDD NON DAK FISIK TERHADAP
93.40% REALISASI BELANJA OPERASIONAL APBD TAHUN 2013-2018
88.77%
107.57%
82.41% 82.42%
• Tingkat ketergantungan
81.51% 80.79% 100.96%
89.18% 90.12% 87.06%
69.83%
69.01%
63.91% 65.28%
83.53%
80.04%
84.82% 84.89%
83.57%
79.17%
daerah terhadap TKDD
62.32%
yang semakin meningkat,
Persentase (%)

Persentase (%)
69.92%
55.86% 54.25% 66.57% 66.54%
52.27% 62.74% 62.95%
50.23%
47.82% 47.66%
48.54%
khususnya kabupaten
• Peran TKDD terhadap
belanja APBD sangat besar
16.35%
• Tingkat Ketergantungan
10.92%
Belanja Operasional APBD
2013 2014 2015 2016 2017 2018 (Belanja Pegawai langsung
2013 2014 2015 2016 2017 2018 Tahun dan tidak langsung serta
Kabupaten Kota Provinsi Kabupaten Kota Provinsi
belanja barang dan jasa)
PROPORSI ALOKASI DAK FISIK TERHADAP BELANJA MODAL APBD PROPORSI ALOKASI DAK FISIK TERHADAP BELANJA MODAL APBD terhadap dana TKDD selain
TAHUN 2013-2018 TAHUN 2013-2018
94.27%
87.39%
DAK Fisik
49.85%
82.85% 83.62% 81.67% 82.67%
• Hampir 50% dari total
40.89%
70.26%
67.22%
64.65%
68.69%
36.09%
40.23% belanja modal di daerah
35.83%
62.47%
Persentase (%) 33.65%
(khususnya kabupaten)
Persentase (%)

58.33% 33.23%
55.04%
55.05%
50.71% 49.01%
48.59% 25.98%
24.36% berasal dari DAK Fisik
18.54%
16.80%
13.54%
11.32%
8.56% 8.34%
5.15% 6.63%
5.03%
11.23%

2013 2014 2015 2016 2017 2018


2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kabupaten Kota Provinsi
Kabupaten Kota Provinsi
11

REPUBLIK INDONESIA
VISI INDONESIA TAHUN 2045

INDONESIA Manusia Indonesia yang Pembangunan

2045
unggul, berbudaya, serta yang merata dan
menguasai ilmu inklusif
pengetahuan dan teknologi

Berdaulat, Maju, Adil dan


Makmur

Ekonomi yang maju Negara yang


dan berkelanjutan demokratis, kuat, dan
bersih
11
12

REPUBLIK INDONESIA
VISI INDONESIA TAHUN 2045
Pilar Pembangunan
PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PEMERATAAN PEMANTAPAN KETAHANAN
MANUSIA DAN EKONOMI YANG PEMBANGUNAN NASIONAL DAN TATA
PENGUASAAN IPTEK BERKELANJUTAN KELOLA
KEPEMERINTAHAN
Percepatan Taraf Pendidikan Peningkatan Investasi Percepatan
Rakyat Indonesia secara dan Daya saing ekonomi Pengentasan Demokrasi Substantif
Merata
Kemiskinan
Peningkatan Peran Percepatan Industri dan
Pariwisata Pemerataan
Kebudayaan dalam Reformasi Kelembagaan
Pembangunan Kesempatan Usaha
dan Birokrasi
Pembangunan Ekonomi dan Pendapatan
Peningkatan Sumbangan Maritim
Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi dalam Pemerataan Penguatan Sistem Hukum
Pembangunan Pemantapan Ketahanan Pembangunan Wilayah Nasional dan Antikorupsi
Pangan dan Peningkatan
Kesejahteraan Petani
Peningkatan Derajat Pembangunan Politik Luar Negeri Bebas
Kesehatan dan Kualitas Infrastruktur yang Merata Aktif
Hidup Rakyat Peningkatan Ketahanan dan Terintegrasi
Energi dan Air
Penguatan Pertahanan dan
Reformasi Ketenagakerjaan
Komitmen terhadap Keamanan
Lingkungan Hidup 12
5 ARAHAN UTAMA PRESIDEN
1 Pembangunan SDM
Membangun SDM pekerja keras yang dinamis, produktif, terampil, menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi didukung dengan kerjasama industri dan talenta global.

2 Pembangunan Infrastruktur
Melanjutkan pembangunan infrastruktur untuk menghubungkan kawasan produksi dengan
kawasan distribusi, mempermudah akses ke kawasan wisata, mendongkrak lapangan kerja baru,
dan mempercepat peningkatan nilai tambah perekonomian rakyat.

