Anda di halaman 1dari 16

MODUL ETIKA DAN PERUNDANG-UNDANGAN FARMASI

(PSF 205)

MODUL 2
PROFESI, PRINSIP-PRINSIP PROFESIONALISME, KODE ETIK APOTEKER/
FARMASIS DAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG
TERKAIT DENGAN BIDANG FARMASI

DISUSUN OLEH
apt. Dra. Ayu Puspitalena RTR. MP

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 16
I. PROFESI DAN PRINSIP-PRINSIP PROFESIONALISME

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Mampu menjelaskan dan memahami mengenai profesi,
2. Mampu menjelaskan tentang professional, profesionalisme serta ciri-cirinya

B. Uraian dan Contoh

Menurut De George, profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan


pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
Adapun profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna
waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi.
Dengan demikian, seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan
mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan
tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama
sekedar sebagai hobi, untuk senang-senang atau untuk mengisi waktu luang.
Profesi mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus, diilaksanakan
sebagai suatu pekerjaan/kegiatan utama, dilaksanakan sebagai sumber nafkah
hidup, dan dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
Perbedaan profesi dengan hobi, hobi dijalankan demi kepuasan dan
kepentingan pribadi, tidak punya dampak dan kaitan langsung yang serius dengan
kehidupan dan kepentingan orang lain, tidak punya tanggung jawab moral yang
serius atas hasil pekerjaannya bagi orang lain serta bukan merupakan sumber
nafkah utama, sehingga tidak ada ketekunan dan disiplin yang terpola. Irama kerja
menurut mood. Adapun Profesi dituntut ketekunan, keuletan, disiplin, komitmen dan
irama kerja yang pasti, karena pekerjaan ini melibatkan secara langsung pihak-pihak
lain.
Orang yang professional mempunyai disiplin kerja yang tinggi, yang muncul dari
dalam dirinya sendiri, tidak karena orang lain. Disiplin, ketekunan, dan keseriusan
adalah perwujudan dari komitmen atas pekerjaannya. Orang yang profesional adalah
juga orang yang memiliki integritas pribadi yang tinggi dan mendalam. Ia tahu

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 16
menjaga nama baiknya, komitmen moralnya, tuntutan profesi serta nilai dan cita-cita
yang diperjuangkan oleh profesinya.

Ciri-ciri profesi sebagai berikut :


1. Adanya keahlian dan keterampilan khusus
2. Adanya komitmen moral yang tinggi yang diatur dalam aturan khusus disebut
dengan Kode Etik.
3. Orang yang profesional, hidup dari profesinya. Profesinya membentuk
identitas dari orang tersebut.
4. Pengabdian kepada masyarakat
5. Ada izin khusus untuk menjalankan profesi tersebut
6. Para profesional biasanya menjadi anggota dari suatu organisasi profesi,
misalnya IDI (dokter), IAI (apoteker), PII (Insinyur), dan sebagainya.

Prinsip-prinsip Etika Profesi berikut ini :


• Prinsip Tanggung Jawab yaitu tanggung jawab terhadap pelaksanaan
pekerjaan dan hasilnya, serta tanggung jawab atas dampak profesinya
terhadap kehidupan dan kepentingan orang lain.
• Prinsip Keadilan yaitu dalam menjalankan profesinya tidak merugikan hak
dan kepentingan pihak tertentu.
• Prinsip Otonomi yaitu merupakan prinsip yang dituntut oleh kalangan
profesional terhadap dunia luar agar mereka diberi kebebasan
sepenuhnya dalam menjalankan profesinya.
• Prinsip Integritas Moral yaitu mempunyai komitmen pribadi untuk menjaga
keluhuran profesinya.

Karakteristik profesional, yaitu :


1. Pengetahuan khusus dan faedah sosial
Dengan memiliki dan menggunakannya, memungkinkan praktisi melaksanakan
fungsi sosial yang bermanfaat.
Semua pekerjaan, kecuali pekerjaan kriminal akan memberikan manfaat positif
bagi masyarakat dan didasarkan pada pengetahuan khusus.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 16
2. Sikap dan perilaku profesional
Adalah pemilikan atas serangkaian sikap oleh para praktisinya yang
mempengaruhi perilaku profesionalnya. Komponen dasar dari rangkaian sikap
ini adalah altruisme (sikap mementingkan orang lain), yaitu kepedulian akan
kesejahteraan orang lain, tidak mementingkan diri sendiri.

C. Latihan

• Apakah definisi dari profesi ?


• Sebutkan ciri-ciri profesi !
• Sebutkan perbedaan hobi dengan profesi !

D. Kunci Jawaban

a. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk


menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian

b. Ciri-ciri profesi :
1. Adanya keahlian dan keterampilan khusus
2. Adanya komitmen moral yang tinggi yang diatur dalam aturan khusus
disebut dengan Kode Etik.
3. Orang yang profesional, hidup dari profesinya. Profesinya membentuk
identitas dari orang tersebut.
4. Pengabdian kepada masyarakat
5. Ada izin khusus untuk menjalankan profesi tersebut
6. Para profesional biasanya menjadi anggota dari suatu organisasi
profesi, misalnya IDI (dokter), IAI (apoteker), PII (Insinyur), dan
sebagainya

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 16
c. Perbedaan hobi dan profesi :
• Hobi :
- dijalankan demi kepuasan dan kepentingan pribadi.
- tidak punya dampak dan kaitan langsung yang serius dengan
kehidupan dan kepentingan orang lain, tidak punya tanggung
jawab moral yang serius atas hasil pekerjaannya bagi orang lain.
- bukan merupakan sumber nafkah utama, sehingga tidak ada
ketekunan dan disiplin yang terpola. Irama kerja menurut mood.
• Profesi :
- Dituntut ketekunan, keuletan, disiplin, komitmen dan irama kerja
yang pasti, karena pekerjaan ini melibatkan secara langsung
pihak-pihak lain

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 16
II. KODE ETIK

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Mampu menjelaskan dan memahami mengenai kode etik
2. Mampu memahami pentingnya kode etik farmasis dalam pelaksanaan
pengabdian profesinya di masyarakat

B. Uraian dan Contoh

1. Pengertian Kode Etik

Kode etik adalah pewujudan etika dalam bentuk aturan (code) tertulis yang
secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada pada
saat yang dibutuhkan. Kode etik bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi
segala macam tindakan yang secara logika rasional umum (common sense) dinilai
menyimpang dari kode etik serta menjadi pedoman bertingkahlaku yang berdimensi
moral.
Maksud dan tujuan kode etik adalah untuk mengatur dan memberi kualitas
kepada pelaksanaan profesi serta untuk menjaga kehormatan dan nama baik
organisasi profesi serta untuk melindungi publik yang memerlukan jasa - jasa baik
profesional
Karakteristik kode etik berikut ini :
1. Merupakan produk terapan, sebab dihasilkan berdasarkan penerapan etis
atas suatu profesi tertentu.
2. Kode etik dapat berubah dan diubah seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek).
3. Kode etik tidak akan berlaku efektif bila keberadaannya didrop begitu saja
dari atas sebab tidak akan dijiwai oleh cita -cita dan nilai yang hidup dalam
kalangan profesi sendiri.
4. Kode etik harus merupakan self regulation pengaturan diri dari profesi itu
sendiri yang prinsipnya tidak dapat dipaksakan dari luar.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 16
5. Tujuan utama dirumuskannya kode etik adalah mencegah perilaku yang tidak
etis.

2. Kode Etik Profesi

Menurut Undang-undang No. 8 tshum 1974 tentang Pokok=pokok


Kepegawaian, kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.
Etika profesi atau kode etik profesional membentuk pola perilaku, yaitu
menetapkan suatu pola perilaku diantara anggota profesi. Konsistensi perilaku
dibuktikan pada para klien profesi.
Banyak sekali tujuan kode etik profesi tersebut, yaitu :
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat
8. Menentukan baku standarnya sendiri
9. Melindungi anggota organisasi untuk menghadapi persaingan pekerjaan profesi
yang tidak jujur dan untuk mengembangkan tugas profesi sesuai dengan
kepentingan masyarakat
10. Menjalin hubungan bagi anggota profesi satu sama lain dan menjaga nama baik
profesi
11. Merangsang pengembangan profesi melalui kualifikasi pendidikan yang memadai
12. Mencerminkan hubungan antar pekerjaan profesi denan pelayanan masyarakat
dan kesejahteraan sosial
13. Mengurangi kesalahpahaman dan konflik baik dari antar anggota maupun dengan
masyarakat umum
14. Membentuk ikatan yang kuat bagi semua anggota dan melindungi profesi terhadap
pemberlakuan norma hukum yang bersifat imperatif sebelum disesuaikan dengan
saluran norma moral profesi

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 16
3. Kode Etik Apoteker Indonesia

