Anda di halaman 1dari 5

POINTER DISKUSI

Rapat Dengar Pendapat Komisi V DPRD RI


Jakarta, 23 Agustus 2022
Dengan
Asosiasi-Asosiasi Badan Usaha Terakreditasi Sektor Jasa Konstruksi

Kami atas nama Asosiasi-Asosiasi Badan Usaha Terakreditasi Sektor Jasa Konstruksi
menyampaikan kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Komisi V yang terhormat, hal-hal
sebagai berikut:

1. Ucapan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada Kementerian Pekerjaan


Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia atas terbitnya Peraturan Menteri PUPR
08/2022, tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemenuhan Sertifikat Standar Jasa Konstruksi
Dalam Rangka Mendukung Kemudahan Perizinan Berusaha Bagi Pelaku Usaha Jasa
Konstruksi, yang telah mengakomodir masukan-masukan dari anggota kami dengan
melakukan relaksasi beberapa aturan dari Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.

2. Dengan telah diundangkannya Permen No 08/2022 sesuai tersebut di atas kami berharap
DPR bisa melakukan fungsi kontrol kepada Kementerian Pekerjaan Umum terkait
implementasi Peraturan tersebut dengan tetap menjaga semangat aturan diatas nya yakni
PP 05/2021 dan UU 11/2020 tentang Cipta Kerja yakni mempermudah/memperluas
kesempatan bekerja khususnya di sektor jasa konstruksi. Ada beberapa hal yang masih
perlu dilakukan perbaikan dan pengawasan dalam pelaksanaannya, antara lain :
pemenuhan TKK (Tenaga Kerja Konstruksi) yang dirasakan masih berat dikarenakan
sulitnya pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi oleh Asosiasi Profesi terkait proses di
BNSP yang cukup komplek dan adanya denda keterlambatan pengurusan SBU (sertifikat
badan usaha) bagi Badan Usaha Jasa Kontruksi yang nilainya sangat fantatis sebagaimana
diatur dalam PP 05/2021 pasar 415 sampai pasal 428.

3. Posisi Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) yang tidak bisa berperan
maksimal, karena posisi LPJK di bawah sub-ordinasi dari Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi bahkan di bawah sebuah Direktorat Kementerian PUPR. Walapun Pengurus
LPJK ini dalam prosesnya harus melalui sistem politik yakni melalui fit dan proper test di
DPR, seharusnya LPJK sebagai wujud dari Masyarakat Jasa Konstruksi sesuai UU No.
2/2017 tentang Jasa Konstruksi harusnya bisa counterpart Kementerian PU PR di dalam
melalukan pembangunan sektor konstruksi di Indonesia. Saat ini setiap pengaturan terkait
sektor jasa konstruksi sepenuhnya berada di Kementerian PUPR, sehingga peran publik
bisa dikatakan sangat minim atau bahkan tidak ada, sehingga perlu ditinjau ulang Peraturan
Pemerintah No. 14/2021 Peraturan Pemerintah (PP) tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi, khususnya pasal-pasal isi tentang pengaturan tugas
dan kewenangan dari LPJK.

4. Sesuai data terlampir yakni trend kenaikan solar, aspal, besi dan mata uang USD terhadap
Rupiah menunjukan kenaikan yang sangat tajam sejak tahun 2021 hingga saat ini tahun
2022. Kenaikan komiditi tersebut tentunya memacu kenaikan biaya proyek secara
signifikan. Sementara banyak sekali proyek-proyek tahun jamak yang sudah terikat sejak
dua atau tiga tahun lalu. Dengan kenaikan harga tersebut tentunya kami, para kontraktor
tidak bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Untuk tetap mempertahankan kami bisa
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan mutu, kami berharap DPR bisa ikut mendorong
adanya eskalasi harga pekerjaan kontruksi yang sedang dikerjakan oleh badan-badan usaha
jasa kontruksi ke Kementerian PUPR dan juga Menteri Keuangan serta Menko Ekonomi.
Kami mengusulkan tiga alternatif terkait ekalasi harga-harga sebagai berikut :
• Boleh berhenti tanpa sanksi
• Penyesuaian harga diikuti OPTIMASI dengan target nilai proyek tetap (balance
budget)
• Penyesuaian harga diikuti penyesuaian nilai kontrak

