Anda di halaman 1dari 16

PENGAWETAN HASIL

PEWARNAAN ATAU
RESERVASI PREPARAT
Ferdiyanti 1010191047
Nadia Ulfa NurFatikho 1010191075
Nurlena Fauziah 1010191082
HISTOTEKNIK
Histoteknik merupakan proses membuat sajian
histologi dari spesimen tertentu melalui suatu
rangkaian proses hingga menjadi sajian yang siap
untuk diamati atau dianalisa. Rangkaian proses
pembuatan preparat histologi melalui beberapa
tahapan diantaranya persiapan seperti fiksasi,
trimming dilanjutkan tahap pemrosesan jaringan
seperti dehidrasi, penjernihan, infiltrasi parafin,
pengeblokan, pemotongan, pewarnaan, perekatan
dan pelabelan.
PREPARAT
● Preparat merupakan spesimen/sediaan anatomi
maupun patologi yang diawetkan untuk tujuan
penelitian dan pemeriksaan.
● Pada preparat, sampel spesimen yang
diletakkan atau dioleskan pada permukaan
gelas obyek (object glass) atau slides, dengan
atau tanpa pewarnaan, yang selanjutnya dapat
diamati di bawah mikroskop.
MACAM PREPARAT
SECARA UMUM, PREPARAT DIBEDAKAN MENJADI 2, DIANTARANYA :

● Preparat basah
Preparat basah dilakukan pada waktu
praktikum struktur tumbuhan dan hewan,
Dilakukan dengan cara pengirisan
konvensional, yaitu diiris tipis oleh silet yang
baru atau cutter yang tipis dan tajam.
● Preparat Awetan

Proses pengawetan melibatkan berbagai


macam tahap antara lain mematikan sel,
mencuci, menghilangkan air, menghilangkan
alkohol, pewarnaan, penjernihan, dan
CONTOH PREPARAT PREPARAT AWETAN
BASAH (TANAMAN) HISTOLOGI
PENGAWETAN HASIL
PEWARNAAN
• Pengawetan hasil pewarnaan bisa dilakukan dengan
perekatan (Mounting).
• Mounting memberi warna cerah, sebagai pelindung, dan
pengawet jaringan yang telah diwarnai dari mikroba dan
bakteri.
• Proses perekatan ini dilakukan dengan objek glass berisi
pita preparat ditetesi Canada balsam atau entellan DPX
kemudian ditutup dengan cover glass.
PROSES PEREKATAN PREPARAT

1. Meneteskan 1-2
tetes zat mounting
pada pita sediaan.

4. Tunggu preparat
3. Bersihkan
mengering, beri label,
kelebihan zat.
dan siap diamati.
LABELING
Labeling bertujuan untuk menghindari kesalahan atau
tertukarnya
preparat satu dengan yang lainnya saat pengamatan oleh
dokter
spesialis patologi anatomi.
Persiapan alat dan bahan :
• Label
• Spidol
• Preparat hasil staining
Prosedur pelabelan :
• Ambil preparat hasil pewarnaan.
• Tulis label sesuai dengan identitas pasien.
• Tempelkan pada preparat.
PENYIMPANAN PREPARAT
Penyimpanan preparat jaringan agar
bisa bertahan lama memerlukan
perhatian khusus. Musuh utama
pada penyimpanan adalah
penumpunan debu diatas kaca
penutup dan adanya jamur yang
menutupi tampilan jaringan.
Sehingga setiap selesai penggunaan
preparat harus dibersihkan dari debu
atau minyak imersi yang terkadang
tertinggal di lensa objektif. Preparat
disimpan di dalam kotak kayu/plastic
tertutup dan disimpan pada tempat
yang kering.
CARA MERAWAT PREPARAT
1. 3.
Memegang preparat dengan cara Pembersihan preparat
yang benar agar kaca dari menggunakan alcohol yang
preparat tetap bersih. diusapkan dengan menggunakan
kertas tissue, atau kertas yang
telah mengandung alcohol.
Diusapkan secara halus pada
penutup.
4.
2.
Mengambil preparat dari Sifatnya mudah pecah sehingga
mikroskop dengan cara yang harus dijaga dari benturan,
benar. setelah dipakai dibersihkan,
disimpan dalam kotak khusus.
FASILITAS PEMYIMPANAN

● Fasilitas penyimpanan, rak, dan lain-lain


harus diatur sehingga aman terhadap
pergeseran dan jatuh.
● Fasilitas penyimpanan harus dijaga dari
penumpukan sampah, bahan yang tidak
diinginkan dan benda yang dapat
menimbulkan bahaya dan hama seperti
tikus bahkan semut sekalipun.
Penanganan Sisa Spesimen
Specimen yang didapatkan di laboratorium patologi anatomi akan diolah
dan menghasilkan suatu sediaan mikroskopis yang menjadikan dasar
pelaporan untuk keperluan diagnosis ataupun yang lainnya. Setelah hasil
diterima oleh pemohon baik dalam bentuk kertas ataupun digital, maka
fungsi lanjutan seorang tenaga laboratorium patologi anatomi adalah
sebagai berikut :
1. Menjaga sediaan hingga 10 tahun kedepan dan dapat dijadikan untuk
referensi, pengajaran atau penelitian.
2. Menjaga formulir permintaan atau memindahkannya dalam bentuk
digital dan menyimpannya selema kurun waktu minimal 10 tahun.
3. Specimen yang tersisa dapat dilakukan sebagai berikut :
• Memisahkan untuk keperluan penyimpanan, pengajaran,
penelitian bahkan museum.
• Menjadikan referensi hingga 1 tahun kedepan.
• Membuang sisa specimen jika dianggap tidak perlu.
K3
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu
tindakan perlindungan terhadap tenaga kerja dari segala aspek yang
berpotensi membahayakan. Aspek yang dimaksud membahayakan
adalah sumber yang berpotensi menimbulkan kecelakaan.
Pelaksanaan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di laboratorium secara umum dapat dilaksanakan dengan tahapan
berikut:
● Pengetahuan tentang K3 dari masing-masing personil laboratorium
● Kondisi laboratorium yang kondusif dan sesuai dengan standar
minimum untuk bekerja aman di laboratorium
● Penataan bahan kimia yang menjadi sumber bahaya yang sering
muncul
● Tersedianya alat pelindung diri (APD) yang lengkap serta jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium
MONITORING
• Sajian histologi semakin langka dan mahal
karena kesulitan bahan baku. Oleh karena ini
pergunakanlah sediaan yang ada secara hati-hati.
• Sajian histologi mudah pecah, berhati-hatilah
dalam menggunakannya. Setiap kali hendak
praktikum, ambillah semua sajian yang
diperlukan dan laplah dengan kain flanel atau
tissue bersih secara hati-hati lalu letakkan
ditempat yang aman sehingga tidak mungkin
jatuh. Tidak dibenarkan membawa pulang sajian
histologi. Gunakanlah waktu praktikum sacara
efisien.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai