Anda di halaman 1dari 29

VISI

Terwujudnya Keindahan Kodrati Manusia


Realized of The Beauty of Mankind

MISI
1. Meyakini Harkat Hidup Manusia adalah Tak Ternilai
Dignity and Self Respect
2. Menjunjung Kemuliaan Hidup Semua Makhluk
Uphold Each Value of Life
3. Mengasihi Alam Semesta
Loving Nature
4. Mewujudkan Dunia Satu Keluarga
Realizing Universal Family

MOTO
Antusias - Ramah - Kasih
Enthusiasm - Passion - Love

–0–
DAFTAR ISI
BAB I Pasal 1 Pengertian 4
KETENTUAN UMUM Pasal 2 Kedudukan Peraturan Kepegawaian 5
Pasal 3 Tujuan Pembinaan Pegawai 5
Pasal 4 Asas Pembinaan Pegawai 5
Pasal 5 Prinsip Pembinaan Pegawai 5
Pasal 6 Penggolongan dan Status Pegawai 6
Pasal 7 Tanggung Jawab Yayasan 6
Pasal 8 Tanggung Jawab Pegawai 6
Pasal 9 Struktur Peraturan Kepegawaian 7
Pasal 10 Ketentuan Umum Mengenai Imbal Jasa 7
Pasal 11 Perjanjian Kerja 7

BAB II Pasal 12 Penerimaan Pegawai 8


PENERIMAAN PEGAWAI Pasal 13 Persyaratan Penerimaan Pegawai 8
Pasal 14 Pengangkatan dan Penempatan Pegawai 8
Pasal 15 Nomor Induk Yayasan 9
Pasal 16 Hari Efektif Kerja 9
Pasal 17 Kalender Pendidikan Maitreyawira 9
Pasal 18 Kompetensi Pegawai 9
Pasal 19 Komunikasi Pegawai 9
Pasal 20 Kehadiran Kerja 10
Pasal 21 Kerja Lembur 10
Pasal 22 Etika dan Budaya Kerja 11
Pasal 23 Kehilangan Barang 11
Pasal 24 Etika Berpenampilan 11
Pasal 25 Etika Berkendaraan 12
Pasal 26 Diklat Pembinaan Pegawai 12
Pasal 27 Hasil Pekerjaan 13
Pasal 28 Les Privat dan Lembaga Pendidikan 13

BAB III Pasal 29 Pengawasan 14

HUBUNGAN KERJA, Pasal 30 Pemantauan/Supervisi/Monitoring 14


PEMBERDAYAAN, DAN Pasal 31 Penilaian 14
PENILAIAN PEGAWAI
Pasal 32 Tindak Lanjut Pengawasan 14
Pasal 33 Jenis Jabatan 15
Pasal 34 Syarat Jabatan 15

–1–
BAB IV Pasal 35 Tujuan Kesejahteraan 17
KESEJAHTERAAN Pasal 36 Jenis Kesejahteraan 17
PEGAWAI Pasal 37 Gaji 17
Pasal 38 Perlengkapan Kerja 18
Pasal 39 Keselamatan Kerja 18
Pasal 40 Program BPJS Ketenagakerjaan 18
Pasal 41 Program BPJS Kesehatan 18
Pasal 42 Program BPJS Jaminan Pensiun 18
Pasal 43 Tunjangan Hari Raya 18
Pasal 44 Fasilitas Pendidikan Anak Pegawai 19
Pasal 45 Bantuan Dukacita 19
Pasal 46 Bantuan Pernikahan 19
Pasal 47 Hari Libur 19
Pasal 48 Prosedur Cuti 19
Pasal 49 Cuti Bersalin 20
Pasal 50 Izin Meninggalkan Pekerjaan 20
Pasal 51 Izin Waktu Kerja 21
Pasal 52 Rekreasi 21
Pasal 53 Penghargaan 21

BAB V Pasal 54 Disiplin dan Tindakan Disiplin 22


Pasal 55 Dasar Tindakan Disiplin 22
DISIPLIN DAN
TINDAKAN DISIPLIN Pasal 56 Jenis Sanksi 22
Pasal 57 Mekanisme Pengenaan Sanksi 22
Pasal 58 Pelanggaran yang Terkategori SP I 23
Pasal 59 Pelanggaran yang Terkategori SP II 23
Pasal 60 Pelanggaran yang Terkategori SP III 24
Pasal 61 Lain-Lain 25
Pasal 62 Pertimbangan dalam Penentuan Jenis Sanksi 25

Pasal 63 Pengakhiran Hubungan Kerja 26


BAB VI
Pasal 64 PHK Karena Meninggalnya Pegawai 26
PENGAKHIRAN Pasal 65 PHK Atas Permintaan Pegawai 26
HUBUNGAN KERJA DAN
Pasal 66 PHK Karena Pensiun 26
PEMBERHENTIAN
DALAM JABATAN PHK Karena Sakit Berkepanjangan, Gangguan Kejiwaan
Pasal 67 27
atau Cacat Jasmani
Pasal 68 PHK Atas Permintaan Yayasan 27
Pasal 69 Pengakhiran dalam Jabatan 27
Pasal 70 Perselisihan dan Penyelesaian 27

Pasal 71 Ketentuan Peralihan 28


BAB VII
Pasal 72 Pokok-Pokok Pelaksanaan Peraturan Kepegawaian 28
PENUTUP
Pasal 73 Peraturan Pelaksanaan 28
Pasal 74 Ketentuan Penutup 28

–2–
KATA PENGANTAR

Pancasila dan UUD 1945 merupakan dasar dan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
termasuk didalamnya hubungan kerja yang dikenal dengan hubungan industrial yang berdasarkan pada nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945.

Peraturan Kepegawaian Yayasan Pancaran Maitri merupakan salah satu sarana yang penting dalam
mewujudkan hubungan industrial yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 untuk menciptakan hubungan
kerja yang harmonis, aman, mantap, tentram dan dinamis, sehingga terwujudnya ketenangan pegawai untuk
meningkatkan kesejahteraannya dan kelangsungan misi pendidikan Yayasan Pancaran Maitri.

Tujuan disusunnya Peraturan Kepegawaiaan ini adalah sebagai berikut :


1. untuk memperteguh dan meningkatkan hubungan dan kerjasama yang baik dan harmonis antara
yayasan dan pegawai;
2. untuk menjelaskan hak dan kewajiban antara yayasan dan pegawai;
3. untuk mengatur penyelesaian bagi perbedaan-perbedaan secara musyawarah.

Batam, 30 April 2021


Yayasan Pancaran Maitri

–3–
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Yayasan adalah Yayasan Pancaran Maitri sebagaimana yang dimaksud dalam akta pendirian dan
perubahan-perubahannya yang telah disahkan.
2. Badan Pelaksana Harian Yayasan adalah ketua, wakil ketua, kepala divisi, kepala departemen atau
pejabat yang oleh yayasan diberi wewenang untuk bertindak, baik ke dalam maupun ke luar, atas nama
yayasan untuk hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas yayasan.
3. Peraturan Yayasan adalah seluruh peraturan dan ketentuan yang tertera dalam Buku Peraturan
Kepegawaian, Keputusan Kepala Yayasan, Buku Pedoman Yayasan, Tata Tertib Yayasan atau peraturan-
peraturan pelaksanaan lainnya.
4. Lingkungan Yayasan adalah seluruh tempat di bawah penguasaan yayasan tempat pegawai melakukan
kegiatan yayasan dan membawa nama yayasan.
5. Atasan adalah pegawai yang secara struktural mempunyai jabatan yang lebih tinggi.
6. Atasan Langsung adalah pegawai yang secara struktural mempunyai jabatan lebih tinggi secara langsung
dalam suatu unit kerja tertentu.
7. Pegawai adalah seorang yang mempunyai hubungan serta terikat secara formal atau administratif
terdaftar sebagai pegawai yang diangkat dan diberhentikan oleh yayasan, yang ditempatkan di lingkungan
yayasan dan diserahi tugas sebagai tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan.
8. Pegawai Tetap Yayasan adalah pegawai yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, diterima,
dipekerjakan, dan mendapat imbal jasa serta terikat dalam hubungan kerja dengan yayasan sampai batas
purna tugas, diberhentikan dan diangkat oleh yayasan, dan dapat ditugaskan pada bidang akademis atau
non akademis secara penuh (full time).
9. Pegawai Kontrak adalah pegawai tidak tetap yang diangkat Yayasan Pancaran Maitri yang bekerja di
sekolah sesuai waktu dan masa kerja yang telah disepakati oleh yayasan dan pegawai.
10. Tenaga Pendidik (guru/dosen) adalah pegawai yang diberi tugas sebagai tenaga fungsional yang
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan Pendidikan Maitreyawira dan Universitas Universal.
11. Tenaga Kependidikan (karyawan) adalah pegawai yang ditempatkan sebagai tenaga penunjang
pelaksanaan kegiatan Pendidikan Maitreyawira dan Universitas Universal.
12. Guru/Dosen Bantu adalah guru yang diperbantukan oleh negara kepada yayasan.
13. Keluarga pegawai adalah keluarga pegawai yang diakui dan terdaftar di yayasan terdiri atas seorang
suami/istri berdasarkan perkawinan yang sah beserta anak-anaknya yang sah dan menjadi tanggungan
pegawai dengan batas umur 18 tahun, belum menikah, belum bekerja, serta terdaftar di Kepegawaian
Yayasan.
14. Pengakhiran Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja antara pegawai dengan yayasan yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban kedua belah pihak yang disebabkan karena alasan-alasan
sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Kepegawaian.
15. Gaji adalah imbal jasa yang diterima oleh pegawai pada setiap akhir bulan yang besarnya sesuai
Peraturan Yayasan yang berlaku dan Keuangan Yayasan.
16. Tunjangan adalah sejumlah dana yang diberikan kepada pegawai berkaitan dengan pelaksanaan tugas
dan jabatan tertentu yang besarnya sesuai dengan Peraturan Yayasan yang berlaku dan Keuangan
Yayasan.
17. Tunjangan Tetap adalah sejumlah dana sebagai tunjangan yang diterima pegawai secara tetap jumlahnya
dan teratur pembayarannya setiap bulan yang terdiri dari tunjangan makan dan tunjangan transportasi.
18. Tunjangan Tidak Tetap adalah sejumlah dana sebagai tunjangan yang diterima pegawai secara tidak
tetap jumlahnya dan/atau tidak teratur pembayarannya setiap bulan yang terdiri dari tunjangan jabatan,
wali kelas, kelebihan jam mengajar, kelebihan mata pelajaran, dan/atau tunjangan lainnya sesuai
Peraturan Yayasan yang berlaku dan Keuangan Yayasan.
19. Tunjangan jabatan adalah sejumlah dana yang diberikan kepada pegawai atas suatu jabatan yang
diserahkan oleh Yayasan dan besarnya sesuai ketentuan yang berlaku.
20. Tunjangan transportasi adalah sejumlah dana yang diberikan kepada pegawai sebagai pengganti biaya
transportasi ke kantor atau ke suatu tempat tertentu yang besarnya sesuai ketentuan yang berlaku.
21. Tunjangan makan adalah sejumlah dana yang diberikan kepada pegawai sebagai pengganti biaya makan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
22. Uang lembur adalah sejumlah dana yang diberikan kepada pegawai yang bekerja di luar waktu jam kerja
yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
–4–
23. Kerja lembur adalah kerja yang dilakukan oleh pegawai atas perintah Kepala/Atasan Langsung di luar
hari dan jam kerja yang sudah ditetapkan.
24. Hari kerja adalah kegiatan kerja sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Yayasan Pancaran Maitri.
25. Masa kerja adalah jangka waktu pegawai bekerja yang dihitung sejak Tanggal Mulai Kerja (TMK) saat
pegawai tanda tangan perjanjian kerja dan bukan TMK sebagai mitra honorer.
26. Perselisihan hubungan industrialis adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara
yayasan dengan pegawai karena adanya perselisihan hak atau perselisihan pemutusan hubungan kerja.

