Anda di halaman 1dari 57

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Tahap 1 (Identifikasi Morofologi Makroalga di Pantai

Lumbung Kabupaten Tulungagung)

1. Identifikasi Morofologi Makroalga divisi Chloropyta, Rhodophyta, dan

Phaeophyta

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pantai Lumbung Kabupaten

Tulungagung pada tanggal 3 Desember 2019, ditemukan sebanyak 13 spesies dari 3

stasiun yang telah ditentukan, hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil penelitian Makroalga beserta faktor abiotiknya

Suhu Salinitas Spesies yang


Stasiun Plot Substrat pH
(OC) (%) ditemukan
1 1 Karang 8,5 28 3,5 Ulva lactuca, Codium
tomentosum,
Hormophysa
cuneiformis, dan
Palmaria palmata.
1 2 Karang 8,5 28 3,5 Ulva lactuca, Codium
berpasir tomentosum, Padina
pavonica, Palmaria
palmata, Galaxaura
rugosa
1 3 Karang 8,6 27 3,4 Ulva lactuca, Codium
berpasir tomentosum, Padina
pavonica, Palmaria
palmata.
2 1 Karang 8,5 28 3,6 Ulva lactuca, Codium
berpasir tomentosum, Padina
pavonica,
chaetomorpha
crassa.

40
41

2 2 Karang 8,5 27 3,5 Ulva lactuca, Codium


berpasir tomentosum, Padina
pavonica,
Halosaccion
glandiforme
2 3 Batu 8,6 27 3,6 Ulva lactuca, Codium
berpasir tomentosum,
Sargassum muticum,
Halosaccion
glandiforme
3 1 Batu 8,5 28 3,4 Ulva lactuca, Codium
berpasir tomentosum, Padina
pavonica, Palmaria
palmata, Bornetella
sphaerica, Gracilaria
gracilis
3 2 Batu 8,7 28 3,5 Ulva lactuca, Codium
tomentosum,
Palmaria palmata,
Bornetella sphaerica
3 3 Batu 8,5 28 3,5 Ulva lactuca, Codium
tomentosum, Padina
pavonica, Sargassum
muticum, Palmaria
palmata, gigartina
papilata, Bornetella
sphaerica
42

Tabel 4.2 Klasifikasi dan jenis Makroalga yang ditemukan pada tiap stasiun
penelitian (sinkronisasi nama dan persamaan merujuk pada www.algaebase.org)
No. Filum Ordo Famili Genus Spesies
1. Chlorophyta
Ulva lactuca
Ulvales Ulvaceae Ulva
Linnaeus
Chaetomorpha
Cladophorales Cladophoraceae Chaetomorpha crassa (C.Agardh)
Kützing
Bornetella
sphaerica
Dasycladales Dasycladaceae Bornetella
(Zanardini) Solms-
Laubach
Codium
Bryopsidales Codiaceae Codium tomentosum
Stackhouse
2. Rhodophyta Gracilaria gracilis
(Stackhouse)
Gracillariales Gracilariaceae Gracilaria Steentoft,
L.M.Irvine &
Farnham
Gigartina papillata
Gigartinales Gigartinaceae Gigartina (C.Agardh)
J.Agardh
Palmaria Palmata
Palmariales Palmariaceae Palmaria (Linnaeus)
F.Weber & D.Mohr
Halosaccion
glandiforme
Palmariales Palmariceae Halosaccion
(S.G.Gmelin)
Ruprecht
Gelidium spinosum
Gelidiales Gelidiaceae Gelidium (S.G.Gmelin)
P.C.Silva
Galaxaura rugosa
(J.Ellis & Solander)
Nemalies Chaetigaceae Galaxaura
J.V.Lamouroux

Padina pavonica
Dictyotales Dictyoceae Padina
(Linnaeus) Thivy

No. Filum Ordo Famili Genus Spesies


43

Sargassum
3 Phaeophyta muticum
Fucales Sargassaceae Sargassum
(Yendo)
Fensholt
Hormophysa
cuneiformis
Fucales Sargassaceae Hormophysa
(J.F.Gmelin)
P.C.Silva
Padina
pavonica
Dictyotales Dictyoceae Padina
(Linnaeus)
Thivy
44

Tabel 4.3 Data identifikasi karakteristik morfologi makroalga

Nama Ulva Palmaria Sargassum Gelidium Gigartina


Spesies lactuca Palmata muticum spinosum papillata
Panjang
6 19 35 6 6
(cm)
Lebar (cm) 3 10 10 6 5
Diameter
- - - - -
(cm)
Merah Coklat Merah Merah
Warna Hijau muda
kecoklatan kekuningan kekuningan kecoklatan
Lembaran
Bentuk
tepi Lembaran Berdaun Berfilamen Lembaran
Talus
berombak
Menyerupai Menyerupai Menyerupai
Blade Pipih, licin -
pita, licin sayap, licin pita, kasar
Silindris, Silindris,
Stipe - - -
agak kasar licin, kaku
Gas Bladder - - Bulat oval - -
Batang
Lempengan Lempengan Akar
Holdfast Mengerucut menyamping
basal Basal uniseluler
(stolon)
Cabang 2 Cabang
Tipe Bercabang Melingkari
Simpodial selang- banyak
Percabangan 2 sumbu stipe
seling selang-seling
45

Nama Halosaccion Bornetella Chaetomorpha Gracilaria Galaxaura


Spesies glandiforme sphaerica crassa gracillis rugosa
Panjang
2 3 5 15 9
(cm)
Lebar (cm) 2 1,5 4 4 4
Diameter
0,3 1,5 - - -
(cm)
Coklat Hijau Merah
Warna Hijau Merah
kemerahan muda kecoklatan
Bentuk Berbentuk Berbentuk
Berfilamen Berfilamen Berfilamen
Talus tabung Tabung
Blade - - - - -
Silindris,
Silindris, Silindris, Silindris, Silindris,
Stipe licin,
licin Licin licin, kaku licin, kaku
elastis
Bulat
Gas Bladder Bulat - - -
lonjong
Akar Lempengan Lempengan Akar
Holdfast Sederhana
uniseluler basal basal uniseluler
Cabang 2
Tipe Tidak Bercabang Bercabang Bercabang
selang-
Percabangan bercabang 2 2 2
seling
46

Nama Hormophysa Padina Codium


Spesies cuneiformis pavonica tomentosum
Panjang
7 2 9
(cm)
Lebar (cm) 3 2 6
Diameter
- - -
(cm)
Coklat Coklat
Warna Hijau tua
kekuningan kekuningan
Bentuk
Berdaun Lembaran Berfilamen
Talus
Menyerupai Menyerupai
Blade sayap, kipas, corak -
bergerigi spiral
Silindris, Silindris, Silindris,
Stipe
agak kasar agak kasar lunak
Gas Bladder - - -
Akar Akar
Holdfast Mengerucut
uniseluler uniseluler
Tipe Cabang 2 Cabang 2 Bercabang
Percabangan selang-seling selang-seling 2

Deskripsi tentang spesies Makroalga yang ditemukan di Pantai Lumbung

Kabupaten Tulungagung.

a. Ulva lactuca Linnaeus

Ulva lactuca termasuk dalam golongan Chlorophyta. Alga ini memiliki ciri

khas berwarna hijau dengan bentuk talus menyerupai lembaran dengan tepi berombak

(blade like kelp). Panjang talusnya 6 cm dengan lebar 3 cm. Struktur tubuhnya terdiri

dari blade dan holdfast. Blade berbentuk menyerupai lembaran dengan struktur pipih

dan licin, sedangkan pada holdfast berbentuk menyerupai lempengan basal (solid basal

disc). Ulva lactuca memiliki tipe percabangan simpodial yang pada bagian blade dan
47

stipe belum bisa dibedakan sehingga percabangannya tidak terlihat. Morfologi Ulva

lactuca dapat dilihat pada gambar 4.1.

Ditinjau dari literatur jurnal Karakteristik dan Aspek Biologi Ulva Sp oleh Tri

Handayani, Ulva memiliki ciri talus menyerupai lembaran (berupa lembaran lebar

maupun kecil), talus yang berupa lembaran kecil membentuk rumpun, tepi blade

berombak, warna hijau cerah sampai hijau tua. Habitatnya banyak menempel pada

batuan dan juga pasir pantai dan hidup berkoloni.34

Gambar 4.1 (a) Panjang 6 cm dan lebar 3 cm (dokumentasi pribadi), (b) blade
lembaran(mikroskop), (c) percabangan simpodial (dokumentasi pribadi), (d) holdfast
menyerupai lempengan basal (mikroskop), (e) habitat di batuan dan pasir35

b. Palmaria palmata (Linnaeus) F.Weber & D.Mohr

Palmaria palmata termasuk dalam golongan Rhodophyta. Alga ini memiliki

ciri khas berwarna merah kecoklatan dengan bentuk talus bermembran tipis

(membranous or tailor). Panjang talusnya 19 cm dengan lebar 10 cm. Struktur

34
Tri Handayani, Karakteristik dan Apek Biologi Ulva Sp, Oseana, Volume XLI,
Nomor I, Tabun 2016: 1- 8
35
Ulva lactuca, diakses dari (www.seaweed.ie/descriptions/Ulva_lactuca.php),
pada tanggal 3 februari 2020, pukul 15.00 WIB
48

tubuhnya terdiri dari blade dan holdfast. Blade berupa lembaran tipis dan licin dengan

bentuk menyerupai pita, sedangkan pada holdfast berbentuk menyerupai lempengan

basal (solid basal disc). Tipe percabangan pada Palmaria palmata memiliki

percabangan dua teratur (dichotomus). Morfologi Palmaria palamata dapat dilihat

pada gambar 4.2.

