Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

Sebaran Gas SO2 di Wilayah Jabodetabek Berdasarkan Data Ozone


Monitoring Instrument (OMI) pada Satelit Aura

SO2 Gas Distribution in Jabodetabek Based on Ozone Monitoring Instrument


(OMI) Data With Aura Satellite

Presli Panusunan Simanjuntak1*), Suryandi Imanuel1, Novita Sari1, Rista Hernandi Virgianto1
1
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
*)
E-mail: preslisimanjuntak06@gmail.com

ABSTRAK - Jabodetabek merupakan kawasan megapolitan terbesar di Indonesia dengan perkembangan sektor industri
yang meningkat setiap tahunnya. Peningkatan sektor industri ini menghasilkan masalah lingkungan. Dampak dari
kegiatan industri ini adalah pencemaran udara, salah satunya adalah pencemaran oleh gas SO2 (sulfur dioksida). Gas
SO2, merupakan gas polutan yang banyak dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung unsur
belerang seperti minyak, gas, batubara, maupun kokas. Selain SO2, pembakaran bahan bakar fosil juga menghasilkan
gas SO3. Kedua gas tersebut dikenal sebagai gas SOx (sulfur oksida). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui trend
sebaran polutan SO2 di wilayah Jabodetabek periode 2005-2018 dan menganalisis pola distribusi spasial dan temporal
gas SO2 di wilayah Jabodetabek. Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari software penginderaan jauh
berbasis web Giovanni untuk mencari data konsentrasi gas SO2 di dalam atmosfer wilayah Jabodetabek dan data hujan
BMKG di wilayah Jabodetabek periode 2005-2018. Berdasarkan hasil pengolahan software Giovanni dengan Aura
sebagai satelitnya, didapatkan trend konsentrasi SO2mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan di wilayah
Jabodetabek periode 2005-2018 dengan persamaan y = 3E-07x - 0.0088. Nilai tertinggi SO2 di wilayah Jabodetabek
terjadi pada bulan Februari 2014senilai 0.066 μg/m3 sedangkan yang terendah terjadi pada bulan Juli 2009senilai
0.0015 μg/m3. Pola distribusi sebaran gas SO2 di atmosfer wilayah Jabodetabek dipengaruhi oleh curah hujan pada
wilayah tersebut. Sebaran gas SO2 tertinggi pada saat musim hujan (DJF). Kota Tanggerang dan Kabupaten Tanggerang
adalah wilayah dengan nilai rata-rata total SO2 tertinggi di wilayah Jabodetabek.

Kata kunci: giovanni, Jabodetabek, pencemaran udara, penginderaan jauh, SO2

ABSTRACT -Jabodetabek is the largest megapolitan area in Indonesia with the development of the industrial sector
increasing every year.This increase in the industrial sector produces environmental problems.The impact of this
industrial activity is air pollution, one of which is pollution by SO2 gas (sulfur dioxide). SO2 gas (sulfur dioxide), is a
pollutant that is gas burning of fossil fuels that contain sulfur elements such as oil, gas, coal, and coke. SO2, gas
combustion also produces SO3, which together with SO2 gas, more commonly known as a gas Sox (sulfur oxide). This
study aims to determine the trend of SO2 pollutant distribution in the Jabodetabek region for the period 2005-2018 and
analyze the patterns of spatial and temporal distribution of SO2 gas in the Jabodetabek.This study uses data obtained
from web Giovanni based remote sensing software to look for data on SO2 gas concentrations in the atmosphere of the
Jabodetabek and BMKG rainfall data in the Jabodetabek for the period 2005-2018. Based on the results of processing
Giovanni with Aura software as satellites, the trend of SO2 concentration was found to have a not significant increase
in the Jabodetabek region for the period 2005-2018 with the equation y = 0.0001x + 0.0034. The highest value of SO2
in the Jabodetabek area occurred in February 2014 worth 0.066 µg / m3 while the lowest occurred in July 2009 worth
0.0015 μg /m3. The gas distribution pattern of SO2 distribution in the atmosphere of the Jabodetabek region is
determined by rainfall in the region. SO2 gas distribution is highest during the rainy season (DJF). Tanggerang City
and Tanggerang Regency are the regions with the highest total SO2 values in the Jabodetabek region.