Pasal 2
Kedudukan Peraturan Kepegawaian
1. Peraturan Kepegawaian Yayasan Pancaran Maitri berkedudukan sebagai Peraturan Yayasan yang
mengatur pembinaan pegawai yang bertugas baik di lingkungan Yayasan Pancaran Maitri atau Sekolah
Maitreyawira dan Universitas Universal.
2. Peraturan Kepegawaian Yayasan Pancaran Maitri dibuat dengan maksud agar setiap pegawai dapat
memahami persyaratan-persyaratan kerja dan tata tertib yang berlaku bagi seluruh pegawai, dan
berpedoman kepada Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 Cipta Kerja, Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,
Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja, Peraturan Pemerintah
Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan, Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan
Peraturan-peraturan yang berlaku di Yayasan Pancaran Maitri.
3. Dengan ditetapkannya Peraturan Kepegawaian ini, diharapkan setiap pegawai memahami sepenuhnya
segala aspek yang terdapat dalam hubungan kerja antara pegawai dengan Yayasan Pancaran Maitri
khususnya mengenai kewajiban dan hak setiap pegawai, sehingga dapat terwujud keserasian antara
peningkatan produktivitas kerja dengan kesejahteraan pegawai.
4. Bagi setiap pegawai sangat penting untuk membaca, memahami, menghayati, dan melaksanakan
peraturan-peraturan yang berlaku agar dapat dicegah terjadinya pelanggaran yang pada hakekatnya tidak
diinginkan baik oleh pegawai maupun yayasan.

Pasal 3
Tujuan Pembinaan Pegawai
Pembinaan pegawai Yayasan bertujuan untuk memperoleh dan memberdayakan pegawai yang mempunyai
semangat pengabdian yang tinggi sesuai dengan visi dan misi Yayasan Pancaran Maitri, Sekolah Maitreyawira,
dan Universitas Universal.

Pasal 4
Asas Pembinaan Pegawai
1. Asas manfaat adalah pemanfaatan dan pendayagunaan pegawai seoptimal mungkin sejalan dengan visi
dan misi Yayasan Pancaran Maitri, Sekolah Maitreyawira, dan Universitas Universal.
2. Asas kesadaran pegawai adalah pegawai Yayasan Pancaran Maitri, Sekolah Maitreyawira, dan
Universitas Universal selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kualitas diri sesuai dengan visi dan
misi yang telah ditetapkan.
3. Asas adil adalah memberikan kesempatan pengembangan karir bagi pegawai berdasarkan perpaduan
prestasi kerja dan kepentingan organisasi, serta peningkatan motivasi pegawai untuk mencapai prestasi
dengan pemberian bimbingan dan teladan.
4. Asas tepat penempatan adalah penempatan pegawai pada tugas jabatan yang tepat, sesuai dengan
kompetensinya untuk kepentingan Yayasan Pancaran Maitri, Sekolah Maitreyawira, dan Universitas
Universal.

Pasal 5
Prinsip Pembinaan Pegawai
1. Selektif dalam penerimaan dan pengembangan karir pegawai dengan mengutamakan kualitas daripada
kuantitas sesuai dengan program dan berdasarkan peraturan kepegawaian.
2. Mengutamakan pemberhentian pegawai karena purna bhakti sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

–5–
3. Memberikan hak-hak pegawai sesuai dengan kewajiban pegawai berdasarkan status/golongan
kepegawaian.
4. Mendayagunakan pegawai untuk kepentingan tugas sesuai dengan kemampuan pegawai berdasarkan
prinsip efisiensi dengan tetap memperhatikan efektivitas.
5. Meningkatkan kinerja dan pengabdian pegawai dengan motivasi, keteladanan, kesejahteraan,
penghargaan dan hukuman yang tepat dan proporsional.

Pasal 6
Penggolongan dan Status Pegawai
1. Pegawai Yayasan Pancaran Maitri terdiri dari 2 golongan yaitu Tenaga Pendidik yang selanjutnya disebut
Guru/Dosen, serta Tenaga Kependidikan yang selanjutnya disebut Karyawan.
2. Pegawai Yayasan Pancaran Maitri terdiri dari 2 status yaitu Pegawai Tetap Yayasan dan Pegawai Tidak
Tetap Yayasan.
3. Status Guru/Dosen dan Karyawan Tetap Yayasan akan diberikan kepada pegawai yang memenuhi
ketentuan pengangkatan yayasan.
4. Status pegawai tetap dibuktikan dengan Surat Keputusan Ketua Yayasan Pancaran Maitri.

Pasal 7
Tanggung Jawab Yayasan
1. Melakukan pembinaan pegawai.
2. Bertanggung jawab untuk membayar gaji kepada pegawai dengan memperhatikan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan pegawai.
4. Menempatkan pegawai sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya serta disesuaikan dengan
kebutuhan yayasan.
5. Memberikan perintah dan pekerjaan yang layak kepada pegawai.
6. Melakukan promosi, mutasi, rotasi ataupun demosi pegawai dari satu bagian ke bagian lain dalam lingkup
yayasan dengan melihat kebutuhan dan kondisi yang ada.
7. Hal-hal mengenai promosi, mutasi, rotasi, demosi ataupun perjalanan dinas pegawai diatur sesuai
prosedur yang ditetapkan dan melalui pertimbangan yayasan, dan atas persetujuan kepala/atasan
langsung.
8. Untuk hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan, yayasan dapat menugaskan pegawai melakukan
perjalanan dinas, baik di dalam maupun di luar negeri.
9. Menetapkan peraturan-peraturan lain untuk menunjang jalannya kegiatan usaha yayasan dengan tetap
memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
10. Memberhentikan pegawai sesuai dengan kondisi dan peraturan Yayasan Pancaran Maitri.

Pasal 8
Tanggung Jawab Pegawai
1. Selama bekerja dan berada di lingkungan kerja, pegawai wajib membawa dan/atau mengkonsumsi
makanan/minuman vegetarian/nabati (tidak mengandung unsur daging dan semua jenis bawang).
2. Wajib mengikuti diklat pembinaan pegawai sesuai agenda yang disusun yayasan.
3. Melaksanakan perintah/pekerjaan yang layak sesuai dengan uraian pekerjaan serta tugas-tugas lainnya
sesuai instruksi tertulis maupun lisan dari atasan pegawai untuk kepentingan yayasan.
4. Mencapai suatu prestasi kerja yang telah ditetapkan oleh yayasan.
5. Pegawai dalam melakukan pekerjaannya wajib untuk mengikuti ketentuan yang berlaku serta menaati
ketentuan yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja.
6. Mentaati Peraturan Kepegawaian dan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi pegawai.
7. Memberikan keterangan yang lengkap dan benar mengenai pekerjaan kepada yayasan dalam hubungan
dengan tugasnya.
8. Secara proporsional menyimpan dan menjaga kerahasiaan semua keterangan yang didapat karena
jabatannya maupun pergaulannya di lingkungan yayasan.
9. Menjaga dan merawat barang-barang milik yayasan yang digunakan atau dipercayakan kepadanya.
Apabila terjadi kelalaian yang mengakibatkan kerusakan sebagian atau seluruhnya, yayasan berhak
melakukan tindakan berdasarkan ketentuan yang berlaku.

–6–
10. Mengemukakan saran-saran yang bermanfaat bagi yayasan melalui atasan ataupun melalui saluran lain
yang ditentukan.
11. Menjaga nama baik dan citra yayasan serta kode etik pegawai.
12. Menjaga suasana kerja yang tertib, menjaga kebersihan, menjalankan etika kepegawaian serta norma-
norma susila dalam tugas pekerjaan.
13. Menghindari tindakan atau ucapan yang bersifat menghina, celaan dan mengancam atasan, sesama
pegawai, peserta didik atau orangtua/wali.
14. Menghormati sesama pegawai dan atasan langsung maupun atasan tidak langsung, serta pelanggan,
termasuk tamu yang dijumpai di tempat kerja.
15. Mengenakan tanda pengenal pegawai (ID Card), berpakaian dan berpenampilan sesuai dengan ketentuan
yayasan.
16. Memberikan data yang sebenarnya guna melengkapi keterangan mengenai dirinya dan melaporkan segala
perubahan kepada Administrasi Kepegawaian. Dalam hal pegawai tidak memberikan keterangan yang
sebenarnya maupun perubahannya, maka yayasan tidak bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang
dialami pegawai akibat hal tersebut, sebaliknya bila mengakibatkan kerugian bagi yayasan maka sanksi
dapat dikenakan kepada yang bersangkutan.

Pasal 9
Struktur Peraturan Kepegawaian
1. Tatanan Pengaturan
A. Peraturan Kepegawaian ini berisi himpunan ketentuan-ketentuan untuk mengatur penyelenggaraan
hubungan kerja antara pegawai dengan yayasan.
B. Dalam melaksanakan Peraturan Kepegawaian, dijabarkan pula seperangkat ketentuan internal yang
disusun sesuai dengan kebutuhan dan dapat diubah sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan lokasi
kegiatan, struktur organisasi, bentuk kegiatan usaha, dan kondisi sumber daya manusia yang ada.
C. Ketentuan internal wajib mengacu dan tunduk kepada pokok- pokok kebijakan yayasan dengan
memperhatikan kebutuhan dan kemampuan yayasan.
2. Penanggungjawab Peraturan Kepegawaian
A. Perubahan, penyebaran, dan pengawasan pelaksanaan Peraturan Kepegawaian ini menjadi tanggung
jawab Kepala Kepegawaian.
B. Koordinasi atas integritas isinya dalam tatanan sistem dan prosedur secara keseluruhan, proses
perubahan, dan penyebarluasannya menjadi tanggung jawab yayasan dalam hal ini Kepala
Kepegawaian.
C. Ketentuan internal Yayasan sebagai pelaksanaan Peraturan Kepegawaian ini disusun oleh Kepala
Kepegawaian dan disahkan Ketua Yayasan Pancaran Maitri dengan mengacu pada Peraturan
Kepegawaian ini, serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
D. Kepala Kepegawaian bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan Peraturan Kepegawaian.

Pasal 10
Ketentuan Umum Mengenai Imbal Jasa
1. Sesuai ketentuan mengenai pajak penghasilan, imbal jasa yang diberikan dalam bentuk uang akan
dipungut pajak penghasilan, dan dibayarkan oleh yayasan atas nama pegawai yang bersangkutan.
2. Gaji tidak dibayar apabila pegawai tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan Peraturan Yayasan.
3. Pembayaran gaji dilakukan setiap akhir bulan kalender setelah pegawai melaksanakan pekerjaannya,
melalui transfer dari bank yang ditunjuk oleh yayasan. Bagi pegawai baru yang mulai bekerja di yayasan
tidak di awal bulan, pembayaran gaji bulan pertama dihitung secara proporsional dari jumlah hari kerja
pada bulan berjalan.
4. Yayasan berhak secara otomatis melakukan pemotongan gaji pegawai secara proporsional sesuai jumlah
hari izin meninggalkan pekerjaan tanpa gaji dan/atau mangkir dan/atau hal-hal lain berdasarkan
ketentuan internal yayasan.

Pasal 11
Perjanjian Kerja
1. Semua pegawai Yayasan Pancaran Maitri tidak diperkenankan melakukan pekerjaan-pekerjaan/tugas-
tugas untuk pihak lain di jam kerja, kecuali dengan persetujuan tertulis dan/atau izin dari yayasan.
2. Pegawai wajib menandatangani Surat Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT).

–7–
3. Pegawai yang dalam masa percobaan dan kinerjanya tidak mencapai standar maka pegawai tersebut tidak
diangkat sebagai pegawai tetap tanpa kompensasi apapun.

BAB II
PENERIMAAN PEGAWAI
Pasal 12
Penerimaan Pegawai
1. Penerimaan, penempatan, dan pengalihtugasan pegawai didasarkan atas kebutuhan pendayagunaan
tenaga kerja dan wajib melalui dan/atau memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Yayasan
Pancaran Maitri.
2. Proses penerimaan pegawai diatur sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang ditetapkan oleh Yayasan
Pancaran Maitri.
Pasal 13
Persyaratan Penerimaan Pegawai
1. Persyaratan umum meliputi :
A. Sehat jasmani dan rohani (tidak dalam keadaan hamil, tidak merokok, tidak sebagai bandar/pengedar/
pengguna obat – obat terlarang, tidak sebagai peminum minuman yang memabukkan)
B. Warga Negara Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
C. Tidak pernah dihukum berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum,
karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan
D. Tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat baik sebagai PNS maupun sebagai pegawai swasta
E. Tidak memiliki usaha sampingan yang bertentangan dengan dunia pendidikan (diskotik, prostitusi,
tempat judi, kegiatan sejenis lainnya).
F. Tidak mendirikan lembaga kursus/bimbel (pendidikan).
G. Bilamana dinyatakan diterima sebagai pegawai di lingkungan Yayasan, bersedia menandatangani
surat pernyataaan tidak ada hubungan ikatan kerja dengan instansi lain atau bilamana masih bekerja,
bersedia untuk memutuskan hubungan kerja yang dibuktikan dengan Surat Keterangan yang sah.
H. Persyaratan lain sesuai kebutuhan kualifikasi yang ditetapkan Yayasan (lulus seleksi yang terdiri dari
seleksi administrasi, tes komitmen, ujian tertulis, ujian praktek dan wawancara).
2. Persyaratan administrasi yang harus dilengkapi meliputi :
A. Surat lamaran, daftar riwayat hidup dan pasfoto berwarna 4x6 sebanyak 2 lembar.
B. Salinan Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga yang masih berlaku (bagi yang telah berkeluarga).
C. Salinan surat referensi kerja bagi yang pernah bekerja.
D. Salinan ijazah dan transkrip akademik terakhir. Gelar Magister/Master dan atau Doktor yang
diperoleh dari Perguruan Tinggi Negeri/Perguruan Tinggi Swasta/Perguruan tinggi di luar Negeri
yang mendapat legalisasi sederajat dengan gelar Master dan/atau Doktor yang dikeluarkan DIKTI.
E. Salinan keterangan catatan dari kepolisian dan salinan sertifikat- sertifikat lain yang menunjang
pelamar.