5. Terkait UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi dan UU No 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja Bab I Pasal 18 bahwa : Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
Pemerintah di bidang Jasa Konstruksi dan dikaitkan dengan Peraturan Presiden No. 27
Tahun 2019 tentang Kementerian PUPR di Pasal 4: Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Ini jelas berdasarkan kerangka teoritis dan yuridis tersebut disarankan Menteri PUPR
bukan hanya diberi fungsi pembinaan konstruksi yang terbatas disektor PUPR tetapi perlu
memiliki tambahan urusan dibidang jasa konstruksi seluruh sektor konstruksi sehingga
meskipun nomenklaturnya tetap setidaknya Menteri PUPR mempunyai 3 urusan yaitu:
a) Urusan Pekerjaan Umum
b) Urusan Perumahan Rakyat
c) Urusan Konstruksi
sehingga bisa menjadi regulator dan fasilitator seluruh urusan konstruksi di Indonesia.

6. Dominasi BUMN di sektor konsultan karena hingga saat ini tidak ada pembatasan seperti
di kontraktor yaitu BUMN Karya dimana hanya boleh mengerjakan pekerjaan di atas 100
Milyar Rupiah, untuk itu kami meminta DPR mendorong Kementerian PUPR membuat
aturan yang sama yakni untuk konsultan-konsultan karya (BUMN) di batasi minimal
senilai 5 Milyar Rupiah, sesuai patokan aturan pekerjaan konstraktor yakni 5% dari 100
Milyar. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mendorong tumbuh kembangnya perusahaan-
perusahaan konsultan swasta nasional di tanah air.

7. Terkait pembangunan IKN (Ibu Kota Negara), merujuk pada Peraturan Presiden No. 62
Tahun 2022 Pasal 22 ayat 3 huruf F dan pasal 22 ayat 12, bahwa Pelaku Usaha Non Kecil
yang berasal dari luar Kalimantan wajib melakukan kerjasama usaha dengan pelaku usaha
kecil di Kalimantan dalam bentuk kemitraan, subkon, atau kerjasama lainnya. Hal ini
belum bisa terjadi di lapangan, untuk itu kami juga minta kepada DPR agar mengawal
pelaksanaan peraturan ini agar masyarakat atau badan usaha di Kalimantan di dalam
pembangunan IKN mereka tidak hanya jadi penonton, tapi juga terlibat aktif di dalam
pembangunan IKN.

8. Masalah konstrak Lumpsum (LS) yang aturannya belum ada Model Dokumen Pelelangan
(MDP) sehingga kontrak LS ini selalu menjadi objek pemeriksaan yang tidak fair oleh
auditor dan aparat penegak hukum lainnya, serta ada aturan NPT (Nilai Proyek Tertinggi)
yang memberatkan konsultan-konsultan daerah, sehingga kami menyarankan kembali ke
kombinasi NPT dan domisili perusahaan. Untuk itu, kami mohon kepada DPR untuk
meminta kepada kementerian/lembaga terkait untuk memberlakukan aturan tersebut.

9. Saat ini kita sedang dalam kondisi darurat TKK (Tenaga Kerja Konstruksi) yang memiliki
SKK (sertifikat kompetensi kerja) untuk semua jenjang, karena sampai saat ini suplai dari
LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) sektor Konstruksi yang belum berjalan lancar sehingga
ini bisa menjadi bom waktu, karena kebutuhan sampai akhir tahun yaitu 200.000 SKK yang
bisa terpenuhi hanya 50.000 SKK. Untuk itu kami mendorong DPR agar memanggil BNSP
dan Kementerian PUPR agar bisa Bersama-sama mencari jalan keluar terbaik dan tercepat
sehingga proses sertifikasi dan pelatihan TKK bisa dilakukan secara masif dan cepat.

Semoga Allah SWT memudahkan setiap usaha kita bersama.

Jakarta, 23 Agustus 2022

GAPENSI (Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia)


INKINDO (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia)
AABI (Asosiasi Aspal Beton Indonesia)
GAPEKNAS (Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasional Indonesia)
AKTI (Asosiasi Kontraktor Terintegrasi Indonesia)
PERKINDO (Persatuan Konsultan Indonesia)
GAPEKSINDO (Gabungan Perusahaan Konstruksi Nasional Indonesia)
ASPEKNAS (Asosiasi Pelaksana Konstruksi Nasional)
AKI (Asosiasi Kontraktor Indonesia)
GAPENRI (Gabungan Perusahaan Nasional Rancang Bangun Indonesia)
AKTI (Asosiasi Kontraktor Terintegrasi Indonesia)
ASPEKINDO (Asosiasi Pengusaha Konstruksi Indonesia)
ASKONAS (Asosiasi Kontraktor Nasional)
Trend Kenaikan Elemen Harga Solar
25,000 180.0%

