Anda di halaman 1dari 6

A.

Penjelasan mengenai film


Kita mengambil tema film documenter THRIF LIFE karena jaman sekarang pakaian
bekas branded menjadi trand fomo di anak anak muda, bahkan menjadi peluang usaha
untuk sebagian orang. Disini kita menceritakan dari point of view pelaku thief, dan
mewawancari pedagang serta padangan masyarakat yang berumur 17 – 25 tahun tentang
budaya thief ini.
- Alasan pemilihan tema: Perancangan ini ditujukan kepada remaja hingga
dewasa awal, khususnya remajadan dewasa awal yang meminati gaya hidup
berbelanja thrift shop terutamaproduk fashionnya yang berada kota-kota besar
Indonesia.

B. Latar Belakang
Gaya hidup remaja pada jaman sekarang sudah begitu konsumtif
karenakeinginannya mengikuti jaman. Untuk diterima dan menjadi pusat perhatiandi
lingkungannya biasanya remaja berusaha untuk mengikuti tren pakaian kekinian,
misalnya dengan mengonsumsi pakaian dengan merk terkenal dan terbaru dengancara
berbelanja (Kresdianto, 2014), terjadinya hal tersebut juga bisa dikarenakanadanya
pengaruh dari media sosial yang digunakan remaja saat ini.
Gaya hidup remaja saat ini memang sangat dipengaruhi oleh sekitarnya,
khususnya idola yang dipanutinya, sedangkan kemampuan finansial remajatersebut
belum tentu sama dengan idolanya, yang mengakibatkan adanyapemaksaan untuk
membeli barang yang sama. Terlebih seiring dengan pesatnyaperkembangan model
pakaian, tentu akan menambah pengeluarandanmeningkatnya perilaku konsumtif
dikalangan remaja. Perilaku konsumtif ini selain merugikan diri, juga dapat merugikan
lingkungan karena limbah pakaianyang dapat menimbulkan polusi. Selain itu, total emisi
gas rumah kaca dari produksi tekstil sudah mencapai 1,2 miliar ton per tahun, angka
tersebut lebihbanyak dari industri pelayaran dan penerbangan, zat tersebut pun dapat
memengaruhi kesehatan para pekerja tekstil dan juga pemakai dari pakaian, danzat
tersebut dapat menyebar ke lingkungan (Ellen McArthur Foundation, 2018).
Dihitung dari tahun 2000 hingga 2020, produksi pakaian atau garmen di
duniasudah meningkat dua kali lipat dari sebelumnya. Jenis pakaian yang dibeli
olehkonsumen biasanya jaket, celana dan baju, jumlah konsumsi ini pun meningkat 60%
persen dibanding pada tahun-tahun awal Abad 21. Dengan adanyapeningkatan tersebut,
di beberapa negara bahkan sudah biasa dijumpai sampah- sampah baju bekas yang
bahkan akhirnya menumpuk di tempat pembuangansampah (Sax, 2018). Produk-produk
tekstil dunia ternyata 50 persennyadiproduksi oleh Tiongkok. Negara Tiongkok akhirnya
harus dihadapkan denganadanya persoalan polusi masif dari industri garmennya. Namun,
Tiongkok 2 menanggulanginya dengan cara mendaur ulang pakaian-pakaian bekas dari
seluruh dunia untuk diolah lagi menjadi benang. Namun pada tanggal 1 Januari 2018,
pemerintah Tiongkok sudah melarang adanya impor 24 bahan baku industri dari seluruh
dunia untuk didaur ulang dikarenakan adanya proteksi perdagangan, dengan adanya
peraturan tersebut tentu akan memberi dampak bagi polusi di seluruh dunia (Davis dan
Ding, 2018). Jika dibandingkan dengan satu dekadeyang lalu, mengingkatnya polusi dari
bisnis busana ini sudah diakui oleh Wakil Ketua Asosiasi Industri Busana dan Sepatu dari
Amerika Serikat, yaituNateHerman. Nate Herman mengatakan setelah Tiongkok
memberhentikan kegiatandaur ulangnya, maka dampaknya industri akan terancam pola
bisnis dikedepannya.

C. Pendekatan Structur Gaya


Untuk film kami ini pendekatan struktur gaya DIRECT CINEMA,
D. Jadwal syuting
Skedul Tahapan Produksi Film Documenter

Weekly Schedule
No Period Activity Oktober November Desember
1/6 8/14 16/22 24/30 1/6 8/14 16/22 24/30 1/6 8/14 16/22
Riset
Consept
Arsip
Script
Recce
Pre VO artist
Pro Equipment
Contact
Permission
Floor Plan
Shot List
Evaluation
Shoting I
Shoting II
Pro Shoting III
Evaluation
Off-fline
Editing
Post Sound Post
Pro Production
On-line
Editing

A. Breakdown Budgeting

Tabel 2. Contoh Budget Produksi Film


Documenter

No Item Unit Rate Amount Notes


Pra Produksi
1. Konsumsi Rp.
Riset Rp.
2. Transportasi Rp.
3.. copy Scipt (print, copy) Rp.
4 Kertas dan alat tulis Rp. Keperluan pra
produks
5 Story Board Rp.
6. Operasional hunting Lokasi Rp.
7 Pembelian alat ) Rp.
Administrasi & Perijinan Rp.
Recce Rp.
Izin Lokasi Rp.
TOTAL
Produksi
Transportasi Rp.
Kertas, karton dan alat tulis, Keperluan
produksi
Print / Copy Rp. Keperluan
produksi
Konsumsi Rp. Sarapan, makan
siang dan malam
Suplemen (Indomie, karating Rp Tengah malam
daeng). Kopi, teh, air mineral
Operasional Crew Produksi Rp. Uang saku
Nara Sumber Rp.
5. Alat: (5.1) Camera Rp. Sudah ada/ sewa
Sudah
ada, (5.2) Lensa Sesuai kebutuhan Rp. Sebagian sewa
Beli, (5.3) Perlengkan Sesuai kebutuhan Rp.
Sewa camera
Alat (5.4) Lighting Rp. Sudah ada
(5.5) Perlengkapan Sesuai kebutuhan Rp. Sebagian beli
lighting
(5.6) Sound Rp. Budget harian
(5.7) Kelengkapan Rp. Budget harian
Produksi

Izin Operasional Rp.


TOTAL
Pasca Produksi
Kebutuhan Editor Rp.
Kebutuhan Sound Designer Rp.
Konsumsi Rp.
Penjilidan Dispro Rp.
Copy tape Rp.
TOTAL KESELURUHAN

Tabel 3. Budget Shoting

Production: Producer
Title: Director
Duration:
Location:
No item Unit Rate Amount Remark
1. Bensin kendaraan Rp,
2. Sewa alat
3. Makan Siang dan Malam
3. Dst.
4,
5.
6.
7.
. TOTAL

B. Shoting Schedule

Tabel 4. Timeline (roundown shoting)

Directur:
Date:
No TIME LOCATION SCRIPT SUBJECT WARDROBE PROPERTY EQUIPMENT REMARK

Sarapan pagi
1.
2.
3
Makan Siang (rehat)

4
5.
6.
7

Makan Malam (rehat)


8.
9.

Anda mungkin juga menyukai