Anda di halaman 1dari 21

Vol 16, nomor 1, Juni 2021 ISSN 2443-0714 E-ISSN 2621-475X

PENGAISAN BIG DATA & DUNIA KESEHATAN:


“ANALISIS PENYALAHGUNAAN BIG DATA DALAM USAHA
PEMERINTAH INDONESIA DI MASA PANDEMI COVID-19”

Oleh:
Patricia Robin1), Gabriela Priscila2)
Universitas BundaMulia
Email: probin@bundamulia.ac.id

Abstrak

Teknologi dan Kesehatan adalah dua bagian yang tidak dapat dipisahkan dan semakin lekat
seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Teknologi saat ini berperan
besar dalam bidang kesehatan untuk mendukung praktik kesehatan dalam berbagai hal.
Dalam pandemi global Covid-19, peran teknologi dalam dunia kesehatan semakin
dibutuhkan. Upaya untuk memerangi Covid-19 melalui pemanfaatan teknologi, salah satunya
adalah dengan pembuatan aplikasi pencegahan Covid-19 yang sudah dibuat di banyak
negara. Indonesia mengembangkan sebuah aplikasi lokal yang diberi nama PeduliLindungi.
Aplikasi ini memanfaatkan data diri, serta koneksi jaringan bluetooth yang berfungsi untuk
melacak lokasi dan merekam aktivitas pengguna untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Aplikasi ini menotifikasi developer dan pengguna apabila terdeteksi kontak dengan pasien
positif Covid-19 ataupun Orang Dalam Pengawasan (ODP). Namun, dibalik kemajuan
teknologi yang mampu mendukung proses tracing penyebaran Covid-19 ini, banyak
pengguna yang mulai skeptis terhadap keamanan dan penggunaan data pribadi yang
diberikan kepada aplikasi. Akhirnya muncul pertanyaan, siapa saja yang dapat mengakses
informasi; untuk apa informasi digunakan; dan jika pandemi sudah usai, apa yang akan
dilakukan terhadap informasi pribadi yang sudah terekam. Penelitian ini akan terfokus pada
penyalahgunaan data pribadi pengguna yang terekam dan tersimpan pada big data aplikasi
PeduliLindungi. Penelitian ini merupakan penelitian kritis yang ditujukan untuk mengkaji
kecurigaan terhadap penyalahgunaan big data. Peneliti menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif dengan metode studi kasus untuk mengetahui lebih dalam bagaimana data pribadi
diproses dalam big data aplikasi terkait. Di sini yang dipaparkan bukan semata sistem
aplikasi PeduliLindungi, melainkan penyalahgunaan data pribadi yang dicurigai digunakan
untuk kepentingan tertentu, serta praksis sosial yang lebih luas.
Kata Kunci: Big Data, Covid-19, Penyalahgunaan Data Pribadi.

1. PENDAHULUAN batuk kering hingga rasa nyeri dan sakit,


Covid-19 menyerang dunia secara hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan
massif ditunjukkan dengan atau diare yang dialami secara ringan dan
kemampuannya menular dan berwujud bertahap. 80% pasien yang terinfeksi
berbeda bagi orang yang terkena. Semakin dapat pulih tanpa perawatan khusus, tetapi
lama virus ini ada, semakin sukar hal ini berbeda dampak bagi mereka yang
dideteksi karena ada yang bergejala, ada lansia dan sebelumnya sudah memiliki
yang tidak. Gejala yang paling umum penyakit seperti tekanan darah tinggi,
terjadi adalah demam, rasa lelah, dan gangguan jantung atau diabetes

37 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


(https://www.who.int/indonesia/news/nov saat bepergian, guna membantu instansi
el-coronavirus/qa-for-public). pemerintah menelusuri riwayat kontak
Beberapa saran perlindungan diri pengguna dengan penderita Covid-19.
digalakkan demi mengurangi infeksi dan Melalui aplikasi “PeduliLindungi”,
penyebaran Covid-19, seperti sering pengguna akan mendapatkan notifikasi
mencuci tangan, menjaga jarak, jika berada di keramaian atau zona merah,
menghindari menyentuh mata, telinga dan yaitu area yang sudah terdata memiliki
hidung, menerapkan etika batuk dan positif Covid-19 atau Pasien Dalam
bersin, dan yang paling utama adalah tetap Pengawasan (PDP).
tinggal di rumah atau tempat aman supaya “PeduliLindungi” menggunakan
tidak beresiko terkena virus ini. Larangan data gawai pengguna dengan sambungan
yang berada dalam sanksi ringan hingga aktif bluetooth untuk merekam informasi
menggalakkan peraturan sanksi berat pun lokasi pengguna. Ketika ada gawai lain
dilakukan di seluruh dunia. dalam radius bluetooth yang juga terdaftar
Indonesia adalah salah satu negara pada aplikasi “PeduliLindungi”, maka
yang terjangkit Covid-19. Setelah akan terjadi pertukaran ID yang terekam
serangan virus terjadi pada akhir tahun oleh sistem aplikasi. Selanjutnya, aplikasi
2019 di Negara Cina, Indonesia baru “PeduliLindungi” akan dapat
mengumumkan kasus 01 pada 2 Maret mengidentifikasi orang-orang yang pernah
2020, yaitu seorang wanita yang berada di jarak dekat dengan pasien positif
melakukan kontak dengan warga negara Covid-19, Pasien Dalam Pengawasan
asing. Perlahan tapi pasti, Covid-19 (PDP), dan Orang Dalam Pemantauan
menggerogoti kestabilan negara di segala (ODP). Aplikasi ini bertujuan agar
sektor. pengguna dapat mengingat riwayat
Upaya pemerintah memerangi perjalanan dan kontak dengan siapa saja
Covid-19 ditunjukkan, salah satunya dalam kurun waktu tertentu.
dengan memanfaatkan tekonologi untuk “PeduliLindungi” berkomitmen untuk
pengembangan aplikasi digital yang merahasiakan data pribadi yang diunggah
mampu melakukan pelacakan pengguna pengguna pada saat sign up. Data
untuk menghentikan penyebaran Corona pengguna disimpan dalam format
Virus Disease (Covid-19). Aplikasi ini terenkripsi dan tidak akan dibagikan
diberi nama “PeduliLindungi”. Aplikasi kepada orang lain. Data hanya akan
ini mengandalkan partisipasi masyarakat diakses apabila pengguna dalam resiko
untuk saling membagikan data lokasinya tertular Covid-19 dan harus segera

38 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


ditangani oleh petugas kesehatan. Jika dihasilkan pada platform mereka. Bukan
pengguna terdeteksi pernah berada dekat hanya mendefinisikan algoritma yang
dengan pasien positif Covid-19, baik bermanfaat bagi pengguna online
diketahui ataupun tidak diketahui oleh selanjutnya, kepemilikan data sangat
pengguna, “Peduli Lindungi” akan berpengaruh pada kemampuan untuk
membantu petugas resmi untuk membuka mengumpulkan, mendokumentasikan,
data, guna melacak kontak dan memproses, menafsirkan, hingga
menghubungi pengguna dengan segera. memperdagangkan data yang berujung
Hal ini ditujukan agar penghentian pada strategi dan keuntungan pihak
penularan Covid-19 dapat dilakukan tertentu. Dalam hal ini, diasumsikan
dengan cepat, sehingga bisa melindungi dengan kuat bahwa setiap orang
orang-orang di sekitar. menggunakan media online baik untuk
Penelitian ini berfokus pada kepentingan komunikasi, hingga
penggunaan data yang diberikan oleh pertukaran informasi yang berujung pada
pengguna kepada aplikasi tersebut. Data keperluan periklanan ataupun
dibuat dan diberi makna dalam interaksi pengembangan arus bisnis (Richterich,
antara aktor manusia dan non-manusia. 2018:1).
Pengakuan antar data didefinisikan secara Dalam penelitian ini, jawaban
sosial-budaya dan politik. Hal ini sejalan utama yang ingin ditemukan bukan
dengan istilah data, yang berasal dari mengenai keberadaan dari aplikasi
jamak Latin “datum”, dengan makna yang tersebut, melainkan mengkaji aplikasi
diberikan', tetapi seakan sudah beralih lebih mendalam, yaitu big data yang
menjadi definisi menyesatkan, dan dipandang kritis, bukan mentah
menunjukkan arti istilah yang dikonstruksi sebagaimana adanya.
secara sosial. Dunia data merubah pilihan Big data menggambarkan suatu
yang seakan banyak dan merata, tetapi era di mana ketersediaan data terekam
mempersempit pemahaman. Wujudnya secara digital dan berlimpah. Hal yang
seakan membantu mengantarkan manusia terkandung di dalamnya meliputi setiap
pada kemajuan, nyatanya tidak lebih dari segi kehidupan manusia, baik sebagai
kungkungan (Richterich, 2018:12). makhluk individu, ataupun makhluk
Perusahaan teknologi dan internet sosial. Big data banyak digunakan di
menjadi “tuan” dalam era big data karena kalangan industri atau praktisi karena
berhak menentukan siapa dan bagaimana membantu meningkatkan strategi bisnis
pelepasan akses set data digital yang maupun inovasi. Big data mendobrak

