Anda di halaman 1dari 7

A.

Permasalahan Sampah di Indonesia

Indonesia memang sulit untuk lepas dari masalah sampah. Bau menyengat dan keberadaannya yang
bertebaran secara sembarang di lingkungan sekitar menjadi bukti bahwa sampah ibarat “teman hidup”
kita sehari-hari. Permasalahan yang belum kunjung membaik ini tentu akan memunculkan satu
pertanyaan, “kapan kelarnya?”

Banyak riset telah membuktikan buruknya permasalahan sampah di Indonesia. Penelitian dari
University of Georgia tahun 2010 menunjukkan terdapat 3,22 juta ton sampah plastik tidak terkelola
dalam setahun dan sekitar 14 sampai 40 persennya diduga berkontribusi atas tercemarnya laut.
Kemudian, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya menyampaikan sekitar 67,8 juta
ton pada tahun 2020 dan kemungkinan dapat bertambah seiring pertumbuhan penduduk. Hal ini turut
diperburuk dengan fakta bahwa banyak lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang penuh,
utamanya di kota-kota besar. Bahkan masalah TPA ini pernah sampai menimbulkan bencana
besar dimana terjadi peristiwa ledakan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Leuwigajah,
Cimahi, Jawa Barat. Peristiwa ini terjadi pada 21 Februari 2005 dan menyebabkan longsor
sampah dan 2 kampung tertimbun sampah. Akibatnya, 157 jiwa melayang. Oleh karenanya,
hari kejadian peristiwa tersebut diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN)
yaitu pada tanggal 21 Februari.

Permasalahan jumlah dan jenis sampah terus bertambah seiring pertumbuhan penduduk
dan perkembangan teknologi. Namun, laju solusi pengelolaan sampah masih tertinggal jauh
di belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk terbanyak ke-4,
dampaknya adalah banyaknya sampah yang dihasilkan, sehingga menyebabkan Indonesia
memasuki penyumbang sampah plastik terbanyak. Indonesia memasuki peringkat ketiga
sebagai negara yang menghasilkan sampah plastik terbesar di dunia sebagaimana
dijelaskan dalam laman indonesia.go.id, pada 2020, Indonesia menghasilkan sampah plastik
sebanyak 67,8 juta ton atau terdapat 185.753 ton sampah setiap harinya dihasilkan oleh 270
juta penduduk. Diantara sekian bnayak jumlah sampah tersebut, sampah organik masih
merajai jenis sampah di Indonesia yaitu sebesar 60%, disusul sampah plastik 14%.

Sebagai salah satu negara dengan memiliki potensi besar dari sisi alam maupun manusia, kondisi ini
tentu menjadi rapor merah. Bagaimana tidak, lebih dari 1 juta turis asing berkunjung ke Indonesia
sebelum pandemi (2017-2019), sehingga akan sangat disayangkan apabila tingginya kunjungan tidak
diimbangi dengan kenyamanan selama tinggal di Indonesia, salah satunya dari sisi kebersihan dan
keindahan lingkungan.

Secara keseluruhan, sampah dapat dikatakan sebagai salah satu problema pelik di
Indonesia, sehingga untuk menyelesaikannya diperlukan kolaborasi semua pihak. Dalam hal
ini, pemerintah telah mengupayakan yang terbaik untuk terus memperbaiki pola pengelolaan
sampah, dengan catatan perlu adanya penanaman nilai cita lingkungan secara masif sejak
dini. Hal ini perlu diiringi pula dengan kesatuan paham antar instansi.

B. Dampak Sampah bagi Lingkungan

Membuang sampah sembarangan akan mencemari lingkungan kita dan secara signifikan mengurangi
penggunaan, kenikmatan, dan nilai tempat-tempat umum kita. Hal ini membuat lingkungan tampak
kotor dan tidak terawat, dan membuat banyak orang jadi tidak nyaman.

Tak hanya masalah kenyamanan dan keindahan, sampah yang dibuang di jalan, di sisi jalan, atau di
mana pun, dapat tersapu atau terhempas ke sungai dan aliran air lainnya, mencemari tanah, saluran
air, dan lingkungan yang ada di dalamnya.

Menyebabkan Kerusakan atau Cedera Fisik


Dampak buang sampah sembarangan yang pertama adalah dapat menyebabkan kerusakan dan cedera
fisik. Sampah dapat berisi benda-benda yang dapat membahayakan atau menyebabkan luka fisik pada
manusia atau hewan, seperti jarum atau pecahan kaca. Melempar puntung rokok ke hutan juga dapat
memicu kebakaran dan menghancurkan properti dan rumah di sekitar atau bahkan membunuh mereka
yang terjebak dalam api.

