Anda di halaman 1dari 12

KEK PADA IBU HAMIL

KEK adalah kependekan dari kekurangan energi protein. Menurut International Journal of
Community Medicine and Public Health, KEK adalah masalah kurang gizi yang berlangsung
dalam waktu yang lama, yaitu hitungan tahun.

Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita usia subur, 15-45 tahun.

Selain pada ibu hamil, kekurangan energi kronis (KEK) adalah kondisi yang juga umum terjadi
pada anak dalam masa pertumbuhan, terutama pada masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Apa penyebab KEK pada ibu hamil?

Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seorang ibu hamil mengalami kekurangan gizi
kronis, di antaranya sebagai berikut.

1. Asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan

Ibu hamil memerlukan asupan makanan yang lebih. Hal ini tentu tidak sama seperti wanita
normal seusianya.

Pasalnya, asupan makanan ini akan menentukan status gizi ibu hamil. Ketika ibu hamil tidak
terpenuhi kebutuhan energinya, janin yang dikandungnya juga berisiko mengalami kekurangan
gizi.

Alhasil, pertumbuhan dan perkembangan janin menjadi terhambat.

2. Usia ibu hamil terlalu muda atau tua

Usia turut memengaruhi status gizi ibu hamil.

Sebagai contoh, seorang ibu yang masih sangat muda, bahkan masih tergolong anak-anak alias
kurang dari 18 tahun, masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Apabila ia hamil, bayi yang dikandungnya akan bersaing dengan si ibu muda untuk mendapatkan
zat gizi karena sama-sama mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Persaingan ini yang kemudian mengakibatkan ibu mengalami kekurangan energi kronis.

Sementara itu, ibu yang hamil di usia terlalu tua juga membutuhkan energi yang besar untuk
menunjang fungsi organnya yang semakin melemah.

Pada kondisi ini, persaingan untuk mendapatkan energi terjadi lagi. Oleh karena itu, usia
kehamilan yang paling baik berkisar antara 20-34 tahun.
3. Beban kerja ibu terlalu berat

Penyebab kurang energi kronis (KEK) lainnya pada ibu hamil adalah karena aktivitas fisik yang
terlalu padat.

Ya, aktivitas harian ternyata juga berpengaruh pada status gizi ibu hamil. Ini karena setiap
aktivitas membutuhkan energi.

Jika ibu melakukan aktivitas fisik yang sangat berat setiap harinya sedangkan asupan makannya
tidak tercukupi, otomatis ibu hamil ini sangat rentan mengalami kekurangan energi kronis
(KEK).

4. Penyakit infeksi pada ibu hamil

Salah satu hal yang paling berpengaruh terhadap status gizi hamil adalah kondisi kesehatan ibu
saat itu.

Ibu hamil yang mengalami penyakit infeksi, sangat mudah kehilangan berbagai zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh.

Penyakit infeksi bisa mengakibatkan kekurangan energi kronis pada ibu hamil. Pasalnya, nafsu
makan dan kemampuan tubuh untuk menyerap zat gizi menurun.

Akibatnya, asupan makanan ibu hamil jadi kurang optimal.

Apa saja gejala KEK pada ibu hamil?

Seorang ibu hamil yang kekurangan energi kronis (KEK) akan mengalami gejala-gejala seperti
berikut:

 merasa kelelahan terus-menerus,


 merasa kesemutan,
 wajah pucat dan tidak bugar,
 sangat kurus (indeks massa tubuh kurang dari 18,5),
 lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm,
 mengalami penurunan berat badan dan kekurangan lemak,
 menurunnya kalori yang terbakar saat istirahat, serta
 menurunnya kemampuan beraktivitas fisik.

Jika mengalami kondisi-kondisi tersebut saat hamil, sebaiknya segeralah berkonsultasi ke dokter
untuk mengetahui status gizi yang Anda alami saat ini.

Apa saja bahaya KEK pada ibu hamil dan janin?

Kekurangan energi kronis (KEK) menyebabkan keluar masuknya energi di dalam tubuh menjadi
tidak seimbang.
Hal ini sebaiknya tidak Anda anggap remeh karena dapat mengganggu kesehatan ibu hamil dan
janin.

Pada ibu hamil, KEK dapat menyebabkan masalah-masalah berikut:

 merasa lelah dan kurang berenergi,


 kesulitan ketika melahirkan, dan
 suplai ASI tidak cukup saat masa menyusui.