39 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


tradisi lama ilmu sosial dengan benar secara moral, dan berharga secara
kemampuannya memproses, menganalisa, sosial (dalam konteks mendapatkan
dan menyimpan dengan volume serta wawasan ilmiah), serta normatifitas
tingkat vitalitas tinggi, cepat, dan efektif. penelitian data dalam konteks pengawasan
Big data mengizinkan data dengan kesehatan masyarakat (Richterich,
mudahnya bisa dicari, digandakan, 2018:3). Pada tahun 1960, seorang
digunakan, dibagikan, bahkan ilmuwan komputer Peter Naur
diperjualbelikan dalam cara dan imbalan menggunakan istilah 'ilmu data' dan
yang belum pernah terbayangkan 'datalogi' sebagai bahasa alternatif yang
sebelumnya (Lupton, 2015:17). Peneliti lebih disukai ketimbang mengatakan 'ilmu
mengambil salah satu aplikasi (walau komputer'. Tetapi kini, terbukti bahwa
sebenarnya ada 3 aplikasi) yang memang ilmuwan data menjadi 'Pekerjaan Terseksi
digunakan di Indonesia. Hal ini sedikit Abad ke-21' berkat teknologi digital dan
banyak karena aplikasi ”PeduliLindungi” menunjukkan daya tarik ilmiah dan sosial
adalah aplikasi resmi yang dibuat oleh begitu luas dengan bentuk data baru, cara
Kominfo dan melalui pengembangan pengambilan dan analisis terbaru
maksimal demi membantu instansi (Richterich, 2018:5).
pemerintah dalam melakukan pelacakan
untuk menghentikan penyebaran Corona Big Data
Virus Disease (COVID-19). Lingkup komersial dengan
mudahnya bisa dijamah oleh big data,
2. TINJAUAN TEORITIS tidak beda halnya dengan dunia politik.
Data Hal ini dibuktikan dengan para politisi
Penelitian dan data memiliki yang mampu memanfaatkan teknologi kini
keterkaitan sangat erat terutama dalam dalam membangun hasrat harapan,
hubungan infrastruktur dan analitik kepercayaan, bahkan janji yang berujung
perusahaan internet atau teknologi pada pembuatan kebijakan. Kedigdayaan
multinasional. Adapun data tersebut akan big data juga merasuki dunia kesehatan,
membantu dalam pembahasan mengenai dimana teknologi dipakai untuk melacak,
kondisi penelitian kesehatan yang mengarsipkan, dan menganalisis langkah
digerakkan oleh big data, penentuan hingga detak jantung pasien. Dalam skala
pihak-pihak yang terlibat dan terpengaruh, lebih besar, big data memberikan
argumen etis yang layak dibahas, pengetahuan mengenai kondisi fisik
penyajian yang etis dalam cara relevan, pengguna (kini dan nanti); frekuensi dan