Pasal 14
Pengangkatan dan Penempatan Pegawai
1. Calon pegawai yang dinyatakan lulus seleksi, sebelum dinyatakan diterima sebagai pegawai dan
menandatangani surat perjanjian kerja, surat-surat keterangan yang diajukan oleh pelamar seperti tersebut
pada Pasal 13 ayat 2 di atas harus diperiksa kebenarannya dengan cara menunjukkan surat-surat aslinya.
2. Pegawai yang telah diterima/terdaftar di Kepegawaian akan diangkat menjadi Pegawai Tetap Yayasan
setelah melewati masa percobaan.
3. Pegawai yang telah diterima/terdaftar di Kepegawaian ditempatkan pada unit kerja sesuai kebutuhan, dan
diberikan penugasan sesuai bidang keahlian dan pengalaman yang dimiliki pegawai bersangkutan.
Pembinaan dan evaluasi kinerja dilakukan oleh atasan langsung, sejak pegawai melaksanakan
penugasannya.
4. Syarat pengangkatan pegawai tetap adalah sebagai berikut :
A. Sudah melewati masa percobaan untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak
menandatangani perjanjian kerja.
B. Mendapatkan rekomendasi dari atasan langsung dan mendapatkan penilaian minimal Baik (B) pada
masa percobaan.

–8–
C. Wajib mengikuti pelatihan/workshop/diklat pegawai yang diselenggarakan Yayasan Pancaran
Maitri.
5. Ketua Yayasan berwenang menetapkan/mengangkat pegawai tetap secara langsung.

Pasal 15
Nomor Induk Yayasan
1. Setiap pegawai yang telah terdaftar di Kepegawaian akan diberikan Nomor Induk Yayasan (NIY) sebagai
identitas Pegawai Yayasan Pancaran Maitri.
2. NIY hanya berlaku selama pegawai yang bersangkutan menjadi pegawai yayasan, dan ditetapkan terpusat
di yayasan.
3. NIY digunakan dalam administrasi kepegawaian.

Pasal 16
Hari Efektif Kerja
1. Hari efektif kerja tingkat sekolah dan BPH adalah hari Senin sampai dengan hari Jumat, kecuali hari libur
nasional dan/atau hari libur berdasarkan keputusan yayasan dengan waktu kerja 8 (delapan) jam sehari
atau 40 (empat puluh) jam seminggu mulai pukul 07.00 – 16.00 dengan waktu istirahat sesuai dengan
kebutuhan masing-masing tingkat/divisi/departemen.
2. Hari efektif kerja tingkat Universitas Universal diatur sebagai berikut:
A. Hari efektif kerja adalah hari Senin sampai dengan hari Sabtu, kecuali hari libur nasional dan/atau
hari libur berdasarkan kalender akademik dan keputusan Yayasan.
B. Prinsip hari efektif kerja adalah 8 (delapan) jam sehari atau 40 (empat puluh) jam seminggu dengan
waktu dengan pembagian waktu jam kerja efektif sebagai berikut:
i. Senin s/d Jumat : 15.00 – 22.00
ii. Sabtu : 13.00 – 18.00
C. Kekurangan pemenuhan 40 (empat puluh) jam seminggu dialokasikan untuk penugasan dari atasan
langsung di luar hari atau jam yang tertera di atas tanpa pembayaran lembur.
D. Ketentuan jam bertugas/berkantor bagi tenaga pendidik dapat diatur sesuai kebutuhan dan
penugasan dari atasan langsung.
3. Bagi pegawai BPH (Departemen Sarana Prasarana dan Swadaya Sekolah) dan yang sehubungan dengan
sifat pekerjaan dan tugas mengharuskan diadakannya jam kerja khusus maka diadakan jam kerja khusus
dimana pengaturannya diatur Kepala Divisi/Depatemen.

Pasal 17
Kalender Pendidikan
1. Ketua Yayasan Maitri akan menerbitkan Surat Keputusan tentang Kalender Pendidikan Maitreyawira.
2. Rektor akan menerbitkan Surat Keputusan tentang Kalender Pendidikan Universitas Universal.
3. Hari libur resmi adalah hari-hari libur yang ditetapkan setiap tahun oleh pemerintah.

Pasal 18
Kompetensi Pegawai
1. Pegawai wajib mewujudkan tujuan pendidikan sesuai Visi dan Misi Yayasan Pancaran Maitri
2. Pegawai wajib melaksanakan moto Yayasan Pancaran Maitri yaitu antusias (keindahan semangat antusias
bekerja), ramah (keindahan semangat ramah berperilaku) dan kasih (keindahan semangat cinta kehidupan).
3. Pegawai wajib memiliki jiwa komitmen, semangat, kasih dan tanggung jawab dalam usaha meningkatkan
mutu pendidikan.
4. Pegawai wajib meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
kompotensi profesional sesuai dengan bidang tugasnya secara berkelanjutan.
5. Pegawai yang menjadi bagian dari sivitas akademik di Universitas Universal wajib menjalankan Tri
Dharma Perguruan Tinggi.

Pasal 19
Komunikasi Pegawai
Yayasan menganut komunikasi dua arah yang terbuka dan bertanggung jawab.
1. Terbuka artinya setiap pegawai berhak menyampaikan pendapat/saran/keluhan, memperoleh keterangan
mengenai peraturan/kode etik/tata tertib/ketentuan lainnya, secara lisan maupun tulisan kepada atasan
langsung.
–9–
2. Bertanggung jawab artinya setiap hal yang disampaikan merupakan hal yang dapat
dipertanggungjawabkan, dianggap perlu/penting dan bermanfaat di lingkungan Yayasan.
3. Tahapan penyampaian dapat dilakukan dengan menyampaikan secara langsung setiap pendapat/saran/
keluhan pegawai kepada atasan langsung.

Pasal 20
Kehadiran Kerja
1. Setiap pegawai wajib melakukan finger print saat hadir/datang dan pulang kerja sesuai ketentuan yang
telah ditetapkan oleh Yayasan.
Pengaturan kehadiran diatur di bawah ini :
- Pegawai yang tidak/lupa melakukan finger print datang dipotong 2 (dua) jam izin.
- Pegawai yang tidak/lupa melakukan finger print pulang akan dipotong 2 (dua) jam izin.
- Pegawai yang tidak/lupa melakukan finger print satu hari penuh dianggap alpa dan dipotong gajinya.
- Setiap pegawai Yayasan wajib membaca, mematuhi, dan melaksanakan Petunjuk Pemakaian finger
print yang sudah dibuat.
2. Pegawai yang karena sakit atau alasan lainnya harus meninggalkan tempat kerja selama jam kerja,
sebelum berakhirnya jam kerja, baik akan atau tidak kembali lagi, harus atas izin dari Kepala/Atasan
Langsung dan mengisi buku izin yang telah disediakan di masing-masing tingkat.
3. Pegawai yang terlambat masuk kerja karena izin dinas maka harus mengisi buku izin dan tidak
dikenakan denda sedangkan terlambat karena alasan lainnya, wajib melapor kepada Kepala/Atasan
Langsung dan dikenakan denda sesuai ketentuan, kecuali dimohonkan untuk tidak dikenakan denda
oleh Kepala/Atasan Langsung. (Toleransi keterlambatan adalah 5 menit/hari atau 30 menit per bulan. Denda
keterlambatan dihitung dari menit pertama bukan dari selisih toleransi keterlambatan).
4. Keterlambatan masuk kerja setiap pegawai akan diakumulasi dan dikenakan pemotongan gaji sesuai
dengan ketentuan.
5. Pegawai yang tidak masuk kerja karena sakit wajib melapor kepada Kepala/Atasan Langsung dan
menunjukkan surat keterangan sakit dari dokter/tenaga medis lainnya yang sah setelah masuk kerja.
Tanpa surat keterangan sakit dikenakan denda sesuai ketentuan.
6. Pegawai yang tidak masuk kerja karena sesuatu hal mendadak wajib melapor dan mendapatkan izin
Kepala/Atasan Langsung dan dikenakan denda sesuai ketentuan.
7. Pegawai yang sakit dengan MC, cuti tanpa pemotongan ataupun izin tanpa pemotongan lainnya, wajib
menyertai Borang Permohonan Izin Tidak Masuk Kerja Pegawai dengan melampirkan bukti
surat/dokumen yang sah paling lambat 2 (dua) hari setelah masuk kerja ke bagian administrasi masing-
masing tingkat. Apabila melebihi waktu yang diberikan maka akan dikenakan denda sesuai ketentuan.
8. Pegawai yang sedang hamil dan disarankan oleh dokter untuk beristirahat,wajib menunjukkan surat
keterangan izin istirahat dari dokter.
9. Izin waktu kerja diberikan maksimal 6 (enam) jam perbulan dengan ketentuan :
A. Tidak mengganggu tugas pokok dan tanggung jawab lainnya
B. Disetujui oleh Atasan Langsung
Izin yang dapat dimintakan hanya untuk keperluan yang tidak dapat dilakukan di luar jam kerja, seperti :
pengurusan KTP, paspor, urusan ke bank (bukan mengambil uang melalui ATM), mengantar keluarga, orang tua ke
bandara/pelabuhan ataupun hal penting lainnya atas persetujuan Atasan Langsung. Jika melebihi ketentuan maka
akan dikenakan pemotongan gaji.
Izin yang melebihi ketentuan waktu di atas akan dikenai denda sesuai ketentuan.
10. Kepala/Atasan Langsung berhak menolak izin waktu kerja pegawai dengan maksud dan tujuan jangka
panjang (dapat mempengaruhi keseimbangan bekerja).
11. Pegawai yang keluar pada jam kerja tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari Kepala/Atasan Langsung
dianggap mangkir, dan mendapatkan Surat Peringatan (SP) jika dilakukan berulang-ulang.
12. Pegawai yang tidak masuk kerja tanpa izin dari Kepala/Atasan Langsung, akan mendapat Surat
Peringatan (SP).

Pasal 21
Kerja Lembur
1. Kerja lembur adalah bekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan di luar jam kerja atas dasar perintah
tertulis dan persetujuan atasan pegawai.
–10–
2. Setiap Kepala/Atasan Langsung berhak meminta pegawai untuk bekerja lembur di luar jam kerja apabila
diperlukan dan pegawai harus bersedia untuk bekerja lembur di luar jam kerja.
3. Kepala/Atasan Langsung masing-masing tingkat/departemen berhak memberikan sanksi kepada pegawai
yang tidak bersedia bekerja lembur tanpa alasan yang jelas ataupun dengan alasan yang tidak dapat
diterima oleh Kepala/Atasan Langsung.
4. Pegawai yang bekerja lembur akan menerima honor kerja lembur sesuai dengan ketentuan/dasar yang
berlaku.
5. Upah lembur tidak diberikan kepada pegawai yang sedang menjalani perjalanan dinas atau mengikuti
pelatihan/pendidikan.
6. Upah lembur untuk setiap jam terhitung adalah gaji pokok dan tunjangan tetap.
7. Pada dasarnya kerja lembur harus dibatasi seminimal mungkin demi pertimbangan ekonomis dan waktu
bersama keluarga agar kesegaran fisik dan rohani terpelihara, oleh karena itu jam kerja harus
dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menyelesaikan pekerjaan rutin sehari-hari.

