Suatu hari, penggembala itu merasa bosan dengan rutinitas yang ia lakukan setiap hari. Terbesit
dalam pikirannya, ide untuk menjahili dan mengerjai orang-orang kampung. Tanpa pikir
panjang, dia berpura-pura lari ke pinggir kampung sambil berteriak, “Serigala..!! serigala..!!
tolong ada serigala.!!”
Mendengar teriakan itu, sontak orang-orang kampung berhamburan keluar dari rumahnya.
Mereka berlarian hendak menolong sang penggembala. Sampai-sampai mereka membawa alat-
alat yang bisa di gunakan untuk menghalau dan mengusir para serigala.Namun alangkah terkejut,
ketika sampai di padang rumput, mereka tak melihat ada serigala seekor pun. Mereka hanya
melihat si penggembala yang tertawa terbahak-bahak menertawakan mereka.
Orang-orang kampung tentu sangat jengkel dengan perbuatan dirinya. Dengan perasaan geram,
mereka kembali ke rumah masing-masing.
Namun, tidak disangka beberapa saat kemudian, orang-orang kampung mendengar kembali
teriakan si penggembala yang meminta tolong dari serangan serigala. Mereka pun langsung
berlari sebagaimana yang pertama kali mereka lakukan. Tapi lagi-lagi mereka tak menemukan
adanya serigala, dan penggembala itu lagi-lagi tertawa terbahak-bahak kepada mereka. Orang-
orang pun kemudian kembali menggerutu dan pulang ke tempat masing-masing. Tak puas
dengan itu, si penggembala mengulangi hal yang sama. Dia kembali berbohong tentang adanya
serigala, dan untuk ke sekian kalinya orang-orang kampung tertipu.
Hingga tibalah waktu sore, di mana dirinya harus kembali membawa kambing-kambingnya
pulang ke kandang. Tapi ketika dia mau menggiring kambing, tiba-tiba segerombolan serigala
datang dan mengejar kambing-kambingnya untuk di mangsa.
Tentu saja penggembala itu ketakutan dan lari terbirit-birit ke perbatasan kampung. “Tolong..!!
ada serigala.. ada serigala..!!” teriaknya.
Nahas, tak ada satu orang pun yang datang membantunya. Karena mereka berpikir bahwa si
penggembala itu sedang berbohong lagi. Akhirnya, semua kambing yang ia gembalakan habis di
mangsa oleh kawanan serigala, dan si penggembala itu hanya bisa menangis menyesali
perbuatannya.
b. Amanat
Jangan pernah sekali-kali kita berbohong. Karena sekali saja kita berbohong, maka tak
ada yang akan percaya lagi pada kata-kata kita. Meskipun pada waktu itu kita sedang
berkata jujur.
Abdullah bin Ubay dikenal sebagai ‘pentolan’ pengkhianat di masa Rasulallah. Tak Cuma itu, ia
bahkan juga dicap sebagai munafik, yaitu suka berdusta dan mengingkari janji
Awalnya, Abdullah bin Ubay diangkat sebagai penguasa Madinah. Begitu Nabi Muhammad
SAW hijrah ke kota Madinah, pamor Abdullah memudar seketika. Abdullah memandang
kedatangan Rasullah telah merampas haknya sebagai raja
Bahkan masyarakat setempat mengangkat Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpinnya.
Melihat hal itu, Abdullah lantas marah besar, kebenciannya terhadap sang Rasul semakin
memuncak.
Tak seperti Abu Lahab yang menunjukkan rasa bencinya, Abdullah justru mengaku beriman di
hadapan Rasulullah. Namun di balik itu, ia menjelek-jelekkan nabi dan umat Islam. Abdullah
juga sering mengadu domba agar orang-orang menyerang para umat Islam
Puncak pengkhianatan Abdullah bin Ubay terjadi saat sang rasul dan pasukan dalam perjalanan
menuju ke Uhud untuk berperang (Perang Uhud). Ia membelot dan membawa 300 orang
bersamanya untuk bergabung bersama musuh. Kendati demikian, Rasulullah dan pengikutnya
tetap berperang melawan kaum Quraisy selama kurang lebih 7 hari. Banyak korban berjatuhan,
termasuk para sahabat dan keluarga nabi. Akibatnya pasukan muslim pun mundur dan
mengumumkan kemenangan kaum Quraisy