Pencapaian visi 2045 3 Penyederhanaan Regulasi


melalui transformasi
Segala bentuk kendala regulasi, terutama menerbitkan 2 undang-undang dengan pendekatan
ekonomi yang harus
omnibus law. Pertama, UU Cipta Lapangan Kerja. Kedua, UU Pemberdayaan UMKM.
didukung oleh
industrialisasi dengan 4 Penyederhanaan Birokrasi
memanfaatkan sumber
daya manusia, Memprioritaskan investasi untuk penciptaan lapangan kerja, memangkas prosedur dan birokrasi
infrastruktur, yang panjang, dan menyederhanakan eselonisasi.
penyederhanaan
5 Transformasi Ekonomi
regulasi dan birokrasi
Melakukan transformasi ekonomi dari ketergantungan SDA menjadi daya saing manufaktur dan
jasa modern yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi kemakmuran bangsa demi keadilan sosial
13
bagi seluruh rakyat Indonesia.
LOGICAL FRAMEWORK 7 AGENDA PEMBANGUNAN
Di dukung 3 SDM Berkualitas dan Berdaya Saing
oleh: 4 Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan
5
Pembangunan Infrastruktur

Dilaksanakan melalui: Sebagai Prasyarat:


7
1 Kondisi Polhukhankam yang
2 kondusif:
Transformasi ekonomi:
Wilayah sebagai Basis • Penyederhanaan regulasi
Rata-rata Pertumbuhan 6%
Pembangunan • Penyederhanaan
per tahun
birokrasi
• Stabilitas politik dan
pertahanan keamanan

Memperhatikan/
6 Lingkungan Hidup dan
mempertimbangkan
kondisi: Kerentanan Bencana
14
15

REPUBLIK INDONESIA
SASARAN PEMBANGUNAN 2020-2024

Tingkat Kemiskinan Pertumbuhan Ekonomi Rasio Gini


(persen) (persen) (indeks)

6,0 – 7,0 5,7-6,0 0,360 – 0,374


Mar 2019: 9,41 2015-2018: 5,0 Mar 2019: 0,382

Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca


Tingkat Pengangguran Indeks Pembangunan (GRK) menuju target 29% di 2030
Terbuka (TPT) (persen) Manusia (IPM) (nilai) (Paris Agreement)

3,6 – 4,3 75,54 27,3%


Agt 2019: 5,28 2018: 71,39 2018: 22,5%

Meningkatnya kesejahteraan rakyat dan kualitas manusia, menurunnya tingkat kemiskinan dan pengangguran,
berkurangnya kesenjangan pendapatan dan wilayah, serta terjaganya keberlanjutan lingkungan dan stabilitas ekonomi.

15
16
SASARAN PEMBANGUNAN WILAYAH 2020-2024
REPUBLIK INDONESIA

16
2. Perencanaan dan
Penganggaran

17
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Mewujudkan pembangunan daerah dalam Pemerintah Daerah dalam
rangka peningkatan dan pemerataan
pendapatan masyarakat, kesempatan kerja,
Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah
lapangan berusaha, meningkatkan akses dan Menggunakan Prinsip
Tujuan kualitas pelayanan publik dan daya saing
Perencanaan daerah. a. merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional;
Pembangunan
b. dilakukan pemerintah Daerah bersama para pemangku
Daerah kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-
Pasal 258 UU NO. 23 Tahun 2014 masing;
Pembangunan Daerah :
c. mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana
pembangunan Daerah; dan
Merupakan perwujudan dari pelaksanaan d. dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang
Urusan Pemerintahan yang telah diserahkan
ke Daerah sebagai bagian integral dari
dimiliki masing-masing Daerah, sesuai dengan dinamika
pembangunan nasional perkembangan Daerah dan nasional.

Tantangan
1. Ketidakpastian (uncertainty dan disruption),
Perencanaan 2. Sumberdaya yang terbatas,
Pembangunan 3. Fragmentasi dan keefektifan koordinasi antar organisasi.
Daerah 18
19
SISTEM PERENCANAAN
REPUBLIK INDONESIA

PEMBANGUNAN NASIONAL (SPPN)


RTRWN Renstra KL
Pedoman Renja - Pedoman
RKA-KL
Rincian

Pemerintah
KL APBN

Pusat
Bahan (diserasikan
Pedoman Bahan dlm RAKORPUS &
Diacu
Trilateral Meeting)

RPJP Pedoman RPJM Dijabarkan Pedoman


RKP RAPBN APBN
Nasional Nasional

Berpedoman Diserasikan melalui


Diacu Diperhatikan
(UU 23/2014) MUSRENBANG

RPJP Pedoman RPJM Dijabarkan RKP Pedoman


RAPBD APBD
Daerah Daerah Daerah

Pemerintah
Daerah
Pedoman Bahan Diacu Bahan

Renstra Pedoman Renja - Pedoman RKA - Rincian


RTRW daerah SKPD SKPD SKPD APBD

UU SPPN (No.25/2004)
UU KeuNeg (No.17/2003)
HUBUNGAN ANTARA RPJPN, RPJMN,
RENCANA STRATEGIS DAN RENCANA ANGGARAN
RPJPN VISI DAN MISI Komitmen Global:
SDG’s, Climate Change,
dan RTRW PRESIDEN Sendai Framework dll

