Hijriani
Nim : 60400118039
A. Medan GravitasiBumi
Medan gravitasi bumi adalah medan yang disebabkan oleh gaya tarik
massa bumi, efek gaya sentrifugal akibat rotasi bumi dan bentuk bumi yang
elipsoid. Teori metode medan gravitasi mengacu pada hukum Newton tentang
medan gravitasi universal. Hukum ini menyatakan bahwa dua titik massa 𝑚𝑜dan
m yang terpisah dengan jarak 𝑟 − 𝑟𝑜 dari pusat massanya akan memiliki gaya tarik
menarik sebanding dengan perkalian kedua massa tersebut dan berbanding
terbalik dengan kuadratjaraknya[1].
Geoid adalah model fisik bumi yang merupakan bidang ekipotensial dan
bentuknya mendekati permukaan air laut rata-rata. Model ini dipengaruhi oleh
kombinasi distribusi massa bumi dan gaya sentrifugal rotasi bumi, yang artinya
berkaitan erat dengan jari-jaribumi.
Gerak-gerak vertikal yang terjadi pada kerak bumi untuk menysuaikan diri
akibat pengaruh gaya gravitasi dikenal dengan istilah isostasi. Kata isostasi sendiri
berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “isos” yang artinya ”sama atau serata” dan
“statis” yang artinya “keadaan atau kondisi”. Jadi, isostasi artinya keadaan atau
kondisi yang seimbang. Pada dasarnya, litosfir bumi, dalam kontek gaya gravitasi,
secara terus-menerus (kontinyu) melakukan reaksi tehadap gaya gravitasi yang
ada dibumi dalam rangka mencoba mempertahankan keseimbangan dari gaya
gravitasi yang bekerja padanya. Isostasi terjadi karena kerak bumi yang lebih kecil
densitasnya akan bersifat lebih mengambang dibandingkan dengan mantel bumi
yang berdensitas lebih tinggi dan berada dibawah litosfir.
Isostasi merupakan suatu kecenderungan yang bersifat universal dari segmen
segmen kerak bumi untuk mencapai suatu kondisi yang seimbang. Adanya
perbedaan ketebalan dan densitas dapat menyebabkan terjadinya penyesuaian
isostasi didalam kerak bumi[3].
Pasang-surut (pasut) merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata
di laut, yakni suatu gerakan vertikal (naik turunnya air laut secara teratur dan
berulang-ulang) dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian
terdalam dari dasar laut. Gerakan tersebut disebabkan oleh pengaruh gravitasi
(gaya tarik menarik) antara bumi dan bulan, bumi dan matahari, atau bumi dengan
bulan dan matahari.
Pasang-surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal, yakni dorongan kearah luar pusat rotasi. Hukum gravitasi Newton
menyatakan, bahwa semua massa benda tarik menarik satu sama lain dan gaya ini
tergantung pada besar massanya, serta jarak di antara massa tersebut.
1. Pasang-surut purnama (spring tides) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari
berada dalam suatu garis lurus (matahari dan bulan dalam keadaan oposisi).
Pada saat itu, akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang
rendah yang sangat rendah, karena kombinasi gaya tarik dari matahari dan
bulan bekerja saling menguatkan. Pasang-surut purnama ini terjadi dua kali
setiap bulan, yakni pada saat bulan baru dan bulan purnama (full moon).
Sedangkan pasang-surut perbani (neap tides) terjadi ketika bumi, bulan dan
matahari membentuk sudut tegak lurus, yakni saat bulan membentuk sudut 90°
dengan bumi.
2. Pasang-sumut laut dapat didefinisikan pula sebagai gelombang yang
dibangkitkan oleh adanya interaksi antara bumi, matahari dan bulan. Puncak
gelombang disebut pasang tinggi (High Water/RW) dan lembah gelombang
disebut surut/pasang rendah (Low Water/LW). Perbedaan vertikal antara
pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang-surut atau tunggang
pasut (tidal range) yang bisa mencapai beberapa meter hingga puluhan meter.
Periode pasang-surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke
puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut
bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
Ada tiga tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada periode dan
keteraturannya, yaitu sebagai berikut:
1). Pasang-surut tipe harian tunggal (diurnal type): yakni bila dalam waktu 24
jam terdapat 1 kali pasang dan 1 kalisurut.
2).Pasang-surut tipe tengah harian/ harian ganda (semi diurnal type): yaknibila
dalam waktu 24 jam terdapat 2 kali pasang dan 2 kalisurut.
3). Pasang-surut tipe campuran (mixed tides): yakni bila dalam waktu 24 jam
terdapat bentuk campuran yang condong ke tipe harian tunggal atau
condong ke tipe harian ganda[4].
Menghitung PercepatanGravitasi.
di mana
G = konstanta gravitasi
M = massa bumi m dalah mass obyek
r = jarak antara titik pusat massa bumi dengan titik pusat massa obyek Nilai
g = dapat diukur dengan berbagai metoda.
Bentuk-bentuk paling sederhana misalnya dengan menggunakan pegas
atau bandul yang diketahui konstanta konstantanya. Dengan melakukan
pengukuran dapat ditentukan nilai percepatan gravitasi disuatu tempat, yang
umumnya berbeda dengan tempat lain[5].
B. Medan MagnetikBumi
Metode magnetik merupakan metode geofisika yang bekerja
memanfaatkan sifat-sifat magnetik dari batuan dan material-material yang berada
di bawah permukaan bumi. Pengertian umum medan magnet bumi adalah medan
dimana dapat dideteksi distribusi gaya magnet. Sumber medan magnet bumi
secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu : (1) medan magnet utama bumi (main
field); (2) medan magnet luar (externalfield) dan (3) medan magnet anomali
(anomalyfield). Medan magnet utama bersumber dari dalam bumi sendiri. Medan
magnet luar bersumber dari luar bumi yang merupakan hasil ionisasi diatmosfer
yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Sedangkan medan magnet
anomali dihasilkan oleh benda magnetik yang telah terinduksi oleh medan magnet
utama bumi, sehingga benda tersebut memiliki medan magnet sendiri dan ikut
mempengaruhi besar medan magnet total hasil pengukuran. Variasi medan
magnetik yang terukur di permukaan merupakan target dari survey medan magnet
anomali[6].
Magnetisasi Batuan
[5]
Hadi, Raden M. 2018. Menghitung Percepatan Gravitasi dengan Menggunakan
Bandul Matematis dengan Metode Kuadrat Terkecil. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
[9]
Ibrahimm Muhammad D. 2017. Resume tentang Teori Geosinklin, Continental
Drift, Sea Floor Spreading, dan Tektonik Lempeng. Bandung:
ITB.
[1]
Jusmi fitri. 2018. Pemetaan Anomali Bouguer Lengkap dan Topografi Serta
Penentuan Densitas Bouguer Batuan Daerah Panas Bumi
Pamancalan. Vol. 09. No. 1.
[3]
Noor, Djauhari. 2014. Pengantar Geologi. Yogyakarta: Deepublish.
[6]
Purwaningsih, Retno dkk. 2017. Interpretasi Bawah Permukaan Daerah Sesar
Kali Kreo Berdasarkan Data Magnetik. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
[8]
Sunardi. 2016. Penelitian Magnetostratigrafi dan Penerapan Satuan Stratigrafi
PolaritasMagnetsebagaiSatuanKronostratigrafi:StudiKasusdi
CekunganBandungsertaDaerahMojokertodanSangiran,Jawa.
Vol. 5.No.2.
[4]
Surniati, Dewi. 2017. Pasang Surut dan Energinya. Vol. XXXII. No.1