40 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


kualitas (linguistik) dari kontak sosial; pemaparan big data karena tidak ada
preferensi dan mobilitas geografis. Praktik jumlah besar pasti keberlimpahan yang
ini yang pada akhirnya kadang mencakup unsur historis, kontemporer,
disalahgunakan untuk mengeruk hingga masa depan. Penyedia layanan
keuntungan dan menimbulkan kontroversi korporat dan konsultan International Data
(Richterich, 2018:6). Corporation memperkirakan rentang 2014
Big data merubah bagaimana hingga 2020 dunia digital akan tumbuh
manusia menjalani hidup, bekerja dan dari 4,4 triliun menjadi 44 triliun gigabyte
berfikir. Hal ini membantu menunjang (keberlipatan dua kali setiap dua tahun)
karir, meningkatkan kepuasan dalam walau kadang cara pengestimasian ini
kehidupan, membentuk pengharapan, tidak diungkapkan. Angka dihitung secara
standarisasi kesenangan, hingga rinci menyangkut informasi dan prediksi
(disebutkan) faktor penentu kesehatan. berkontribusi memperkuat klaim terkait
Tetapi yang tidak boleh dilupakan, big relevansi dan otoritas (Richterich, 2018:6).
data lebih dari sekedar gabungan Selain unsur jumlah yang belum terdeteksi
keberadaan teknologi, perangkat keras, maksimal, masalah lain yang ditemui
dan segala hal yang menyangkut fisik dalam big data adalah kesulitan
semata (Richterich, 2018:11). memverifikasi hasil dan aktualitas.
Disepakati bahwa big data Produksi data terus menerus menciptakan
membantu dalam kepraktisan, efisiensi, aliran input tambahan berkelanjutan yang
dan optimalisasi. Belum ada definisi mengubah data pengguna dalam berbagai
sempurna dari big data, tetapi setidaknya segi, termasuk kuantitas, kualitas dan
memenuhi 3 unsur yang membantu dalam makna. Variasi big data akhirnya
penelitian ilmu sosial, dikenal dengan terklasifikasi menjadi 3, yaitu Data
3V‟s, yaitu Volume yang berkaitan dengan Terstruktur berupa informasi demografis
jumlah atau kuantitas yang “maha” besar, atau frekuensi penggunaan yang mudah
banyak dan tersebar; Variety yang distandarisasi numerik atau alfabet sesuai
berkaitan dengan keberagaman bentuk model data masing-masing; Data Tidak
seperti dokumen, rekaman suara, gambar, Terstruktur berupa materi visual (foto atau
video; serta Velocity yaitu perubahan data video atau teks) rumit yang diterjemahkan
yang begitu cepat karena sifatnya berasal secara sistematis ke dalam data terstruktur;
dari multiple sources (Berman, 2003). serta Data Semi Terstruktur berupa materi
Sesuai dengan namanya, volume gabungan visual atau tekstual dengan
dianggap paling berperan dalam metadata sebagai pengklasifikasi

41 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


terstruktur dari konten yang tidak terabaikan karena masih mengandung
terstruktur. Keseluruhan variasi ini kontekstualitas tak tereduksi dan meliputi
menghasilkan interpretasi yang hal yang tidak bisa dikuantifikasi seperti
memberikan keuntungan, efisiensi, dan kisah, emosi dan interaksi (berkaitan
prospek masa depan, hingga (sekali lagi), dengan dunia manusia). Walaupun singkat
relevan dengan bisnis hingga lembaga dan minimalis dalam penjabaran, thick
pemerintah dalam pemberian informasi data tetap lebih memberikan gambaran
mengenai tindakan segera (Richterich, mengenai manusia yang hilang dari big
2018:7). data. Sebagai pembeda yang begitu jelas,
Ditambahkan kemudian oleh big data hanya membicarakan skala dan
Hashem (2015:100) bahwa unsur Value kepintaran mesin. Sementara thick data
tidak boleh dilupakan, yaitu proses mengenai human intelligence dan konteks.
penemuan makna dibalik sekumpulan data Perpaduan keduanya adalah sempurna
– walau belum sempurna. Dan teranyar, untuk menggambarkan big picture.
IBM sebagai salah satu produsen
perangkat keras dan lunak komputer Big Data dan Minyak Baru
tingkat global menambahkan unsur Analogi big data sebagai minyak
Veracity yang menandakan data tersebut baru lekat dengan keadaan bahwa
juga wajib penuh dengan kepastian dan jumlahnya yang banyak, selalu
keakuratan data yang ketika tersedia di mendatangkan keuntungan, bisa
masyarakat (IBM, 2016). Diperlukan “ditambang” dan “digali” sesuai
ketelitian dan kehati-hatian dalam kebutuhan, dapat dimanfaatkan dengan
penggunaan big data karena bila tidak maksimal, bahkan dieksploitasi dan bisa
dipergunakan dengan baik, akan menentukan posisi diri seseorang. Unsur
memberikan efek kehidupan kelam bagi yang membedakan big data dengan
eksistensi manusia secara keseluruhan “minyak” adalah kebesaran dan ke-
(Bail, 2014:467). MAHA-an big data dengan “minyak”
Menghilangkan potensi, profesi yang memiliki batasan kedalaman. Pada
dan eksistensi manusia serta kehilangan big data, tidak ada batasan. Hal ini lekat
privasi adalah sisi kelam dari keberadaan dengan kenyataan bahwa volume big data
big data yang bisa diminimalisir dengan mengalami pergerakan dan pertumbuhan
cara tetap mengedepankan data yang asli yang cepat. Tidak dipungkiri, keberadaan
dan menyentuh kehidupan nyata manusia internet menjadi pemicu semakin
(thick data). Thick data jangan sampai

42 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


massifnya big data ini (Richterich, seluruh dunia. Bahkan tidak dipungkiri,
2018:6). setiap manusia memiliki gumpalan awan
Pembeda lain antara minyak dan dengan ragam informasi. Setiap data di
big data adalah wujud dan sifatnya. dalam “awan” tersebut memiliki hak yang
Minyak memiliki kesamaan satu dengan sama untuk dianalisis, digunakan atau
lainnya, yaitu cair. Semua ini adalah disalahgunakan, dibuang bahkan diplagiasi
“raw” atau “mentah” serta harus melalui secara tidak hormat dan tanpa izin.
pengelolaan maksimal sehingga menjadi Menjadi merisaukan apabila yang terjadi
bermanfaat bagi pemiliknya. Pada big selanjutnya adalah penyalahgunaan dan
data, walau sama-sama memiliki sifat kekeliruan (yang disengaja) (Richterich,
mentah, wujudnya bisa beragam, baik itu 2018:7).
dokumen, rekaman suara, gambar, video. Kepemilikan big data sekarang
Kemampuan dalam pengelolaan menjadi seakan menjadi ladang bisnis. Perusahaan
kunci. Dan hal ini yang menjadi “nilai teknologi dan internet menjadi “tuan”
jual” dari jurnalisme data. Kemampuan dalam big data – hal ini bersinergi dengan
dalam penyajiannya dalam bentuk gambar keberadaan media massa dalam
seperti infografis menjadi “keunikan” baru menyajikan informasi ke masyarakat.
tersendiri (Berman, 2003). Banyak sekali hal yang disajikan bukan
Yang menjadi persamaan dari big berujung pada informasi, melainkan hanya
data dan minyak adalah siapapun pemilik gaya nilai tukar yang berujung keuntungan
dari “medium” ini dipastikan memiliki (pengembangan arus bisnis) (Richterich,
posisi otoritas dan dominan. Kemampuan 2018:1).
memiliki akses akan big data mampu
menentukan posisi sosial orang atau 3. METODE PENELITIAN
lembaga. Hal ini yang membuat big data
Pendekatan kualitatif spesifik studi
masuk dalam pembahasan ranah kritis,
kasus digunakan dalam penelitian ini
karena melihat adanya ketimpangan
dengan menekankan pada serangkaian
(dominasi versus penindasan).
kegiatan ilmiah yang dilakukan intensif,
Big data adalah minyak baru dalam
terinci, dan mendalam tentang suatu
ranah internet, dimana semua informasi
program, peristiwa, dan aktivitas, baik
didapatkan dengan mudah dan murah,
pada tingkat perorangan, sekelompok
bahkan gratis. Big data mendatangkan
orang, lembaga atau organisasi untuk
luberan informasi karena data yang
memperoleh pengetahuan mendalam
terpusat di dalam “awan” berasal dari