12 3 4 12 3 4
RPJMD PROVINSI Rencana Strategis
5 Tahun RPJMN K/L
Outcome Impact dan/Outcome Outcome dan/Output
12 3 4
Rencana Kerja 12 3 4
Pembangunan Rencana Kerja Rencana Kerja
1 Tahun Pemerintah (RKP) K/L
Daerah (RKPD)
Output dan/Outcome Output dan/Outcome Output dan/Outcome

12 3 4 12 3 4 Rencana Kerja
1 Tahun APBD APBN Anggaran-
K/L
Input, Output dan/Outcome Input, Output dan/Outcome Input, Output dan/Outcome

12 3 4 12 3 4
Dokumen PELAKSANAAN Dokumen
Anggaran APBN Anggaran
Input dan Output Input dan Output Input dan Output 20
TITIK KRITIS PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
SINERGI PEMBANGUNAN PUSAT-DAERAH

MUSRENBANG RKP dan RENJA RAPBN dan


NASIONAL K/L RKA-K/L
3

1 6
PERAN
BAPPEDA
MUSRENBANG RKPD dan RENJA RAPBD dan Kinerja
PROVINSI OPD RKA-OPD pembangun
-an daerah
4 dan
nasional
2 PERAN 7
BAPPEDA
5
MUSRENBANG RKPD dan RAPBD dan
KABUPATEN/ KOTA RENJA SKPD RKA SKPD

21
Kebijakan Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran
PENDEKATAN PENYUSUNAN PERENCANAAN
1. Dasar Hukum: UU 25/2004 tentang SPPN dan P No.17 Tahun 2017 tentang
Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Tematik: fokus
2. Lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu: politik; perencanaan yang
teknokratik; partisipatif; atas-bawah (top-down); dan bawah-atas didetailkan Sampai
(bottom-up). dengan Program
Prioritas
3. Pendekatan Penyusunan (khususnya mulai RKP 2018) dilakukan melalui
pendekatan Money Follows Program.
Holistik: pendekatan
4. Penguatan dilaksanakan dengan Pendekatan Tematik, Holistik, menyeluruh dan
Integratif, dan Spasial dengan memperhatikan pada: komprehensif
DEFINISI PENDEKATAN THIS (TEMATIK-HOLISTIK, INTEGRATIF, DAN SPASIAL)
(hulu  hilir)

Penanganan secara menyeluruh dan


t erfokus pada kegiat an yang relevan
Integratif: integrasi dalam
dengan pencapaian t ujuan program siapa berbuat apa, dan
integrasi sumber
HOLISTIK priorit as
pendanaan (KL, APBD,
TEMATIK DAK, KPBU, PINA, dll).

Spasial: Keterkaitan
SPASIAL INTEGRATIF fungsi lokasi dari
Berbagai kegiatan
Kegiat an priorit as Ket erpaduan seluruh aspek yang terintegrasi
direncanakan berdasarkan yang saling memperkuat dan selaras
dat a dan informasi yang baik sert a lokasi unt uk mengarahkan out put kegiat an
yang jelas sehingga memudahkan proses agar t erint egrasi dan dapat mencapai 22
int egrasi dan pemant auan kegiat an di sasaran priorit as nasional.
Contoh Sinergi Pembangunan Pusat-Daerah (termasuk BUMN)

Pembangunan CONTOH : Kawasan


Terminal/Dermaga
Pelabuhan Laut Belawan Pariwisata Danau Toba
Phase I & II (APBN/PHLN)

 Penyediaan Air Baku


Kabupaten Samosir (APBN)

 Revitalisasi Kawasan Danau


Toba (APBN)

Jalan Palipi –
Parmonangan (DAK)
Jalan SP.Provinsi-Desa Pembangunan Jalan Tol
Hutarihit (DAK) Medan –Kualanamu –
Tebing Tinggi (APBN/PHLN)

Preservasi dan Pelebaran


Jalan Tele - Panguruan - Kerja sama daerah
Nainggolan - Onan Rungu pembangunan
(APBN/SBSN) pendidikan vokasi wisata

Pengembangan
Preservasi dan Pelebaran Bandara Silangit (BUMN)
Jalan Panguruan -
Ambarita - Tomok - Onan
Rungu (APBN/SBSN)

23
3. Peran BAPPEDA

24
Peran Bappeda dalam Proses Perencanaan
Tanggung Jawab Bappeda dalam Perencanaan berdasarkan
UU No 25 tahun 2004:
1. Pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan di Daerah Provinsi, Kabupaten, atau Kota
adalah Bappeda.
2. Menyusun RPJPD, RPJMD, dan RKPD serta menyelenggarakan Musrenbang.
3. Menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari SKPD sesuai
dengan tugas dan kewenangannya.
4. Menyusun evaluasi rencana pembangunan berdasarkan hasil evaluasi pimpinan SKPD.