Farmasi mempunyai legitimasi terhadap pengetahuan teoretis, tingkat


kewenangan pengambilan keputusan yang didukung secara sosial yang terus
berkembang, serta komitmen terhadap fungsi layanan yang diucapkan melalui kode
etik dan sumpah. Oleh karena itu, apoteker dapat dikatakan memiliki kedudukan
profesional.
Kode etik apoteker Indonesia berikut ini :
A. Kewajiban umum Apoteker harus :
1. Menjunjung tinggi, menghayati, mengamalkan Sumpah Apoteker ;
2. Berusaha dengan sungguh menghayati, mengamalkan Kode Etik
Apoteker Indonesia;
3. Menjalankan profesi sesuai kompetensi Apoteker Indonesia
mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam
melaksanakan kewajibannya
4. Aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan umumnya dan
bidang farmasi khususnya;
5. Menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri yang bertentangan
dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian;
6. Berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain;
7. Menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya;
8. Aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di
bidang Kesehatan dan farmasi

B. Kewajiban Apoteker terhadap penderita :


- Mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi
Penderita dan melindungi mahluk hidup insani

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 16
C. Kewajiban Apoteker terhadap teman sejawat harus :
1. Memperlakukan teman sejawat secara sebenarnya;
2. Saling mengingatkan dan menasehati untuk patuh pada kode Etik;
3. Mempergunakan kesempatan untuk meningkatkan kerjasama farmasis
memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian dan saling
percaya dalam menunaikan tugasnya;

D. Kewajiban Farmasis terhadap sejawat petugas kesehatan lainnya :


1. Mempergunakan kesempatan membangun dan meningkatkan
hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai,menghormati
sejawat petugas kesehatan;
2. Hendaknya menjauhkan diri dari tindakan/perbuatan yang
mengakibatkan berkurang/ hilangnya kepercayaan masyarakat kepada
sejawat petugas kesehatan lainnya

C. Latihan

1. Apakah yang dimaksud dengan Kode Etik ?


2. Sebutkan 5 tujuan dari kode etik profesi!
3. Sebutkan kode etik apoteker Indonesia terkait kewajibannya terhadap
teman sejawat!

D. Kunci Jawaban

1. Kode etik adalah pewujudan etika dalam bentuk aturan (code) tertulis yang
secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang
ada pada saat yang dibutuhkan.
2. Tujuan kode etik profesi tersebut, yaitu :
• Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
• Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
• Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
• Untuk meningkatkan mutu profesi
• Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 16
3. Kewajiban Apoteker terhadap teman sejawat harus :
- Memperlakukan teman sejawat secara sebenarnya;
- Saling mengingatkan dan menasehati untuk patuh pada kode Etik;
- Mempergunakan kesempatan untuk meningkatkan kerjasama farmasis
memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian dan saling percaya dalam
menunaikan tugasnya

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 16
III. PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT
DENGAN BIDANG FARMASI

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Mampu menjelaskan dan memahami mengenai peraturan dan perundang-
undangan yang terkait dengan bidang farmasi
2. Mampu menjelaskan dan memahami undang-undang kesehatan, praktek dan
perlindungan konsumen

B. Uraian dan Contoh

1. Undang-undang Kesehatan

Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diterbitkan pada


tanggal 13 Oktober 2009, terdiri dari 22 bab dan 205 pasal. Pada mata kuliah ini
akan dibahas beberapa pasal terkait dengan materi Etika dan Perundang-undangan
Farmasi.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan
perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap
hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan:
1. Pelayanan kesehatan adalah hak setiap orang
2. Peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa
3. Gangguan kesehatan merugikan ekonomi bangsa, peningkatan
kesehatan investasi bangsa
4. Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan bertahan
hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi – tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan SDM yang produktif secara sosial dan ekonomis

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 /
16
5. Regulasi yang ada saat ini sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum

Berikut beberapa definisi berdasarkan Undang-undang Kesehatan 36


tahun 2009 :
• Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis
• Perbekalan Kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan upaya Kesehatan
• Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetika
• Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan
yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh
• Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya Kesehatan
• Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
untuk manusia.
• Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 /
16
Dalam menjamin ketersediaan obat keadaan darurat, Pemerintah dapat
melakukan kebijakan khusus untuk pengadaan dan pemanfaatan obat dan bahan
yang berkhasiat obat.
Pengelolaan perbekalan kesehatan dilakukan agar kebutuhan dasar
masyarakat akan perbekalan kesehatan terpenuhi. Pengelolaan perbekalan
kesehatan yang berupa obat esensial dan alat kesehatan dasar tertentu
dilaksanakan dengan memperhatikan kemanfaatan, harga, dan faktor yang berkaitan
dengan pemerataan
Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat/bermanfaat,
bermutu, dan terjangkau, seperti yang disebutkan dalam pasal 98 ayat 1. Pada ayat
2 nya, disebutkan bahwa setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan
dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan dan mengedarkan
obat dan bahan yang berkhasiat obat.
Dalam pasal 108 ayat 1, dikatakan praktik kefarmasiaan adalah pembuatan
termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Sumber daya di bidang kesehatan dibahas pada bab V, yaitu :
• Bagian kesatu : Tenaga Kesehatan (pasal 21 – pasal 29)
• Bagian kedua : Fasilitas Pelayanan (pasal 3- - pasal 35)
• Bagian ketiga : Perbekalan Kesehatan (pasal 36-41)
• Bagian keempat : Tehnologi dan Produk Teknologi (pasal 42-45)