43 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


tentang peristiwa tersebut. Peristiwa yang dan ketidakpastian, relasionalitas tinggi,
disebut kasus adalah peristiwa dan fakta bahwa yang dihasilkan tidak
kontemporer, ilmiah, dan holistik, dengan memiliki pertanyaan spesifik dalam
fokus utama dalam menjawab pertanyaan pikiran atau produk sampingan dari
tentang how (bagaimana) dan why aktivitas lain. Hal ini biasa dianalisis
(mengapa) (Rahardjo, 2017:3). dengan arah penelitian Critical Data
Penelitian ini menggunakan Studies (CDS) yang berkaitan dengan
paradigma kritis, yang meletakkan dalam kemasyarakatan dan konstruksi data
kesadaran bahwa data tidak pernah berdiri masyarakat dalam masalah ekonomi,
sendiri tanpa hal yang melatar belakangi politik, etika, dan hukum yang signifikan,
dan “memaksa” untuk digunakan. Titik serta masalah keadilan sosial mengenai
data digital adalah pada media sosial. data. Fokus utama adalah melihat data
Dalam media ini juga, teknologi bukan hanya komoditas aset ekonomi,
multinasional dan perusahaan internet melainkan juga menyangkut hal pribadi
sebagai pihak terdepan dalam praktik seperti hak sipil, otonomi, dan martabat
datafikasi. Dua raksasa ini bertindak lantaran timbul dari individu ketika
sebagai pengontrol data dalam berbagai menggunakan situs jejaring atau kegiatan
platform digital untuk dikomersialisasi apapun yang lekat dengan mesin dan
dan di sanalah terdapat kebingungan komputasi (Richterich, 2018:2).
mengenai bagaimana big data yang Kendala utama adalah pengaksesan
sebegitu besar harus dikoordinir. Data hanya oleh perusahaan teknologi dan mitra
seakan menjadi sumber minyak baru yang komersial, akademik atau pemerintah
memikat masyarakat hingga semakin sehingga membentuk jurang tinggi antara
bergantung pada teknologi digital, walau “si kaya” dan “si miskin” data. Dua pihak
kadang menimbulkan kontroversi, penguasa, yaitu perusahaan teknologi dan
keprihatinan dan aktivisme tak terduga internet memutuskan pelaku sosial mana
(Richterich, 2018:1). yang dapat memiliki akses ke data
sekaligus menentukan cara penyediaan.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Para peneliti atau sarjana juga tidak dapat
memastikan bahwa mereka memiliki
Tantangan dalam penelitian big
pengetahuan mumpuni mengenai metode
data begitu beragam. Sebut saja mengenai
pengumpulan data untuk menilai
kelimpahan, kelengkapan dan variasi,
kesesuaian etika, lantaran CDS
ketepatan waktu dan dinamika, kekacauan
mengeksplorasi tidak hanya cara berpikir

44 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


netral, objektif, mandiri, representasi datafikasi oleh Mayayer-Schönberger dan
mentah dari dunia, tetapi hal yang Cukier (2013).
bergantung, relasional, kontekstual, dan Istilah big data mendeskripsikan
aktif (Richterich, 2018:10). kumpulan data yang sangat besar. Big data
Data telah menjadi arus deras yang menghadirkan peluang baru untuk
mengalir ke setiap area ekonomi global. menemukan nilai-nilai baru, membantu
Perkembangan teknologi dan internet kita memperoleh pemahaman mendalam
memungkinkan miliaran individu di tentang nilai-nilai yang tersembunyi, dan
seluruh dunia untuk berkontribusi pada menimbulkan tantangan baru, misalnya,
jumlah data yang tersedia. Meningkatnya tentang bagaimana mengatur dan
volume konten multimedia memainkan mengelola data tersebut secara efektif
peran utama dalam pertumbuhan jumlah (Chen, 2014:1) Terlepas dari mana big
big data secara eksponensial. Bagaimana data dihasilkan dan dibagikan, big data
seseorang menjalani harinya, seperti memiliki nilai yang besar. Big data telah
berkomunikasi, menjelajahi web, dianggap sebagai Digital Oil (minyak
membeli, berbagi, serta menelusuri web digital) saat ini (Yi, Liu, Liu, & Jin, 2014)
menciptakan jejak data mereka sendiri termasuk Bahan Baku Baru abad ke-21
yang sangat besar (Manyika, 2011:1). (Berners-Lee & Shadbolt, 2011). Big data
Dengan jumlah data yang luar sebagai minyak baru menunjukkan bahwa,
biasa kompleks dan heterogen, mengalir pada saat ini data menjadi komoditas yang
dari mana saja, kapan saja, dan di tinggi, khususnya bagi perusahaan digital
perangkat apa saja, tidak dapat dipungkiri yang mampu menangkap data dari
bahwa kita memasuki era big data - pengguna. Pada era ini, siapapun yang
sebuah fenomena yang juga disebut menguasai big data seakan menguasai
sebagai Banjir Data atau Luberan seluruh sumber daya yang ada. Banyak
Informasi. Big data adalah artefak perusahaan perintis, seperti Google dan
individu manusia serta kecerdasan kolektif Facebook sudah menggunakan big data
yang dihasilkan dan dibagikan terutama untuk menciptakan value, dan perusahaan
melalui lingkungan teknologi, di mana yang lain dipaksa untuk mengeksplorasi
hampir semua hal dapat didokumentasi, bagaimana mereka dapat melakukan hal
diukur, dan ditangkap secara digital, dan yang sama jika mereka ingin bersaing.
dengan demikian diubah menjadi data, Pemerintah juga memiliki peluang
proses yang disebut juga sebagai signifikan untuk meningkatkan efisiensi
dalam berbagai sektor. Penelitian