Pasal 22
Etika dan Budaya Kerja
1. Setiap pegawai bersedia tunduk, patuh dan melaksanakan dengan baik semua etika dan budaya kerja yang
ada di lingkungan kerja, baik di satuan pendidikan (sekolah)/ Universitas/lembaga maupun di yayasan.
2. Pegawai tidak diperkenankan melakukan pekerjaan pribadi atau tugas-tugas untuk pribadi ataupun pihak
lain selama jam kerja berlangsung, kecuali sepengetahuan kepala/atasan langsung.
3. Pegawai wajib untuk memakai tanda pengenal (nametag/ID card) di saat jam kerja.
4. Pegawai diperbolehkan menggunakan komputer yang merupakan fasilitas yang disediakan oleh yayasan
pada tiap-tiap tingkat.
A. Diberikan untuk mengakses/mencari data/bahan-bahan dari internet yang berkaitan dengan kerja
masing-masing yang terdapat di dalam ruang kerja, laboratorium, dan perpustakaan.
B. Tidak dibenarkan menggunakan Software Yahoo Messenger, Mirc atau program sejenisnya, kecuali
mendapat izin dari atasan langsung sesuai dengan kebutuhan.
C. Tidak dibenarkan menginstall game/program. Apabila dibutuhkan program-program tertentu, bisa
menghubungi kepala/atasan.
D. Tidak dibenarkan untuk memasukkan data-data pribadi (berupa lagu-lagu, foto, dan lain-lain),
mengoneksi jaringan dengan laptop pribadi dan mengubah konfigurasi komputer.
5. Fasilitas lain yang tersedia di masing-masing tingkat akan diatur dan dikelola oleh kepala/atasan langsung
masing-masing tingkat sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Pada saat mengajar tidak dibenarkan menggunakan ponsel/telepon genggam atau alat lainnya yang dapat
mengganggu atau tidak sesuai dengan kegiatan belajar mengajar.
7. Pada jam kerja dan proses belajar berlangsung tidak dibenarkan menerima kunjungan tamu pribadi
(keluarga/kerabat dekat) yang dapat mengganggu kelancaran proses belajar mengajar, kecuali dengan
persetujuan dari kepala/atasan langsung.
8. Tidak dibenarkan untuk mendengarkan musik sambil bekerja, baik dari komputer, telepon seluler ataupun
perangkat keras lainnya, kecuali ada izin dari kepala/atasan langsung, mengunyah permen karet dan main
game di saat jam kerja.
9. Pegawai tidak dibenarkan mempunyai hubungan asmara dengan peserta didik atau hubungan lainnya
yang dapat mengganggu kondisi kerja dan belajar.
10. Pegawai tidak dibenarkan melakukan hutang-piutang dengan peserta didik dan/atau orangtua/wali.

Pasal 23
Kehilangan Barang
Yayasan tidak bertanggung jawab atas segala bentuk kehilangan barang yang terjadi di lingkungan yayasan baik
pada jam kerja ataupun di luar jam kerja.
Pasal 24
Etika Berpenampilan
RAMBUT
A. Rambut tidak boleh dicat/diberi warna selain warna alami.
Alami yang dimaksudkan di sini adalah hitam atau bawaan sejak lahir

–11–
B. Ukuran panjang rambut pegawai pria adalah rambut depan (poni) tidak menyentuh alis mata, rambut
samping tidak melebihi daun telinga bagian atas, dan rambut belakang tidak melebihi kerah baju,
sedangkan pegawai wanita boleh berambut panjang.
C. Rambut wajib ditata dengan rapi (tidak diperkenankan mengikuti gaya model rambut fesyen).
Rambut pegawai pria wajib disisir dengan rapi dan pegawai wanita yang berambut panjang wajib
disanggul.

PAKAIAN
A. Celana panjang ataupun rok diwajibkan berwarna hitam/biru gelap.
B. Celana tidak boleh bermodel, ketat ataupun tipis.
C. Celana harus berbahan katun.
D. Celana jeans hanya dibenarkan untuk departemen tertentu, tetap tidak dibenarkan yang bermodel ataupun
tambalan.
E. Rok di atas lutut ataupun berumbai tidak dibenarkan.
F. Kemeja/batik harus lengan panjang dan berkerah (kemeja pegawai wanita boleh berlengan 3/4, batik berkerah
“shanghai”).
G. Baju kaos lengan pendek dan berkerah yang dibenarkan oleh Yayasan untuk dipakai pada hari yang telah
ditentukan ataupun saat olahraga.
H. Kemeja pegawai pria wajib dimasukan untuk menjaga kerapian, kecuali baju kaos olahraga dan batik
diperbolehkan untuk dikeluarkan.
I. Pakaian yang ketat dan /atau tipis tidak dibenarkan.

SEPATU
A. Kaos kaki wajib bagi pegawai pria.
B. Tidak dibenarkan memakai stocking.
C. Warna sepatu yang dibenarkan adalah hitam/ gelap.
D. Sepatu datar dan/atau bertumit (maksimal 3 cm), sembahyang (umat Maitreya) juga dibenarkan.
E. Sepatu kerja/sepatu olahraga diatur sesuai dengan ketentuan yang ada.
F. Sandal hanya diperkenankan pada saat menunaikan ibadah/sholat, kaki sakit/bermasalah.

ANGGOTA TUBUH LAINNYA


A. Tidak dibenarkan memelihara kuku panjang, mewarnai/menghias kuku.
B. Tidak dibenarkan untuk berjenggot panjang dan berewok, mentato tubuhnya (termasuk alis) memakai
softlens berwarna selain warna asli pupil mata, memakai kawat gigi dengan warna yang mencolok,
memakai make up dan asesoris secara berlebihan atau tidak sesuai kondisinya (seperti pria memakai anting).

Pasal 25
Etika Berkendaraan
1. Daftarkan identitas kendaraan yang dimiliki pada staf administrasi masing-masing tingkat.
2. Wajib memarkirkan kendaraan pada tempat yang telah ditentukan secara benar dan tidak menimbulkan
bahaya/halangan/kesulitan kepada kendaraan lain.
3. Satu kendaraan (sepeda motor) hanya diperuntukkan maksimal 2 (dua) orang dewasa, kecuali bersama
anak-anak.
4. Perhatikan tingkat kelajuan kendaraan di dalam lingkungan yayasan dan vihara (±30 km/jam).
5. Kendaraan yang dibawa ke lingkungan yayasan/vihara dalam keadaan standar dan tidak mengeluarkan
bunyi yang keras.

Pasal 26
Diklat Pembinaan Pegawai
1. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka
meningkatkan kemampuan, pengetahuan, wawasan, sikap dan memperdalam moralitas pegawai.
2. Diklat meliputi pendidikan formal maupun nonformal yang dibiayai oleh yayasan dalam waktu tertentu.
3. Pendidikan formal meliputi jenjang Diploma, S1, S2, dan/atau S3.
4. Pendidikan nonformal meliputi kursus atau pelatihan atau seminar motivasi atau pengayaan wawasan
pengetahuan.

–12–
5. Pegawai yang disekolahkan atau dikuliahkan ataupun diikutsertakan dalam pelatihan/kursus dalam jangka
waktu tertentu adalah pegawai yang direkomendasikan oleh kepala/atasan langsung dan disetujui oleh
yayasan atau ditunjuk langsung oleh yayasan dan diterima oleh pegawai yang bersangkutan.
6. Pegawai yang disekolahkan atau dikuliahkan atau diikutsertakan dalam pelatihan/kursus dalam jangka
waktu tertentu diharuskan menandatangani Surat Pernyataan dan Perjanjian Khusus yang menyatakan
kesediaan bekerja untuk yayasan sekurang-kurangnya dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh
yayasan.
7. Yayasan dapat memberikan pelatihan jangka pendek/singkat bagi pegawai untuk meningkatkan
kemampuannya dalam bidang pekerjaan sesuai dengan tugas/jabatannya.
8. Penentuan pegawai dan jenis pelatihan yang akan diikuti disesuaikan dengan kebutuhan kerja yang
disetujui oleh kepala/atasan langsung.
9. Pegawai yang mendapat tugas untuk mengikuti pelatihan/seminar wajib melaksanakannya dengan penuh
tanggung jawab dan membuat laporan tertulis rangkap 2 (dua); satu diserahkan kepada Kepala/Atasan
Langsung dan satu lagi diserahkan kepada Departemen SDM Yayasan.

Pasal 27
Hasil Pekerjaan
1. Segala bentuk hasil pekerjaan pegawai yang berupa buku manual, diktat, modul, software program
komputer dan/atau hasil lainnya adalah menjadi aset dan milik yayasan.
2. Pegawai tidak dibenarkan menggunakan hasil pekerjaan pada ayat (1) untuk kepentingan pribadi.
3. Pegawai tidak dibenarkan memberi hasil pekerjaan pada ayat (1) kepada pihak lain tanpa sepengetahuan
kepala/atasan langsung dan tanpa persetujuan tertulis dari yayasan.
4. Pegawai yang melanggar ayat (2) dan (3) akan diselesaikan melalui jalur hukum yang berlaku.

Pasal 28
Les Privat dan Lembaga Pendidikan
1. Mengajar Privat
a. Tidak boleh menerima peserta didik dari Sekolah Maitreyawira, Batam dan Universitas Universal
melalui les privat.
b. Pegawai hanya diperbolehkan memberikan les privat atau bimbingan belajar kepada anak-anak
Sekolah Maitreyawira Batam melalui Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Maitreyawira, Batam,
kecuali dari kelas/paralel yang sama.
c. Pegawai yang ketahuan memberikan les tambahan peserta didik Sekolah Maitreyawira Batam dan
Universitas Universal akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Membuka Lembaga Pendidikan
Bagi yang membuka lembaga pendidikan baik secara resmi ataupun tidak dari tingkat TK sampai dengan
SMA/SMK, harus ada persetujuan dari Waka BPH YPM.

–13–
BAB III
HUBUNGAN KERJA, PEMBERDAYAAN DAN PENILAIAN PEGAWAI
Pasal 29
Pengawasan
1. Setiap pegawai wajib mematuhi semua peraturan/tata etika/tertib yang berlaku di lingkungan Yayasan.
2. Pengawasan meliputi 3 (tiga) kegiatan, yang terdiri dari pemantauan/supervisi/monitoring, penilaian dan
tindak lanjut.
3. Pemantauan/supervisi/monitoring adalah kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah/Kepala Divisi/Dekan/Wakil Rektor/Rektor/Atasan Langsung dan/atau Kepegawaian dan
Wakil Ketua BPH Yayasan terhadap perencanaan kerja yang disusun dan proses kerja yang dilaksanakan
pegawai.
4. Penilaian adalah kegiatan menilai dan mengevaluasi terhadap proses kerja yang dilaksanakan pegawai.
5. Tindak lanjut adalah kegiatan yang akan dilakukan oleh Kepala Sekolah/Kepala Divisi/Dekan/Wakil
Rektor/Rektor/Atasan Langsung dan/atau Kepegawaian dan Wakil Ketua BPH Yayasan terhadap hasil
kerja pegawai.

Pasal 30
Pemantauan/Supervisi/Monitoring
1. Pemantauan/supervisi/monitoring meliputi kegiatan pembinaan, pemeriksaan dan penilaian administrasi
dan proses kerja pegawai.
2. Pemantauan/supervisi/monitoring bertujuan agar kegiatan Pendidikan Maitreyawira dan Universitas
Universal sesuai visi dan misi yang telah ditetapkan dan untuk mengembangkan kompetensi pegawai.

Pasal 31
Penilaian
1. Maksud dan tujuan penilaian adalah sebagai pertimbangan dalam keputusan penempatan, pengembangan
karir, kesempatan kerja dan penyesuaian kompensasi, sehingga pegawai dapat memperbaiki kinerjanya,
dimana hal ini akan berdampak pada perbaikan perencanaan dan pengembangan organisasi untuk
menghadapi tantangan masa depan.
2. Jenis penilaian pegawai diatur tersendiri sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yayasan.

