Anda di halaman 1dari 7

Nama: Qashdina Saimima Wakano

NPM: 140710210012

SOAL:

1. Informasi kedalaman sedimen pada data gravity dapat ditentukan dari Analisa
spectral.
2. Gambar turbidit dan penjelasannya.

JAWAB:

1. Pengertian Metode Gravitasi


Metoda gravitasi adalah metoda penyelidikan geofisika yang didasarkan
pada variasi percepatan gravitasi di permukaan bumi. Pengukuran gravitasi ini
dimana adanya perbedaan kecil dari medan gravitasi yang diakibatkan variasi
massa di kerak bumi. Tujuan dari eksplorasi ini adalah untuk mengasosiakan
variasi dari perbedaan distribusi rapat massa dan juga jenis batuan (Sari, 2014).
Metode gravitasi ( gravity ) memiliki suatu kelebihan untuk survei awal
karena dapat memberikan informasi yang cukup detail tentang struktur geologi
dan kontras densitas batuan. Pada kasus panas bumi perbedaan densitas batuan
merupakan acuan dalam penyelidikan metode gravitasi. Dimana, daerah sumber
panas dan akumulasinya di bawah permukaan bumi dapat menyebabkan
perbedaan densitas dengan massa batuan disekitarnya ( Hidayat & Basid, 2011)
1.1 Prinsip Gravitasi
Teori Gravitasi didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum
gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya tarik menarik antara dua buah
benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding
terbalik dengan jarak kuadrat antara pusat massa kedua benda tersebut.

Dimana, konstanta gravitasi (G) = 6.67 x 10-11 N.m2 .kg-2. Sedangkan


hukum Newton lainnya adalah mengenai gerak yang menyatakan bahwa gaya (
F ) adalah perkalian antara massa dengan percepatan. Hukum Newton
mengenai gerak Newton, yaitu:
Persamaan (1) disubstitusikan ke persamaan (2), maka didapat:

Persaman terakhir ini menunjukkan bahwa besarnya percepatan yang


disebabkan oleh gravitasi di bumi (g) adalah berbanding lurus dengan massa
bumi (M) dan berbanding terbalik dengan kuadrat jari-jari bumi (R).
1.2 Analisis Kedalaman Sumber Anomali Gravitasi menggunakan
Spectral Statistical Technique.
Analisis kedalaman dilakukan untuk mengetahui respon batuan yang lebih
dalam. Analisis kedalaman dilakuan dengan statistical spectral techniques
(Hinze et al., 2010) [3]. Teknik ini menghitung kedalaman dari grafik Natural
Logarithmic Power Spectrum (Ln(PS)) vs bilangan gelombang (k) data profil
gravitasi.
Grafik tersebut didapatkan dengan mengaplikasikan FFT terhadap data
profil Gravitasi. Grafik Natural Logarithmic Power Spectrum (Ln(PS)) vs
bilangan gelombang (k) dapat dilihat pada Gambar 3.
Bilangan gelombang yang rendah berasosiasi dengan kedalaman anomali
yang lebih dalam (anomali regional). Sedangkan bilangan gelombang yang
tinggi berasosisasi dengan kedalaman anomaly yang lebih dangkal (anomali
lokal). Kemiringan (slope) dari grafik tersebut merupakan fungsi dari
kedalaman sesuai dengan Persamaan 2. Garis biru merupakan kemiringan
(slope) dari anomali regional. Garis ini memiliki slope - 9704, kedalaman yang
didapatkan dengan menggunakan rumus (10) adalah 770 m. Garis merah
merupakan kemiringan (slope) dari anomali dangkal. Garis ini memiliki slope -
279, dan kedalaman yang didapatkan adalah 22 m.
Hasil pengolahan data gravitasi berupa Anomali Bouguer Lengkap (ABL)
yang sudah reduksi ke bidang datar. Variasi nilai ABL berkisar antara 129
mgal – 159 mgal. Anomali tinggi pada bagian barat berkorelasi dengan
pegunungan Kulonprogo yang didominasi oleh formasi kebobutak. Formasi ini
memiliki densitas yang relative lebih besar dibandingkan formasi lainnya
sehingga memberikan respon ABL tinggi. Anomali sedang (kontur berwarna
hijau) di bagian timur berkorelasi dengan adanya intrusi diorite pada daerah
tersebut. Intrusi diorit memiliki densitas yang lebih tinggi daripada batuan yang
diterobos, yaitu batuan Endapan Gunungapi Merapi Muda. ABL di daerah
penelitian didominasi oleh nilai rendah yaitu pada bagian tengah daeah
penelitian (Kontur warna biru). Nilai anomaly rendah ini berkorelasi dengan
batuan endapan Gunungapi merapi muda yang memiliki densitas rendah
(Zakaria , 2021).
2. Gambar turbidit dan penjelasannya.
Konsep turbidit diperkenalkan pada tahun 1950. Kuenen dan Migliorini
(1950) mendefinisikan turbidit sebagai suatu sedimen yang diendapkan oleh
mekanisme arus turbid (turbidity current), sedangkan arus turbid itu sendiri
adalah suatu arus yang memiliki suspensi sedimen dan mengalir pada dasar
tubuh cairan, karena mempunyai kerapatan atau densitas yang lebih besar
daripada cairan tersebut.
Turbidit adalah endapan langsung dari arus turbid, maka dapat ditemukan
pada setiap lingkungan pengendapan dimana arus turbid atau kerapatan arus
(density current) bekerja. Linkungan penendapan tersebut adalah danau dan
waduk (reservoir), delta bagian depan (delta fronts), continentai shelves, dan
yang terpenting adalah pada cekungan laut dalam