Sementara pada janin yang dikandung, kekurangan energi kronis dapat menyebabkan kondisi
berikut.

 Keguguran atau kematian bayi saat lahir akibat pertumbuhan janin yang terhambat.
 Asupan gizi yang kurang menyebabkan bayi mengalami berat badan lahir rendah
(BBLR).
 Perkembangan organ-organ janin terganggu sehingga berisiko mengalami kecacatan.
 Gizi yang kurang mempengaruhi kemampuan belajar dan kecerdasan anak.

Bagaimana cara mengatasi KEK pada ibu hamil?

Perlu Anda ketahui bahwa kekurangan energi kronis terjadi dalam jangka waktu lama. Jadi, bila
kondisi ini terdeteksi saat Anda hamil, artinya sebenarnya Anda sudah mengalami KEK sebelum
masa kehamilan.

Oleh karena itu, untuk mencegah kondisi ini terjadi saat hamil, Anda perlu melakukan perbaikan
gizi sejak merencanakan kehamilan bahkan sejak memasuki usia subur.

Kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil memerlukan penanganan yang tidak sebentar.

Butuh upaya yang berkesinambungan agar kecukupan gizi selama hamil dapat terpenuhi secara
optimal.

Berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi kondisi ini antara lain sebagai berikut.

 Pemberian makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil


 Memastikan ketersediaan makanan bergizi di rumah.
 Menerapkan pola makan yang benar dan asupan gizi yang penting saat hamil.
 Mengobati penyakit infeksi yang mungkin mengganggu pencernaan ibu hamil.
 Menjaga kebersihan dan kesegaran makanan yang dikonsumsi.

Untuk mencegah kurang gizi saat hamil, sebaiknya ibu mengonsumsi makanan kaya nutrisi,
seperti:

 telur, ikan, ayam, dan daging yang sudah dimasak hingga matang,
 sayuran dan buah-buahan segar,
 nasi dan umbi-umbian,
 kacang-kacangan, serta
 susu ibu hamil.

Pada dasarnya, KEK pada ibu hamil dapat diatasi dengan melakukan perbaikan gizi. Namun, jika
kondisinya cukup parah, mungkin diperlukan penanganan khusus di rumah sakit.

BALITA TIDAK POSYANDU


Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh dan
untuk masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan yang
sasarannya adalah seluruh masyarakat. Kegiatan penimbangan balita di Posyandu
merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk
mengetahui lebih awal tentang gangguan pertumbuhan pada balita sehingga
segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).
Cakupan penimbangan balita di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 80,30%.
Sedangkan pada tahun 2012 cakupan ini lebih rendah, yaitu sebesar 75,1%.
Capaian pada tahun 2013 cukup memenuhi syarat dengan target sebesar 80%,
namun meskipun sudah memenuhi target capaian penimbangan balita pada tahun
berikutnya diharapkan bisa lebih meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Di
Jawa Timur cakupan penimbangan balita tercatat sebesar 80,36 % (Kemenkes
RI, 2013).
Beberapa kendala yang dihadapi terkait dengan kunjungan balita ke
posyandu salah satunya adalah tingkat pemahaman keluarga terhadap manfaat
posyandu. Hal itu akan berpengaruh pada keaktifan ibu dalam mengunjungi
setiap kegiatan posyandu. Karena salah satu tujuan posyandu adalah memantau
peningkatan status gizi terutama pada balita, sehingga agar tercapai itu semua
maka ibu yang memiliki anak balita hendaknya aktif dalam kegiatan posyandu
agar status gizi balitanya terpantau (Kristiani, 2006).
Beberapa dampak yang dialami balita, bila ibu balita tidak aktif dalam
kegiatan posyandu antara lain adalah : tidak mendapatkan penyuluhan kesehatan
tentang pertumbuhan balita yang normal, tidak mendapatkan vitamin A untuk
kesehatan mata balita dan ibu balita tidak mendapatkan pemberian dan
penyuluhan tentang makanan tambahan (PMT). Dengan aktif dalam kegiatan
posyandu ibu balita dapat memantau tumbuh kembang balitanya (Depkes RI,
2007)
BAYI TIDAK ASI EKSKLUSIF

ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain, termasuk air putih,
selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga
diperbolehkan)

Bila bayi tidak diberi ASI Eksklusif memiliki dampak yang tidak baik bagi bayi. Adapun
dampak memiliki risiko kematian karena diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan bayi yang
mendapat ASI Eksklusif (Kemenkes, 2010). Bayi yang diberi ASI akan lebih sehat dibandingkan
dengan bayi yang diberi susu formula.

