Pembangunan Ekonomi
Pembangunan Ekonomi
03
Pembahasan
04
Kesimpulan
Latar Belakang
Ketimpangan
distribusi
Masalah Pendapatan dan Implementasi
kemiskinan.
MASALAH
• Kebijakan pusat tidak • Keempat wilayah ini menyumbang 72% PDB Nasional sumber daya alam minyak,
meningkatkan kesejahteraan gas.
masyarakat meskipun kekayaan • Munculnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM), aksi separatis yang semakin intens
alam tinggi. organisasi untuk Papua Merdeka.
• Sumber konflik vertikal karena masyarakat adat percaya bahwa mereka adalah
pewaris utama sumber daya alam di wilayahnya.
• Masyarakat adat tidak mendapatkan keuntungan kemakmuran daerah mereka.
Konflik Vertikal di Indonesia
Kasus suku Fak-Fak (Papua)
Perusahaan tambang Freeport
bergerak di bidang pertambangan
emas, tembaga, perak.
Ketidakadilan
memicu konflik. Dibutuhkan wadah untuk
Ex: Gerakan menampung aspirasi.
separatis.
Akita, 2002.
Dampak Awal Krisis Ekonomi
1997
Ketimpangan Antar Provinsi
• Ketimpangan antarprovinsi di Jawa-Bali memainkan peran utama dalam
pengurangan komponen ketimpangan antarprovinsi.
Akita, 2002.
• Alasan Jawa-Bali mengalami penurunan ketimpangan antarprovinsi antara tahun 1997 dan 1998 karena penurunan
yang besar di Jakarta dalam PDB per kapita relatif terhadap provinsi Jawa-Bali.
• Di Jakarta, sektor manufaktur, keuangan, dan konstruksi nonmigas berkontribusi signifikan terhadap pergeseran
bauran industri negatif yang besar, di mana pangsa PDB gabungan dari tiga industri yang terkena krisis terparah
mengalami penurunan sekitar 60%.
• Di Jawa Barat dan Jawa Timur, komponen pergeseran bauran industri juga negatif, karena pertumbuhan negatif yang
sangat besar di sektor manufaktur dan konstruksi nonmigas. Meskipun demikian, komponen pergeseran bauran
industri kurang signifikan karena keunggulan sektor pertanian di provinsi tidak begitu terpengaruh oleh krisis.
• Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara tampaknya memiliki keunggulan kompetitif di bidang manufaktur dan
perdagangan nonmigas.
• Ketimpangan antarprovinsi di Sumatera stabil antara tahun 1997 dan 1998. Di antara provinsi-provinsi di Sumatera,
kinerja Riau relatif baik.
Dampak Awal Krisis Ekonomi
1997
Ketimpangan Dalam Provinsi
• Peningkatan ketimpangan tersebut disebabkan peningkatan komponen
ketimpangan dalam provinsi, terutama di provinsi Riau, Jakarta, Jawa Barat
dan Jawa Timur.
Akita, 2002.
• Krisis ekonomi memiliki dampak buruk yang sangat kuat terhadap perekonomian wilayah metropolitan Jakarta Raya
(Jabotabek). Kemerosotan ekonomi yang parah di Jabotabek akan memiliki dampak langsung dan tidak langsung yang
sangat besar tidak hanya di kabupaten-kabupaten lain di Jawa-Bali tetapi juga di Pulau-Pulau Luar.
• Kondisi ekonomi Jabotabek yang sangat parah pada tahun 1998, menegaskan bahwa krisis ekonomi Indonesia adalah
krisis yang melanda daerah perkotaan di Jawa (Booth 2000).
• Di Sumatera, semua provinsi kecuali Sumatera Barat dan Riau mengalami penurunan ketimpangan dalam provinsi pada
tahun 1998.
• Seperti di Jawa-Bali, krisis ekonomi di Sumatera tampaknya telah melanda wilayah perkotaan besar paling parah.
• Dengan demikian, ketimpangan dalam provinsi memainkan peran yang semakin penting dalam menentukan
ketimpangan pendapatan daerah secara keseluruhan, yang diukur dengan menggunakan data tingkat kabupaten.
Faktor Disparitas Pendapatan
Daerah Budy P. Resosudarmo dan Yogi Vidyattama, 2006.
Insentif
Bantuan sosial tunai Stimulus tenaga
bersyarat/Program Keluarga usaha kesehatan
Harapan UMKM
Kemiskinan dan Ketimpangan
Distribusi Pendapatan Era Pandemi
Emile Durkheim 1893 yang berjudul "The Division
of Labor in Society"
• Masyarakat industri modern yang dicirikan melalui keragaman
identitas masyarakat saling membagi peran membuat mereka
saling tergantung satu sama lain.
• Kesadaran kolektif masyarakat di era industri modern dan
terutama dalam konteks informasi teknologi saat ini dinilai
“lemah”. Penggunaan media daring menyebabkan banyak
individu tidak lekat dengan kolektivitas di sekitarnya.
• Dalam situasi ketidaklekatan kolektifitas, pandemi COVID-19
memberikan “struktur baru” yang membuat manusia harus
bekerja kolektif untuk memastikan perubahan perilaku secara
kolektif sebagai satu-satunya cara memutus mata rantai
penyebaran virus
Kemiskinan dan Ketimpangan
Distribusi Pendapatan Era Pandemi
Kesadaran akan ketidaksetaraan
• Selaras dengan tumbuhnya kesadaran kolektif, pandemi COVID-
19 juga menguatkan kesadaran akan ketidaksetaraan dan
keberpihakan bagi kelompok terdampak.
