Fenomena pasang surut dihasilkan oleh adanya gaya tarik menarik bulan dan
matahari yang berpengaruh terhadap bumi. Meskipun gejala pasut ini sudah
diketahui sejak lama, namun baru setelah Newton menemukan hukum gravitasi
pada tahun 1807, barulah gejala pasut dapat dianalisis secara kuantitatif. Newton
melakukan penelitian intensif mengenai gejala pasut laut dengan mengambil
asumsi kondisi ideal. Newton memberikan dasar untuk teori setimbang dengan
memperhitungkan efek dari gaya tarik bulan dan matahari terhadap lapisan bumi
yang seluruhnya diliputi air, dan menghasilkan pasang surut laut setimbang
(equilibrium tide).
11
Kinematika pasut pada suatu tempat dapat digambarkan sebagai fluktuasi tinggi
terhadap waktu berikut :
Satu siklus
Air Tinggi
MSL
Air Rendah
Waktu
12
Amplitudo pasut adalah beda tinggi absolut air tinggi atau air rendah terhadap
muka pasut menengah. Dalam perhitungan dapat ditentukan sebesar setengah
dari simpangan pasut.
Tinggi pasut menengah (mean tide level) merupakan rata-rata seluruh tinggi
muka air tinggi dan tinggi muka rendah dalam waktu tertentu.
Mean sea level (MSL) atau duduk tengah merupakan rata-rata pembacaan
muka laut tiap jam untuk sekurang-kurangnya satu hari, atau lebih baik selama
sebulan, atau lebih baik 6 bulan, atau yang terbaik adalah 18,6 tahun (1 siklus
node bulan).
3 1
2
4 3 (2.1)
Dimana
: radius bumi
: Jarak antara pusat bumi dengan pusat bulan
: Konstanta universal gravitasi
: Massa bulan
: Tinggi bulan, merupakan fungsi deklinasi bulan , lintang pengamat
dan sudut jam bulan dalam bentuk :
cos (2.2)
13
Lebih lanjut, jika pers. (2.2) disubstitusikan ke pers.(2.1) akan diperoleh model
matematis potensial pasut yang mengandung 3 suku berturut-turut dinamakan
sektoral, tesseral dan zonal ( , dan ) [Vanicek,1975]:
(2.3)
dimana
3
cos cos2 2
4
3
2 sin 2
4
Perubahan tinggi muka laut berbanding lurus dengan potensial pasut melalui
hubungan :
(2.4)
dimana
: Perubahan tinggi muka laut
: Percepatan gravitasi bumi
14
15
tertinggi dan disebut pasang purnama (spring tide) yang diikuti kedudukan
air rendah di tempat lain. Jika bulan mendekati fase seperempat pertama
dan terakhir, maka gaya-gaya pembangkit tersebut akan menyebabkan air
tinggi berada pada kedudukan terendah, disebut neap tide.
8. Pasut juga dipengaruhi gaya-gaya gesekan. Gaya-gaya ini memperlambat
gelombang pasut. Dasar laut yang dangkal akan menyebabkan air
terangkat naik, menghasilkan beberapa kasus yang berlawanan dengan
sifat arus pasut yang osilatif.
Menurut teori pasut aktual, gerak vertikal dan arus pasut oleh faktor astronomis
tersebut jika dihitung akan sangat kecil dan berlaku untuk basin tertutup. Akan
tetapi pada lautan yang lebih luas dan dalam, gaya-gaya yang kecil ini akan
dilipatgandakan di daerah pantai, khususnya di teluk dan estuaria. Bentuk dan
kedalaman dasar laut akan mempengaruhi gerak pasut yang dihasilkannya.
Meskipun amplitudo pasut dirubah oleh kondisi basin laut, namun periode-periode
komponen pasut tidak berubah. Tetapi pada wilayah perairan dangkal, periode
pasut akan dilipatgandakan secara eksak [Ingham, 1974].
Mengingat pasut sebagai efek gaya pembangkit bergejala periodik, maka dapat
dinyatakan sebagai jumlah linier gelombang-gelombang stasioner dan bergerak.