Tujuan dan manfaat dari pemberian ASI eksklusif adalah menyediakan nutrisi dengan komponen
yang paling tepat bagi bayi berusia hingga 6 bulan, menghindarkannya dari bahan kimia buatan
yang bisa berbahaya, menghindarkannya dari potensi obesitas, memberikan nutrisi yang paling
cocok untuk tumbuh, kembang dan daya tahan tubuhnya, mengurangi potensi infeksi, menjaga
kebaikan saluran pencernaannya, sambil membentuk ikatan mental yang kuat antara ibu dan
anak ketika menyusui.

Sehingga jika ASI eksklusif gagal diberikan, bentuk kegagalannya adalah kegagalan dari
mendapatkan manfaat-manfaat tersebut, yakni dengan anak Anda jadi berpotensi mengalami
obesitas, berpotensi terinfeksi bakteri yang ada pada botol atau susunya itu sendiri, berpotensi
terpapar kimia berbahaya seperti pewarna, perasa, pemanis dan pengawet di usia yang masih
sangat belia, tumbuh kembang dan daya tahan tubuhnya bisa jadi tidak optimal, dan lain
sebagainya. Memang tidak ada dampak buruk seperti ia akan demam, sulit berbicara dan lain
sebagainya karena dampak buruknya hanya sebatas tidak mendapatkan dampak baiknya.

Namun Anda juga harus sadar bahwa tidak mendapatkan manfaat dari ASI eksklusif itu bukan
hal yang sepela. Pada usia-usia seperti inilah pertumbuhan bayi amat pesat, mulai dari
kecerdasannya, kekreatifitasannya, fisiknya, dan lain sebagainya yang bisa jadi berpengaruh
untuk seumur hidupnya. Untuk itu penting sekali untuk kita memberikan yang terbaik, dan yang
terbaik adalah ASI. Tapi jika memang karena satu dan lain hal sudah terlanjur gagal, tidak perlu
kecewa berlebihan, karena masih ada banyak hal lain yang bisa kita lakukan untuk menunjang
tumbuh kembang anak
JARAK KEHAMILAN TERLALU DEKAT

Jarak kehamilan yang ideal

Jarak kehamilan merupakan rentang waktu antara persalinan dengan kehamilan berikutnya.
Untuk menentukan jarak antar kehamilan yang aman, Anda perlu mempertimbangkannya
berdasarkan kondisi kehamilan sebelumnya.

Rentang waktu menuju kehamilan selanjutnya atau berikutnya, akan lebih lama jika kehamilan
pertama tergolong berisiko. Kehamilan dikatakan berisiko bila Anda memiliki masalah
kesehatan sebelum kehamilan, selama kehamilan, dan masa persalinan. sehingga hal ini
meningkatkan peluang komplikasi.

Tidak hanya itu, operasi caesar juga memiliki andil dalam menentukan jarak antar kehamilan
yang aman. Jumlah operasi caesar yang pernah dijalani serta teknik operasi caesar yang
digunakan menjadi pertimbangan dalam menentukan jarak kehamilan yang aman.

Jarak kehamilan selama 18 bulan dinilai tidak terlalu dekat dan cukup aman, asalkan memenuhi
beberapa kondisi, yaitu:

 Kehamilan sebelumnya berjalan normal


 Baru sekali menjalani satu kali operasi caesar
 Tidak memiliki faktor risiko tertentu yang bisa menimbulkan komplikasi

Sebaliknya, mungkin Anda perlu menunggu selama lebih dari 8 bulan untuk bisa hamil lagi jika:

 Memiliki riwayat komplikasi saat hamil yang lalu


 Pernah menjalani operasi caesar lebih dari sekali
 Punya riwayat kesehatan tertentu yang bisa memengaruhi kehamilan

Bahaya jarak kehamilan terlalu dekat terhadap ibu dan janin

Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat memengaruhi kesehatan ibu dan janin selama masa
kehamilan. Berikut adalah sederet komplikasi dan risiko kesehatan yang perlu diwaspadai:

1. Bagi ibu hamil

Kehamilan dengan jarak yang terlalu dekat akan meningkatkan risiko perdarahan, keguguran,
hingga kematian pasca persalinan. Wanita yang sebelumnya mengalami kehamilan normal
bahkan tidak luput dari risiko ini.