Menurut literatur dengan judul Distribusi Kelimpahan dan Pemanfaatan

Makroalga lokal di Sepanjang Pantai Selatan Gunung Kidul Yogyakarta oleh Anisah

Sofiyana alga ini memiliki ciri berwarna talus merah kecoklatan, bentuk blade berupa

lembaran besar dan permukaannya licin, holdfast berupa cakram, tipe percabangannya

bercabang dua. Habitatnya pada substrat pasir yang tergenang air pada saat surut atau

pada pecahan karang.36

36
Anisah Sofiyana, Distribusi Kelimpahan dan Pemanfaatan Makroalga lokal di
Sepanjang Pantai Selatan Gunung Kidul Yogyakarta, Fakultas Sains dan Teknologi,
Univeristas Islam Negeri Sunan Kalijaga. 2016
49

Gambar 4.2 (a) Panjang 19 cm dan lebar 10 cm dengan talus membran tipis
(dokumentasi pribadi), (b) blade lembaran menyerupai pita (mikroskop), (c)
percabangan dua teratur (dokumentasi pribadi), (d) holdfast menyerupai
lempengan basal (mikroskop), (e) habitat di karang37

c. Sargassum muticum (Yendo) Fensholt

Sargassum muticum termasuk dalam golongan Phaeophyta. Alga ini

memiliki ciri khas berwarna coklat kekuningan dengan talus berbentuk daun yang

memiliki sumbu (leafy of axis). Panjang talusnya 35 cm dengan lebar 10 cm. Struktur

tubuhnya lengkap untuk jenis alga yang terdiri dari blade, stipe, gas bladder, dan

holdfast. Blade berupa daun yang berbentuk sayap oval yang licin. Stipe berbentuk

silindris dengan struktur agak kasar menyerupai batang. Gas bladder berbentuk bulat

oval. Holdfast berbentuk kerucut (horny cone). Tipe percabangan pada alga ini adalah

37
Palmaria palmata, diakses dari
(www.seaweed.ie/descriptions/Palmaria_palmata.php) pada tanggal 3 februari 2020, pukul
15.00 WIB
50

bercabang dua selang seling (pinnatus alternate). Morfologi Sargassum muticum dapat

dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 (a) Panjang 35 cm dan lebar 10 cm dengan talus berdaun (dokumentasi
pribadi), (b) blade menyerupai sayap (mikroskop), (c) gas bladder bulat oval (mikroskop),
(d) holdfast berbentuk kerucut (mikroskop), (e) stipe silindris sedikit kasar (mikroskop),
Tipe percabangan dua selang seling (dokumentasi pribadi)

Menurut literatur dari jurnal Potensi dan Pemanfaatan Bahan Aktif Alga

Cokelat Sargassum Sp oleh Chalvyn K dkk Sargassum memiliki ciri diantaranya

memiliki percabangan pinnate alternate sedangkan anak percabangannya merupakan

daun. Tiap-tiap percabangan terdapat gelembung udara yang dinamakan gas bladder.38

d. Gelidium spinosum (S.G.Gmelin) P.C.Silva

Gelidium spinosum termasuk dalam golongan Rhodophyta. Ciri khas pada

alga ini berwarna merah kecoklatan dengan bentuk talus berupa filamen (filamentous).

Panjang talusnya 6 cm dengan lebar 6 cm. Struktur tubuhnya terdiri dari stipe dan

holdfast. Stipe berbentuk silindris dengan struktur licin dan kaku, sedangkan pada

holdfast berupa akar uniseluler (unicelluler rhizoid). Tipe percabangan pada alga ini

38
Chalvyn K dkk, Potensi dan Pemanfaatan Bahan Aktif Alga Cokelat Sargassum
S, Dosen Pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas
Musamus, Merauke, Papua, 2017
51

bercabang melingkari sumbu utama (fertilcillate). Morfologi Gelidium spinosum dapat

dilihat pada gambar 4.4.

Ditinjau dari jurnal Diversitas dan Karakteristik Alga Merah (Rhodophyta)

pada Akar Mangrove di Teluk Serewe Kabupaten Lombok Timur oleh Mursal Ghazali

dkk Gelidium memiliki ciri-ciri holdfast serabut, bentuk talus silindris, dan beberapa

talus bercabang.39

Gambar 4.4 (a) Panjang 6 cm dan lebar 6 cm dengan talus filamen (dokumentasi pribadi), (b)
stipe silindris licin (mikroskop), (c) tipe percabangan melingkari stipe (mikroskop), (d)
holdfast berbentuk batang menyamping (stolon) (mikroskop), (e) habitat di batuan berpasir40

e. Gigartina papillata (C.Agardh) J.Agardh

Gigartina papillata termasuk dalam golongan Rhodophyta. Ciri khas pada

alga ini berwarna merah kecoklatan dengan bentuk talus bermembran (membranous or

tailor). Panjang talusnya 6 cm dengan lebar 5 cm. Struktur tubuhnya terdiri dari blade

dan holdfast. Bagian blade berbentuk menyerupai pita pipih dengan struktur kasar

39
Mursal Ghazali, Diversitas dan Karakteristik Alga Merah (Rhodophyta) pada
Akar Mangrove di Teluk Serewe Kabupaten Lombok Timur, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Mataram, 2018
40
Gelidium spinosum, diakses dari www.seaweedmie/descriptions/Gelidium_spino
sum.php, pada tanggal 3 februari 2020, pukul 17.00 WIB
52

berupa bintil pada permukaannya. Bagian holdfast berbentuk akar uniseluler

(unicellular rhizoid). Tipe percabangan pada alga ini adalah bercabang banyak dan

berselang-seling (polystichous). Morfologi Gigartina papillata dapat dilihat pada

gambar 4.5

Gambar 4.5 (a) Panjang 6 cm dan lebar 5 cm (dokumentasi pribadi), (b) talus berupa
lembaran (dokumentasi pribadi), (c) blade memiliki struktur kasar (sistokarp) (mikroskop),
(d) holdfast berupa akar uniseluler (mikroskop), (e) percabangan bercabang banyak
selangseling (dokumentasi pribadi), (f) habitat pada substrat batu berpasir41

Ditinjau dari literatur, alga ini memiliki ciri khas berwarna merah dengan

blade berupa lemparan dengan tekstur kasar. Struktur kasar ini dinamakan

sistokarp.42 Gigartina papillata memilki tipe percabangan selang seling banyak.

Biasanya habitat hidupnya pada batu berpasir.

f. Padina pavonica (Linnaeus) Thivy

Padina pavonica termasuk dalam golongan Phaeophyta. Alga ini memiliki

ciri khas berwarna coklat kekuningan dengan bentuk talus bermembran (membranous

41
Gelidium spinosum, diakses dari www.seaweed.ie/descriptions/Gelidium_spino
sum.php, pada tanggal 3 Februari 2020, pukul 15.00 WIB
42
Aslan, Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta : Kanisius, 2011, hlm. 39
53

or tailor). Panjang talusnya 2 cm dengan lebar 2 cm. Struktur tubuhnya terdiri dari

blade, stipe, dan holdfast. Bagian blade berbentuk pipih menyerupai kipas dengan

corak spiral. Bagian stipe berbentuk silindris dengan struktur agak kasar. Holdfast

bertipe akar uniseluler (unicellular rhizoid). Tipe percabangan pada alga ini adalah

bercabang dua selang seling (pinnatus alternate). Morfologi Padina pavonica dapat

dilihat pada gambar 4.6.

Menurut literatur dalam jurnal “Identifikasi Efek Analgesik Ekstrak Alga

Coklat Padina Sp. Pada Mencit (Mus Musculus)” oleh Siti Nur marga Padina memiliki

ciri berupa talus berbentuk kipas dan warna coklat kekuningan ketika kering. Alga ini

memiliki blade bertekstur licin dan tebal. Alga ini menempel pada batu dan karang.

Holdfast berbentuk akar uniseluler.

Gambar 4.6 (a) Panjang 2 cm dan lebar 2 cm (dokumentasi pribadi), (b) talus
bermembran (mikroskop), (c) blade menyerupai kipas dengan corak spiral (mikroskop), (d)
holdfast berupa akar uniseluler (mikroskop), (e) habitat pada substrat batu berpasir43

43
Padina pavonica, diakses dari www.seaweed.ie/descriptions/Padina_
pavonica.php, pada tanggal 3 februari 2020, pukul 17.00 WIB
54

g. Halosaccion glandiforme (S.G.Gmelin) Ruprecht

Halosaccion glandiforme termasuk dalam golongan Rhodophyta. Alga ini

berwarna merah kecoklatan dengan talus berbentuk tabung (tubular coenoctyc).

Panjang talusnya 2 cm dengan lebar 2 cm. Struktur tubuhnya terdiri dari gas bladder,

stipe, dan holdfast. Gas bladder berbentuk tabung lonjong dengan diameter 0,3 cm dan

memiliki corak polkadot pada ujungnya. Bagian stipe berbentuk silindris dengan

struktur agak licin. Holdfast bertipe sederhana (simple). Tipe percabangan alga ini

bercabang banyak selang-seling (polystichous). Morfologi Halosaccion glandiforme

dapat dilihat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7 (a) Panjang 2 cm dan lebar 2 cm (dokumentasi pribadi), (b) talus berbentuk
tabung dengan corak volkadot (mikroskop), (c) stipe silinder licin (mikroskop), (d) holdfast
berupa akar sederhana (mikroskop), (e) habitat pada substrat batu berpasir
(www.seaweed.ie/descriptions/Halosaccion_glandiforme.php)

Ditinjau dari jurnal “Keanekaragaman Makroalga Di Daerah Intertidal Pantai

Pasir Panjang Kabupaten Malang” oleh Diandara Oryza, Halosaccion memiliki ciri

hidup menempel pada karang, memiliki warna coklat, dan bentuk holdfast sederhana.
55

h. Bornetella sphaerica (Zanardini) Solms-Laubach

Bornetella sphaerica termasuk dalam golongan Chlorophyta. Alga ini

memiliki ciri berwarna hijau muda dengan berbentuk bulat tabung (tubular coenyctic).

Panjang talusnya 3 cm dengan lebar 1,5 cm. Struktur tubuhnya terdiri dari gas bladder,

stipe, dan holdfast. Bagian gas bladder berbentuk bulat struktur licin dengan diameter

1,5 cm. Stipe berbentuk silindris dengan struktur licin dan sedikit elastis. Bagian

holdfast bertipe akar uniseluler (unicellular rhizoid). Alga ini tidak memiliki

percabangan pada talusnya. Morfologi Bornetella sphaerica dapat dilihat pada gambar

4.8.

Menurut keterangan dari buku Jurnal Dinamika Pendidikan oleh Hotamulina

Sitohang, Bornetella sphaerica memiliki ciri memiliki talus berbentuk bullat, talus

tersebut berisi air dan memiliki akar uniseluler. Selain itu, alga ini biasa hidup

menempel pada karang berpasir dan juga pada bongkahan karang yang relatif besar,

dan banyak ditemukan di zona pasang surut. 44

44
Hotmaulina Sitohang, Jurnal Dinamika Pendidikan, Fakultas Keguruan dan llmu
Pendidikan Universitas Kristen lndonesia Jakarta, 2011
56

Gambar 4.8 (a) Panjang 3 cm dan lebar 1,5 cm (dokumentasi pribadi), (b) talus bulat dengan
diameter 1,5 cm, gas bladder bulat licin (dokumentasi pribadi) (d) stipe silinder licin
(mikroskop), (e) holdfast berupa akar unsiseluler(mikroskop), (f) habitat pada substrat karang
berpasir45

i. Chaetomorpha crassa (C.Agardh) Kützing

Chaetomorpha crassa termasuk dalam golongan Chlorophyta. Alga ini

berwarna hijau dengan bentuk talus berfilamen membentuk rumpun (filamentous).

Panjang talusnya 5 cm dengan lebar 4 cm. Struktur tubuhnya terdiri dari stipe dan

holdfast. Bagian stipe berbentuk silindris dengan struktur agak licin dan kaku. Holdfast

berupa lempengan basal (solid basal disc). Tipe percabangannya bercabang dua yang

membentuk rumpun bergerombol (dichotomus). Morfologi Chaetomorpha crassa

dapat dilihat pada gambar 4.9.

45
Bornetella sphaerica, diakses dari www.algaebase.org/search/species/detail,
pada tanggal l 3 februari 2020, pukul 16.00 WIB
57

Gambar 4.9 (a) Panjang 5 cm dan lebar 1,5 cm (dokumentasi pribadi), (b) talus
berfilamen dengan stipe silinder licin (mikroskop), (c) percabangan dua (mikroskop) (d)
holdfast berupa lempengan basal (mikroskop), (e) habitat pada substrat batu dan karang
berpasir46

Dikutip dari jurnal dengan judul “Inventarisasi Makroalga Di Perairan Pesisir

Pulau Mantehage Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi

Utara” oleh Watung Preisy dkk alga ini hidup di substrat karang mati dan benda

terapung atau berkoloni bersama-sama dengan alga atau lamun yang di daerah

intertidal.47 Alga ini memiliki ciri warna hijau muda, talus membentuk rumpun, dan

tumbuh epifit pada alga lain.

j. Gracilaria gracilis (Stackhouse) Steentoft, L.M.Irvine & Farnham

Gracilaria gracilis termasuk dalam golongan Rhodophyta. Alga ini memiliki

ciri berwarna merah kecoklatan dengan talus berbentuk filamen (filamentous). Panjang

talusnya 15 cm dengan lebar 4 cm. Struktur tubuhnya terdiri dari stipe dan holdfast.

46
Chaetomorpha crassa, diakses dari http://www.marinespecies.org/, pada tanggal
30 Februari 2020 pukul 16.30 WIB
47
Watung Preisy, Inventarisasi Makroalga Di Perairan Pesisir Pulau Mantehage
Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara, Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan, Universitas Sam
Ratulangi Manado, 2016
58

Bagian stipe berbentuk silindris dengan struktur licin dan juga elastis. Holdfast

berbentuk lempengan basal (solid basal disc). Tipe percabangannya bercabang dua

(dichotomus). Morfologi Gracilaria gracilis dapat dilihat pada gambar 4.10.

Ditinjau dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian alga ini sering

dimanfaatkan masyarakat untuk dijual atau diolah menjadi bahan baku pembuatan

agar-agar. Alga ini memiliki ciri umum berwarna merah dengan talus berbentuk

silindris dan memiliki permukaan yang halus.

Gambar 4.10 (a) Panjang 15 cm dan lebar 4 cm (dokumentasi pribadi), (b) talus
berfilamen dengan stipe silinder licin elastis (dokumentasi pribadi), (c) percabangan dua
(mikroskop) (d) holdfast berupa lempengan basal (mikroskop), (e) habitat pada substrat
batu dan karang berpasir48

k. Galaxaura rugosa (J.Ellis & Solander) J.V.Lamouroux

Galaxaura rugosa termasuk dalam golongan Rhodophyta. Alga ini memiliki

ciri berwarna merah dengan bentuk talus filamen (filamentous). Panjang talusnya 9 cm

dengan lebar 4 cm. Struktur tubuh terdiri dari stipe dan holdfast. Bagian stipe berupa

silindris dengan struktur licin dan kaku. Holdfast bertipe unicellular rhizoid

48
Gracilaria gracillis, diakses dari www.seaweed.ie/descriptions/Gracilaria_
gracilis.php, pada tanggal 4 Februari 2020, pukul 09.00 WIB
59

(menyerupai bentuk akar). Tipe percabangannya bercabang dua (dichotomus).

Morfologi Galaxaura rugosa dapat dilihat pada gambar 4.11.z

Gambar 4.11 (a) Panjang 9 cm dan lebar 4 cm (doumentasi pribadi), (b) talus
berfilamen (dokumentasi pribadi), (c) stipe silindris kaku dengan struktur licin (mikroskop)
(d) holdfast berupa akar unsieluler (mikroskop), (e) habitat pada substrat batu dan karang
berpasir49

Ditinjau dari jurnal “Identifikasi Rhodophyta Sebagai Bahan Ajar di

Perguruan Tinggi” oleh Diandra Oryza, Galaxaura rugosa memiliki ciri hidup

menempel pada substrat karang dan pasir, talus membentuk rumpun berfilamen,

holdfast berupa rizoid dan percabangan dua.

l. Codium tomentosum Stackhouse

Codium tomentosum termasuk dalam golongan Chlorophyta. Alga ini

memiliki ciri berwarna hijau tua dengan bentuk talus tabung (tubular coenoctyc).

Panjang talusnya 9 cm dengan lebar 6 cm. Struktur tubuhnya terdiri dari stipe dan

holdfast. Bagian stipe berbentu tabung dengan struktur licin agak berlendir dan lunak.

Holdfast berbentuk akar uniseluler (uniselluler rhizoid). Tipe percabangannya

49
Galaxaura rugosa, diakses dari www.seaweed.ie/descriptions/Galaxaura_rugosa.php,
pada tanggal 4 Februari 2020, pukul 09.00 WIB
60

bercabang dua (dichotomus). Morfologi Codium tomentosum dapat dilhat pada gambar

4.12.

Gambar 4.12 (a) Panjang 9 cm dan lebar 6 cm (dokumentasi pribadi), (b) talus
berbentuk tabung (dokumentasi pribadi), (c) stipe silindris lunak menyerupai spons
(mikroskop) (d) holdfast berupa akar unsieluler (mikroskop), (e) habitat pada substrat
batu dan karang berpasir50

Ditinjau dari jurnal “Identifikasi Keanekaragaman Dan Pola Penyebaran

Makroalga di Daerah Pasang Surut Pantai Pidakan Kabupaten Pacitan Sebagai Sumber

Belajar Biologi” oleh Ilham Budi Setiawan, Codium memiliki ciri umum warna hijau

tua, memiki talus bertekstur lembut seperti spons, holdfast uniseluler melekat pada

substrat, tipe percabangannya dua, dan talusnya berbentuk tabung.

m. Hormophysa cuneiformis (J.F.Gmelin) P.C.Silva

Hormophysa cuneiformis termasuk dalam golongan Phaeophyta. Alga ini

memiliki ciri berwarna coklat kekuningan dengan bentuk talus berupa daun bersumbu

(leafy of axis). Panjang talusnya 7 cm dan lebar 3 cm. Struktur tubuh terdiri dari blade,

stipe, dan holdfast. Bagian blade berbentuk sayap dengan struktur licin dan bergerigi.

50
Codium tomentosum, diakses dari www.seaweed.ie/description
s/codium_tomentosum.php, pada tanggal 4 Februari 2020, pukul 09.00 WIB
61

Stipe berbentuk silindris dengan struktur kasar seperti kayu. Holdfast berbentuk

kerucut (horny cone). Tipe percabangan pada alga ini adalah bercabang dua selang

seling (pinnatus alternate). Morfologi Hormophysa cuneiformis dapat dilihat pada

gambar 4.13

Gambar 4.13 (a) Panjang 7 cm dan lebar 4 cm (dokumentasi pribadi), (b) talus berdaun
(dokumentasi pribadi), (c) blade menyerupai sayap dengan tepi bergerigi (mikroskop), (d)
stipe silinrdris dengan struktur kasar (mikroskop), (e) percabangan banyak selang seling
(mikroskop), (f) holdfast berbentuk kerucut (mikroskop)

Ditinjau dari jurnal “Jenis-Jenis Alga Coklat Potensial Di Perairan Pantai

Desa Hutumuri Pulau Ambon” oleh Inem Ode, Hormophysa cuneiformis memiliki

warna coklat keemasan, memiliki blade berbentuk sayap, talusnya memiliki sumbu

atau tangkai, dan hidup menempel pada karang dengan holdfast berupa cakram kecil.

2. Analisis Faktor Abiotik Lingkungan Sebagai Gambaran Keberadaan

Makroalga di Pantai Lumbung Kabupaten Tulungagung

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran faktor abiotik yang ada pada setiap

stasiun dan plot. Faktor abiotik yang diukur meliputi pH (tingkat keasaman), salinitas,

suhu, dan jenis substrat. Berikut hasil pengukuran faktor abiotik.


62

Tabel 4.4 Faktor Abiotik pada Stasiun 1

Plot
Abiotik
1 2 3
Suhu (oC) 28 28 27
Salinitas (%) 3,5 3,5 3,4
pH 8,5 8,5 8,6
Substrat Karang Karang berpasir Karang berpasir

Tabel 4.5 Faktor Abiotik pada Stasiun 2


Plot
Abiotik
1 2 3
Suhu (oC) 28 27 27
Salinitas (%) 3,6 3,5 3,6
pH 8,5 8,5 8,6
Substrat Karang Berpasir Karang berpasir Batu berpasir

Tabel 4.6 Faktor Abiotik pada Stasiun 3


Plot
Abiotik
1 2 3
o
Suhu ( C) 28 28 28
Salinitas (%) 3,4 3,5 3,5
pH 8,5 8,6 8,5
Substrat Batu berpasir Batu berpasir Batu berpasir

Berdasarkan pengamatan faktor abiotik di kawasan Pantai Lumbung

Pucanglaban Tulungagung diperoleh data berupa derajat keasaman (pH) 8,5-8,6, suhu

27-28, dan salinitas 4,4-4,6. Proses pengamatan ini menggunakan alat-alat

laboratorium milik laboratorium Biologi IAIN Tulungagung berupa termometer air,

refraktometer, dan pH meter. Berikut akan dibahas lebih rinci pada setiap stasiun.

Stasiun 1 terdiri dari 3 plot diantaranya plot 1,2, dan 3. Lokasi stasiun 1

berada di 20 m jarak dari bibir pantai. Lokasi stasiun 1 masih didominasi oleh substrat

berupa karang dan karang berpasir karena masih berada di tengah-tengah pantai.
63

Makroalga yang ditemukan pada stasiun ini diantaranya Ulva lactuca, Codium

tomentosum, hormophysa cuneiformis, Palmaria palmata, Galaxaura rugosa, dan

Padina pavonica. Makroalga ini berkembang di kawasan dengan pH 8,5-8,6 dengan

suhu 27-28oC. Selain itu, stasiun ini memiliki kadar salinitas 3,4-3,5 %.

Pengambilan sampel di stasiun 2 berada di lokasi 20 m ke timur dari stasiun

1. Lokasi stasiun 2 mulai didominasi oleh substrat berupa batu berpasir. Makroalga

yang ditemukan pada stasiun ini diantaranya Ulva lactuca, Codium tomentosum,

Padina pavonica, Halosaccion glandiforme, Chaetomorpha crassa, Sargassum

muticum, dan gelidium spinosum. Makroalga ini berkembang di kawasan dengan pH

8,5-8,6 dengan suhu 27-28 oC. Selain itu, stasiun ini memiliki kadar salinitas 3,4-3,6%.

Pengambilan sampel di stasiun 3 berada di lokasi 20 m ke timur dari stasiun

2. Lokasi stasiun 2 didominasi oleh substrat berupa batu dan batu berpasir. Makroalga

yang ditemukan pada stasiun ini diantaranya Ulva lactuca, Codium tomentosum,

Padina pavonica, Palmaria palmata, Bornetella sphaerica, Gracilaria gracilis,

Sargassum muticum, dan Gigartina papillata. Makroalga ini berkembang di kawasan

dengan pH 8,5-8,6 dengan suhu 27-28 oC. Selain itu, stasiun ini memiliki kadar

salinitas 3,4-3,5 %.

Derajat keasaman (pH) pada stasiun 1,2,3 masih dikategorikan cukup ideal

untuk dijadikan tempat hidup dan berkembang makroalga karena berada di angka 8,5-

8,6. Menurut literatur dengan judul Penilaian Kondisi Keasaman Perairan Pesisir Dan

Laut Kabupaten Pangkajene Kepulauan Pada Musim Peralihan I oleh Novita Dwi
64

Yanti nilai pH ideal untuk kehidupan organisme laut berada di kisaran 7-8,5. Kondisi

perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan mengganggu

kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan pada

proses metabolisme dan respirasi. Perubahan pH di atas netral akan meningkatkan

konsentrasi amonia yang bersifat sangat toksik bagi organisme.51

Derajat keasaman atau kadar ion H dalam air merupakan salah satu faktor

kimia yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme yang hidup di suatu

lingkungan perairan. Tinggi atau rendahnya nilai pH air tergantung pada beberapa

faktor yaitu, kondisi gas-gas dalam air seperti CO2, konsentrasi garam-garam karbonat

dan bikarbonat, proses dekomposisi bahan organik di dasar perairan.

Suhu pada stasiun 1,2,3 masih dikategorikan ideal untuk pertumbuhan

makroalga. Menurut jurnal Pertumbuhan Alga Cokelat Padina Australis Hauch Di

Perairan Pesisir, Desa Kampung Ambon, Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten

Minahasa Utara oleh Rene Charles dkk, alga dapat tumbuh dengan baik di perairan

dengan suhu 24o-30o C. Suhu mempengaruhi daya larut gas-gas yang diperlukan untuk

fotosintesis seperti CO2 dan O2, gas-gas ini mudah terlarut pada suhu rendah dari pada

suhu tinggi akibatnya kecepatan fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah. Panas yang

51
Novita Dwi Yanti, Penilaian Kondisi Keasaman Perairan Pesisir Dan Laut Kabupaten
Pangkajene Kepulauan Pada Musim Peralihan, Program Studi Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu
Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Makassar, 2016
65

diterima permukaan laut dari sinar matahari menyebabkan suhu di permukaan perairan

bervariasi berdasarkan waktu.52

Salinitas pada stasiun 1,2,3 masih dikategorikan cukup ideal untuk

pertumbuhan makroalga karena berada di angka 3,4-3,6 %. Salinitas dapat dikatakan

optimum ketika berada dikisaran angka 28-34 ppt. 53 Salinitas dalam pertumbuhan

fisiologis makroalga erat kaitannya dengan proses osmoregulasi yang terjadi di dalam

sel. Hal ini berkaitan bagaimana peran badan golgi dalam sel menyeimbangkan

kepekatan cairan yang berbeda yang berada di dalam maupun luar sel. Proses ini

mengupayakan badan golgi untuk menyeimbangkan kondisi cairan sampai isotonis.

Hal ini berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan dari makroalga itu sendiri.

Pengaruh salinitas terhadap suatu organisme diantaranya dapat menyebabkan

stress ion, stress osmotik, dan sekunder. Stress ion pada salinitas tinggi akan

menyebabkan organisme keracunan ion Na+. Ion Na yang berlebihan dapat

menyebabkan dapat menghambat permukaan talus menyerap ion K+ dari lingkungan

dimana ion ini sangat berguna untuk mempertahankan tekanan turgor dan aktivitas

enzim. Stress osmotik menyebabkan peningkatan tekanan osmotik dalam sel sehingga

akan menghambat proses penyerapan air dan unsur-unsur yang berlangsung pada

52
Rene Charles dkk, Pertumbuhan Alga Cokelat Padina Australis Hauch Di Perairan
Pesisir, Desa Kampung Ambon, Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNSRAT Manado
53
Apri Arisandi, Pengaruh Salinitas yang Berbeda terhadap Morfologi, Ukuran dan Jumlah
Sel, Pertumbuhan serta Rendemen Karaginan Kappaphycus alvarezii, Ilmu Kelautan, Vol. 16 (3) 143-
150, September 2011
66

proses osmosis. Akibat dari stress ion dan stress osmotik akan menyebabkan stress

sekunder yakni kerusakan pada struktur sel seperti lipid, enzim dan DNA.

Jenis substrat pada stasiun 1,2, dan 3 ada beberapa macam yaitu karang,

karang berpsir, dan batu berpasir. Secara umum jenis substrat di Pantai Lumbung

berupa karang berpasir. Berdasarkan hasil penelitian erat hubungannya antara

perbedaan substrat dengan keberadaan makroalga yang ditemukan. Hal ini tergantung

dari bagaimana makroalga beradaptasi dengan tipe substrat.

Stasiun 1 dengan habitat substrat karang ditemukan makroalga jenis

Sargassum muticum dan Palmaria palmata dengan tipe holdfast kerucut dan cakram.

Kedua jenis substrat ini mampu melekat kuat pada karang sehingga mampu menahan

arus ombak yang datang.54

Kondisi pada stasiun 2 hampir sama dengan stasiun 1 diodminasi oleh

substrat karang berpasir tetapi ada substrat lain yaitu batu berpasair. Hal ini

memunculkan beberapa jenis makroalga dengan spesies yang sedikit berbeda dengan

stasiun 1. Seperti adanya Padina pavonica dan Halosaccion glandiforme yang

memiliki holdfast berupa akar seluler dan sederhana. Kemampuan kedua holdfast

tersebut mampu mengikat pada habitat partikel pasir.

Jenis substrat pada stasiun 3 didominasi jenis substrat batu. Terdapat

beberapa spesies lain yang ditemukan seperti Bornetella sphaerica dan Galaxaura

54
Irwandi dkk, Struktur komunitas makroalga pada substrat yang berbeda di perairan Desa
Tanjung Tiram Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara,
Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 2(3): 215-224, 2017, hlm. 220
67

rugosa yang memiliki holdfast berupa akar uniseluler. Holdfast mampu mengkait

habitat partikel di batu dan pasir.

Sementara makroalga dengan jenis Ulva Lactuca hampir ditemukan di semua

stasiun. Holdfast alga ini memiliki tipe lempengan (solid basal disc). Tipe holdfast ini

bersifat menancap pada substrat sehingga dapat berdaptasi pada kondisi jenis substart

yang berbeda.

B. Hasil Penelitian Tahap II (Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum)

Model penelitian yang dilakukan dalam pengembangan ini adalah 4D

(Define, Design, Develop, Disseminate) oleh Thiagarajan yang dimodifikasi. Tetapi,

karena keterbasan waktu, penelitian hanya sampai pada tahap Develop. Hasil penelitian

ini ditampilkan sebagai berikut:

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tahap ini menekankan pada proses analisis kebutuhan petunjuk praktikum

sebagai sumber belajar. Tahapannya melalui analisis ujung depan dengan melakukan

analisis RPS matakuliah Botani dan juga mewawancarai dosen pengampu matakuliah

Botani Cryptogamae. Kemudian dilanjutkan dengan perumusan tujuan kontruksional

yaitu dengan menyebar angket online kepada mahasiswa tadris biologi yang sudah

menempuh matakuliah Botani Cryptogamae untuk melihat kemanfaatan dari media

yang dibuat. Hal ini dilakukan untuk melihat berbagai macam latar belakang

kemampuan kognitif dan psikomotorik dari mahasiswa yang sudah menempuh

matakuliah tersebut.
68

Analisis Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dilakukan”untuk

menentukan indikator mana saja yang memerlukan bahan ajar. Berikut ini”adalah

analisis RPS untuk mata kuliah Botani Cryptogamae.

Matakuliah : Botani Cryptogamae

Program Studi : Tadris Biologi

SKS : 3 SKS

Tabel 4.7 Analisis Rencana Pembelajaran Semester (RPS)

No. Kemampuan yang diharapkan Bahan Ajar (Materi)

1 Mahasiswa mampu: - Sejarah taksonomi tumbuhan


1. Memahami sejarah taksonomi tumbuhan - Hubungan taksonomi dengan ilmu lainnya
2. Memahami konsep-konsep dalam - Perkembangan taksonomi tumbuhan
taksonomi tumbuhan - Identifikasi, deskripsi dan klasifikasi tumbuhan
2 Mahasiswa mampu: - Pengertian tata nama
1. Memahami tata nama tumbuhan (ICBN - Nama ilmiah
2011) - Prinsip-prinsip dan peraturan tata nama
tumbuhan
- Tingkat kesatuan taksonomi
- Tipe tata nama tumbuhan
- Satu takson satu nama
3 Mahasiswa mampu: - Ciri-ciri morfologi dan anatomi anggota
1. Memahami karakteristik umum dan Chlorophyta
klasifikasi Divisi Chlorophyta (alga - Struktur vegetatif dan generatif
mikroskopis) - Daur hidup

4 Mahasiswa mampu: - Ciri-ciri morfologi dan anatomi anggota


1. Memahami karakteristik umum dan Rhodophyta
klasifikasi Divisi Rhodophyta (alga - Struktur vegetatif dan generatif
mikroskopis) - Daur hidup

5 Mahasiswa mampu: - Ciri-ciri morfologi dan anatomi anggota


1. Memahami karakteristik umum dan Phaeophyta
klasifikasi Divisi Rhodophyta (alga - Struktur vegetatif dan generatif
mikroskopis) - Daur hidup

Berdasarkan analisis RPS matakuliah Botani yang memiliki bobot 3 SKS,

terbagi menjadi 2 SKS untuk kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan 1 SKS untuk
69

kegiatan pembelajaran berupa praktik. Pembelajaran berbasis praktik selain dapat

meningkatkan kemampuan kognitif mahasiswa juga berperan penting dalam aspek

psikomotorik. Indikator yang digunakan untuk memenuhi media yang dibuat yakni

petunjuk praktikum adalah tentang karakteristik umum dan klasifikasi divisi

Chlorophyta, Rhodophyta, dan Phaeophyta. Hal ini dikerucutkan pada ciri-ciri

morfologi dari divisi Chlorophyta, Rhodophyta, dan Phaeophyta.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ahli materi terdapat beberapa poin

penting terkait pembelajaran matakuliah Botani Cryptogamae. Selama pembelajaran

terdapat beberapa faktor yang menyebabkan mahasiswa kurang maksimal dalam

menerima materi yang diberikan dengan baik. Pertama, kurang tertariknya atau

antusiasme mahasiswa dengan materi yang dibahas. Kedua waktu perkuliahan yang

terkadang sore hari yang membuat mahasiswa sedikit jenuh dengan materi. Selain itu,

terdapat kendala lain yang menyebabkan pembelajaran menjadi kurang maksimal.

Minimnya kegiatan praktek atau pengamatan laboratorium secara langsung.

Menyiasati hal tersebut dosen menyuruh mahasiswa untuk membawa langsung bagian

dari suatu tumbuhan atau mengadakan kegiatan berupa KKL (Kuliah Kerja Lapangan).

Sumber belajar yang digunakan berupa buku, jurnal, media internet dan LCD. Dosen

pengampu juga mengatakan bahwa terdapat media petunjuk praktikum yang

digunakan untuk KKL dan pengamatan di laboratorium. Menurut dosen pengampu

perlu dikembangkan media petunjuk praktikum. Menurut beliau media petunjuk

prkatikum karakteristik morfologi makroalga harus memuat beberapa materi penting.


70

Materi tersebut berupa deskripsi yang harus jelas, bentuk talus, morfologi ditambah

faktor lingkungan yang mempengaruhinya kualitas air tempat hidupnya seperti pH,

suhu, jenis substrat dan salinitas air laut.

Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan bahan ajar yang telah diberikan

kepada mahasiswa Tadris Biologi IAIN Tulungagung yang sudah menempuh

matakuliah Botani. Angket ini berisi 10 pertanyaan singkat khusunya materi

Makroalga divisi Chlorophyta, Rhodophyta, dan Phaeophyta. Penyebaran angket ini

dilakukan secara online dengan link bit.ly/Malikipukangket dan telah diisi oleh 33

responden. Berikut hasil angket tersebut.

Tabel 4.8 Hasil Angket Analisis Kebutuhan Bahan Ajar

No. Pertanyaan Persentase Jawaban Mahasiwa

1. Apakah saudara sudah pernah mengetahui 100% menjawab sudah


tentang makroalga? 0% menjawab belum

2. Apakah saudara sudah mengetahui tata cara 93,9% menjawab sudah


penulisan nama spesies yang baik dan benar? 6,1 % menjawab belum
Apakah saudara pernah melakukan
3. 100% menjawab sudah
identifikasi, deskripsi, dan klasifikasi pada
0% menjawab belum
salah satu jenis organisme?
Apakah saudara sudah mengetahui tata cara
4. melakukan identifikasi, deskripsi, dan 75,8% menjawab sudah
klasifikasi suatu organisme yang baik dan 24,2% menjawab belum
benar?
Menurut saudara apakah indikator pencapaian
5. kompetensi untuk topik makroalga divisi 27,3% menjawab sudah
Chlorophyta, Rhodophyta, dan Phaeophyta 72,7% menjawab belum
sudah tercapai maksimal?
Apa kesulitan yang saudara alami ketika 42,4% menjawab media kurang
6. mempelajari topik makroalga divisi menarik
Chlorophyta, Rhodophyta, dan Phaeophyta? 36,4% menjawab materi sulit
dipahami
71

12,1% menjawab tidak mengalami


kesulitan
9% memiliki jawaban lain
Sumber belajar apa yang dosen saudara 42,4% menjawab juranl
7. gunakan untuk membantu saudara memahami 21,2% menjawab buku
topik Chlorophyta, Rhodophyta, dan 12,1% menjawab internet
Phaeophyta? 21,1% memiliki jawaban lain
Apakah selama ini sudah ada buku petunjuk
8. 54,4% menjawab sudah
praktikum untuk topik makroalaga divisi
45,5% menjawab belum
Chlorophyta, Rhodophyta, dan Phaeophyta?
9. Menurut saudara apakah suatu media 100% menjawab perlu
pembelajaran saat ini perlu dikembangkan? 0% menjawab tidak
Menurut saudara bagaimana jika media
10. petunjuk praktium dibuat model ilustrasi 100% menjawab setuju
sehingga lebih terlihat informatif, mudah 0% menjawab tidak
dipahami, dan proporsional?

Pertanyaan pertama berbunyi “Apakah saudara sudah pernah mengetahui

tentang makroalga?” dari 33 responden mahasiswa semua menjawab (100%)

menjawab sudah mengetahui makroalga, dari sini dapat disimpulkan semua

responden sudah pernah mengetahui tentang makroalga.

Pertanyaan kedua berbunyi “Apakah saudara sudah mengetahui tata cara

penulisan nama spesies yang baik dan benar? dari 33 responden mahasiswa 31 orang

(93.9%) sudah mengetahui dan sisanya 2 orang (6,1 %) belum mengetahui, dari sini

dapat disimpulkan mahasiswa sudah banyak yang mengetahui tata cara penulisan

nama spesies yang baik dan benar.

Pertanyaan ketiga berbunyi “Apakah saudara pernah melakukan identifikasi,

deskripsi, dan klasifikasi pada salah satu jenis organisme?” dari 33 responden semua
72

(100%) pernah melakukannya, jadi dapat disimpulkan semua mahasiswa pernah

melakukan identifikasi, deskripsi, dan klasifikasi pada salah satu jenis organisme.

Pertanyaan keempat berbunyi “Apakah saudara sudah mengetahui tata cara

melakukan identifikasi, deskripsi, dan klasifikasi suatu organisme yang baik dan

benar?” dari 33 responden sebanyak 25 responden (75,8%) menjawab sudah

mengetahui melakukannya dan sisanya 8 responden (24.2%) belum mengetahui, jadi

dapat disimpulkan kebanyakan mahasiswa sudah mengetahui tata cara melakukan

identifikasi, deskripsi, dan klasifikasi suatu organisme.

Pertanyaan kelima berbunyi “Menurut saudara apakah indikator pencapaian

kompetensi untuk topik makroalga divisi Chlorophyta, Rhodophyta, dan Phaeophyta

sudah tercapai maksimal?” dari 33 responden sebanyak 24 (72,7%) menjawab belum

maksimal sedangkan sisanya 9 responden (27,3%) menjawab sudah maksimal, jadi

dapat disimpulkan indikator pencapaian kompetensi untuk topik makroalga divisi

Rhodophyta, Chlorophyta, dan Phaeophyta belum tercapai maksimal.

Pertanyaan keenam berbunyi “Apa kesulitan yang saudara alami ketika

mempelajari topik makroalga divisi Chlorophyta, Rhodophyta, dan Phaeophyta?” dari

33 responden sebanyak 14 responden (42,4%) menjawab media kurang menarik, 12

responden (36,4%) menjawab materi sulit dipahami, 3 responden (9%) memiliki

jawaban lain, dan 4 responden (12,1%) menjawab tidak mengalami kesulitan. Jadi

dapat disimpulkan mahasiswa memiliki jawaban yang variatif mengenai kesulitan


73

mempelajari makrolaga dan kebanyakan karena media kurang menarik dan materi

yang sulit.

Pertanyaan ketujuh berbunyi “Sumber belajar apa yang dosen saudara

gunakan untuk membantu saudara memahami topik Chlorophyta, Rhodophyta, dan

Phaeophyta?” dari 33 responden sebanyak 14 responden (42,4%) menjawab jurnal, 7

responden (21,2%) menjawab buku, 4 responden (12,1%) menjawab internet, sisanya

8 responden (21.1%) menjawab lain. Jadi dapat disimpulkan media yang digunakan

dosen banyak dan variatif.

Pertanyaan kedelapan berbunyi “Apakah selama ini sudah ada buku petunjuk

praktikum untuk topik makroalaga divisi Chlorophyta, Rhodophyta, dan

Phaeophyta?” dari 33 responden sebanyak 18 responden (54,4%) menjawab sudah

ada, sisanya 15 responden (45,5%) menjawab belum ada. Jadi dapat disimpulkan dari

hasil angket masing-masing jawaban memiliki persentase yang cukup tipis ada yang

sudah ada dan ada yang belum.

Pertanyaan kesembilan berbunyi “Menurut saudara apakah suatu media

pembelajaran saat ini perlu dikembangkan?” dari 33 responden semua (100%)

menjawab perlu. Jadi dapat disimpulkan media pembelajaran perlu untuk

dikembangkan.

Pertanyaan kesepuluh berbunyi “Menurut saudara bagaimana jika media

petunjuk praktikum dibuat model ilustrasi sehingga lebih terlihat informatif, mudah
74

dipahami, dan proporsional?” dari 33 responden semua (100%) menjawab setuju.

Jadi dapat disimpulkan media petunjuk praktikum model ilustrasi perlu dibuat.

2. Tahap Perancangan (Design)

Tahap ini merupakan fase dalam merancang produk petunjuk praktikum yang

akan dikembangkan. Tahapan ini terdiri dari pemilihan media, pemilihan format, dan

rancangan awal. Petunjuk praktikum ini akan dicetak dalam kertas ukuran A4 (21,0 cm

x 29,7 cm) dengan tipe kertas HVS dan kertas Buffalo pada cover. Ukuran kertas ini

dipilih karena seringkali digunakan dalam pembelajaran khususnya mahasiswa.

Adapun isi dari petunjuk praktikum ini meliputi judul, tujuan, dasar teori, alat dan

bahan, prosedur kerja, pertanyaan, dan daftar pustaka. Berikut merupakan deskripsi

dari komponen petnjuk praktikum.

a. Cover (Sampul depan)

Gambar 4.14 Desain sampul buku petunjuk praktikum

Sampul depan buku petunjuk praktikum ini menggunakan kertas buffalo

dengan ukuran A4 sesuai dengan standar ISO. Aplikasi penunjang untuk membuat
75

sampul ini adalah Corel Draw 2017. Latar belakang yang digunakan adalah berwarna

hitam dengan gradasi warna hijau gelap dengan tambahan beberapa gambar makroalga

untuk mempertegas dari sampul buku. Font yang digunakan ada 2 yaitu Arial dan

Holden Trial Medium yang semua free for commersial use dan boleh digunakan.

Berikut rincian masing-masing ukuran. Tulisan “Pengembangan Petunjuk Praktikum”

menggunakan font arial dengan ukuran 30 pt, “Morfologi Makroalga” menggunakan

font holden trial medium dengan ukuran 54 pt, “sebagai sumber referensi bagi

mahasiswa Tadris Biologi IAIN Tulungagung” menggunakan font arial dengan ukuran

17 pt, dan “Muhammad Maliki Ibrahim” menggunakan font arial dengan ukuran 23 pt.

Sesuai dengan aspek tipografi buku petunjuk prakikum ini tidak lebih menggunakan 2

font yang telah memenuhi standar yang ditetapkan.

b. Komponen Buku Petunjuk Praktikum

Komponen pada buku petunjuk praktikum ini menggunakan font Times New

Roman dengan size 12 pt dan spasi 1,5. Aplikasi penunjang untuk membuat sampul ini

adalah Corel Draw 2017 dan Microsoft Word 2016. Latar belakang berwarna putih

dengan warna tulisan hitam. Bagian atas terdapat header dengan tulisan “Petunjuk

Praktikum Morfologi Makroalga” di bagian kanan dan gambar ilustrasi makroalga di


76

bagian kiri. Sedangkan di bagian bawah terdapat footer berisi halaman di sebelah kiri.

Berikut adalah komponen dari buku petunjuk praktiukum.

1) Tata Tertib Praktikum

Gambar 4.15 Tata tertib petunjuk praktikum

Tata tertib praktikum ini sangat penting karena berfungsi sebagai aturan

meliputi hak dan kewajiban yang harus dipenuhi baik laboran maupun praktikan yang

akan melakukan penelitian sebelum praktikum dimulai.


77

2) Format Penulisan Laporan

Gambar 4.16 Format penulisan laporan petunjuk praktikum

Format penulisan laporan ini akan memudahkan mahasiswa atau praktikan

ketika menyusun laporan yang akan diserahkan ke pembimbing. Selain itu format ini

akan membantu praktikan mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan ketika praktikum

berlangsung.

3) Topik dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Gambar 4.17 Topik dan Indikator Pencapaian Kompetensi


78

Topik praktikum ini berisi tentang materi atau bab yang akan dibahas dalam

praktikum. Fungsinya akan memudahkan praktikan dalam mempersiapkan teori yang

nantinya akan dibahas dalam praktikum.

Indikator pencapaian kompetensi berfungsi sebagai dasar atau acuan materi

praktikum yang akan dilakukan. Selain itu indikator pencapaian kompetensi juga

digunakan sebagai tolak ukur penguasaan kompetensi dasar praktikan.

4) Tujuan Praktikum

Gambar 4.18 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini berfungsi untuk mempermudah praktikan atau peserta

untuk membayangkan simulasi dari kegiatan praktikum dan tujuan akhir dari

praktikum itu sendiri.


79

5) Dasar Teori

Gambar 4.19 Dasar Teori

Dasar teori berisi tentang materi yang akan dibahas dalam praktikum. Dasar

teori juga membantu praktikan dalam kaitannya dengan merancang latar belakang dan

hipotesis suatu penelitian yang berlandaskan teoritis.

6) Metode, Alat dan Bahan

Gambar 4.20 Metode, Alat dan Bahan


80

Metode berisi alat dan bahan yang akan dipersiapkan praktikan sebelum

memulai kegiatan praktikum. Alat dan bahan sangat penting untuk menunjang

kelancaran suatu kegiatan praktikum.

7) Prosedur Kerja

Gambar 4.21 Prosedur Kerja

Prosedur kerja ini berisi tentang simulasi dari kegiatan praktikum yang akan

dilakukan. Praktikan atau peserta bisa mensimulasikan apa saja kegiatan praktikum

tersebut. Prosedur kerja berisi poin-poin yang akan membantu praktikan dari tahap

awal sampai tahap akhir praktikum.


81

8) Tabel Pengamatan

Gambar 4.22 Tabel Pengamatan

Tabel ini berfungsi memudahkan praktikan untuk mencatat data pengamatan

selama praktikum berlangsung.

9) Bahan Diskusi

Gambar 4.23 Bahan Diskusi

Bahan diskusi ini berisi tentang beberapa pertanyaan yang ditujukan untuk

praktikan. Tujuannya untuk melihat pemahaman dari praktikan sebagai hasil dari

evaluasi kegiatan praktikum yang dilakukan.


82

10) Refleksi

Gambar 4.24 Refleksi

Lembar refleksi ini berisi tentang ungkapan praktikan seperti masukan dan

saran, kritik selama kegiatan praktikum berlangsung.

11) Daftar Pustaka

Gambar 4.25 Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisi berbagai sumber yang telah dikutip selama pembuatan

petunjuk praktikum.
83

12 Tabel Identifikasi

Gambar 4.26 Tabel Identifikasi

Tabel ini berisi gambar atau keterangan yang akan memudahkan dalam

mencocokkan setiap spesies yang ditemukan selama praktikum berlangsung.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Pada tahap ini dilakukan validasi terhadap produk yang akan dikembangkan.

Validasi meliputi beberapa pihak diantaranya, dosen pengampu matakuliah Botani

Cryptogamae, ahli materi, ahli media, dan validasi keterbacaan oleh mahasiswa.

Validasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah media yang akan dikembangkan sudah

sesuai dan layak untuk digunakan atau perlu dilakukan perbaikan. Persentase skor hasil

validasi oleh beberapa ahli dijelaskan pada tabel 4.9.


84

Tabel 4.9 Hasil Validasi Ahli

No. Nama Keterangan Skor


Arif Mustakim, M.Si. Ahli Materi 1 73%
2. Desi Kartikasari, M.Si. Ahli Materi 2 72%
3. Nanang Purwanto, M.Pd. Ahli Media 86%

Berikut ini adalah hasil validasi dan revisi bahan ajar oleh beberapa ahli:
c. Hasil Validasi

1) Ahli Materi 1

Validasi yang ketiga ditujukan untuk ahli materi 1. Fokus yang dibahas

meliputi tampilan, isi materi, dan urutan komponen petunjuk praktikum. Hasil validasi

ini memperoleh skor persentase 73%. Hal ini menunjukkan bahwa petunjuk praktikum

ini sudah layak digunakan dan terdapat sedikit revisi. Beberapa masukan yang

diberikan oleh dosen pengampu diantaranya. Pertama, penentuan stasiun pengamatan

sebaiknya menggunakan metode yang lebih mengerucut disertai dengan contohnya.

Kedua, pada topik 1 prosedur kerja sebaiknya ditambahkan metode mencandra apabila

menemukan spesies baru. Ketiga, meninjau ulang tujuan praktikum pada topik 2 nomer

3.

2) Ahli Materi 2

Validasi media petunjuk praktikum untuk ahli materi 2 dilakukan oleh Ibu

Desi Karikasari, M.Si. Validasi materi meliputi isi dan urutan komponen dalam

petunjuk praktikum. Berdasarkan hasil validasi ahli materi, petunjuk praktikum


85

mendapatkan persentase skor sebesar 72%, artinya petunjuk praktikum layak

digunakan dengan sedikit revisi. Adapun masukan, kritik, dan saran dari ahli materi

adalah untuk mengganti referensi jurnal yang lama dengan referensi jurnal terbaru.

3) Ahli Media

Validasi media petunjuk praktikum untuk ahli media dilakukan oleh Bapak

Nanang Purwanto, M.Pd. Validasi ini meliputi format dan komponen atau layout pada

petunjuk praktikum. Berdasarkan hasil pada validasi media, petunjuk praktikum

mendapatkan skor 86%, sehingga dapat dikatakan media ini layak digunakan sebagai

bahan ajar. Adapun komentar dari ahli media adalah perbaikan judul petunjuk

praktikum. Judul tersebut untuk lebih dipersingkat lagi sehingga tidak terlalu bertele-

tele dan menarik.


86

d. Pembahasan Produk (Revisi Petunjuk Praktikum)

Berdasarkan hasil validasi produk media petunjuk praktikum kepada

beberapa validator, petunjuk praktikum dinyatakan valid dan layak untuk digunakan.

Oleh karena itu, ada beberapa perbaikan yang nantinya membuat petunjuk praktikum

lebih baik lagi, sehingga memudahkan pembaca untuk menggunakannya. Berikut

gambaran petunjuk praktikum sebelum dan sesudah perbaikan.

1) Revisi Ahli Materi 1

Gambar 4.27 Topik 1 prosedur kerja no. 1 sebelum direvisi

Metode yang digunakan dalam penentuan stasiun terlalu umum dan tidak

disertai contoh, sehingga membingungkan pembaca. Setelah direvisi metode

penentuan stasiun lebih dikerucutkan dan ditambahkan keterangan mengenai jumlah

stasiun, jumlah plot, jarak antar stasiun, dan jarak antar plot. Hasil revisi dapat dilihat

pada gambar 4.27

Gambar 4.28 Topik 1 prosedur kerja no. 1 setelah direvisi


87

Gambar 4.29 Topik 1 prosedur kerja no. 5 sebelum direvisi

Topik 1 prosedur 5 terkait menentukan nama spesies hanya memuat

kemungkinan spesies sudah diketahui dalam dunia ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,

perlu ditambahkan kemungkinan lain yaitu spesies belum diketahui dalam dunia ilmu

pengetahuan dengan membuat tabel berisi gambar dan ciri diagnostik dari spesies

tersebut. Hasil revisi dapat dilihat pada gambar 4.30

Gambar 4.30 Topik 1 prosedur kerja no. 5 setelah direvisi

Gambar 4.31 Topik 2 tujuan praktikum no. 3 sebelum direvisi

Tujuan praktikum topik 2 no. 3 perlu ditinjau ulang. Faktor abiotik tidak

mempengaruhi morfologi makroalga tetapi untuk mengetahui keberadaan organisme

khusunya makroalga. Hasil revisi dapat dilihat pada gambar 4.36

Gambar 4.32 Topik 2 tujuan praktikum no. 3 setelah direvisi


88

2) Revisi Ahli Materi 2

Gambar 4.33 Referensi materi sebelum direvisi

Referensi materi yang digunakan sebelum revisi masih mengambil dari

buku secara umum. Saran dari ahli materi 2 referensi dapat ditambahkan dari jurnal

ilmiah terbaru keluaran 2 tahun terkahir. Hasil revisi dapat dilihat pada tabel 4.34.

Gambar 4.34 Referensi materi setelah direvisi


89

3) Revisi Ahli Media

Gambar 4.34 Judul dan letak logo IAIN Tulungagung sebelum direvisi

Pemberian judul petunjuk praktikum sebelum direvisi terlalu panjang dan

bertele-tele sehingga pesan yang disampaikan pada judul tidak mengena ke pembaca.

Judul sebelum revisi yaitu “Pengembangan Petunjuk Praktikum Morfologi Makroalga

Sebagai Sumber Referensi Bagi Mahasiswa Tadris Biologi IAIN Tulungagung” diubah

menjadi “Buku Petunjuk Praktikum Morfologi Makroalga”. Selain itu logo IAIN

Tulungagung dari posisi kanan diubah ke kiri sebagaimana seharusnya logo diletakkan.

Gambar 4.35 Judul dan letak logo IAIN Tulungagung setelah direvisi

4) Revisi oleh Dosen Pengampu Matakuliah

4) Respon Keterbacaan Produk Oleh Mahasiswa Tadris Biologi

a. Hasil Survey Keterbacaan Mahasiswa Tadris Biologi

Tahapan terakhir pembuatan petunjuk praktikum setelah valdiasi oleh

beberapa validator adalah melakukan pengisian lembar keterbacaan yang ditujukan

oleh Mahasiswa Tadris Biologi IAIN Tulungagung yang sudah menempuh matakuliah
90

Botani. Lembar keterbacaan ini diisi oleh 10 mahasiswa. Berikut hasil dari lembar

keterbacaan tersebut.

No. Indikator Skor/Persentase

1. 87.5%
Petunjuk praktikum memiliki tampilan yang menarik
2. Isi petunjuk praktikum mendorong mahasiswa untuk 80%
antusias belajar
Petunjuk praktikum mendorong mahasiswa untuk
3. 75%
memahami materi Makroalga dan mengaitkannya
dengan kehidupan sehari-hari
4. Materi yang disajikan dalam petunjuk praktikum mudah 87.5%
dipahami
5. 90%
Prosedur kerja disajikan dengan runtut dan jelas
Prosedur kerja memberikan kesempatan kepada
6. mahasiswa untuk berinteraksi dengan baik, terampil 90%
menggunakan alat-alat laboratorium, membuat plot
pengamatan, mengambil sampel setiap spesies.
Soal diskusi membantu mahasiswa untuk menganalisis
7. 82.5%
data dan mendorong untuk melakukan penalaran dengan
baik
8. Kalimat yang digunakan dalam petunjuk praktikum jelas 85%
dan mudah dipahami
9. 95%
Huruf yang digunakan jelas dan mudah dibaca
10. Pola penyajian gambar terlihat jelas, konsisten dan 87.5%
sesuai dengan materi
11. Petunjuk praktikum telah memuat daftar rujukan yang 90%
mutakhir dan relevan
12. Petunjuk praktikum cocok digunakan untuk mahasiswa 90%
Tadris Biologi
86.5%
Rata-rata total persentase skor

Indikator yang digunakan dalam lembar keterbacaan untuk media buku

petunjuk praktikum morfologi makroalga terdapat 12 indikator. Indikator yang pertama

adalah “Buku Petunjuk praktikum memiliki tampilan yang menarik”, rata-rata


91

persentase skor yang didapat adalah 87.5%, hal ini menunjukkan bahwa petunjuk

praktikum memiliki tampilan yang menarik, tidak ada komentar dan revisi terkait

tampilan dari petunjuk praktikum.

Indikator yang kedua adalah “Isi buku petunjuk praktikum mendorong

mahasiswa untuk antusias belajar”, rata-rata persentase skor dari indikator ini adalah

80%. Hal ini menunjukkan isi media ini sudah mampu mendorong mahasiswa untuk

antusias belajar. Indikator kedua tidak ada komentar dan revisi terkait dari isi.

Indikator yang ketiga adalah “Petunjuk praktikum mendorong mahasiswa

untuk memahami materi Makroalga dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-

hari”, rata-rata persentase skor indikator ini adalah 75%. Hal ini menunjukkan bahwa

media ini mampu mendorong mahasiswa untuk memahami materi dan mengaitkannya

dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator yang keempat adalah “Materi yang disajikan dalam petunjuk

praktikum mudah dipahami”, rata-rata skor dari indikator ini adalah 87.5%. Hal ini

menunjukkan bahwa materi yang disajikan dalam media sudah sesuai dan mudah

dipahami. Indikator keempat tidak ada komentar dan revisi.

Indikator yang kelima adalah “Prosedur kerja disajikan dengan runtut dan

jelas”, rata-rata skor dari indikator ini adalah 90%. Hal ini menunjukkan bahwa

prosedur kerja yang digunakan sudah sesuai. Akan tetapi ada komentar bahwa untuk

mempersingkat dari kalimat yang digunakan sehingga lebih efektif dan mudah dibaca.

Oleh perlu sedikit revisi terkait pemilihan kosa kata dan kalimat yang digunakan.
92

Indikator yang keenam adalah “Prosedur kerja memberikan kesempatan

kepada mahasiswa untuk berinteraksi dengan baik, terampil menggunakan alat-alat

laboratorium, membuat plot pengamatan, mengambil sampel setiap spesies”, rata-rata

skor indikator ini adalah 90%. Hal ini menunjukkan bahwa aspek pada prosedur kerja

sudah sesuai dan dapat digunakan tanpa revisi. Indikator keenam tidak ada komentar

dan revisi.

Indikator yang ketujuh adalah “Soal diskusi membantu mahasiswa untuk

menganalisis data dan mendorong untuk melakukan penalaran dengan baik”, rata-rata

skor pada inidkator ini adalah 82,5%. Hal ini menunjukkan bahwa soal diskusi sudah

sesuai dan dapat digunakan tanpa revisi karena tidak ada saran ataupun komentar.

Indikator yang kedelapan adalah “Kalimat yang digunakan dalam petunjuk

praktikum jelas dan mudah dipahami”, rata-rata skor persentasenya adalah 85%. Hal

ini menunjukkan bahwa kalimat yang digunakan pada media sudah jelas dan mudah

dipahami tetapi ada komentar beberapa kalimat perlu diperbaiki khususnya pada

prosedur kerja.

Indikator yang kesembilan adalah “Huruf yang digunakan jelas dan mudah

dibaca”, mendapat rata-rata persentase skor 95%. Hal ini menunjukkan pemilihan font

dan ukuran huruf yang digunakan sudah sangat tepat.

Indikator yang kesepuluh adalah “Pola penyajian gambar terlihat jelas,

konsisten dan sesuai dengan materi”, mendapat rata-rata persentase skor 87,5%. Hal

ini menunjukkan pola penyajian gambar sudah sesuai dan dapat digunakan tanpa revisi.
93

Indikator yang kesebelas adalah “Petunjuk praktikum telah memuat daftar

rujukan yang mutakhir dan relevan”, mendapat rata-rata skor 90%. Hal ini

menunjukkan bahwa rujukan yang digunakan sudah relevan karena menggunakan

referensi terbaru dari buku dan jurnal dalam tenggat penerbitan kurang dari 10 tahun.

Indikator yang terakhir adalah “Petunjuk praktikum cocok digunakan untuk

mahasiswa Tadris Biologi”, mendapat rata-rata skor persentase 90%. Hal ini

menunjukkan bahwa media petunjuk praktikum memang cocok digunakan untuk

mahasiswa Tadris Biologi IAIN Tulungagung. Meskipun ada komentar bahwa

petunjuk praktikum juga harus digunakan bisa digunakan untuk siswa. Akan tetapi,

media petunjuk praktikum morfologi makroalga lebih difokuskan ke mahasiswa dan

menggunakan indikator kompetensi mahasiswa.

b. Revisi Berdasarkan Respon Keterbacaan Mahasiswa

Revisi yang pertama yaitu pada prosedur kerja topik 1 agar dibuat lebih runtut

dan sistematis. Berikut prosedur kerja topik 1 sebelum direvisi.

Gambar 4.37 Prosedur kerja topik 1 sebelum direvisi

Prosedur kerja sebelum direvisi cukup membingungkan mahasiswa terutama

pada nomor 1 dan 5. Pembahasan nomor 1 metode transek yang digunakan terlalu
94

umum. Sehingga perlu untuk lebih dikerucutkan. Pembahasan nomor 5 tidak adanya

metode yang digunakan ketika nama dari suatu spesies belum diketahui jadi perlu

ditambahkan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membuatnya lebih terlihat

sistematis dan runtut sehingga mahasiswa lebih mudah memahami dan mengikuti

setiap prosedur yang ada. Berikut ini tampilan prosedur kerja topik 1 setelah direvisi.

Gambar 4.38 Prosedur kerja topik 1 setelah direvisi

Media buku petunjuk praktikum morfologi makroalga sudah mendapatkan

validasi oleh beberapa validator yaitu ahli materi 1, ahli materi 2, ahli media, serta

survei keterbacaan oleh mahasiswa. Persentase skor yang diperoleh yaitu dari ahli

materi 1 sebesar 73%, ahli materi 2 sebesar 72%, ahli media sebesar 86%, dan

keterbacaan mahasiswa sebesar 86,5%. Apabila dirata-rata hasil penilaian validasi

mendapat persentase skor 79,4 %. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh

interval 61≤ skor ≤80, artinya dari rata-rata interval tersebut menunjukkan bahwa
95

media ini mendapat kriteria baik (tanpa revisi).55 Tabel rata-rata persentase dan kriteria

kualitatif dapat dilihat pada tabel 3.11.

Media buku petunjuk praktikum ini ditujukan untuk mahasiswa Tadris

Biologi yang sedang menempuh matakuliah Botani Cryptogamae. Media ini

difokuskan pada materi aturan tatanama tumbuhan dan identifikasi morfologi

makroalga. Kelebihan dari media ini sebagai berikut, 1) media dapat digunakan secara

langsung oleh dosen maupun mahasiswa, sehingga dapat memberikan kesan yang

mendalam dan tidak mudah dilupakan oleh pembaca. 2) Materi yang disajikan sudah

memuat referensi terbaru, sehingga mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.

3) Gambar diambil langsung dari sampel penelitian dan diidentifikasi di mikroskop,

sehingga gambar terlihat menarik dan terlihat jelas pada setiap bagiannya. 4) Materi

yang disajikan juga sudah cukup lengkap, sehingga pembaca tidak perlu menggunakan

media lain sebagai referensi tambahan. Media dapat dikatakan baik apabila memiliki

beberapa karakteristik yaitu dapat digunakan secara mandiri, mudah digunakan,

memuat materi terbaru, dan lengkap56. Keempat karakteristik ini sudah terwakili dari

kelebihan yang termuat, sehingga media buku petunjuk praktikum ini dapat dikatakan

baik.

Kekurangan media ini belum adanya penerapan media secara langsung

kepada mahasiwa. Hal tersebut belum dilaksanakan karena keterbatasan waktu, biaya,

55
Winda Budiarti, Anak Agung Oka, “Pengembangan Petunjuk praktikum Biologi Berbasis
Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) untuk Siswa SMA Kelas XI Semester Genap Tahun Pelajaran
2013/2014 ”, Jurnal Pendidikan Biologi Vol 5, No. 2, 2014, hal 126.
56
Widodo, Panduan Menyusun Penuntun Praktikum, Jakarta:EMK, 2018, hlm. 72.
96

dan tenaga dari penulis sendiri. Oleh karena itu, penelitian ini sedikit berbeda dengan

penelitian pengembangan pada umumunya karena hanya sampai pada tahap develop

atau pengembangan saja.

Anda mungkin juga menyukai