155.5% 160.0%
20,825
140.0%
20,000

106.7% 120.0%

100.0%
15,000
80.0%
12,150

10,000 10,075 60.0%


9,725 49.1%
10,000
8,150 40.0%
21.5% 23.6%
19.3% 19.3% 22.7%
20.0%
2.8%
5,000
0.0%

-20.0%
-17.1%

- -40.0%
2017 2018 2019 2020 2021 Jun-22
TKA Solar (Jan) TKT Solar (Jan) Solar (Jan)

2017 2018 2019 2020 2021 Jun-22


No Uraian % % % % % %
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
TKA TKT TKA TKT TKA TKT TKA TKT TKA TKT TKA TKT

1 Solar 8,150 0.0% 0.0% 9,725 19.3% 19.3% 10,000 22.7% 2.8% 12,150 49.1% 21.5% 10,075 23.6% -17.1% 20,825 155.5% 106.7%

Note:
TKA = Tahun ke Awal
TKT = Tahun ke Tahun

Trend Kenaikan Elemen Harga Aspal


11,000 130.0%
114.6% 10,300
10,000
110.0%
9,000

8,000 7,350 7,350 90.0%


7,100
7,000

5,800 70.0%
6,000

4,800 53.1% 53.1%


5,000 47.9%
45.1% 50.0%

4,000

26.7% 30.0%
3,000
20.8% 20.8%

2,000
10.0%
1,000 0.0% 0.0% 0.0%

- -3.4% -10.0%
2017 2018 2019 2020 2021 Jun-22

TKA Aspal (Jan) TKT Aspal (Jan) Aspal (Jan)

2017 2018 2019 2020 2021 Jun-22


No Uraian % % % % % %
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
TKA TKT TKA TKT TKA TKT TKA TKT TKA TKT TKA TKT
1 Aspal 4,800 0.0% 0.0% 5,800 20.8% 20.8% 7,350 53.1% 26.7% 7,350 53.1% 0.0% 7,100 47.9% -3.4% 10,300 114.6% 45.1%
Trend Kenaikan Elemen Harga Besi
12,000 100.0%
89.7% 11,000

10,000 80.0%
9,200

8,300
8,100
58.6%
8,000 60.0%
7,200

43.1% 43.1%
5,800 39.7%
6,000 40.0%

27.8%
24.1%
19.6%
4,000 20.0%

2,000 0.0%
-2.4%

-11.1%
- -20.0%
2017 2018 2019 2020 2021 Jun-22
TKA Besi (Jan) TKT Besi (Jan) Besi (Jan)

2017 2018 2019 2020 2021 Jun-22


No Uraian % % % % % %
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
TKA TKT TKA TKT TKA TKT TKA TKT TKA TKT TKA TKT
1 Besi 5,800 0.0% 0.0% 8,300 43.1% 43.1% 8,100 39.7% -2.4% 7,200 24.1% -11.1% 9,200 58.6% 27.8% 11,000 89.7% 19.6%

Note:
TKA = Tahun ke Awal
TKT = Tahun ke Tahun

Trend Kenaikan Elemen Harga USD


15,000 12.0%

14,718
9.9%
10.0%

14,500
8.0%
14,207
6.1%
14,018
5.8% 6.0%
14,000 5.0%
4.7%
13,754
4.0%
2.7%
13,500 13,394 13,428 1.9%
2.0%

0.3% 0.3%
0.0%
13,000

-2.0%

-3.2%
12,500 -4.0%
2017 2018 2019 2020 2021 Jun-22
TKA USD (Jan) TKT USD (Jan) USD (Jan)

2017 2018 2019 2020 2021 Jun-22


No Uraian % % % % % %
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
TKA TKT TKA TKT TKA TKT TKA TKT TKA TKT TKA TKT
1 USD 13,394 0.0% 0.0% 13,428 0.3% 0.3% 14,207 6.1% 5.8% 13,754 2.7% -3.2% 14,018 4.7% 1.9% 14,718 9.9% 5.0%

Note:
TKA = Tahun ke Awal
TKT = Tahun ke Tahun

Anda mungkin juga menyukai