45 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


menunjukkan bahwa penggunaan big data mulai dari ekonomi, pemerintahan, politik,
secara efektif juga mampu meningkatkan dan kesehatan. Dalam bidang kesehatan,
produktivitas sektor publik dan big data sudah dimanfaatkan untuk
memainkan peran ekonomi yang menganalisis dan memprediksi gejala
signifikan secara nasional. Namun, banyak melalui AI (Artificial Intelligence),
juga warga di seluruh dunia melihat machine learning dimana sebuah
kumpulan informasi ini dengan kacamata perangkat mempelajari pola-pola tertentu
kecurigaan, melihat luberan informasi dalam bidang kesehatan, serta untuk
tidak lebih dari gangguan privasi mereka menyimpan riwayat kesehatan pasien.
(Manyika, 2011:1). (Kumar, 2019:50). Munculnya krisis baru
Keperkasaan big data tidak dalam bidang kesehatan yang dimulai
terlepas dari tantangan yang harus dengan krisis penyebaran virus corona
dihadapi, yaitu mengenai kerahasiaan (Covid-19) di Wuhan, China pada
data. Sebagian besar penyedia atau Desember 2019 yang akhirnya menyebar
pemilik layanan big data saat ini, tidak ke seluruh belahan dunia dan dinyatakan
dapat secara efektif memelihara dan sebagai pandemi global oleh WHO (World
menganalisis kumpulan data sebesar itu Health Organization) pada 11 Maret 2020.
karena kapasitas yang terbatas. Mereka Negara-negara melakukan upaya-upaya
harus mengandalkan para profesional atau untuk menangani pandemi Covid-19.
alat lain untuk menganalisis data, yang Upaya yang diterapkan untuk mengurangi
meningkatkan potensi risiko keamanan. transmisi Covid-19 adalah Lockdown.
Oleh karena itu, analisis big data sebagian Pada bulan Maret dan April, hampir
besar mungkin dilakukan dengan dikirim seluruh dunia menjalankan quarantine
ke pihak ketiga untuk diproses dengan (Klenk & Duijf, 2020) yang
tindakan pencegahan yang tepat untuk mengharuskan masyarakat untuk
melindungi data sensitif dan untuk berkegiatan di rumah dan menutup
memastikan keamanannya (Chen, 2014:8). kegiatan-kegiatan ekonomi, kecuali
bidang esensial, seperti farmasi dan
Big Data dalam Pandemi Covid-19 supermarket. Pembahasan sensitif ini
Big data mampu menangkap memperhatikan mengenai kesadaran,
seluruh informasi dari perangkat pengguna persetujuan, privasi dan otonomi. Hal ini
mengenai keseluruhan aktivitas digital meliputi kondisi dan perilaku kesehatan
pengguna. Kelebihan big data ini individu. Perspektif CDS memfasilitasi
dimanfaatkan dalam berbagai bidang, wawasan perkembangan teknologi dan