Keywords: air pollution, Jabodetabek, giovanni , remote sensing, SO2

1. PENDAHULUAN

Jabodetabek merupakan kawasan megapolitan terbesar di Indonesia dengan perkembangan sektor industri
yang meningkat setiap tahunnya. Peningkatan sektor industri ini tidak diimbangi dengan penanggulangan
terhadap masalah lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan sektor industri tersebut dalam memenuhi
permintaan pasar. Berbagai macam kegiatan yang terkait dengan sektor industri mengakibatkan

264
Sebaran Gas SO2 di Wilayah Jabodetabek Berdasarkan Data Ozone Monitoring Instrument (OMI) pada Satelit Aura (Simanjuntak,
P.P., dkk)

meningkatnya pencemaran udara. Agar kualitas udara tetap terjaga maka diperlukan penanganan dampak
lingkungan untuk mereduksi pencemaran udara. Hal ini dilakukan untuk menciptakan keseimbangan antara
peningkatan ekonomi dan kestabilan kualitas udara.
Udara di atmosfer bumi merupakan campuran dari gas nitrogen (78%), oksigen (21%), gas argon (sekitar
1 %), karbondioksida (0.0035 %) dan sejumlah kecil uap air (sekitar 0.01 %).Pencemaran udara dapat
mengubah komposisi gas di atmosfer bumi. Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau
zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan
normalnya. Bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu
yang cukup lama maka menyebabkan perubahaan komposisi udara yang menganggu kehidupan manusia.
Bila keadaan seperti itu terjadi maka udara dikatakan telah tercemar (Winarso,1991).
Sulfur oksida (SOx) terdiri dari gas sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3) yang keduanya
mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam, tidak berwarna dan menimbulkan iritasi sedangkan gas
SO3 bersifat sangat reaktif (Wardhana, 2004). SO2 merupakan gas buang yang larut dalam air yang langsung
dapat terabsorbsi di dalam hidung dan sebagian besar saluran ke paru-paru. SO2 dapat menyebabkan
timbulnya keluhan kesehatan iritasi tenggorokan jika kadar SO2 tersebut mencapai 8-12 ppm (Depkes RI,
2007). SO2 merupakan sulfur oksida dominan yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Paparan langsung gas
SO2 terhadap membran mukosa tubuh manusia seperti mata, rongga hidung, dan paru-paru dapat
menimbulkan iritasi, reaksi tersebut mampu memindahkan hampir 90% gas SSO2 yang terhirup ke dalam
saluran pernapasan atas sehingga timbul rasa alergi, nafas terengah-engah, dan asma pada sebagian manusia
(Seinfeld dan Pandis, 2006).
Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya pencemaran udara adalah hujan. Hujan adalah sebuah
presipitasi berwujud cairan. Hujan didefinisikan sebagai butir-butir air yang keluar dari awan yang mencapai
permukaan tanah. Butir-butir air yang mencapai permukaan tanah minimal memiliki diameter lebih dari 0,5
milimeter (mm), bila kurang maka butir-butir air tersebut habis menguap sebelum mencapai permukaan
tanah (Tjasyono, 2004).
Penginderaan jauh dapat digunakan untuk mengukur besar nilai konsentrasi dari pencemaran udara.
Penginderaan jauh atau inderaja (remote sensing) adalah seni dan ilmu untuk mendapatkan informasi tentang
obyek, area atau fenomena melalui analisa terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa
kontak langsung dengan obyek, daerah ataupun fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer,1979). Ozone
Monitoring Instrument atau yang selanjutnya disingkat sebagai OMI adalah sebuah satelit yang mampu
menjadi sumber data profil ozon dan sebaran ozon secara global. OMI mampu menyediakan data SO2, profil
ozon, HCHO, BrO, OClO, dan NO2.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui trend dan pola sebaran kadar SO2 di wilayah
Jabodetabek serta komparasi konsentrasi SO2 pada tipe musim yang berbeda. Pembagian musim ini dibuat
berdasarkan pola curah hujan rata-rata selama 1981-2010.

2. METODE

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data SO2 (Column Amount (Clear, 0-30% Cloud)) hasil
unduhan dari software Giovanni pada satelit AURA dengan resolusi spasial 0.250 x 0.250 dalam jangka
waktu Januari 2005-Desember 2018 untuk wilayah Jabodetabek. Data curah hujan bulanan CMORPH
periode 2005-2018 dengan resolusi spasial 0.250 x 0.250, data diperoleh dari
https://iridl.ldeo.columbia.edu/SOURCES/.NOAA/.NCEP/.CPC/.CMORPH/. Tahapan yang dilakukan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Pengambilan data curah hujan dan sebaran konsentrasi SO2.
Proses pengambilan data curah hujan CMORPH di wilayah Jabodetabek pada periode 1981-2010
diunduh dari https://iridl.ldeo.columbia.edu/SOURCES/.NOAA/.NCEP/.CPC/.CMORPH/.
Sedangkan data sebaran konsentrasi SO2 diunduh dengan menggunakan software Giovanni pada
satelit AURA.
2. Analisis trendline konsentrasi SO2
Setelah data konsentrasi SO2 periode Januari 2005- Desember 2018 didapat, dibuat grafik trendline
dengan menganalisis kecenderungan garis rata-rata konsentrasi SO2 yang terjadi.