1. Kebakaran
Kebakaran ini dapat dipicu oleh punting rokok yang dibuang sembarang atau bisa juga terjadi
oleh sampah bahan kimia yang tidak dipilah terlebih dahulu sebelim dibuang.
2. Banjir
Penumpukan sampah bisa penyebab terjadinya banjir. Sampah yang dibuang kesungai
maupun saluran aing lainnya dapat menumpuk dan bisa menyumbat saluran air jika dibuang
sembarang.

Mencemari Lingkungan
Dampak buang sampah sembarangan yang ketiga yakni dapat mencemari lingkungan. Sampah
berdampak buruk bagi lingkungan. Bahan-bahan beracun atau bahan kimia di dalam serasah dapat
terhempas atau terbawa ke sungai, lahan hutan, lautan, danau dan anak sungai hingga akhirnya
mencemari saluran air, tanah, kawasan hutan, atau lingkungan perairan.
Mempengaruhi dan Membunuh Satwa Liar
Dampak buang sampah sembarangan yang keempat yaitu dapat mempengaruhi dan membunuh satwa
liar. Sampah plastik terkadang disalahartikan sebagai makanan oleh satwa liar di darat dan laut,
seperti herbivora, burung laut, penyu, dan ikan.

Ketika dikonsumsi oleh hewan, mereka mengurangi kapasitas perut karena tidak dapat dicerna. Dalam
jangka panjang, hal menyedihkan ini akan mempengaruhi kebiasaan makan hewan, hingga akhirnya
membunuh mereka.

Mempermudah Penyebaran Penyakit

Dampak buang sampah sembarangan yang kedua yaitu dapat mempermudah penyebaran penyakit.
Membuang sampah sembarangan dapat mendorong penyebaran hama dan penyakit.

Sampah dapat menjadi tempat berkembang biaknya penyakit dan menyebarkannya melalui hewan
yang memakannya. Jika sampah menampung air, dapat menjadi sarang nyamuk yang dapat
menyebarkan penyakit malaria mematikan.

Bahan kimia beracun dan penyakit, yang menyebabkan mikroorganisme di tempat sampah, juga dapat
mencemari sistem air dan menyebarkan penyakit yang terbawa air, yang dapat berdampak negatif
pada kesehatan hewan dan manusia jika air yang tidak bersih atau tidak diolah sebelum dikonsumsi.

Jenis Penyakit yang mungkin muncul akibat buang sampah sembarangan

Ada banyak penyakit yang bisa timbul akibat kebiasaan banyak orang membuang sampah
sembarangan, di antaranya:

 Tetanus
 Hepatitis A
 Cacingan
 Demam berdarah
 Infeksi kulit
 Infeksi salmonella
 Diare

Penyakit seperti hepatitis A dan demam berdarah adalah penyakit yang mudah menular. Jika satu
orang terkena, risika orang lain yang tinggal satu lingkungan dengan penderita tertular akan naik.
Penyebaran Wabah menjadi dampak lain dari kebiasaan membuang sampah sembarangan

Sampah yang dihasilkan dari rumah atau individu umumnya bisa dibagi menjadi sampah organic dan
anorganik. Akibat membuang sampah organik dan anorganik sembarangan, bakteri dan parasite dapat
tumbuh subur. Sampah-sampah ini juga akan mengundang banyak binatang yang bisa menjadi
penyebab dan pembawa penyakit,seperti tikus, kecoa, dan nyamuk.
Sampah bisa menyebabkan penyakit pada manusia melalui dua cara, yaitu secara langsung dan tidak
langsung.
1. Penularan langsung
Apabila sampah dibuang di sembarang tempat, aka nada kemungkinan orang lain menyentuhnya,
baik sengaja maupun tidak. Saat ada anggota tubuh yang bersentuhan dengan sampah saat itulah
bakteri, kuman dan parasite akan bisa menjangkit tumbuh. Dampak lain dari membuang sampah
sembarangan, terutama benda yang tajam seperti kaleng dan kaca juga akan meningkatkan risiko
sampah tidak sengaja terinjak atau menyebabkan orang lain terluka. Saat terluka, maka bakteri
akan dengan mudah masuk ketubuh dan menyebabkan penyakit.
2. Penularan tidak langsung
Penularan penyakit secara tidak langsung dapat terjadi melalui vector atau hewan pembawa
penyakit, seperti:
 Tikus
 Lalat
 Kecoa
 Nyamuk
Hewan-hewan ini bisa menjadi kendaraan untuk bakteri. Virus, cacing, dan berbagai penyebab
penyakit lainnya masuk ketubuh. Seperti pada lalat yang bisa membawa bakteri ke makanan yang kita
konsumsi, atau nyamuk yang membawa virus dengue dan menularkannya dari satu orang ke orang
lain.

