1. Informasi kedalaman sedimen pada data gravity dapat ditentukan dari Analisa spectral. 2. Gambar turbidit dan penjelasannya.
JAWAB:
1. Pengertian Metode Gravitasi
Metoda gravitasi adalah metoda penyelidikan geofisika yang didasarkan pada variasi percepatan gravitasi di permukaan bumi. Pengukuran gravitasi ini dimana adanya perbedaan kecil dari medan gravitasi yang diakibatkan variasi massa di kerak bumi. Tujuan dari eksplorasi ini adalah untuk mengasosiakan variasi dari perbedaan distribusi rapat massa dan juga jenis batuan (Sari, 2014). Metode gravitasi ( gravity ) memiliki suatu kelebihan untuk survei awal karena dapat memberikan informasi yang cukup detail tentang struktur geologi dan kontras densitas batuan. Pada kasus panas bumi perbedaan densitas batuan merupakan acuan dalam penyelidikan metode gravitasi. Dimana, daerah sumber panas dan akumulasinya di bawah permukaan bumi dapat menyebabkan perbedaan densitas dengan massa batuan disekitarnya ( Hidayat & Basid, 2011) 1.1 Prinsip Gravitasi Teori Gravitasi didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya tarik menarik antara dua buah benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding terbalik dengan jarak kuadrat antara pusat massa kedua benda tersebut.
Dimana, konstanta gravitasi (G) = 6.67 x 10-11 N.m2 .kg-2. Sedangkan
hukum Newton lainnya adalah mengenai gerak yang menyatakan bahwa gaya ( F ) adalah perkalian antara massa dengan percepatan. Hukum Newton mengenai gerak Newton, yaitu: Persamaan (1) disubstitusikan ke persamaan (2), maka didapat:
Persaman terakhir ini menunjukkan bahwa besarnya percepatan yang
disebabkan oleh gravitasi di bumi (g) adalah berbanding lurus dengan massa bumi (M) dan berbanding terbalik dengan kuadrat jari-jari bumi (R). 1.2 Analisis Kedalaman Sumber Anomali Gravitasi menggunakan Spectral Statistical Technique. Analisis kedalaman dilakukan untuk mengetahui respon batuan yang lebih dalam. Analisis kedalaman dilakuan dengan statistical spectral techniques (Hinze et al., 2010) [3]. Teknik ini menghitung kedalaman dari grafik Natural Logarithmic Power Spectrum (Ln(PS)) vs bilangan gelombang (k) data profil gravitasi. Grafik tersebut didapatkan dengan mengaplikasikan FFT terhadap data profil Gravitasi. Grafik Natural Logarithmic Power Spectrum (Ln(PS)) vs bilangan gelombang (k) dapat dilihat pada Gambar 3. Bilangan gelombang yang rendah berasosiasi dengan kedalaman anomali yang lebih dalam (anomali regional). Sedangkan bilangan gelombang yang tinggi berasosisasi dengan kedalaman anomaly yang lebih dangkal (anomali lokal). Kemiringan (slope) dari grafik tersebut merupakan fungsi dari kedalaman sesuai dengan Persamaan 2. Garis biru merupakan kemiringan (slope) dari anomali regional. Garis ini memiliki slope - 9704, kedalaman yang didapatkan dengan menggunakan rumus (10) adalah 770 m. Garis merah merupakan kemiringan (slope) dari anomali dangkal. Garis ini memiliki slope - 279, dan kedalaman yang didapatkan adalah 22 m. Hasil pengolahan data gravitasi berupa Anomali Bouguer Lengkap (ABL) yang sudah reduksi ke bidang datar. Variasi nilai ABL berkisar antara 129 mgal – 159 mgal. Anomali tinggi pada bagian barat berkorelasi dengan pegunungan Kulonprogo yang didominasi oleh formasi kebobutak. Formasi ini memiliki densitas yang relative lebih besar dibandingkan formasi lainnya sehingga memberikan respon ABL tinggi. Anomali sedang (kontur berwarna hijau) di bagian timur berkorelasi dengan adanya intrusi diorite pada daerah tersebut. Intrusi diorit memiliki densitas yang lebih tinggi daripada batuan yang diterobos, yaitu batuan Endapan Gunungapi Merapi Muda. ABL di daerah penelitian didominasi oleh nilai rendah yaitu pada bagian tengah daeah penelitian (Kontur warna biru). Nilai anomaly rendah ini berkorelasi dengan batuan endapan Gunungapi merapi muda yang memiliki densitas rendah (Zakaria , 2021). 