Ibu hamil juga berisiko mengalami placenta previa dan/atau placenta accreta. Placenta previa
adalah kondisi ketika ari-ari berada di bawah rahim dan menutupi jalur lahir, sedangkan placenta
accreta menyebabkan ari-ari tumbuh jauh di dalam dinding rahim.
Tidak hanya itu, komplikasi lain dapat terjadi pada ibu hamil yang mengalami kegemukan,
penyakit diabetes, serta risiko kehamilan lain yang belum sempat diperbaiki. Pada kasus
kehamilan yang terlalu cepat setelah persalinan caesar, risiko robekan rahim juga dapat
meningkat.

2. Bagi janin

Jarak kehamilan yang terlalu dekat turut menimbulkan bahaya bagi kesehatan janin. Dampak
utama yang paling mengkhawatirkan adalah kelahiran prematur, sebab bayi yang lahir prematur
lebih berisiko mengalami kematian setelah lahir.

Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan janin selama berada dalam kandungan juga bisa
terhambat karena ibu kesulitan memenuhi kebutuhan nutrisi selama hamil. Dampaknya adalah
ukuran tubuh bayi yang kecil serta berat badan lahir rendah.

Apa yang harus dilakukan ibu jika telanjur hamil?

Pada beberapa kasus, kehamilan dengan jarak yang terlalu dekat terjadi tanpa disadari. Anda
mungkin baru menyadari kehamilan saat janin mulai berkembang. Jika demikian, maka kunci
kesehatan ibu dan janin terletak pada pemeriksaan rutin.

Pemeriksaan kehamilan yang diperlukan sebenarnya tidak berbeda dengan kehamilan biasa,
kecuali terdapat indikasi kesehatan serius. Contohnya, ibu hamil yang memiliki risiko keguguran
harus menjalani pemeriksaan dengan lebih intensif pada trimester pertama.

Bila terdapat tanda-tanda persalinan prematur dan gangguan pertumbuhan janin, pemeriksaan
pun harus lebih sering dilakukan. Pemeriksaan rutin adalah cara yang paling efektif untuk
mendeteksi risiko kehamilan serta mengatasinya.

Jika Anda bisa mengendalikan semua faktor risiko sebelum kehamilan, bahaya terkait jarak
kehamilan yang terlalu dekat dapat diminimalisasi. Dengan begitu, kehamilan akan berlangsung
normal tanpa masalah kesehatan serius.

Beberapa ibu hamil mungkin khawatir tidak bisa melahirkan secara normal, tapi jarak
antarkehamilan yang dekat sebenarnya tidak menjadi penentu untuk menjalani operasi caesar.
Anda tetap dapat melahirkan secara normal jika dokter menyarankan demikian.

Menjaga kesehatan jika ibu berencana hamil dalam jarak dekat

Meskipun tidak disarankan secara medis, kehamilan dengan jarak yang dekat dapat
diperbolehkan dengan beberapa kondisi. Misalnya, pada ibu yang hendak merencanakan
kehamilan setelah melewati usia produktif di atas 35 tahun.

Pada kasus seperti ini, faktor terpenting untuk menjaga kesehatan ibu dan janin ada pada periode
antara persalinan pertama dengan kehamilan selanjutnya. Periode ini adalah momen bagi ibu
untuk mempersiapkan diri menjelang kehamilan.
Anda perlu mengenali terlebih dulu faktor yang meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan
selanjutnya. Berikut adalah beberapa hal yang perlu Anda prioritaskan sejak persalinan hingga
kehamilan berikutnya:

 Berat badan Anda tidak akan turun dengan cepat setelah melahirkan. Jika berat badan
Anda sebelum kehamilan pertama adalah 60 kilogram, maka Anda perlu mencapai angka
yang sama sebelum menjalani kehamilan selanjutnya.
 Riwayat penyakit juga bisa menimbulkan bahaya jika jarak kehamilan terlalu dekat.
Pastikan kadar gula darah, tekanan darah, kolesterol, serta aspek lainnya pada tubuh
berada dalam rentang normal. Terapkan pola makan bergizi seimbang untuk menjaganya.
 Asupan nutrisi sangatlah penting, tapi hindari makan berlebihan. Anggapan bahwa Anda
harus makan dengan porsi dua kali lipat adalah hal yang keliru. Anda justru hanya perlu
menambah energi sebanyak 200 kalori dari bahan makanan yang berkualitas.
 Jika Anda merokok atau memiliki suami yang merokok, cobalah menghentikan kebiasaan
ini. Manfaatkan jangka waktu antara dua kehamilan sebagai periode emas untuk
menyehatkan tubuh Anda sebelum menjalani kehamilan kembali.