Mempengaruhi Nilai Estetika dan Pariwisata Lokal


Dampak buang sampah sembarangan yang kelima yakni dapat mempengaruhi nilai estetika dan
pariwisata local. Sampah yang tergeletak sembarangan hanya akan terlihat kotor dan menurunkan
nilai estetika lingkungan sekitarnya.

Demikian pula, itu mempengaruhi pariwisata lokal karena membuat daerah kota dan pinggir jalan
terlihat menjijikkan. Masyarakat dan wisatawan juga cenderung menghindari tempat-tempat yang
banyak sampahnya karena masalah kesehatan dan dinilai tidak menarik.

Tempat Perkembangbiakan Serangga


Serasah dapat berfungsi sebagai tempat berkembang biaknya serangga atau hama. Jika itu adalah
sampah organik, maka akan sangat berbahaya karena serangga dan hama lainnya lebih suka
berkembang biak di bahan organik. Membuang sampah sembarangan juga dapat menyebabkan
peningkatan populasi serangga yang tidak diinginkan.

Polusi Tanah
Dampak buang sampah sembarangan yang berikutnya yaitu dapat menyebabkan polusi tanah.
Pencemaran tanah merupakan salah satu dampak buruk dari membuang sampah sembarangan.
Sampah terdiri dari beberapa bahan seperti kaca, logam, bahan organik dan juga dapat mengandung
bahan berbahaya.

Polusi Air
Membuang sampah sembarangan dapat berkontribusi terhadap pencemaran air dalam beberapa cara.
Ketika orang membuang sampah mereka langsung ke air, maka sungai dan danau dapat tercemar.
Selain itu, pencemaran air dapat masuk ke air tanah ketika sampah terbawa ke air tanah kita karena
curah hujan alami. Sampah ini kemungkinan besar akan berakhir di lautan pada akhirnya.

Polusi Udara
Dampak buang sampah sembarangan yang terakhir adalah dapat menyebabkan polusi udara. Orang
sering membakar sampah untuk membuangnya. Namun, dalam proses pembakaran, zat berbahaya
yang terkandung dalam sampah bercampur dengan udara dan menyebabkan polusi udara.
Masalah ini menjadi semakin parah, terutama ketika membakar plastik, yang mengarah pada emisi
banyak gas beracun dan partikel yang dapat berdampak negatif pada sistem pernapasan manusia.

C. Perubahan Iklim yang terjadi akibat sampah

Dari sekitar 67,8 juta ton sampah yang dihasilkan tiap tahunnya, Sampah organik masih
merajai jenis sampah di Indonesia yaitu sebesar 60%. Penyebab tingginya produksi sampah
organik adalah tingginya angka produksi sampah sisa makanan (food waste). Di dunia, per tahun
2019, 931 juta ton sampah sisa makanan dihasilkan. 61% sampah tersebut berasal dari sektor rumah
tangga, 26% dari industri makanan dan 13% dari retail (Data UNEP Food Waste Index Report 2021).
Di Indonesia juga didominasi oleh sampah sisa makanan yang produksinya mencapai 23-48 juta ton
tiap tahunnya.

Dampak sampah sisa makanan juga mengancam kelangsungan hidup manusia. Hal ini dapat
menyebabkan peningkatan gas rumah kaca, pemborosan lahan, air bersih, dan energi. Gas metana
yang dihasilkan dapat meningkatkan produksi gas rumah kaca yang jauh lebih berbahaya dari CO2
dan klorofluorokarbon (CFC). Ini memicu peningkatan penyerapan radiasi inframerah dan kenaikan
suhu bumi yang memperparah dampak perubahan iklim dan pemanasan global.
D. Dampak Sampah terhadap kesehatan