Pasal 32
Tindak Lanjut Pengawasan
1. Tindak lanjut kepada pegawai kontrak meliputi perpanjangan/pemutusan masa kerja dan pertimbangan
status tetap.
2. Tindak lanjut kepada pegawai tetap meliputi Promosi, Mutasi (pemindahan tugas), Demosi (penurunan
kinerja), dan Pengunduran Diri.
3. Promosi di lingkungan Yayasan diberikan kepada pegawai dapat berupa jabatan struktural, jabatan
fungsional, tunjangan melanjutkan pendidikan atau fasilitas lainnya yang ditetapkan Yayasan.
4. Mutasi di lingkungan Yayasan Pancaran Maitri dapat dilakukan melalui 3 proses yaitu :
A. Alih Tugas Produktif (ATP) yaitu pemindahan tugas atas pertimbangan Kepala Sekolah/Kepala
Divisi/Dekan/Wakil Rektor/Rektor/Atasan Langsung dan/atau Kepegawaian dan Wakil Ketua
BPH Yayasan untuk peningkatan produktivitas di lingkungan Yayasan.
B. Alih Tugas Permintaan Pegawai (ATPP) yaitu pemindahan tugas atas permintaan pegawai dan
disetujui Kepala Sekolah/Kepala Divisi/Dekan/Wakil Rektor/Rektor/Atasan Langsung dan/atau
Kepegawaian dan Wakil Ketua BPH Yayasan tanpa menyebabkan penurunan produktivitas dan/atau
ketidakseimbangan lingkungan kerja.
C. Demosi yaitu pemindahan tugas yang diberikan kepada pegawai yang mengalami penurunan kinerja
dan/atau ketidakmampuan pegawai dalam melaksanakan tugas tanggung jawab yang diberikan (hasil
penilaian kategori C/D/E); tingkah laku, kejujuran, loyalitas dan rasa tanggung jawab yang tidak
patut/sepadan dengan jabatan yang dipangkunya meskipun telah diberikan peringatan serta
melakukan tindakan indisipliner.
5. Pegawai yang menolak demosi dianggap telah melanggar Peraturan Kepegawaian, dengan demikian dapat
diberi sanksi atau surat peringatan sesuai kesalahan pegawai. Setelah diberikan sanksi atau surat
peringatan, namun pegawai belum juga bersedia dipindahkan maka Yayasan dapat melakukan kebijakan
sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
–14–
Pasal 33
Jenis Jabatan
1. Jabatan Struktural Tingkat Sekolah
A. Jabatan struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya
dan hak seorang pegawai dalam rangka memimpin suatu satuan unit kerja, yang ditetapkan di dalam
struktur organisasi sebagaimana tercantum dalam organisasi tugas, prosedur dan tata kerja.
B. Kepada pemegang jabatan diberikan tunjangan yang besarnya sesuai ketentuan yang berlaku.
C. Jabatan struktural meliputi jabatan struktural akademik dan administrasi.
D. Jabatan struktural akademik tingkat sekolah yaitu jabatan struktural bidang akademik yang dijabat
oleh pegawai terpilih untuk jangka waktu tertentu yang meliputi Kepala Sekolah/Divisi/Lembaga/
Departemen dan Wakil Kepala Sekolah/Divisi/Lembaga/Departemen.
E. Jabatan stuktural administratif tingkat sekolah adalah jabatan struktural bidang administrasi yang
dijabat oleh pegawai yang meliputi koordinator dan kepala administrasi.
2. Jabatan tingkat Universitas Universal
A. Jabatan Struktural:
a. Jabatan Struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, wewenang ,dan tanggung
jawabnya dan hak seorang pegawai dalam rangka memimpin suatu satuan unit kerja, yang
ditetapkan di dalam struktur organisasi sebagaimana tercantum dalam organisasi tugas, prosedur,
dan tata kerja. Kepada pemegang jabatan diberikan tunjangan yang besarnya sesuai ketentuan
yang berlaku.
b. Jabatan Struktural meliputi:
 Jabatan Struktural Pendidik, yaitu jabatan struktural bidang akademik yang dijabat oleh
jabatan tersebut antara lain: Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Sekeretaris Dekan, dan
Koordinator Program Studi.
 Jabatan Struktural Tenaga Kependidikan, yaitu jabatan struktural bidang administrasi yang
dijabat oleh dosen atau tenaga kependidikan antara lain: Direktur Akademik dan
Kemahasiswaan, Direktur Kepegawaian dan Kerjasama, Kepala LPPM, Kepala LPM,
Kepala SIPK, Kepala Admisi, Kepala UCC, Kepala UPT.
B. Jabatan Fungsional:
a. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan
hak seorang dosen yang melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta
pengabdian pada masyarakat.
b. Jenjang jabatan fungsional dosen terdiri atas: Asisten Ahli, Lektor, Lektor Kepala, dan Guru
Besar.
c. Dosen yang diangkat sebagai pegawai Yayasan wajib menyetarakan jabatan fugsionalnya yang
diatur sesuai dengan ketentuan tentang perhitungan angka kredit.

Pasal 34
Syarat Jabatan
1. Penempatan dalam jabatan struktural didasarkan atas penilaian terhadap pegawai yang meliputi
persyaratan umum dan persyaratan khusus.
2. Persyaratan umum sebagai berikut:
A. Memiliki keimanan dan ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
B. Memiliki kesetiaan pada Pancasila, UUD 1945, Peraturan perundang-undangan yang berlaku,
termasuk peraturan yang ditetapkan oleh Yayasan Pancaran Maitri.
C. Sehat jasmani dan rohani.
D. Berstatus sebagai pegawai tetap yayasan.
E. Memenuhi kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan.
F. Mempunyai penilaian prestasi kerja yang baik.
G. Memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan (wajib mengikuti ujian kompetensi yang diadakan yayasan).
H. Memiliki pengabdian yang tinggi kepada Yayasan Pancaran Maitri.
I. Memiliki kepemimpinan dan keteladanan yang baik bagi pegawai di lingkungan kerjanya, generasi
penerus dan masyarakat pada umumnya.
J. Tidak sedang mengikuti tugas/izin belajar.
–15–
3. Persyaratan khusus akan ditentukan melalui Keputusan Yayasan.

–16–
BAB IV
KESEJAHTERAAN PEGAWAI
Pasal 35
Tujuan Kesejahteraan
Kesejahteraan Pegawai Yayasan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan jasmani dan
rohani pegawai beserta keluarganya, agar mampu melaksanakan tugas dan kewajiban dengan sebaik-baiknya
untuk kepentingan Yayasan, Sekolah Maitreyawira, dan Universitas Universal.

Pasal 36
Jenis Kesejahteraan
1. Kesejahteraan pegawai meliputi kesejahteraan bersifat utama dan penunjang.
2. Kesejahteraan yang bersifat utama yaitu segala sesuatu yang diterima oleh pegawai yang meliputi gaji,
perlengkapan kerja, keselamatan kerja, tunjangan ketenagakerjaan, tunjangan kesehatan, tunjangan hari
raya, dan fasilitas pendidikan anak.
3. Kesejahteraan yang bersifat penunjang yaitu segala sesuatu yang diterima oleh pegawai yang meliputi
bantuan duka cita, bantuan pernikahan, cuti, rekreasi dan penghargaan sesuai dengan kemampuan yayasan.

Pasal 37
Gaji
1. Gaji adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh yayasan kepada pegawai berdasarkan perjanjian yang
telah disepakati oleh yayasan dan pegawai yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak
tetap.
2. Yayasan melakukan kenaikan gaji berkala sesuai dengan penilaian kinerja pegawai yang disusun yayasan
dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan yayasan.
3. Gaji akan dibayar pada setiap akhir bulan melalui transfer rekening ke bank yang telah ditunjuk oleh
yayasan atau tunai.
4. Gaji pegawai meliputi semua tugas dan tanggung jawab yang digariskan oleh kepala/atasan langsung.
5. Yayasan berhak mengubah besaran tunjangan serta fasilitas yang diberikan kepada pegawai apabila
dianggap perlu.
Contoh : Guru yang sudah tidak menjadi wali kelas, tunjangan wali kelas akan ditiadakan dengan sendirinya. Begitu
juga dengan tunjangan lainnya. Apabila seorang pegawai dimutasi kerja dan terjadi pengurangan beban kerja maka
tunjangan yang ada sebelumnya bisa ditiadakan.
6. Pegawai wajib menjaga kerahasiaan gaji.
7. Pegawai berhak melihat komposisi pembayaran gaji diterima ke bagian penggajian.
8. Pegawai yang memerlukan hardcopy slip gaji untuk keperluan tertentu seperti kebutuhan perbankan dapat
mengajukan kebutuhan tersebut kepada atasan langsung dan akan diteruskan ke bagian penggajian.
9. Gaji yang diterima oleh setiap pegawai adalah gaji kotor yang masih harus dipotong pajak PPh Pasal 21
sesuai Undang-Undang (UU) Perpajakan, BPJS Kesehatan, BPJS Jaminan Pensiun, dan BPJS
Ketenagakerjaan yang berlaku.
10. Pegawai yang menderita sakit untuk jangka waktu lama berdasarkan surat keterangan dokter atau dirawat
di rumah sakit maka Yayasan tetap membayarkan gaji pokok dan tunjangan tetap sesuai dengan ketentuan
perundangan yang berlaku.
11. Yayasan berhak memotong gaji bagi pegawai yang tidak masuk kerja dengan ketentuan yang ada.
12. Yayasan berhak memotong gaji pegawai atas permintaan/pengajuan dari kepala/atasan langsung
dikarenakan pegawai mempunyai kewajiban/tanggung jawab administrasi dengan yayasan dan/atau
sekolah, seperti : hutang piutang ataupun lainnya, maka Yayasan berhak memotong gaji atas permintaan
kepala/atasan langsung.
13. Yayasan, khususnya penggajian hanya mentransferkan gaji yang sesuai dengan nomor rekening yang
diberikan oleh pegawai dalam bentuk kopian dari buku tabungan.
14. Bagian penggajian tidak bertanggung jawab atas kesalahan pemberian data nomor rekening oleh pegawai
itu sendiri.

–17–
Pasal 38
Perlengkapan Kerja
1. Perlengkapan kerja pegawai terdiri dari seragam kerja, ruang kerja, meja dan kursi kerja, dan
sarana/perlengkapan lainnya yang menunjang proses kerja pegawai.
2. Yayasan berhak untuk tidak memberikan seragam tambahan kepada pegawai apabila seragam lama dinilai
masih layak untuk dipakai.
3. Pegawai wajib merawat sarana prasarana/perlengkapan yang diberikan yayasan dengan sebaik mungkin.
4. Ketentuan pemakaian seragam kerja pegawai diatur sebagai berikut :
A. Pegawai yang mengundurkan diri, selesai kontrak kerja, dan/atau berakhirnya hubungan kerja wajib
mengembalikan seragam.
B. Pegawai bagian pengerjaan dan perbaikan diperbolehkan memakai bahan celana sesuai dengan
kebutuhan kerja dan tetap memerhatikan kesopanan berpakaian.
C. Pegawai yang ingin mengganti seragam lama dengan seragam baru karena keadaan/perkembangan
fisik tubuh, hilang atau rusak (kotor, sobek, dan lain-lain) tetapi pegawai belum 2 (dua) tahun bekerja,
maka akan dikenai biaya pergantian sebesar 50% harga seragam. Sedangkan pegawai yang telah
bekerja lebih dari 2 (dua) tahun tidak dikenakan biaya pergantian.

Pasal 39
Keselamatan Kerja
1. Sesuai dengan kebutuhan dan pertimbangan yayasan serta tugas dan ruang lingkup kerja pegawai,
yayasan menyediakan peralatan dan keselamatan kerja.
2. Setiap pegawai wajib menjaga keselamatan dirinya dan pegawai lainnya dan wajib memakai alat-alat
keselamatan kerja yang telah disediakan oleh yayasan, serta mengikuti/mematuhi ketentuan mengenai
keselamatan kerja dan perlindungan kerja yang berlaku.
3. Apabila pegawai menemukan hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan pegawai dan lingkungan
Yayasan, maka pegawai harus segera melaporkan hal tersebut kepada atasannya.
4. Pegawai wajib memelihara dan menjaga alat-alat/perlengkapan keselamatan kerja dengan baik dan teliti.
5. Pegawai diwajibkan selalu menjaga kebersihan, kerapihan, dan ketertiban tempat kerja dan lingkungan
kerja dengan sebaik-baiknya.
6. Demi kesehatan dan keselamatan pegawai, yayasan melarang pegawai merokok, minum minuman
beralkohol, atau sejenisnya yang juga dapat membahayakan orang lain dan lingkungan yayasan.