Peran Bappeda berdasarkan


UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah:
Pasal 260 Bappeda mengoordinasikan, menyinergikan, dan
mengharmonisasikan Rencana pembangunan Daerah.
Dokumen perencanaan pembangunan Daerah terdiri atas:
a. RPJPD;
b. RPJMD; dan
c. RKPD. 25
Peran Bappeda dalam Proses Perencanaan
Tugas Bappeda dalam Perencanaan berdasarkan
Permendagri No 86/2017:
1. Melaksanakan tugas dan mengoordinasikan 5. Berkoordinasi dengan Perangkat Daerah dalam
penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan Forum Perangkat Daerah/lintas Perangkat
pelaksanaan rencana pembangunan Daerah; Daerah yang bertujuan untuk memperoleh masukan
2. Menyusun RPJPD, RPJMD, dan RKPD dan melakukan dalam rangka penajaman target kinerja sasaran,
koordinasi, sinergi dan harmonisasi dengan program & kegiatan, lokasi & kelompok sasaran yang
Perangkat Daerah dan pemangku kepentingan; telah disusun dalam rancangan Renstra & Renja
3. Melaksanakan dan mengkoordinasikan Musrenbang Perangkat Daerah;
RPJPD, RPJMD, dan RKPD; 6. Melaksanakan forum konsultasi publik untuk
4. Verifikasi Renstra Perangkat Daerah dan menjadikan menghimpun aspirasi atau harapan masyarakat
sebagai bahan masukan dalam rancangan awal terhadap tujuan, sasaran dan program pembangunan
RPJMD; serta Renja untuk masukan rancangan RKPD; Daerah.
7. Pengendalian dan evaluasi perumusan kebijakan
perencanaan pembangunan.

26
Peran Bappeda dalam Proses Perencanaan DAK

MENYUSUNAN MEKANISME PENDANAAN


PEMBANGUNAN DAERAH
Bappeda melakukan pemetaan pendanaan untuk
pembangunan daerah (termasuk yang perlu di danai PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN DAK
oleh DAK)
Bappeda dapat melakukan pemantauan dan
MENYUSUN PRIORITAS USULAN DAK evaluasi terhadap pelaksanaan DAK Fisik dan Non
Fisik
Bappeda menentukan prioritas usulan DAK
per Bidang disesuaikan dengan rencana SOSIALISASI PERENCANAAN DAK
pembangunan daerah
Bappeda perlu melakukan sosialisasi arah
ADMIN PADA APLIKASI KRISNA kebijakan DAK kepada seluruh OPD Teknis
pengampu DAK.
Bappeda sebagai lead dalam proses pengusulan,
sinkronisasi, sampai dengan proses
RK

27
PERAN STRATEGIS BAPPEDA KEDEPAN

1. Koordinator proses perencanaan pembangunan di daerah (penyusunan, pengendalian, dan evaluasi),


serta koordinator penyelenggaraan program dalam mengawal siklus pembangunan daerah
2. Agen perubahan pembangunan yang secara efektif menangkap berbagai isu strategis, serta
mengidentifikasi permasalahan, potensi, dan kebutuhan yang ada di masyarakat (khususnya tuntutan
perubahan peran pada era reformasi yang disebutkan pada UU 25/2004, UU 23/2014 dan PP 17/2017)
3. Simpul utama pembangunan daerah terutama yang berhubungan langsung dengan pelayanan
masyarakat (pemerataan) maupun pengembangan ekonomi lokal (pertumbuhan).
4. Jembatan serta penyelaras antar sektor, antar tingkatan pemerintahan daerah maupun pelaku
pembangunan.
5. Resource mobilizer dalam proses pembangunan di daerah yang memungkinkan meningkatnya kinerja
para pelaku pembangunan maupun pelayanan publik di daerah.

Untuk menjalankan pendekatan pembangunan berbasis Money Follow Program dan THIS,
diperlukan Sistem Integrator di Pusat dan Daerah

BAPPENAS BAPPEDA
Sebagai sistem integrator di Sebagai sistem integrator di
tingkat Pusat tingkat Daerah
28
JEJARING BAPPEDA

Pemerintah Pusat
Wilayah

BAPPEDA
Pelaku Provinsi Sektor

BAPPEDA Sektor
Pelaku
Kota/Kabupaten

Masyarakat

29
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai