Sekapur Sirih
Saya ucapkan terimakasih kepada Allah SWT karena atas
kehendak-Nya, saya bisa merampungkan menulis buku ini.
Penulis
Catatan:
Semua tulisan yang ada dalam buku ini bersifat umum, semua orang
bisa merasakan hal yang sama. Tetapi, jika dari kalian ada yang
ingin mengutip isi dari buku ini, harap mencantumkan sumber
aslinya. Dilarang keras untuk menjiplak! Hargai setiap karya dari
orang lain dengan bijak.
⥽∞⥼
Ada Kalanya ........................................................................................ 1
Aku adalah Senja ............................................................................. 2
Antara Senja dan Hujan................................................................. 3
Apa itu Rindu? .................................................................................. 4
Arti Sebuah Kesabaran ................................................................. 6
Ayah ..................................................................................................... 7
Beda tapi Sama ............................................................................... 8
Belenggu Ruang Nostalgia ........................................................... 9
Berjuang Sendiri ............................................................................. 10
Berlumur Dosa ................................................................................. 11
Bertanding untuk Merelakan ..................................................... 12
Butiran Abu ..................................................................................... 13
Campur Rasa ................................................................................... 14
Cemas ................................................................................................ 15
Cinta dan Rela................................................................................. 16
Cinta, Luka, dan Dewasa............................................................. 18
Dia adalah Hujan........................................................................... 20
Doa adalah Harapan..................................................................... 21
Entahlah ..........................................................................................22
⥽∞⥼
Tentang Penulis............................................................................. 98
Menghujam deras
Menderu kencang
Katamu, rindu itu adalah buah hasil antara cinta dan jarak.
Namun bagiku, rindu itu adalah kamu, rupanya seperti wajahmu,
hangatnya seperti pelukanmu, dan manisnya seperti senyumanmu.
Aku ingin...
Aku ingin...
Aku ingin...
Kamu kemana?
Sudah tak bisa ditampik lagi memang, jika jatuh cinta bisa
membuat kita sakit bahkan terluka. Ya namanya juga jatuh, pasti
sakitkan? Namun itulah hati, terkadang liar tak terkendali. Sesekali
hinggap walaupun hanya sekali tatap. Pandangan pertama memang
selalu membuat kita lupa, apakah itu cinta ataukah luka?
Cinta dan luka ibarat dua sisi mata uang yang tak bisa
dipisahkan. Jika ada cinta, pasti di sana ada luka, begitupun
sebaliknya. Semuanya pasti akan dirasakan baik itu dalam jangka
waktu yang sebentar maupun dalam jangka waktu yang lama.
Hujan, itu dia namanya. Disisi lain, dia sangat romantis dan
terus berusaha, berjuang sepenuh tenaga walaupun dia tahu, dia
akan terjatuh ke tempat yang sama yaitu bumi anarki. Itulah sisi
dimana hujan sebegitu yakinnya meski banyak rintangan yang
menghambat yang akan membuatnya terjatuh kembali.
Hai; kamu!
Kita itu aneh yaa. Di saat orang lain saling gencar mencari
kepingan tulangnya yang hilang, kita malah asyik berdiam diri tak
karuan, seolah-olah kita tak memperdulikan apa itu masa depan.
Hai; kamu!
Hai; kamu!
Hai; kamu!
Dalam banyak hari yang telah kita lalui, dalam banyak hari
kita yang mudah, dalam banyak hari kita yang susah, terima kasih
untuk setiap kesabaran, terima kasih untuk setiap pengorbanan,
terima kasih untuk setiap detik yang terkadang menggelitik,
terkadang juga menyekik, terima kasih untuk tetap selalu erat,
terima kasih untuk tetap selalu menetap. Meski memahami setiap
orang tidak mudah, terima kasih untuk tetap bertahan dan tidak
menyerah. Atas semua kesalahan dan masalah yang pernah ada,
terima kasih untuk telah mengajari bagaimana cara
menyelesaikannya dengan tanpa amarah.
Maafkan diri ini yang penuh salah, walau hanya satu kata
tetapi menyisakan luka, walau hanya berteguran lewat maya dan
walau hanya satu tindakan tetapi meninggalkan goresan.
Menyerbu bumi
Berdentum kencang
Terdengar gaduh
Berisik bergemuruh
Dalam kata yang tak mampu terdengar oleh telinga, hati ini
terus meronta memanggil namamu, mengajakmu pulang ke dalam
pelukan. Raga ini masih akan tetap menantimu sebagai tanda
besarnya harapan dan kesetiaanku padamu.
Aku tahu, selama ini kita hanya bertegur sapa di maya saja
tanpa ada sedetikpun pertemuan untuk sekedar menatap mata.
Namun, itu tak sedikitpun menyulutkan rasa kasihku. Kujadikan itu
sebagai morfin penenang semua rasa rindu yang terus menggebu.
Kasih, aku tak memintamu banyak hal. Aku hanya ingin kita
sama-sama saling berjuang diantara panjangnya jarak dan lamanya
penantian. Aku percaya, Tuhan sudah mempersiapkan skenario
cerita tentang perjalanan kita. Jadi, biarkanlah sementara jarak ini
memisahkan ruang diantara kita, dan dari jarak itu, kita sama-sama
saling memantaskan diri untuk berbenah menuju kearah
kedewasaan. Aku juga percaya, cinta sejati adalah cinta yang hakiki.
Entah mengapa
Duhai kamu
Memang
Tak sepantasnya menyalahkan alam
Semesta lebih tau akan keindahan
Bersabarlah
Duhai rindu
Nikmatilah setiap getirnya kopimu
Damaikanlah bersama rasa kerinduanmu
Berdamailah segera
Hujan malam ini sedang adidaya
Ia terus menangisi pelataran
Membumi tak karuan
Jangan sampai rindumu itu kalut
Terbawa derasnya air mata dari peraduan
Aku pamit!
Aku bergegas pergi menapaki jejak luka yang kau beri, menerobos
rintik hujan di penghujung September ini.
Perahu kecilku
Perahu kecilku
Perahu kecilku
Ini bukan tentang aku atau pun kamu, tetapi ini adalah
tentang kita bersama.
Yaa Rabb,
Yaa Rabb,
Yaa Rabb,
Kau dan senja adalah puisi yang tak akan pernah habis
dipuisikan. Kau dan senja adalah sajak yang tak akan pernah habis
diceritakan. Bagiku, kau dan senja adalah sumber inspirasi dalam
semua tulisanku yang beranak rindu.
Harapanku, bila nanti senja tiba, aku ingin kau yang berdiri
di sisi kaca jendela, menantiku pulang kerja dengan secangkir teh
hangat yang sudah tersedia diatas meja.
Pada senja
Pada senja
Pada senja
Sementara aku,
Aku tahu, kamu selalu sabar akan segala sikap dan sifatku.
Aku dengan segala keegoanku, dan kamu dengan segala
kesabaranmu.
⥽∞⥼