Pasal 40
Program BPJS Ketenagakerjaan
1. Setiap pegawai kontrak dan tetap Yayasan akan didaftarkan dalam program BPJS Ketenagakerjaan.
2. Program BPJS Ketenagakerjaan mengikuti perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 41
Program BPJS Kesehatan
1. Setiap pegawai kontrak dan tetap Yayasan akan didaftarkan dalam program BPJS Kesehatan.
2. Program BPJS Kesehatan mengikuti perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 42
Program BPJS Jaminan Pensiun
1. Setiap pegawai kontrak dan tetap Yayasan akan didaftarkan dalam program BPJS Jaminan Pensiun.
2. Program BPJS Jaminan Pensiun mengikuti perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 43
Tunjangan Hari Raya
1. Pegawai yang berhak mendapat Tunjangan Hari Raya (THR) adalah pegawai yang sudah bekerja
minimal 1 (satu) bulan dengan perhitungan : jumlah bulan/12 x ( Upah Pokok + Tunjangan Tetap).
2. Karyawan yang telah bekerja 1 tahun atau lebih diberikan THR sesuai dengan komposisi gaji pokok,
tunjangan tetap.
3. Tunjangan hari raya diberikan kepada pegawai berdasarkan hari raya keagamaannya masing-masing dan
diberikan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum pelaksanaan hari raya yang dianut pegawai dengan
komposisi yang diatur melalui Surat Keputusan Ketua Yayasan Pancaran Maitri.
–18–
Pasal 44
Fasilitas Pendidikan Anak Pegawai
1. Pendidikan Anak Pegawai (PAP) yang dimaksud adalah anak pegawai yang bersekolah di Satuan
Pendidikan (Sekolah) Maitreyawira Batam.
2. Biaya Pendidikan Anak Pegawai akan diatur dalam Surat Keputusan Ketua Yayasan Pancaran Maitri.

Pasal 45
Bantuan Dukacita
1. Bantuan dukacita adalah bantuan yang diberikan kepada pegawai apabila pegawai atau anggota keluarga
inti pegawai atau orang tua kandung meninggal dunia yang bentuk dan besarnya sesuai kemampuan
Yayasan.
2. Dalam hal pegawai yang meninggal dunia, bantuan diberikan kepada ahli waris yang sah yang terdaftar di
Kepegawaian Yayasan.
3. Dalam hal anggota keluarga pegawai atau orang tua kandung pegawai yang meninggal dunia, bantuan
diberikan kepada pegawai yang bersangkutan.
4. Apabila yang meninggal dunia adalah orang tua kandung dari 2 (dua) orang pegawai atau lebih yang
bersaudara kandung, maka bantuan hanya diberikan kepada 1 (satu) orang pegawai saja.

Pasal 46
Bantuan Pernikahan
1. Bantuan pernikahan adalah bantuan yang diberikan kepada pegawai yang telah bekerja lebih dari 1 (satu)
tahun untuk pernikahan pertama yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, yang
bentuk dan besarnya disesuaikan dengan kemampuan yayasan.
2. Bantuan pernikahan hanya diberikan kepada salah satu pihak jika pernikahan terjadi antar pegawai
yayasan.

Pasal 47
Hari Libur
1. Hari libur tingkat sekolah dan BPH adalah hari Sabtu, Minggu dan hari libur resmi yang ditetapkan
pemerintah. Selain ketentuan tersebut, Yayasan akan menetapkan hari libur bagi pegawai tertentu sebagai
cuti bersama yang disesuaikan dengan kalender pendidikan.
2. Hari libur tingkat universitas adalah hari Minggu dan hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah. Selain
ketentuan tersebut, universitas akan menetapkan hari libur bagi pegawai tertentu sebagai cuti bersama
yang disesuaikan dengan kalender pendidikan di Universitas Universal.

Pasal 48
Prosedur Cuti
1. Yayasan tidak memberlakukan cuti tahunan untuk tingkat Sekolah dan Badan Pengurus Harian Yayasan
karena Yayasan menetapkan cuti bersama yang jumlah cuti melebihi ketentuan cuti tahunan.
2. Cuti tahunan diberikan 12 (dua belas) hari efektif untuk BPH bagian Divisi Administrasi & Umum dan
Divisi Swadaya Sekolah dengan ketentuan
a. dapat diambil pada saat sekolah libur dan tidak boleh melebihi dan/atau mendahului libur sekolah.
b. cuti yang belum diambil tidak bisa diakumulasi pada tahun berikutnya.
3. Pegawai pada tingkat universitas memiliki ketentuan cuti sebagai berikut:
a. Cuti tahunan adalah hari-hari istirahat pegawai setelah menjalani masa kerja selama 12 (dua belas)
bulan terus-menerus dengan gaji penuh.
b. Mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku, lamanya cuti tahunan adalah 12 (dua
belas) hari kerja.
c. Cuti tahunan yang ada secara otomatis akan dikurangi dengan jumlah cuti bersama tahunan yang
telah ditentukan oleh pemerintah.
d. Cuti tahunan tidak dapat diuangkan dan/atau diakumulasi pada periode tahun berikutnya.
e. Masa terbit dan berakhirnya hak cuti tahunan disesuaikan dengan tahun akademik, yaitu mulai pada
tanggal 01 Juli dan berakhir pada tanggal 30 Juni tahun berikutnya.

–19–
4. Pegawai wajib mengajukan cuti paling lambat 1 (satu) minggu sebelumnya dengan mengisi borang
permohonan izin, seperti izin dinas, menikah dan melahirkan ataupun izin lainnya yang direncanakan dan
ditujukan kepada Kepala/Atasan Langsung.
5. Kepala/Atasan Langsung yang berwenang berhak menolak, menunda, atau mengubah jadwal
permohanan cuti pegawai apabila waktu cuti dianggap mengganggu kelancaran kerja.

Pasal 49
Cuti Bersalin
1. Masa cuti bersalin (melahirkan) diberikan 90 (sembilan puluh) hari kalender sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku dan tetap mendapatkan upah berupa gaji pokok dan tunjangan tetap.
2. Pegawai yang berhak atas masa cuti bersalin (melahirkan) selama 90 (sembilan puluh) hari kalender sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku dan tetap mendapatkan upah berupa gaji pokok dan
tunjangan tetap adalah pegawai yang telah memiliki masa kerja minimal 1 (satu) tahun.
3. Pegawai yang belum memiliki masa kerja minimal 1 (satu) tahun berhak mendapatkan cuti bersalin
minimal 40 (empat puluh) hari kalender dan maksimal 90(sembilan puluh) hari kalender tetapi tidak
mendapatkan upah berupa gaji pokok dan tunjangan tetap.
4. Memperhatikan keselamatan, kesehatan, dan kelancaran dalam proses persalinan, maka pegawai wajib
mengambil cuti bersalin paling cepat 45 (empat puluh lima) hari sebelum HPL dan atau paling lambat 10
(sepuluh) hari sebelum HPL.
5. Pegawai yang akan mengambil cuti bersalin wajib menyerahkan surat keterangan tanggal HPL dari dokter
kepada staf admin masing-masing tingkat.
6. Bagi pegawai yang mengalami keguguran kandungan diberikan cuti sesuai rekomendasi dokter dengan
mendapatkan upah berupa gaji pokok dan tunjangan tetap.
Pasal 50
Izin Meninggalkan Pekerjaan
Yayasan memberikan izin meninggalkan pekerjaan kepada pegawai dengan tetap mendapat upah sesuai
dengan ketentuan perundangan yang berlaku yaitu sebagai berikut :

NO JENIS IZIN TOTAL HARI YANG DIIZINKAN


1 Pegawai menikah 5 (lima) hari
2 Pegawai menikahkan anaknya 2 (dua) hari
3 Pegawai mengkhitankan/membaptiskan anaknya 2 (dua) hari
4 Istri pegawai melahirkan/keguguran kandungan 2 (dua) hari
Suami/istri/anak/orangtua/mertua/menantu/saudara
5 5 (lima) hari
kandung pegawai meninggal dunia
2. Izin meninggalkan pekerjaan kepada pegawai dengan tetap mendapat upah sesuai dengan ketentuan
perundangan yang berlaku seperti yang tercantum pada pasal 49 ayat 1 hanya berlaku pada pegawai yang
telah memiliki masa kerja minimal 3 (tiga) bulan.
3. Pegawai yang memenuhi kewajiban agamanya atau tugas kenegaraan akan diberi izin sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No.08 Tahun 1981.
4. Izin meninggalkan pekerjaan tersebut harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari kepala/atasan
langsung.
5. Izin meninggalkan pekerjaan yang bersamaan dengan cuti bersama, hari libur nasional dan keagamaan
ataupun hari libur yang telah ditentukan tidak dapat dialihkan.
6. Pengambilan izin menikah maksimal 1 (satu) minggu sebelum/sesudah tanggal pernikahan.
7. Pegawai tidak dibenarkan izin lebih awal dan lebih lama dari ketentuan libur (cuti bersama) yang telah
ditentukan yayasan dengan alasan apapun juga kecuali hal-hal tertentu yang tidak dapat dihindari dan atas
izin kepala/atasan langsung. Izin ini akan dikenakan pemotongan gaji sesuai ketentuan.
8. Kepala/Atasan Langsung ataupun departemen yang berwenang berhak menolak, menunda, atau
mengubah jadwal permohanan izin pegawai selain izin ayat 1 (satu) apabila waktu izin dianggap
mengganggu kelancaran kerja.
9. Pegawai yang melanjutkan pendidikannya diberi izin untuk sidang dan wisuda tanpa pemotongan gaji
sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh perguruan tinggi tempat pegawai belajar (surat resmi dari
perguruan tinggi dilampirkan).

–20–
Pasal 51
Izin Waktu Kerja
1. Untuk kepentingan pribadi pegawai yang waktunya tidak bisa dialihkan, maka pegawai dapat mengajukan
izin meninggalkan pekerjaannya dengan syarat tidak mengganggu tugas utamanya. (contoh : guru/dosen
tidak diizinkan meninggalkan kelas jika sedang mengajar atau waktunya tidak memungkinkan untuk izin, izin untuk
mengambil uang di atm tidak bisa diizinkan karena dianggap tidak mendesak)
2. Permohonan ijin ayat (1) di atas diajukan kepada atasan langsung .
3. Atasan langsung dapat menolak untuk memberikan izin apabila alasan pegawai tidak dianggap mendesak
dan/atau akan mengganggu kegiatan operasional .
4. Lamanya waktu izin maksimal 6 (enam) jam/bulan.

Pasal 52
Rekreasi
1. Yayasan menyelenggarakan kegiatan rekreasi atau yang sejenisnya untuk pegawai sesuai dengan waktu
dan kemampuan yayasan.
2. Pengaturan mengenai pelaksanaan kegiatan rekreasi atau yang sejenisnya ditetapkan lebih lanjut dalam
ketentuan internal.

Pasal 53
Penghargaan
1. Penghargaan kepada pegawai menjadi kewajiban dan hak Yayasan Pancaran Maitri.
2. Jenis penghargaan yang diberikan adalah Penghargaan Masa Bakti.
3. Penghargaan Masa Bakti diberikan kepada seluruh pegawai yang berstatus pegawai pertama dan pegawai
tetap di bawah naungan Yayasan Pancaran Maitri berdasarkan masa kerja yaitu:
4. Pegawai yang telah mengabdi 5 (lima) tahun berturut-turut akan mendapatkan penghargaan PANCA
WARSA.
A. Pegawai yang telah mengabdi 10 (sepuluh) tahun berturut-turut akan mendapatkan penghargaan
DASA WARSA
B. Pegawai yang telah mengabdi 15 (lima belas) tahun berturut-turut akan mendapatkan penghargaan
DASA PANCA WARSA
C. Pegawai yang telah mengabdi 20 (dua puluh) tahun berturut-turut akan mendapatkan penghargaan
DWI DASA WARSA.
D. Pegawai yang telah mengabdi 25 (dua puluh lima) tahun akan mendapatkan penghargaan DWI DASA
PANCA WARSA.
E. Pegawai yang mengabdi 30 (tiga puluh) tahun atau lebih akan mendapatkan penghargaan BINTANG
ISTIMEWA.
5. Bentuk, waktu dan besarnya penghargaan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan Yayasan.

–21–
BAB V
DISIPLIN DAN TINDAKAN DISIPLIN
Pasal 54
Disiplin dan Tindakan Disiplin
1. Disiplin merupakan budaya sikap saling menghormati dan penuh pengertian terhadap hak-hak dan
tanggung jawab antara Yayasan dengan pegawai dan demikian sebaliknya dengan tujuan terciptanya
hubungan kerja yang harmonis antara Yayasan dengan pegawai dan sebaliknya begitu juga antarpegawai
itu sendiri.
2. Penegakkan disiplin dilakukan dengan adanya tindakan disiplin yang dilakukan yayasan kepada pegawai
yang bersifat pembinaan, perbaikan, dan pendidikan. Dikecualikan bagi pelanggaran yang termasuk
kategori berat dan/atau sangat berat dan tidak memungkinkan untuk diadakan pembinaan, maka yayasan
dapat menggunakan haknya untuk mengakhiri hubungan kerja pegawai tersebut berdasarkan ketentuan
dalam Peraturan Kepegawaian Yayasan.

