2 Maret 2019
p-ISSN :2548-883X || e-ISSN : 2549-1288
Khairuddin
SMA Kabupaten Deli Serdang
Surel: drs.khairuddinlubis@gmail.com
130
Vol. 3 No. 2 Maret 2019
p-ISSN :2548-883X || e-ISSN : 2549-1288
Menengah Atas) menjadi tugas penting kebutuhan baik dari individu dan
yang ditugaskan untuk semua staf yang masyarakat dan ini membutuhkan
berada di sekolah, termasuk inisiasi dan implementasi inovasi
administrator, guru, dan pengawas, pendidikan ke dalam praktik di SMA
namun, pengawas sekolah menempati (Ruswenda, 2011; Sahertian, 2000).
tempat yang berbeda, mungkin yang Adanya era globalisasi yang
paling khas dalam latar pendidikan sangat tinggi terjadi di Indonesia, hal ini
karena mereka dapat dianggap sebagai membutuhkan perubahan dan inovasi
mediator antara guru dan staf dalam pendidikan jika kita ingin mengatasi
struktur administrasi dalam sebuah perubahan yang ada di sekitar kita.
sistem pendidikan. Berdasarkan Melakukan dan memaksakan hal-hal
permendiknas no. 13 tahun 2007, lama yang sama, dan menggunakan cara
tentang Standar Pengawas dan teknik lama yang sama tidak akan
Sekolah/Madrasah. Ada dua hal yang cukup bagi sebuah negara untuk menjadi
harus dimiliki oleh pengawas sekolah, sukses bagi peningkatan sumber daya
yaitu: kualifikasi dan kompetensi. manusianya, terutama pada aspek
Kompetensi yang harus dimiliki dilingkungan SMA (Sekolah Menengah
meliputi enam yaitu: kompetensi Atas). Perlu juga dicatat dalam hal yang
kepribadian, supervisi manajerial, terjadi saat ini meskipun praktek adat
supervisi akademik, evaluasi tidak cocok, kecenderungan untuk
pendidikan, penelitian dan menggunakan istilah "pengawasan"
pengembangan, dan kompetensi sosial. daripada "pemeriksaan" dalam
Kompetensi sebagai pengawas satuan penelitian ini adalah karena keinginan
pendidikan diatas dapat diperoleh untuk memiliki sistem yang
melalui uji kompetensi dan atau menekankan saran dan dukungan
pendidikan dan pelatihan fungsional dimensi dari masalah serta fungsi
pengawas, pada lembaga yang kontrolnya yang ada terutama di
ditetapkan pemerintah. Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Pengawas SMA (Sekolah Dalam literatur, ada dua
Menengah Atas) di Indonesia memiliki kecenderungan utama dalam persepsi
berbagai peran dan tugas untuk tempat dan peran pengawas dalam
dilakukan.Peran ini termasuk sistem pendidikan. Sebagaimana
mmnitoring pelaksanaan ujian nasional dinyatakan oleh Nurhikmahyanti (2013),
maupun ujian lainnya.Pengawas juga banyak administrasi senior di sekolah
melakukan supervisi guru (akademik), merasa bahwa kegiatan utama para
dan membantu mereka, menilai kinerja pengawas sekolah seharusnya menjadi
guru dan staf sekolah lainnya dan apa yang sering mereka sebut sebagai
bahkan menuntut investigasi kriminal "kendali mutu" dan perubahan harus
personil pada sekolah.Selain itu, ada dimulai dengan pengetatan pada
aspek peran mereka yang sangat penting pengawas sekolah sendiri, sebagai
dalam peningkatan efektivitas instrumen kontrol. Banyak administrator
instruksional sekolah menengah atas.itu di sekolah menekankan harapan pada
adalah implementasi dari inovasi dalam pengawas sekolah untuk berkonsentrasi
pendidikan. Meningkatkan efektivitas pada "penilaian" sebagai ujung tombak
instruksional sekolah membutuhkan dari tugas dan fungsinya dalam bekerja,
adaptasi baru terhadap perubahan sedangkan banyak pengawas sekolah
131
Vol. 3 No. 2 Maret 2019
p-ISSN :2548-883X || e-ISSN : 2549-1288
132
Vol. 3 No. 2 Maret 2019
p-ISSN :2548-883X || e-ISSN : 2549-1288
133
Vol. 3 No. 2 Maret 2019
p-ISSN :2548-883X || e-ISSN : 2549-1288
Nilai Rata-Rata
sekolah yang menjadi tenpat penelitian 4
memiliki kinerja sekolah yang aktif, dan
3
tidak ada sealah satu sekolah yang tidak 4.89
2 4.08 4.15 4.09 3.97 4.34 4.46 4.12
aktif/ semi aktif.Hal ini dilandaskan
1
dengan bagusnya data masuk dan data
keluar siswa selalu memiliki tingkat 0
1 2 3 4 5 6 7 8
yang stabil.
Dimensi
Responden dipilih dari masing-
masing sekolah yang diteliti sebanyak 8 Gambar 1. Grafik Rata-rata penilaian
(delapan) sekolah menengah atas kepala sekolah menengah atas (SMA)
(SMA).Responden menilai kompetensi terhadap supervisi akademik yang
kepala sekolah terkait dengan dilakukan oleh pengawas sekolah
keselarasan kapasitasnya sebagai
supervisi akademik yang sudah
Penilaian terendah terdapat pada
dilakukan.Hasil penilaian dapat dilihat
dimensi 5 yaitu pada sekolah SMAS
pada tabel 1 dan gambar 1.