Setiap gelombang harus mewakili setiap atraksi periodik [Ingham, 1974], dan
dinamakan komponen pasut (constituent). Dalam jangka waktu yang panjang,
kombinasi suku-suku pasut mungkin terjadi, bisa berupa kombinasi frekuensi. Hal
16
(2.6)
17
Berdasarkan nilai rasio F, tipe pasut dibagi dalam empat kelompok, seperti tertera
pada tabel 2.2. Gambaran secara umum mengenai kondisi tipe pasut di dunia
dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut :
Gambar II.2 Tipe pasut di seluruh perairan dunia [sumber : NASA, 2008]
18
(2.7)
cos 2
dimana ,
: tinggi muka air pada waktu
: tinggi muka air rata-rata dari suatu referensi yang ditentukan
: amplitudo komponen pasut di tempat pengamatan
: frekuensi dari gelombang tiap komponen pasut
: fase gelombang komponen pasut pada t=0
M : jumlah komponen pasut pembentuk superposisi
19
f cos 2
(2.8)
dimana ,
f : faktor koreksi nodal untuk amplitudo komponen harmonik ke-n
: faktor koreksi nodal untuk fase komponen harmonik ke-n
: argumen astronomis yaitu harga argumen dari pasut setimbang dari
komponen ke-n pada saat t=0, yang dihitung di Greenwich.
Pada analisis harmonik ini kita akan menentukan nilai amplitudo dan phase
sebanyak frekuensi yang memungkinkan untuk dianalisis sesuai dengan durasi
data pengamatan. Dengan banyaknya data pengamatan dibandingkan frekuensi
yang akan ditentukan menyebabkan adanya persoalan overdetermined. Hal ini
menimbulkan adanya bentuk signal demodulation dalam analisis harmonik,
dimana kita bisa menentukan secara spesifik frekuensi yang akan dianalisis
menggunakan aplikasi least square untuk menghasilkan nilai amplitudo dan fase.
20
Untuk setiap konstanta harmonik pasut , dengan data pengamatan time series
, 1, , dapat dituliskan dengan persamaan berikut :
cos 2
(2.9)
21
cos 2 sin 2
(2.10)
x
A
A
X AM
B
B
BM
22
sin
tan
cos
Model pembobotan data pengamatan di dalam studi ini diturunkan dari matriks
variansi-kovariansi residu ( dari hasil pengolahan dengan bobot sama yang
diberi nilai bobot satu. . Formulasinya adalah sebagai berikut:
karena , maka:
23
Uji statistik pertama yang harus dilakukan pada segala perataan kuadrat terkecil
adalah pengujian terhadap faktor variansi. Pengujian ini menentukan apakah
residu dari sebuah proses perataan pada suatu data sampel dengan
mempertimbangkan ketelitian pengukuran yang ada dapat dianggap sama dengan
residu yang diperoleh dari data populasi.
, ,
penerimaan hasil uji variansi. Nilai nkb pada derajat kepercayaan 95% dapat
%
dilihat pada tabel chi-square dengan sebesar ( ) dan r.
Apabila hasil pengujian chi-square jatuh di bawah nilai kritis bawah dari wilayah
penerimaan hasil uji variansi, maka kesalahan yang mungkin terjadi adalah
[www.sli.unimelb.edu.au]:
24
Apabila hasil pengujian chi-square jatuh di atas nilai kritis atas dari wilayah
penerimaan hasil uji variansi, maka kesalahan yang mungkin terjadi pada proses
perataannya adalah:
Parameter yang dilibatkan pada hitung perataan kurang.
Ketelitian pengukuran (matriks bobot) yang digunakan terlalu over-estimate.
Hal ini terjadi apabila bobot yang diberikan terlalu besar dari yang seharusnya.
Terdapat blunder di dalam data.
Apabila kesalahan pada pengolahan data telah terdeteksi oleh uji variansi tersebut,
maka diperlukan pengolahan data ulang setelah kesalahan pengolahan data yang
terdeteksi tersebut dikoreksi. Hasil pengolahan data ulang tersebut dianggap
sebagai hasil pengolahan akhir apabila hasil pengolahan data tersebut telah lulus
uji variansi diatas.
Standar deviasi dari amplitudo dan fase hasil analisis harmonik dapat ditentukan
dengan menggunakan metode perambatan kesalahan dari matriks variansi-
kovariansi parameter yang diperoleh dari perataan. Salah satu manfaat mengetahui
standar deviasi amplitudo adalah untuk mencari komponen-komponen pasut mana
saja yang sebenarnya tidak perlu dimasukkan ke dalam perataan. Komponen pasut
dengan perbandingan antara amplitudo dengan standar deviasi yang lebih kecil
dan sangat berdekatan dapat dihilangkan dari proses perataan.
25