Beberapa ibu hamil mungkin perlu lebih banyak beristirahat, terutama bila ibu hamil menderita
penyakit tertentu. Namun, Anda tidak harus membatasi kegiatan sehari-hari selama kegiatan
tersebut tidak menyebabkan gangguan kesehatan selama kehamilan.

Pastikan pula kebutuhan nutrisi terpenuhi untuk merangsang produksi ASI. Jarak kehamilan
sebenarnya tidak memengaruhi produksi ASI, tapi jarak kehamilan di bawah 6 bulan dapat
mengganggu pemberian ASI untuk anak pertama.

Bahaya jarak kehamilan yang terlalu dekat sebenarnya timbul akibat ketidaktahuan orangtua
mengenai rentang waktu yang aman dan bagaimana cara memanfaatkan periode antar kehamilan
untuk mengendalikan faktor risiko.

Edukasi sebelum dan selama kehamilan sangat penting untuk mengatasi masalah ini. Sedapat
mungkin, tenaga kesehatan harus memastikan bahwa semua informasi terkait kehamilan telah
dipahami sebelum kehamilan terjadi.
PUS TIDAK BER-KB
Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri
untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan
jumlah anak dalam keluarga, kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya
konsepsi, alat atau obat-obatan.
Pasangan Usia Subur (PUS) peserta KB Aktif menurut metode kontrasepsi bertujuan untuk
mengetahui jumlah pasangan usia subur suami istri yang berumur 15-49 tahun yang ber-KB serta
alat kontrasepsi yang digunakan.
Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaanya
hingga saat ini masih mengalami hambatan-hambatan yang dirasakan antara lain adalah masih
banyak Pasangan Usia Subur (PUS) yang masih belum menjadi peserta KB. Disinyalir ada
beberapa faktor penyebab mengapa wanita PUS enggan menggunakan alat kontrasepsi. Faktor-
faktor tersebut dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: segi pelayanan KB, segi ketersediaan alat
kontrasepsi, segi penyampaian konseling maupun KIE dan, hambatan budaya.
Apakah manfaat dari pelaksanaan program KB?
Secara sederhana, wujud dari program keluarga berencana adalah untuk mencegah dan menunda
kehamilan. Namun, manfaat yang dapat diperoleh sebenarnya lebih dari itu. Program ini juga
secara khusus dirancang untuk menciptakan kemajuan, kestabilan, kesejahteraan ekonomi,
sosial, dan spiritual setiap penduduk.

Apa Saja Manfaat Program Keluarga Berencana?

Dari segi medis, program keluarga berencana memiliki banyak manfaat, baik bagi kesehatan
fisik ataupun mental. Berikut ini beberapa manfaat yang dimaksud:

1.Mencegah Kehamilan yang Tak Diinginkan

Kehamilan yang tak diinginkan tidak hanya bisa terjadi pada pasangan yang belum menikah saja.
Pada beberapa kasus, bisa saja terjadi pada pasangan menikah, karena menilai waktu kehamilan
tidak sesuai dengan rencana. Misalnya, jarak antara kehamilan anak pertama dan kedua terlalu
dekat. 

Ada berbagai risiko komplikasi kesehatan yang mungkin terjadi akibat kehamilan yang tidak
direncanakan, baik bagi ibu ataupun bayi. Bagi ibu, bisa ada risiko depresi saat hamil dan setelah
melahirkan, sedangkan pada bayi bisa meningkatkan risiko lahir prematur, hingga cacat.

Mengutip laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penggunaan alat kontrasepsi seperti yang
diusung program keluarga berencana, bisa mencegah kehamilan dan risiko kesehatan jangka
panjang yang terkait dengan itu.
2.Mengurangi Risiko Tindakan Aborsi

Kehamilan yang tidak direncanakan dapat meningkatkan risiko aborsi, terutama yang ilegal dan
bisa berakibat fatal. Perlu diketahui bahwa di Indonesia, praktik aborsi dianggap ilegal, kecuali
dengan pengawasan dokter, dan didasari oleh alasan medis yang kuat. 

3.Mengurangi Risiko Kematian Ibu dan Bayi

Komplikasi kehamilan yang berbahaya sangat rentan dialami oleh ibu yang hamil dan
melahirkan di usia terlalu dini. Beberapa risiko komplikasi yang dapat dihadapi oleh ibu yang
hamil di usia sangat muda adalah fistula obstetri, infeksi, perdarahan hebat, anemia, dan
eklampsia.