Rakyat Pancur Batu. Pada indicator
instrumen yang diberikan dengan nomer
Tabel 1. Rata-rata penilaian
5 tentang Membimbing guru untuk
kepala sekolah menengah atas (SMA)
proses dan percangan dalam menyusun
tentang supervisi akademik
rencana pelaksanaan pembelajaran
Nilai (RPP) pada setiap mata pelajaran dalam
Jumlah rumpun mata pelajaran yang linear di
Nama Sekolah Dimensi rata-
Indikator
rata sekolah menengah atas (SMA) yang
SMA N. 1 sejenis di lingkungan sekolah masing-
1 2 4,89
Sunggal masing. Sementara hal ini sangatlah
SMAS penting dalam proses pembelajaran yaitu
Muhammadiyah 2 3 4,08 dalam menentukan bahan ajar, topic,
18 Sunggal serta bobot dalam penentuan
SMAS pembelajaran dalam rencana
Methodist 3 3 4,15
pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada
Pancur Batu
setiap mata pelajaran dalam rumpun
SMAS Galih
Agung 4 2 4,09 mata pelajaran yang linear di sekolah
Kutalimbaru menengah atas (SMA).
SMAS Rakyat Jika pembimbingan dari
5 2 3,97
Pancur Batu pengawas sekolah kepada guru masih
SMAS Bayu ditemukan adanya sebuah masalah,
6 2 4,34
Pertiwi Sunggal maka hal ini akan dapat menurunkan
SMA N. 1 kualitas guru dalam sebuah
7 3 4,46
Pancur Batu pembelajaran di lingkungan SMA
SMAS Nila kabupaten Deli Serdang, Provinsi
Harapan 8 2 4,12
Sumatera Utara. Menurut pidarta
Sunggal
(2009), menyampaikan dalam
Skor Total 34,10
penelitiannya bahwa pembelajaran tidak
Rata-rata nilai 4,26
134
Vol. 3 No. 2 Maret 2019
p-ISSN :2548-883X || e-ISSN : 2549-1288
135
Vol. 3 No. 2 Maret 2019
p-ISSN :2548-883X || e-ISSN : 2549-1288
menentukan strategi dan metode dalam keterkaitan antara nilai rata-rata yang
sebuah teknik pembelajaran, misalnya, diperoleh dari kepala sekolah dan guru
menentukan buku acuan, sistematika dapat dilihat pada Tabel 3.Hal ini
pembelajaran, agar siswa lebih produktif dilakukan untuk menganalisis dan
dan serius dalam proses belajar melihat seberapa dekat hubungan
mengajar pada setiap mata pelajaran penilaian guru terhadap penilaian kepala
dalam rumpun mata pelajaran yang sekolah dengan 8 tempat sekolah yang
linear di sekolah menengah atas (SMA). di teliti di kabupaten Deli Serdang.
4.3
supervisi akademik
4.2
4.1 4.42 Regresi Statistik
4.31 4.32
4.25
4 4.19 4.21 4.18 Regresi (R2) 0.557852597
2
3.9 4.01 Penyesuaian R 0.173439424
3.8 Nilai kesalahan
0.153187625
1 2 3 4 5 6 7 8 standar
Dimensi Data Observasi 7
136
Vol. 3 No. 2 Maret 2019
p-ISSN :2548-883X || e-ISSN : 2549-1288
pengawas sekolah dalam proses Likert RA. 1932. Technique for the
supervisi akademik yaitu berada di measurement of attitudes.
sekolah SMAS Methodist Pancur Batu. Archives of Psychology, 140 pp:
Hasil regresi statistik menunjukkan 1-55
hubungan yang erat antara nilai rata-rata
guru dan kepala sekolah.Hal ini Nurhikmahyanti, D. 2013. Keefektifan
menunjukkan bahwa lokasi pancur batu Pelaksanaan Supervisi
dominan menghasilkan penilaian Akademik oleh Pengawas dan
rendah, baik diperoleh dari guru dan Kepala Sekolah Menengah Atas
kepala sekolah menengah atas Negeri di Kota Yogyakarta.
(SMA).Hasil penelitian ini dapat Inspirasi Manajemen
dikatakan hasil yang diperoleh Pendidikan, 1(3).
mendekati skor sangat setuju, yaitu skor
5 dalam metode Likert. Pidarta, M. 2009. Supervisi Pendidikan
Kontekstual. Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA
-------------. 2007. Peraturan Pemerintah Purwanto, M. N. 2009. Adminisrasi dan
Republik Indonesia No. 13, Supervisi Pendidikan. Bandung,
Tahun 2007, tentang Standar PT Remaja Rosdakarya.
Pengawas Sekolah/Madrasah
Ruswenda, U. 2011. Berbagai faktor
Bennett, S., & Saks, L. V. 2006. Field Dalam Supervisi Akademik
notes: A conceptual application Pengawas Sekolah Menengah
of Attachment Theory and Kejuruan (SMK) di Kabupaten
research to the social work Kuningan (Doctoral dissertation,
student-field instructor Tesis. Jakarta: Universitas
supervisory relationship. Journal Indonesia).
of Social Work Education,
42(3), 669-682. Sahertian, PA. 2000. Konsep-Konsep
dan Teknik Supervisi
Bogo, M., Globerman, J., & Sussman, T. Pendidikan Dalam Rangka
2004. The field instructor as Pengembangan Sumber Daya
group worker: Managing trust Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
and competition in group
supervision. Journal of Social
Work Education, 40(1), 13-26.
137