Pasal 55
Dasar Tindakan Disiplin
Dasar pengenaan tindakan disiplin, yaitu peraturan kepegawaian dan ketentuan internal yayasan, jenis
pelanggaran, pengulangan pelanggaran, tingkat pelanggaran dan unsur pidana.

Pasal 56
Jenis Sanksi
1. Jenis sanksi yang dapat dikenakan oleh yayasan kepada pegawai yang melakukan pelanggaran
sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepegawaian ini adalah sanksi administrasi, sanksi demosi, sanksi
ganti rugi dan pengakhiran hubungan kerja.
2. Sanksi administrasi terdiri dari : peringatan lisan (tercatat), surat peringatan pertama, surat peringatan kedua
dan surat peringatan ketiga.
3. Jika pegawai yang diperingatkan mendapat surat peringatan pertama telah menunjukkan perbaikan dalam
tempo 6 (enam) bulan sejak peringatan pertama diberikan, maka peringatan tersebut dengan sendirinya
tidak berlaku lagi. Akan tetapi jika dalam jangka waktunya peringatan tersebut ternyata melakukan
pelanggaran/kesalahan lagi walaupun bentuk/jenis pelanggaran/kesalahannya berbeda, kepada yang
bersangkutan diberi peringatan kedua dan jika masih melanggar dalam kurun waktu peringatan tersebut
maka akan diberikan peringatan ketiga.
4. Surat peringatan yang diberikan untuk pelanggaran tidak selalu berupa surat peringatan pertama atau
kedua, tetapi dapat pula berupa peringatan pertama/terakhir, atau surat peringatan kedua/terakhir,
tergantung pertimbangan atas pelanggaran yang dilakukan.
5. Akibat dari sanksi administrasi, maka pegawai dapat dikenakan konsekuensi tidak adanya kenaikan gaji
berkala yang dilakukan untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan,
yaitu 6 (enam) bulan atau 1 (satu) tahun sejak periode kenaikan gaji berkala seharusnya dilakukan serta
dapat dikenakan bersamaan dengan sanksi administrasi yaitu surat peringatan I, II, dan III serta dilakukan
berdasarkan pertimbangan dan kondisi.
6. Masa berlaku sanksi demosi sesuai dengan kebijakan yayasan dengan mempertimbangkan kinerja dan
performa pegawai yang bersangkutan.
7. Sanksi ganti rugi jika pegawai terbukti melakukan pelanggaran yang merugikan yayasan dan dapat
dikenakan bersamaan dengan sanksi administrasi yaitu peringatan lisan (tercatat), surat peringatan I, II,
dan III serta pengakhiran hubungan kerja.
8. Sanksi ganti rugi dibayarkan oleh pegawai secara sekaligus atau secara bertahap sesuai dengan kebijakan
yayasan.
Pasal 57
Mekanisme Pengenaan Sanksi
1. Apabila terdapat indikasi atau ditemukan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai, maka yayasan
berhak untuk memanggil dan melakukan pemeriksaan terhadap pegawai yang bersangkutan sesuai dengan
ketentuan internal yayasan.
2. Sanksi dikenakan sesuai ketentuan dalam Peraturan Kepegawaian, sehingga dalam pengenaan sanksi tidak
dikenakan menurut urutan sanksi. Contoh : Sesuai dengan jenis pelanggaran dan/atau tingkat pelanggaran
yang dilakukan oleh pegawai, yayasan dapat langsung mengeluarkan surat peringatan III (ketiga) tanpa
harus memberikan surat peringatan I (pertama) atau surat peringatan II (kedua) terlebih dahulu.

–22–
3. Apabila segala upaya dalam hal pembinaan dan penyelesaian perselisihan telah dilakukan dan tidak
memperoleh jalan keluar, maka yayasan berhak untuk melakukan pengakhiran hubungan kerja sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
4. Pelanggaran dengan sanksi administrasi secara lisan (tercatat) disampaikan oleh atasan langsung dan
berikan salinan catatannya kepada bagian Kepegawaian.
5. Pelanggaran dengan sanksi administrasi berupa surat peringatan, sanksi demosi, sanksi ganti rugi dan
pengakhiran hubungan kerja dikeluarkan oleh bagian Kepegawaian setelah mendapatkan laporan dan
pertimbangan secara rinci dari atasan langsung dan disetujui Waka BPH YPM. Salinan Surat Peringatan
dibuat 2 rangkap yaitu 1 rangkap untuk atasan langsung dan 1 rangkap lainnya sebagai arsip bagian
Kepegawaian).

Pasal 58
Pelanggaran yang Terkategori Surat Peringatan I
1. Tidak masuk kerja 2 (dua) hari, secara tidak berturut- turut dalam 1 (satu) bulan dan atau 6 (enam) hari
tidak berturut- turut dalam waktu 3 (tiga) bulan tanpa surat keterangan yang sah atau tanpa
kabar/penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Sebanyak 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) minggu datang terlambat atau pulang lebih awal dan/atau
meninggalkan tugas tanpa alasan yang jelas dan sah.
3. Mengganggu tugas/pekerjaan orang lain
4. Berjualan di lingkungan tempat kerja dengan alasan apapun.
5. Menggunakan seragam kerja diluar dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan Yayasan.
6. Tidak memakai tanda pengenal pegawai/ID Card dan/atau seragam kerja tanpa seijin atasan.
7. Memakai pakaian kerja yang tidak sopan atau tidak sewajarnya sesuai dengan norma-norma di Yayasan.
8. Dengan sengaja mengabaikan kebersihan pada area kerjanya dan/atau melakukan tindakan mengotori
(misalnya : mencoret dan sejenisnya) pada ruangan tempat kerja dan/atau seluruh aset milik Yayasan
dan/atau barang/aset yang berada di lingkungan Yayasan.
9. Dengan sengaja menolak melakukan absensi pada waktu jam masuk kerja dan/atau pada waktu jam
pulang kerja.
10. Tidak mempergunakan alat-alat keselamatan dan kesehatan kerja dalam melaksanakan tugasnya yang
mewajibkan hal tersebut.
11. Pegawai tidak dapat menunjukkan kinerja yang sesuai atau menjaga, meningkatkan efisiensi dan efektivitas
kerja sesuai dengan uraian kerja dan/atau standar kerja yang diharapkan walaupun telah dilakukan
pembinaan.
12. Pegawai yang keluar pada jam kerja tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari Kepala/Atasan
Langsung dianggap mangkir dan mendapatkan Surat Peringatan I.
13. Pegawai yang tidak masuk kerja tanpa izin dari Kepala/Atasan Langsung, melakukan tindakan libur
mendahului dan/atau melebihi libur yang telah ditentukan Yayasan akan dikenakan Surat Peringatan.

Pasal 59
Pelanggaran yang Terkategori Surat Peringatan II
1. Mengulangi pelanggaran yang terkategori Surat Peringatan I walaupun telah dilakukan pembinaan.
2. Melakukan izin mendahului dan/atau melebihi ketentuan libur yang ditentukan yayasan kecuali karena
keadaan tertentu yang dapat dibuktikan.
3. Perlakuan yang dapat dikategorikan tidak sopan baik terhadap atasan, tamu dan sesama pegawai.
4. Tidak hadir selama maksimal 4 (empat) hari kerja berturut-turut tanpa kabar/penjelasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
5. Setelah 3 (tiga) kali berturut-turut pegawai tetap menolak untuk menaati perintah atau penugasan sesuai
dengan uraian kerja dari atasan langsung.
6. Dengan sengaja mengakibatkan dirinya dalam keadaan tidak dapat menjalankan pekerjaan yang diberikan
kepada pegawai bersangkutan.
7. Menggunakan atau memindahkan atau meminjamkan barang-barang milik yayasan untuk kepentingan
pribadi, tanpa seijin atasan/yayasan.
8. Menolak melakukan perintah kerja/membangkang terhadap atasan/yayasan setelah mendapatkan surat
peringatan I.
9. Berkali-kali datang terlambat (lebih dari 50%) dalam 1 (satu) bulan efektif kerja
10. Melakukan finger print (sidik jari) pada mesin absensi tetapi kemudian meninggalkan pekerjaan tanpa izin.

–23–
11. Membuat laporan yg tidak sesuai dengan kenyataannya kepada atasan/pimpinan dan merugikan pegawai
lainnya.
12. Bermain game pada saat jam kerja dan di lingkungan kerja.
13. Kinerja pegawai tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh yayasan sampai dengan 1 (satu)
tahun periode penilaian pegawai yang bersangkutan.
14. Pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan fasilitas internet.
15. Kedapatan tidur atau bermalas-malasan pada waktu jam kerja, sesudah mendapat peringatan.

Pasal 60
Pelanggaran yang Terkategori Surat Peringatan III
1. Mengulangi pelanggaran yang terkategori Surat Peringatan II walaupun telah dilakukan pembinaan.
2. Pegawai mencatatkan kehadiran pegawai lainnya, dan atau pegawai terbukti meminta/menyuruh pegawai
lain untuk mencatatkan kehadirannya.
3. Menghilangkan atau merusak barang-barang milik yayasan, baik dengan sengaja atau tidak sengaja,
sehingga barang tersebut tidak dapa dipergunakan sesuai dengan fungsinya atau menjadi berkurang
fungsinya.
4. Dengan sengaja membiarkan teman sekerjanya dalam keadaan bahaya.
5. Melanggar ketentuan mengenai perilaku profesional sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepegawaian.
6. Melakukan kecerobohan kerja sehingga mengakibatkan kerugian bagi yayasan dan/atau nama baik
Yayasan.
7. Mabuk, minum-minuman keras, madat, memakai obat bius atau menyalahgunakan obat-obatan terlarang
atau obat-obatan perangsang lainnya yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan, baik di tempat
kerja maupun di luar tempat kerja.
8. Membawa senjata tajam/senjata api atau bahan berbahaya ke tempat kerja yang tidak ada hubungannya
dengan tugas tanpa seijin yayasan.
9. Penipuan, pencurian, dan penggelapan barang/uang milik yayasan atau milik teman sekerja atau milik
pelanggan yayasan, baik di lingkungan yayasan maupun di luar lingkungan yayasan.
10. Merokok dan membawa serta mengkonsumsi makanan yang mengandung unsur hewani dan bawang-
bawangan (non-vegetarian) di lingkungan yayasan.
11. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan atau segala bentuk pemalsuan, sehingga merugikan
Yayasan atau kepentingan negara.
12. Melakukan pelecehan/perbuatan asusila atau melakukan perjudian dalam bentuk apapun baik di
lingkungan yayasan maupun di luar lingkungan yayasan.
13. Melakukan tindakan yang dikategorikan sebagai pelanggaran atau kejahatan sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku, misalnya menyerang, mengintimidasi atau menipu yayasan atau pegawai lainnya,
memperdagangkan barang terlarang, baik di dalam lingkungan yayasan maupun di luar lingkungan
yayasan, ataupun tindakan lain yang dikategorikan sebagai pelanggaran atau kejahatan.
14. Menganiaya, mengancam secara fisik atau mental, menghina secara kasar pimpinan yayasan, keluarga
pimpinan, pegawai lainnya, orangtua, anak didik atau orang lain.
15. Membujuk atasan atau pimpinan yayasan atau pegawai lainnya untuk melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan hukum dan/atau norma dan/atau kesusilaan dan/atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
16. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan diri atau pegawai lainnya dalam keadaan bahaya
atau membiarkan milik yayasan dalam keadaan bahaya.
17. Mencemarkan nama baik yayasan dan kode etik pendidikan.
18. Menawarkan atau menjanjikan kerja pada pihak lain dengan menerima imbalan dalam bentuk apapun juga.
19. Melakukan tindakan untuk mengubah dan sejenisnya terhadap segala macam bentuk formulir dan segala
macam lainnya yang diterbitkan oleh yayasan tanpa adanya persetujuan terlebih dahulu dari yayasan.
20. Melakukan tindakan-tindakan negatif yang mengandung unsur SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar
Golongan), pelecehan seksual dan/atau melanggar ketentuan perundang-undangan/ketentuan hukum
yang berlaku.
21. Melakukan tindakan yang menguntungkan diri sendiri atau pihak lain yang mengakibatkan kerugian pada
pihak Yayasan.
22. Pegawai tidak hadir bekerja selama 5 (lima) hari berturut-turut tanpa alasan yang sah atau tidak masuk akal,
dan telah dipanggil secara tertulis namun tidak memenuhi panggilan sebanyak dua kali.