265
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

3. Analisis Pola distribusi SO2


a. Analisis temporal curah hujan Dalam tahap ini, dengan menggunakan data curah hujan akan
dihasilkan pembagian musim berdasarkan intensitas rataan curah hujan selama 30 tahun.
b. Analisis spasial dan temporal konsentrasi SO2.
Setelah pembagian musim berdasarkan intensitas curah hujan dilakukan, nilai konsentrasi
SO2akan dibandingkan di tiap musimnya, sehingga dapat ditentukan musim dengan besar
konsentrasi SO2 tertinggi dan terendah. Lalu sebaran konsentrasi SO2 di wilayah Jabodetabek
akan terlihat dengan titik koordinat sehingga dapat ditentukan wilayah dengan besar konsentrasi
SO2 tertinggi dan terendah.
4. Visualisasi hasil data dengan aplikasi ArcGIS
Setelah pengolahan data sebaran SO2, lalu overlay ke dalam peta administrasi Jabodetabek dengan
menggunakan aplikasi ArcGIS. Sehingga dapat dilihat sebaran konsentrasi SO2 pada wilayah
penelitian.
5. Pemaparan Hasil Analisis
Hasil dari proses analisis lalu dipaparkan dan ditarik kesimpulan mengenai pola distribusi
konsentrasi SO2 di daerah Jabodetabek

Gambar 1. Peta Wilayah Penelitian

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 TrendPolutan SO2 Wilayah Jabodetabek


Pada penelitian ini didapatkan hasil yang berupa besarnya tingkatan kolom pencemaran SO2 di lapisan
atmosfer, yang ada di atas wilayah penelitian dalam kurun waktu 14 tahun. Data harian digunakan ntuk
mengetahui perkembangan sebaran polutan dari tahun 2005-2018, data harian di rata-ratakan untuk
mendapatkan sebaran polutan SO2 setiap bulan dan setiap tahun. Besaran tingkat pencemaran yang
dihasilkan dari web based software Giovanni terdapat dalam satuan Dobson Unit (DU). Sehingga hasil perlu
dikonversi agar didapat hasil akhir satuan menjadi µg/m3 dengan perhitungan sebagai berikut :

............................................................ (1)
Dimana :

266
Sebaran Gas SO2 di Wilayah Jabodetabek Berdasarkan Data Ozone Monitoring Instrument (OMI) pada Satelit Aura (Simanjuntak,
P.P., dkk)

1 mol adalah 6.02 x 1023 molekul; berat jenis molekul SO2 adalah 64gr/mol dan elevasi PBL adalah 900 m
dpl.

1 DU = 0.03125 µg/m3

Berdasarkan pengolahan data diatas diperoleh besar konsentrasi gas SO2 pada bulan Januari 2005-
Desember 2018, dengan melakukan rata-rata terhadap data harian maka diperoleh data konsentarsi SO2
setiap bulannya.

Gambar 2. Trendline Konsetrasi SO2bulanan periode 2005-2018 wilayah Jabodetabek

Berdasarkan grafik konsentrasi SO2 bulanan periode 2005-2018 wilayah Jabodetabek diatas dapat dilihat
kandungan polutan SO2 tertinggi adalah pada Februari 2014 dengan nilai 0.66474 µg/m3, Januari 2011
adalah bulan dengan konsetrasi SO2 tertinggi kedua dengan nilai 0.01336 µg/m3 selanjuntnya tertinggi ketiga
pada Februari 2015 dengan nilai 0.01282 µg/m3. Kandungan polutan SO2 terendah pada Juli 2009 dengan
nilai 0.00155 µg/m3, Agustus 2013 bulan dengan konsetrasi SO2 terendah kedua dengan nilai 0.00166 µg/m3
selanjutnya terendah ketiga adalah Oktober 2011 sebesar 0.00175 µg/m3.
Secara umum trend konsentrasi SO2 mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan di wilayah
Jabodetabek periode 2005-2018 dengan persamaan y = 3E-07x - 0.0088. Nilai SO2 yang didapatkan dari
penelitian ini termasuk sangat kecil dikarenakan polutan SO2 sebelumnya telah terdispersi sebelum datanya
direkam oleh satelit. Pengambilan data myang dilakukan menggunakan satelit Aura dilakukan pada
ketinggian PBL (Planetary Boundary Layer), yaitu sekitar 1 km dari permukaan bumi. Hal ini menyebabkan
gas SO2terdispersi terlebih dahulu sebelum menjadi polutan.