Gambar 2.1 Turbidity Current


Sumber: google
Gambar 2.2 Model awal terjadinya arus turbid
Surges atau arus turbid yang tak teratur (spasmodic) diawali oleh kejadian
singkat dari  suatu bencana besar (short-lived catastrophic
event) seperti gempabumi (Gambar-2.2) sebagai pemicu sedimen yang masif
merosot (slumping) ataubadai gelombang (storm-waves) pada continental
shelf.
Kejadian terebut membuat turbulensi yang kuat di dalam air yang
menghamparpada dasar laut, menghasilkan erosi yang luas dan entrainment
sediment  dimana secara cepat menuju suspensi. Endapan tetap tersuspensi
disokong olehkolom air dari turbulensi. Proses ini membangkitkan awan turbit
yang padat yangbergerak di bidang miring (downslope), mengerosi dan
membawa sedimen-sedimen di sekitarnya dengan bertambahnya kecepatan
arus turbid tersebut.Jika dilihat dari pergerakan aliran dari sumbernya, aliran
surge
berkembangmenjadi tiga bagian utama yaitu bagian depan (head), bagian
tengah (body) dan bagian belakang (tail).
Body  mengalir pada kecepatan lebih cepat daripada kecepatan head di air
dalam (deep water).Perbedaan dalam kecepatan ini menyebabkan bagian depan
dari body  berbaur dengan head dalam proses pencampurannya dengan
lingkungan air disekitarnya (Allen, 1985). Bagian belakang (tail) dari aliran
surge menipis secaratiba-tiba, menjauh dari body  dan menjadi lebih tipis dan
berbaur dengan air
. Pada saat mendekati daerah pengendapannya, kecepatan arus mulai
berkurang karena penurunan gravitasi akibat kemiringan lereng yang semakin
landai. Dalam kondisi seperti ini maka bagian head  dari arus akan
mengerosilapisan dibawahnya membentuk struktur sedimen scour mark. Sesuai
dengans ifat-sifat kerapatan arus, maka pengendapan akan terjadi sekaligus,
sehinggasedimen yang diendapkan mempunyai pemilahan yang sangat buruk.
Dalam halini material-material yang lebih berat akan terkumpul pada
bagian depan arus turbid, sedangkan material halus akan terperangkap
bersama-sama. Endapanyang pertama terbentuk adalah batupasir berstruktur
perlapisan bersusun.Selanjutnya arus akan semakin lemah dan sedimen yang
halus akandiendapkan. Apabila kecepatan arus telah hilang, maka akan
terjadipengendapan lempung pelagik dalam suasana suspensi yang
menunjukankondisi lingkungan bernergi rendah.
Dilihat dari posisi didalam arus turbid dan jumlah awal sedimen yang
terbawadi dalam suspensi aliran, arus turbid dapat mengandung konsentrasi
sedimenyang tinggi atau sebaliknya. Dua prinsip dasar arus turbid
berdasarkankonsentrasi partikel yang tersuspensi terbagi menjadi 2 bagian
yaitu:
- aliran dengan kerapatan rendah (low-density flows), mengandung ± 20-
30% butir (grains)
- aliran dengan kerapatan tinggi aliran dengan kerapatan tinggi (high-density
flows), yang mengandungkonsentrasi > 30% grains (Lowe, 1982).
Daftar Pustaka

Hidayat, N., & Basid, A. (2011). ANALISIS ANOMALI GRAVITASI SEBAGAI


ACUAN DALAM PENENTUAN STRUKTUR GEOLOGI BAWAH
PERMUKAAN DAN POTENSI GEOTHERMAL. Jurnal Neutrino, 4.
Boggs, S. (2006). Principles of Sedimentary and Stratigraphy 4th Edition. New Jersey
Pearson Education Inc.
Sari, D. N. (2014). Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi
D.I. Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 3.
Zakaria , M. F. (2021). Analisis Kedalaman Sumber Anomali Gravitasi menggunakan
Spectral Statistical Technique di daerah Godean Yogyakarta. Jurnal Fisika
Flux: Jurnal Ilmiah Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat, 18.

Anda mungkin juga menyukai