–24–
23. Bekerja pada perusahaan lain selama hubungan kerjanya dengan yayasan belum putus/berhenti tanpa
seizin yayasan
24. Melakukan/mencoba menyuap dan/atau mencoba menerima suap dalam bentuk apa pun atau dari siapa
pun terhadap seseorang/beberapa orang dan merugikan yayasan/sekolah.
25. Menerima segala bentuk pemberian dari orangtua/wali murid atau peserta didik, seperti uang, barang,
makanan, barang berharga lainnya, kecuali sepengetahuan/izin dari kepala/pimpinan yayasan.
26. Membawa majalah, VCD, DVD, flashdisk, laptop, handphone dan media lainnya yang berisi pornografi di
lingkungan kerja serta berkata/mengajarkan hal-hal yang menjurus pornografi, kekerasan atau hal-hal yang
dapat mengganggu kondisi lingkungan kerja.
27. Menyebarluaskan ajaran agama dan/atau politik dalam bentuk apa pun, baik pada hari kerja atau libur di
lingkungan sekolah/yayasan tanpa sepengetahuan/izin dari sekolah/LPP/yayasan dan/atau mengundang
pemuka agama dan/atau politikus untuk melakukan khotbah atau seminar keagamaan atau politik di
lingkungan sekolah, baik pada hari kerja ataupun libur tanpa seizin dari pihak sekolah atau Yayasan.
28. Pelanggaran-pelanggaran lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam ketentuan ini akan tetapi
yang menurut sifat dan akibatnya dapat merugikan yayasan, baik secara materiil maupun nama dan/atau
citra baik Yayasan.
Pasal 61
Lain-Lain
1. Sanksi berupa peringatan lisan mulai berlaku sesuai dengan tanggal pencatatan peringatan disampaikan
atasan langsung.
2. Sanksi berupa surat peringatan mulai berlaku sesuai dengan tanggal dikeluarkan surat.
3. Sanksi untuk jenis pelanggaran, termasuk pelanggaran atas ketentuan internal yayasan, yang belum
tercantum/tidak termasuk dalam jenis pelanggaran yang terkategori Surat Peringatan I sampai Surat
Peringatan III di atas, akan ditentukan sesuai kebijakan yayasan dengan memperhatikan dasar tindak
disiplin sebagaimana diatur dalam BAB V Peraturan Kepegawaian ini.

Pasal 62
Pertimbangan dalam Penentuan Jenis Sanksi
1. Dalam menentukan jenis sanksi yang akan dijatuhkan, harus mempertimbangkan dengan seksama bahwa
sanksi yang dijatuhkan tersebut setimpal dengan pelanggaran yang dilakukan, sehingga sanksi itu dapat
diterima dengan rasa keadilan.
2. Kepada pegawai yayasan yang pernah dijatuhi sanksi tertentu dan kemudian melakukan kesalahan yang
sifatnya sama, terhadapnya dijatuhi sanksi yang lebih berat dari sanksi sebelumnya.

–25–
BAB VI
PENGAKHIRAN HUBUNGAN KERJA
DAN PEMBERHENTIAN DALAM JABATAN
Pasal 63
Pengakhiran Hubungan Kerja
1. Yayasan berupaya sebisa mungkin untuk mencegah terjadinya pengakhiran hubungan kerja antara yayasan
dan pegawai dan dalam keadaan yang memaksa sehingga terjadi pengakhiran hubungan kerja, yayasan
akan bertindak dengan mengacu pada ketentuan perundangan yang belaku.
2. Berakhirnya hubungan kerja (PHK) antara Yayasan dengan pegawai dapat dikarenakan hal-hal sebagai
berikut :
A. Pegawai meninggal dunia.
B. Pegawai mengundurkan diri.
C. Pegawai telah memasuki usia pensiun.
D. Pegawai mengalami sakit yang tidak memungkinkan melanjutkan proses kerjanya.
3. Pegawai yang mengalami pemutusan kerja tetap harus menyelesaikan semua kewajibannya terhadap
Yayasan/Sekolah/Universitas Universal antara lain :
A. Melakukan serah terima pekerjaan termasuk dokumen kepada penggantinya atau kepada
kepala/atasan langsung.
B. Mengembalikan barang atau peralatan inventaris Yayasan/Sekolah/Universitas Universal seperti
nametag, seragam atau peralatan kerja lainnya serta menyelesaikan hutang-piutang dengan Yayasan.
Pasal 64
PHK Karena Meninggalnya Pegawai
1. Meninggalnya pegawai mengakibatkan hubungan kerja terputus demi hukum.
2. Meninggalnya pegawai bukan disebabkan faktor kesengajaan seperti bunuh diri maka Yayasan akan
membayarkan uang pesangon sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 65
PHK Atas Permintaan Pegawai
1. Pegawai tetap yang mengundurkan diri secara baik-baik dan memenuhi prosedur permohonan dan tetap
melaksanakan kewajibannya sampai dengan tanggal pengunduran diri maka kepada pegawai akan
mendapatkan uang pisah sebagai berikut :
A. Masa kerja lebih dari 3 tahun tapi kurang dari 5 tahun mendapatkan uang pisah sebesar 1 kali gaji
pokok dan tunjangan tetap.
B. Masa kerja lebih dari 5 tahun tapi kurang dari 10 tahun mendapatkan uang pisah sebesar 1,5 kali gaji
pokok dan tunjangan tetap.
C. Masa kerja lebih dari 10 tahun mendapatkan uang pisah sebesar 2 kali gaji pokok dan tunjangan tetap.
2. Pegawai tetap yang mengundurkan diri dan berhak menerima uang pisah apabila memenuhi semua syarat
sebagai berikut:
A. Pegawai tetap yang memiliki jabatan mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sebelum tanggal mulai pengunduran diri, sedangkan pegawai tetap
yang tidak memiliki jabatan mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tanggal mulai pengunduran diri;
B. Tidak terikat dalam ikatan dinas dengan Yayasan;
C. Tetap melaksanakan kewajibannya dengan baik sampai tanggal pengunduran diri.
3. Pegawai yang mengundurkan diri diwajibkan melakukan serah terima pekerjaan kepada penggantinya
atau kepada kepala/atasan langsung.

Pasal 66
PHK Karena Pensiun
1. Batas umur maksimum sebagai pegawai di Yayasan adalah 65 tahun, dikecualikan pegawai dengan
jabatan fungsional sebagai Guru Besar di universitas adalah 70 tahun.
2. Pegawai yang telah memasuki usia pensiun dapat diminta meletakkan jabatannya atau diberhentikan
secara hormat dan kepada pegawai akan diberikan haknya sesuai dengan ketentuan perundangan yang
berlaku.

–26–
Pasal 67
PHK Karena Sakit Berkepanjangan, Gangguan Kejiwaan atau Cacat Jasmani
Yayasan akan melakukan PHK sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku terhadap pegawai yang
mengalami sakit berkepanjangan, gangguan kejiwaan atau cacat jasmani dan menurut keterangan dokter yang
berwenang tidak mampu untuk bekerja secara normal.

Pasal 68
PHK Atas Permintaan Yayasan
1. PHK atas permintaan Yayasan dilakukan dikarenakan pegawai melakukan pelanggaran yang terkategori
Surat Peringatan III sebagaimana tercantum dalam peraturan kepegawaian ini atau karena alasan lain
seperti rasionalisasi, lock-out, penurunan kegiatan operasional Yayasan dan sebagainya.
2. Pegawai yang diputuskan hubungan kerjanya karena melakukan pelanggaran berat/sangat berat dan/atau
pegawai tidak memenuhi standar/prosedur kerja yang ditetapkan Yayasan maka pelaksanaannya
disesuaian dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 69
Pengakhiran dalam Jabatan
1. Yayasan berupaya sebisa mungkin untuk mencegah terjadinya pengakhiran jabatan pegawai sebelum masa
waktunya berakhir.
2. Pengakhiran jabatan pegawai sebelum masa waktunya berakhir dikarenakan hal-hal berikut :
A. Pegawai tidak menjadi teladan atas jabatan yang diemban.
B. Pegawai melakukan hal-hal yang bertentangan dengan keputusan yang diambil atasan dan/atau atasan
langsung.
C. Pegawai dinyatakan kurang kompeten dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab dalam
jabatannya.
D. Pegawai tidak bisa mengatur secara efektif, efisien dan kondusif serta cenderung pasif dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab dalam jabatannya.
3. Tunjangan jabatan yang melekat secara otomatis hilang setelah masa jabatan berakhir atau diakhiri
sebelum masanya sesuai dengan surat keputusan berakhirnya jabatan.

Pasal 70
Perselisihan dan Penyelesaian
1. Perselisihan pengakhiran hubungan kerja adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian
pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.
2. Perselisihan wajib diupayakan penyelesaiannnya terlebih dahulu melalui perundingan secara musyawarah
untuk mencapai mufakat (bipartite). Setiap perundingan harus dibuat Berita Acara dan ditandatangani oleh
pegawai yang bersangkutan beserta Kepala Kepegawaian.
3. Apabila perundingan secara musyawarah (bipartite) gagal, maka dilakukan penyelesaian perselisihan
melalui perundingan mediasi dengan cara musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator
netral (tripartite).
4. Apabila perundingan perundingan mediasi gagal, maka ditempuh jalur hukum.

–27–
BAB VII
PENUTUP
Pasal 71
Ketentuan Peralihan
1. Semua pegawai yang telah bertugas di Yayasan pada saat ditetapkannya Peraturan Kepegawaian ini adalah
pegawai yang diatur berdasarkan peraturan ini.
2. Penyesuaian dan penyelesaian administrasi berdasarkan ketentuan sebagaimana di atur dalam peraturan
ini dilaksanakan secara bertahap dan telah dapat diselesaikan secara menyeluruh dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan sejak ditetapkannya peraturan ini.
3. Hal-hal yang belum cukup diatur dalam peraturan ini akan diatur dalam peraturan tersendiri.

Pasal 72
Pokok-Pokok Pelaksanaan Peraturan Kepegawaian
1. Yayasan berhak untuk memberikan penafsiran mengenai keseluruhan isi Peratuan Kepegawaian ini, baik
dalam bab-bab, pasal-pasal, ayat-ayat maupun kata-kata sehingga dapat dihindari adanya pemaknaan
ganda.
2. Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Kepegawaian ini akan disusun kemudian dan ditambahkan
sebagai pelengkap ke dalam Peraturan Kepegawaian ini atau merupakan peraturan pelaksanaan yang
dibuat dalam bentuk ketentuan internal Yayasan dan menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak
bertentangan dengan Peraturan Kepegawaian ini.
3. Semua peraturan pelaksanaan terdahulu yang mengatur tentang pelaksanaan dan/atau operasional
Yayasan Pancaran Maitri tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan
peraturan yang baru berdasarkan Peraturan Kepegawaian ini.

Pasal 73
Peraturan Pelaksanaan
1. Peraturan Kepegawaian ini berlaku selama 2 (dua) tahun setelah disahkan.
2. Jika ada persyaratan kerja dalam peraturan ini kurang/bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, peraturan ini akan ditinjau untuk disesuaikan.
3. Dalam pelaksanaan Peraturan Kepegawaian ini, bila dipandang perlu akan dikeluarkan Surat Keputusan
Badan Pengurus Yayasan secara terpisah.

Pasal 74
Ketentuan Penutup
1. Dengan ditetapkannya peraturan kepegawaian ini, maka semua peraturan yang telah dikeluarkan dan tidak
bertentangan dengan peraturan kepegawaian ini tetap berlaku dan yang bertentangan dinyatakan tidak
berlaku.
2. Bila dipandang perlu, Peraturan Kepegawaian ini dapat diubah atau diperbaiki sebagaimana mestinya.
3. Peraturan Yayasan ini menjadi pedoman pegawai dan Yayasan, termasuk jika terjadi perselisihan
menyangkut hubungan kerja dengan harapan segala perselisihan dapat diselesaikan dengan cepat, tepat,
adil, konsisten, dan berprinsip musyawarah untuk mencapai mufakat.
4. Peraturan kepegawaian ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

− − − ∞∞∞∞∞ − − −

–28–

Anda mungkin juga menyukai