3.2 Distribusi Temporal Curah Hujan Wilayah Jabodetabek

Berdasarkan data curah hujan CMORPH yang didapat dalam periode 2006 sampai 2018 maka diperoleh
rataan curah hujan per bulan selama 13 tahun.

Gambar 3. Rata-rata Curah Hujan Wilayah Jabodetabek

267
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

Dari grafik diatas dapat dilihat pola musimnya. Awal Musim Hujan (AMH) di mulai pada bulan
Desember dan Awal Musim Kemarau terjadi pada bulan Juni. Rata-rata musim hujan terjadi pada bulan
Desember, Januari dan Februari (DJF), musim peralihan hujan-kemarau pada Maret, April, Mei (MAM).
Untuk rata-rata musim kemarau terjadi pada Juni, Juli, Agustus (JJA) dan musim peralihan kemarau-hujan
pada September, Oktober dan November (SON).

3.3 Distribusi Spasial dan Temporal Gas SO2 di Wilayah Jabodetabek

Berdasarkan pola klasifikasi musim di wilayah Jabodetabek, dapat dibandingkan besar nilai sebaran
polutan SO2 setiap musimnya.

Gambar 4. Peta Pola Sebaran SO2 Wilayah Jabodetabek pada Musim Hujan (DJF)

Pada Gambar 4 terlihat bahwa pada saat musim hujan di bulan Desember hingga Februari, sebaran
polutan SO2 untuk wilayah Jabodetabek terlihat lebih tinggi di wilayah Kabupaten Bogor bagian barat,
sebagian Kota Tanggerang, Kabupaten Tanggerang dan Kota Tanggerang Selatan. Kabupaten Bogor bagian
barat memilki konsentrasi SO2 tertinggi mencapai 0.0094 µg/m3. Konsentrasi polutan SO2 terendah pada
musim hujan (DJF) secara umum berada di wilayah DKI Jakarta, Bekadi dan Depok.Untuk wilayah DKI
Jakarta, secara umum konsentrasi polutan pada periode musim hujan berkisar 0.0057 – 0.0069 µg/m3. Secara
umum saat periode musim hujan wilayah Jabodetabek bagian Selatan dan Barat lebih tinggi konsentrasi
polutan SO2 dibandingkan wilayah lainnya.

Gambar 4. Peta Pola Sebaran SO2 Wilayah Jabodetabek pada Musim Peralihan (MAM)

Pada Gambar 4 terlihat bahwa pada saat musim peralihan hujan-kemarau di bulan Maret hingga Mei
(MAM), konsetrasi polutan SO2 untuk wilayah Jabodetabek lebih rendah dibandingkan periode musim

268
Sebaran Gas SO2 di Wilayah Jabodetabek Berdasarkan Data Ozone Monitoring Instrument (OMI) pada Satelit Aura (Simanjuntak,
P.P., dkk)

sebelumnya (DJF). Sebaran polutanSO2tertinggi berbeda dari periode sebelumnya. Sebaran poluatan SO2
tertinggi pada periode musim peralihan hujan-kemarau berada di Kota Tanggerang, Kabupaten Tanggerang
dan Kabupaten Bogor bagian tenggara. Kota Tanggerang, Kabupaten Tanggeran dan Kabupaten Bogor
bagian tenggara memiliki konsentrasi polutan tertinggi mencapai 0.0056µg/m3. Untuk wilayah DKI Jakarta,
konsentrasi polutan SO2berkurang dari periode sebelumnya yaitu berkisar 0.0048- 0.0050µg/m3. Secara
umum saat periode musim peralihan hujan-kemarau wilayah Jabodetabek bagian Barat Laut dan Timurlebih
tinggi konsentrasi polutan SO2 dibandingkan wilayah lainnya.