2. Gambar turbidit dan penjelasannya. Konsep turbidit diperkenalkan pada tahun 1950. Kuenen dan Migliorini (1950) mendefinisikan turbidit sebagai suatu sedimen yang diendapkan oleh mekanisme arus turbid (turbidity current), sedangkan arus turbid itu sendiri adalah suatu arus yang memiliki suspensi sedimen dan mengalir pada dasar tubuh cairan, karena mempunyai kerapatan atau densitas yang lebih besar daripada cairan tersebut. Turbidit adalah endapan langsung dari arus turbid, maka dapat ditemukan pada setiap lingkungan pengendapan dimana arus turbid atau kerapatan arus (density current) bekerja. Linkungan penendapan tersebut adalah danau dan waduk (reservoir), delta bagian depan (delta fronts), continentai shelves, dan yang terpenting adalah pada cekungan laut dalam
Gambar 2.1 Turbidity Current
Sumber: google Gambar 2.2 Model awal terjadinya arus turbid Surges atau arus turbid yang tak teratur (spasmodic) diawali oleh kejadian singkat dari suatu bencana besar (short-lived catastrophic event) seperti gempabumi (Gambar-2.2) sebagai pemicu sedimen yang masif merosot (slumping) ataubadai gelombang (storm-waves) pada continental shelf. Kejadian terebut membuat turbulensi yang kuat di dalam air yang menghamparpada dasar laut, menghasilkan erosi yang luas dan entrainment sediment dimana secara cepat menuju suspensi. Endapan tetap tersuspensi disokong olehkolom air dari turbulensi. Proses ini membangkitkan awan turbit yang padat yangbergerak di bidang miring (downslope), mengerosi dan membawa sedimen-sedimen di sekitarnya dengan bertambahnya kecepatan arus turbid tersebut.Jika dilihat dari pergerakan aliran dari sumbernya, aliran surge berkembangmenjadi tiga bagian utama yaitu bagian depan (head), bagian tengah (body) dan bagian belakang (tail). Body mengalir pada kecepatan lebih cepat daripada kecepatan head di air dalam (deep water).Perbedaan dalam kecepatan ini menyebabkan bagian depan dari body berbaur dengan head dalam proses pencampurannya dengan lingkungan air disekitarnya (Allen, 1985). Bagian belakang (tail) dari aliran surge menipis secaratiba-tiba, menjauh dari body dan menjadi lebih tipis dan berbaur dengan air . Pada saat mendekati daerah pengendapannya, kecepatan arus mulai berkurang karena penurunan gravitasi akibat kemiringan lereng yang semakin landai. Dalam kondisi seperti ini maka bagian head dari arus akan mengerosilapisan dibawahnya membentuk struktur sedimen scour mark. Sesuai dengans ifat-sifat kerapatan arus, maka pengendapan akan terjadi sekaligus, sehinggasedimen yang diendapkan mempunyai pemilahan yang sangat buruk. Dalam halini material-material yang lebih berat akan terkumpul pada bagian depan arus turbid, sedangkan material halus akan terperangkap bersama-sama. Endapanyang pertama terbentuk adalah batupasir berstruktur perlapisan bersusun.Selanjutnya arus akan semakin lemah dan sedimen yang halus akandiendapkan. Apabila kecepatan arus telah hilang, maka akan terjadipengendapan lempung pelagik dalam suasana suspensi yang menunjukankondisi lingkungan bernergi rendah. Dilihat dari posisi didalam arus turbid dan jumlah awal sedimen yang terbawadi dalam suspensi aliran, arus turbid dapat mengandung konsentrasi sedimenyang tinggi atau sebaliknya. Dua prinsip dasar arus turbid berdasarkankonsentrasi partikel yang tersuspensi terbagi menjadi 2 bagian yaitu: - aliran dengan kerapatan rendah (low-density flows), mengandung ± 20- 30% butir (grains) - aliran dengan kerapatan tinggi aliran dengan kerapatan tinggi (high-density flows), yang mengandungkonsentrasi > 30% grains (Lowe, 1982). Daftar Pustaka
Hidayat, N., & Basid, A. (2011). ANALISIS ANOMALI GRAVITASI SEBAGAI
ACUAN DALAM PENENTUAN STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAN POTENSI GEOTHERMAL. Jurnal Neutrino, 4. Boggs, S. (2006). Principles of Sedimentary and Stratigraphy 4th Edition. New Jersey Pearson Education Inc. Sari, D. N. (2014). Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 3. Zakaria , M. F. (2021). Analisis Kedalaman Sumber Anomali Gravitasi menggunakan Spectral Statistical Technique di daerah Godean Yogyakarta. Jurnal Fisika Flux: Jurnal Ilmiah Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat, 18.