Hal ini umumnya terjadi karena tubuh belum “matang” secara fisik maupun biologis. Akibatnya,
sang ibu lebih berisiko mengalami dampak dari kehamilan yang tidak direncanakan dengan
matang. Risiko berbagai komplikasi ini juga akan meningkat jika sering hamil dengan jarak yang
berdekatan.

Selain bagi ibu, risiko komplikasi yang berbahaya juga bisa terjadi pada bayi. Ibu yang hamil
dan melahirkan di usia dini bisa menjadi salah satu penyebab bayi lahir prematur, lahir dengan
berat badan bayi rendah, dan kekurangan gizi. Bayi juga berisiko mengalami kematian dini.

Hal ini terjadi karena janin bersaing untuk mendapatkan asupan gizi dengan tubuh ibu yang
hamil di usia sangat muda, karena sama-sama masih dalam tahap perkembangan. Jika janin tidak
mendapatkan cukup asupan gizi dan darah bernutrisi, ia akan gagal berkembang dalam
kandungan.

4.Mencegah HIV/AIDS dan Penyakit Menular Seksual

Selain mencegah kehamilan, metode keluarga berencana seperti kondom dapat membantu
mencegah HIV/AIDS dan penyakit menular seksual. Penyakit menular seksual seperti sifilis,
klamidia, gonore, atau HPV (human papilloma virus) dapat menular dengan mudah melalui
hubungan intim.

Perlu diketahui bahwa penyakit tersebut bisa berbahaya bagi janin. Ibu yang terinfeksi HIV atau
HPV bisa menularkan penyakit tersebut pada bayinya dan mengakibatkan komplikasi serius.
Oleh karena itu, program keluarga berencana juga diharapkan bisa mencegah risiko penyakit ini.

5.Menjaga Kesehatan Mental Seluruh Anggota Keluarga

Selain risiko kesehatan fisik, ada pula risiko kesehatan mental yang bisa ditanggung karena
kehamilan yang tidak direncanakan. Salah satunya adalah berpotensi merampas hak anak untuk
tumbuh secara maksimal dari segala aspek, mulai dari tumbuh kembang secara biologis, sosial,
dan pendidikan.
Di sisi lain, ibu juga sangat rentan mengalami depresi saat hamil dan setelah melahirkan. Apalagi
jika kehamilan terjadi di usia belia atau bahkan ketika pasangan belum siap memiliki anak.

Di sisi lain, ibu juga sangat rentan mengalami depresi saat hamil dan setelah melahirkan. Apalagi
jika kehamilan terjadi di usia belia atau bahkan ketika pasangan belum siap memiliki anak.

Tak hanya ibu, sebagai tulang punggung keluarga, pria juga juga bisa mengalami depresi selama
istrinya hamil atau melahirkan, karena belum siap secara fisik, finansial, hingga mental untuk
menjadi seorang ayah.

Oleh karena itu, melalui program keluarga berencana, kamu dan pasangan bisa menentukan
sendiri kapan waktu yang tepat untuk memiliki anak. Hal ini membuat kamu dan pasangan dapat
mempersiapkan kehamilan secara fisik, finansial, dan mental dengan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
https://hellosehat.com/kelainan-darah/anemia/cara-pencegahan-anemia/
http://eprints.ums.ac.id/36779/3/02%20BAB%20I.pdf
https://www.alodokter.com/komunitas/topic/apa-dampak-jika-asi-eksklusif-gagal
https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/masalah-kehamilan/jarak-kehamilan-terlalu-dekat/
file:///C:/Users/USER/Downloads/jkebidanan-5.faktor-faktor-by-andria.pdf
https://www.halodoc.com/artikel/ketahui-5-manfaat-dari-program-keluarga-berencana
WHO. Diakses pada 2021. Family Planning/Contraception Methods.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada 2021. Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada 2021. Pedoman Manajemen
Pelayanan Keluarga Berencana.
BKKBN. Diakses pada 2021. BKKBN Optimis Turunkan Angka Kelahiran Total.
Uptodate. Diakses pada 2021. Patient information: Birth control; which method is right for me?
(Beyond the Basics). 
Healthline. Diakses pada 2021. How to Figure Out Which Birth Control Method Is Right for
You.
WebMD. Diakses pada 2021. Birth Control - Overview.

Anda mungkin juga menyukai