2. Undang- undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diterbitkan


pada tanggal 20 April 1999, terdiri dari Bab 15 dan 65 pasal, dengan tujuan :
• Meningkatkan kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri
• Menghindarkan dari akses negatif
• Meningkatkan pemberdayaan konsumen
• Mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 12 /
16
• Menumbuhkan sikap yg jujur dan bertanggung jawab
• Meningkatkan kualitas jasa untuk menjamin keamanan, kenyamanan dan
keselamatan
Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Adapun
konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa, untuk kepentingan
sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan/ badan usaha,
badan hukum/tidak, didirikan/ berkedudukan/melakukan kegiatan di Indonesia, baik
sendiri/bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
bidang ekonomi.
Hak Farmasis sebagai pelaku usaha sebagai berikut :
• Menerima pembayaran sesuai dgn kesepakatan mengenai jenis dan
kondisi barang (obat) serta nilai jasa
• Mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yg beritikat tidak
baik
• Melakukan pembelaan diri
• Rehabilitasi nama baik apabila secara hukum bahwa kerugian konsumen
tidak diakibatkan oleh jasa pelayanan dan barang (obat) yang diberikan
Kewajiban Farmasis sebagai pelaku usaha sebagai berikut :
• Beritikat baik dalam melakukan pelayanan
• Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur
• Memperlakukan dan memberikan pelayanan dan barang (obat) kepada
konsumen/pasien secara jujur, benar dan tidak diskriminatif
• Menjamin mutu pelayanan (kompetensi) berdasarkan standar mutu
pelayanan (standar kompetensi) yang berlaku
• Memberi kompensasi atau ganti rugi akibat kerugian atas pemberian
pelayanan/barang (0bat) yang tidak sesuai
Hak, kewajiban dan tanggung jawab tenaga Kesehatan (nakes) dikaitkan
dengan UU Kesehatan :
• Pasal 50, didalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan maka nakes
bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan sesuai dengan
bidang keakhlian atau kewenangan nakes yang bersangkutan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 /
16
• Pasal 53 (1), Nakes berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya
• Pasal 53 (2), Nakes dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban
mematuhi standard profesi dan menghormati hak pasien :
o Hak atas informasi
o Hak memberikan/menolak persetujuan
o Hak atas pendapat kedua
o Hak atas rahasia kedokteran/kefarmasian
• Pasal 54, tindakan disiplin dapat dikenakan terhadap nakes yang
melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya

C. Latihan

1. Sebutkan Undang-undang Kesehatan yang berlaku saat ini!


2. Sebutkan tujuan pembangunan Kesehatan !
3. Jelaskan apa yang disebut dengan tenaga Kesehatan !
4. Apakah yang dimaksud dengan konsumen?
5. Sebutkan kewajiban Farmasis sebagai Pelaku Usaha!

D. Kunci Jawaban

1. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diterbitkan


pada tanggal 13 Oktober 2009
2. Tujuan pembangunan Kesehatan :
• Pelayanan kesehatan adalah hak setiap orang
• Peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa
• Gangguan kesehatan merugikan ekonomi bangsa, peningkatan
kesehatan investasi bangsa
• Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
bertahan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan SDM yang produktif secara sosial dan
ekonomis

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 /
16
3. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya Kesehatan
4. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa, untuk
kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan
5. Kewajiban Farmasis sebagai pelaku usaha sebagai berikut :
• Beritikat baik dalam melakukan pelayanan
• Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur
• Memperlakukan dan memberikan pelayanan dan barang (obat) kepada
konsumen/pasien secara jujur, benar dan tidak diskriminatif
• Menjamin mutu pelayanan (kompetensi) berdasarkan standar mutu
pelayanan (standar kompetensi) yang berlaku
• Memberi kompensasi atau ganti rugi akibat kerugian atas pemberian
pelayanan/barang (0bat) yang tidak sesuai

E. Daftar Pustaka

1. Anonim. 2009. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


Departemen Kesehatan RI, Jakarta (dan peraturan lain yang mendukung)
2. Anonim, 1999, Undang-Undang RI no 8 tahun 1999. Jakarta (dan peraturan
lain yang mendukung)
3. Hanafiah J, Amir Amri, 2004. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi 3.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
4. Martin MW, Schinzinger R. 1994. Etika Rekayasa, terjemahan oleh Widodo P.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 15 /
16

Anda mungkin juga menyukai