• Pandemi ini juga memunculkan kelompok-kelompok miskin,
rentan dan tertinggal baru.
• Di tingkat makro, institusi finansial telah memprediksi bahwa
dampak ekonomi yang disebabkan pandemi COVID-19 lebih
buruk daripada krisis ekonomi Asia 1997-98 dan krisis finansial
global 2008.
• Kebijakan karantina dan pembatasan sosial berdampak terhadap
berbagai industri terutama di sektor wisata, perdagangan (terutama
nonpangan dasar), perhotelan, angkutan atau jasa transportasi, restoran,
kedai kopi, dan pertanian.
Kemiskinan dan Ketimpangan
Distribusi Pendapatan Era Pandemi
Tindakan Masyarakat
• Pembagian bahan pokok atau sering disebut “sembako” kepada
masyarakat yang paling rentan dan terdampak pandemi.
• Menjaga roda ekonomi lokal dan memastikan kelompok
ekonomi kecil dan rumah tangga masih memiliki pendapatan.
• Inisiatif dan tindakan masyarakat untuk saling mendukung,
mengingatkan akan pentingnya bertindak dan mengubah
perilaku sebagai bagian dari kesadaran kolektif.
Kesimpulan
• Pesatnya pertumbuhan ekonomi di Era Soeharto diiringi dengan meningkatnya ketimpangan, dan peningkatan
ketimpangan mengurangi dampak pertumbuhan terhadap penurunan kemiskinan.
• Alasan mengapa pertumbuhan kurang merata berkaitan dengan terbatasnya akses ke pendidikan di pedesaan,
peningkatan pertumbuhan sektor manufaktur tanpa diiringi dengan peningkatan sektor pertanian, dan masyarakat
tinggal di daerah terpencil luar jawa tidak memperoleh manfaat pertumbuhan ekonomi.
• Krisis ekonomi 1997 tidak hanya membayangi sektor keuangan tetapi juga sektor riil perekonomian. Ketimpangan
pendapatan daerah menerima perhatian publik yang besar di Indonesia, terutama karena masih adanya perbedaan
yang besar dalam indikator sosial ekonomi antar daerah dan provinsi.
• Konflik ketimpangan regional di Indonesia karena pemerintah gagal mengenali konsekuensi sosial politik dari
redistribusi kekayaan dari daerah kaya ke daerah miskin. Akibatnya distribusi sumber daya alam tidak merata dan
pusat perdagangan industri terkonsentrasi di beberapa daerah.
• Terdapat konvergensi pertumbuhan bersyarat di Indonesia, yang berarti bahwa PDB per kapita provinsi yang lebih
miskin tumbuh lebih cepat daripada provinsi yang lebih kaya.
Kesimpulan
• Penurunan kemiskinan yang lebih lambat yang diamati setelah krisis ekonomi kemungkinan besar disebabkan oleh
tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah yang terjadi selama periode pasca krisis ekonomi.
• Indonesia telah mengalami pengurangan kemiskinan yang jauh lebih lambat selama era paska krisis ekonomi
dibandingkan dengan era sebelum krisis.
• Secara umum, tidak ada bukti bahwa elastisitas pertumbuhan kemiskinan, yaitu penurunan angka persentase
kemiskinan akibat pertumbuhan ekonomi 1%, telah menurun setelah krisis.
• Pandemi COVID-19 secara tidak proporsional memengaruhi orang yang hidup dalam kemiskinan karena terbatasnya
fasilitas kesehatan, kehilangan lapangan pekerjaan sektor formal/informal, ketergantungan tinggi pada layanan
kesehatan dan pendidikan, dan tabungan sumber daya keuangan yang terbatas.
• Usaha pemerintah mengatasi perekonomian saat pandemi yaitu insentif untuk tenaga kesehatan, stimulus untuk
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dan bantuan sosial termasuk bantuan tunai bersyarat atau Program
Keluarga Harapan (PKH), kartu jatah atau Kartu Sembako dan tunjangan pengangguran bersyarat atau Kartu Prakerja.
DAFTAR PUSTAKA
• Akita, Takahiro & Armida S. Alisjahbana. 2002. Regional Income Inequality in Indonesia and the
Initial Impact of the Economic Crisis, Bulletin of Indonesian Economic Studies, Vol. 38, No. 2, p.
201-222
• Akita, Takahiro & Jesse Szeto. 2000. Inpres Desa Tertinggal (IDT) Program and Indonesian
Regional Inequality, Asian Economic Journal, Vol. 14(20.
• Arsyad, Lincolin. 2016. Ketimpangan Regional dan Sebaran Industri di Indonesia, dalam
Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi Ketiga, Bab 9, Yogyakarta, PT BPFE
• Tadjoeddin, Mohammad Z. et al. 2001. Regional Disparity and Vertical Conflict in Indonesia,
Journal of the Asia Pacific Economy, Vol. 6(3): 283–304.
• Booth, Anne. 2000. Poverty and Inequality in the Soeharto Era: An Assessment. Bulletin of
Indonesian Economic Studies, Vol. 36(1), pp. 73-104.
• Resosudarmo, Budy P. & Yogi Vidyattama. 2006. Regional Income Disparity in Indonesia: A Panel
Data Analysis. ASEAN Economic Bulletin, Vol. 23(1), pp. 31-44