Gambar 5. Peta Pola Sebaran SO2 Wilayah Jabodetabek pada Musim Kemarau (JJA)

Pada Gambar 5 terlihat bahwa pada saat musim kemarau di bulan Juni hingga Agustus (JJA), konsetrasi
polutan SO2 untuk wilayah Jabodetabek sedikit lebih rendah dibandingkan periode musim sebelumnya
(MAM). Konsentrasi polutan SO2tertinggi berada di barat laut hingga utara Jabodetabek.
KonsentrasiSO2tertinggi untuk periode musim peralihan hujan-kemarau (MAM) terjadi di Kota Tanggerang,
Kabupaten Tanggerang, Kota Tanggerang Selatan. Wilayah tersebut memilki konsentrasi polutan SO2
tertinggi pada periode ini sebesar 0.0053 µg/m3. Sementara konsetrasi SO2 diwilayah Bekasi menjadi yang
terendah untuk wilayah Jabodetabek pada periode ini sebesar 0.0027 µg/m3.Untuk wilayah DKI Jakarta,
konsentrasi polutan SO2berkurang dari periode sebelumnya yaitu berkisar 0.0035- 0.0039 µg/m3.

Gambar 6. Peta Pola Sebaran SO2 Wilayah Jabodetabek pada Musim Peralihan (SON)

Pada Gambar 6 terlihat bahwa pada saat musim peralihan kemarau-hujan di bulan September hingga
Oktober (SON), konsetrasi polutan SO2 untuk wilayah Jabodetabek berkurang dibandingkan periode musim
sebelumnya. Konsentrasi polutan SO2 tertinggi pada periode musim peralihan kemarau-hujan (SON) berada
di timur Jabodetabek. Konsentrasi SO2 tertinggi untuk periode musim peralihan hujan-kemarau (MAM)

269
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

terjadi di Kota Depok, Kabupaten Bogor bagia timur. Wilayah tersebut memilki konsentrasi polutan SO2
tertinggi pada periode ini mencapai 0.0042 µg/m3. Sementara konsetrasi SO2 diwilayah Jakarta Utara,
Jakarta Pusat, Bekasi menjadi yang terendah untuk wilayah Jabodetabek pada periode ini sebesar 0.0020
µg/m3. Untuk wilayah DKI Jakarta, konsentrasi polutan SO2 berkurang dari periode sebelumnya yaitu
berkisar 0.0020- 0.0035 µg/m3.

4. KESIMPULAN

1. Terjadi peningkatan pada grafik trendline gas SO2 (tidak signifikan) dimana nilai total besar gas SO2
di atmosfer wilayah Jabodetabek memiliki nilai tertinggi sebesar 0.66474 µg/m3 yang terjadi di bulan
Februari 2014 dan nilai terendah terjadi pada bulan Juli 2009 sebesar 0.00155 µg/m3.
2. Pola distribusi sebaran gas SO2 di atmosfer wilayah Jabodetabek dipengaruhi oleh curah hujan pada
wilayah tersebut. Sebaran gas SO2 tertinggi pada saat musim hujan (DJF).
3. Kota Tanggerang dan Kabupaten Tanggerang adalah wilayah dengan nilai rata-rata totalSO2tertinggi
di wilayah Jabodetabek.

5. UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Orangtua dan keluarga besar penulis, para dosen STMKG
khususnya dosen prodi Klimatologi, kepada teman-teman taruna/i Klimatologi Semester 7 STMKG yang
tetap setia dan selalu memberi dukungan kepada penulis.

6. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan R.I (2007). Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Jakarta: DepKes
RI
Hanafi, I.H. (2011). Aktifitas Penginderaan Jauh Melalui Satelit di Indonesia dan Pengaturannya Dalam Hukum Luar
Angkasa, Jurnal Sasi, Vol.17, No.2
Lillesand, T. M. dan Kiefer, R. W. (1979). Remote Sensing and Image Interpretation. John Willey and Sons, New York
Richards, J.A. dan Jia, X. (2006). Remote Sensing Digital Image Analysis: An Introduction.4th Edition. Springer, Berlin.
Seinfeld, J.H. dan Pandis, S.N. (2006). Atmospheric Chemistry and Physics:From Air Polluiton to Climate Change:
Second Edition, A Willey-Interscience Publication, Canada.
Simajuntak, A. G. (2007). Pencemaran Udara, Buletin LIMBAH, Vol.11, No.1
Tjasyono,B. (2004). Klimatologi.Bandung : Penerbit ITB
Wardhana, A. (2008). Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset. Yogyakarta
Wiharja. (2002). Identifikasi Kualitas Gas SO2 di Daerah Industri Pengolahan Logam Ceper. Jurnal Teknologi
Pertanian. Vol.3, No.3
Winarso, P.A. (1991). Studi Tentang Keasaman Air Hujan. Widyapura 5 (VII) : 55-59. Udara dan Bising. Jakarta

270

Anda mungkin juga menyukai