Permasalahan sampah di indonesia memiliki dampak pada berbagai bidang, salah satunya yang
mengkhawatirkan adalah terhadap kesehatan. Jenis Smpah yang berpotensi mengancam kesehatan
adalah sampah anorganik. Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian LHK Sudirman menyatakan
jumlah sampah nonorganik di indonesia terus meningkat. Pada tahun 2013, sampah nonorganik
berjumlah 40 persen dari keseluruhan sampah. Meningkatnya sampah nonorganik ini ditopang oleh
peningkatan sampah plastik. Pada 2013, sampah plastik hanya berjumlah 14 persen. Empat tahun
berselang sampah plastik meningkat menjadi 17 persen atau setara 10,35 juta ton. Dari total sampah
plastik itu, 49 persen diantaranya merupakan kantong plastik. Sampah plastik selalu menjadi masalah
penting dalam pencemaran lingkungan baik pencemaran tanah maupun laut. Pencemaran lingkungan
ini tentunya akan berdampak bagi kesehatan.Untuk pencemaran di laut, Indonesia merupakan
penghasil sampah plastik laut terbesar kedua di dunia. dampak yang dirasakan dari sampah plastik ini
mulai dari merusak kesuburan tanah, kontaminasi air, hingga mikroplastik yang masuk ke tubuh kita
lewat ikan yang kita konsumsi. Penelitian dari UC Davis dan Universitas Hasanuddin yang dilakukan
di pasar Paotere Makassar menunjukkan 23% sampel ikan yang diambil memiliki kandungan plastik
di perutnya.. Akibatnya senyawa berbahaya daei plastik itu dapat masuk ke tubuh dan membahayakan
kesehatan. Sedangkan Di udara, plastik menyebabkan pencemaran mulai dari proses pembuatannya
hingga pemusnahannya karena proses pembakaran yang menyebarkan gas rumah kaca yang
berbahaya bagi kesehatan manusia dan menyebabkan lapisan atmosfer bumi menipis.

Jenis dari sampah anorganik lainnya adalah limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Zat B3
terkandung dalam suatu komponen yang dapat membahayakan kelangsungan hidup makhluk hidup
dan mencemari lingkungan. Limbah B3 dihasilkan dari aktivitas industri dan rumah tangga. Di
keseharian, limbah B3 dihasilkan dari limbah seperti detergen, baterai bekas, aki kendaraan,
hairspray, dan pengharum ruangan. Limbah B3 dapat menimbulkan dampak negatif bagi manusia
maupun lingkungan. Pada manusia, kontaminasinya menyebabkan keracunan yang menyebabkan
kerusakan sistem saraf, kardiovaskuler, pencernaan, pernapasan, penyakit kulit, cacat bawaan dan
kematian.

E. Cara Menanggulangi Permasalahan Sampah di Indonesia

Pemerintah pusat maupun daerah melakukan berbagai upaya untuk dapat mengurangi dampak negatif
sampah plastik. Seperti yang dilakukan di Bali, tepatnya Kabupaten Badung, disana dilakukan
pengelohan sampah menjadi Bahan Makar Minyak (BBM). Begitu juga kota Surabaya, diluncurkan
Suroboyo Bus, untuk tiketnya dapat diperoleh dengan menukarkan sampah plastik.
Selain upaya dari pemerintah dalam pengelolaan sampah, masyarakat jugs punya peran penting dalam
menanggulangi permasalahan ini. Seperti yang diletahui bahwa jumlah sampah organik masih merajai
jenis sampah di Indonesia yaitu sebesar 60%, disusul sampah plastik 14%. Penyebab tingginya
produksi sampah organik adalah tingginya angka produksi sampah sisa makanan (food waste). Dari
tiap makanan yang kita konsumsi dapat menyumbang sampah organik jika tidak dihabiskan. Oleh
karena itu, biasakan untuk menghabiskan tiap makanan yang kita ambil agar tidak ada sisa makanan
yang terbuang. Jika memang tidak yakin atau sedang tidak selera makan, ambillah makanan
secukupnya, jangan berlebihan. Hal hal kecil yang kita lakukan tentu dapat berdampak besar bagi
lingkungan bila serempak dilakukan bersama. Maka dari itu penting untuk menanamkan kesadaran
bahaya dari food waste ini pada tiap orang.
Penyumbang sampah yang juga tak kalah besarnya adalah sampah pastik. Penggunaan plastik di
indonesia masih sering ditemui, terutama dalam jenis kantong plastik. Pemerintah sudah
mengupayakan untuk meminimalisir penggunaan plastik di supermarket dengan memberikan
peraturan bahwa setiap kantong plastik di supermarket dikenai biaya Rp. 200,-. Peraturan seperti ini
tentunya bukan masalah nominal uang yang dikeluarkan, namun upaya pemerintah dalam mengurangi
pemakaian kantong plastik. Pemerintah menargetkan jumlah sampah ini dapat berkurang dan
ditangani dari tahun ke tahun. Saat ini, pemerintah juga tengah menyiapkan penetapan cukai untuk
produksi plastik. Sementara pengurangan sampah ditargetkan sebesar 30 persen atau setara 20,9 juta
ton pada 2025. Masyarakat juga harus bijak dalam penggunaan plastik. Plastik yang didapatkan dari
kegiatan belanja sebaiknya dipilah dulu dan tidak langsung dibuang. Upayakan plastik tidak untuk
sekali pakai dan lebih baik menggunakan tas belanja gang bisa dipakai berulang ulang.

Anda mungkin juga menyukai