46 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


metodologis dalam wacana moral normatif terhadap orang yang telah melakukan
dunia kesehatan (Richterich, 2018:3). kontak dekat dengan orang terinfeksi,
Strategi lockdown melahirkan dua memungkinkan orang untuk melakukan
tantangan utama. Pertama, strategi ini tes infeksi sendiri, dan jika orang tersebut
merestriksi individu dalam melakukan positif terinfeksi, mampu menelusuri
kegiatannya. Dalam penerapan lockdown, kontaknya dengan orang lain sehingga
masyarakat diminta untuk tetap dirumah; dapat mengurangi transmisi ke seluruh
menjauhi tempat yang ramai, seperti mall, populasi (Williams dkk., 2020). Namun,
tempat wisata, restoran, bahkan tempat pelacakan kontak secara manual dianggap
ibadah; kantor-kantor diharapkan tidak cukup untuk menangani pandemi
menerapkan work from home; sekolah dan Covid-19 karena tingkat penularan yang
perkuliahan juga dilakukan dari rumah; tinggi dan jumlah penularan yang
kemudian diterapkan jam malam bagi signifikan dari individu tanpa gejala
masyarakat dan jam tutup untuk usaha. (Ferretti dkk., 2020). Oleh karena itu,
Tidak jarang masih banyak masyarakat maka dilakukan pengembangan dan
yang tidak mengikuti arahan ini. Kedua, implementasi aplikasi pelacakan Covid-19
strategi ini juga memberikan dampak yang digital atau disebut COVID-19 Tracking
signifikan terhadap perekonomian, sosial, Apps (CTA). Kebanyakan CTA
dan psikologis (Klar & Lanzerath, 2020). menggabungkan pelacakan jarak dan
Karena kendala-kendala yang dihadapi pelacakan kontak. Pelacakan jarak
dari strategi lockdown, pemerintah biasanya menggunakan fitur bluetooth
diharuskan untuk mencari cara untuk mengukur dan merekam jarak
penanganan Covid-19 lain untuk segera spasial (kedekatan) antar pengguna. Jika
keluar dari kondisi lockdown. Salah satu seseorang dilaporkan positif Covid-19,
solusi untuk menangani hal ini adalah maka sebuah peringatan otomatis akan
dengan pengembangan digital contact dikirimkan kepada orang-orang yang
tracing, yaitu teknologi yang membantu berada di jarak dekat dengan pengguna
menelusuri kontak masyarakat secara tersebut. Sebagai bagian dari peringatan,
digital, sehingga mengurangi transmisi aplikasi akan memberikan informasi yang
Covid19 (Klar & Lanzerath, 2020). relevan dari otoritas, seperti saran untuk
Contact tracing (pelacakan kontak) melakukan tes Covid-19, rujukan untuk
adalah metode yang telah dicoba dan diuji melakukan isolasi mandiri, atau kontak
untuk mengendalikan situasi pandemi. yang dapat dihubungi untuk konsultasi
Contact tracing mencakup identifikasi (European Comission, 2020).

47 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


Sudah banyak negara yang Positioning System) perangkat handphone
meluncurkan CTA resmi dari dan mobil, transaksi kartu kredit, riwayat
pemerintahan dan kementerian untuk perjalanan, dan memanfaatkan AI
memerangi pandemi Covid-19, di (Artificial Intelligence) untuk
antaranya, Australia dengan mengidentifikasi kasus prioritas tinggi.
“COVIDSafe”; Kanada dengan “COVID Pengembangan aplikasi smartphone
Alert”; Denmark dengan “Smittestop”; dimanfaatkan untuk memudahkan
Finlandia dengan “Koronavikku”; Prancis pemantauan pribadi selama 14 hari.
dengan “StopCovid”; Jerman dengan Rumah sakit juga menyediakan diagnosis
“Corona-Warn-App”; India dengan jarak jauh untuk pasien dengan gejala
“Aarogya Setu”; Israel dengan ringan untuk membantu professional
“HaMagen”; Italia dengan “Immuni”; medis agar dapat fokus pada gejala yang
Jepang dengan “Shingata Koronauirusu”; lebih serius (sindonews).
Selandia Baru dengan “NZ COVID Indonesia melihat keperluan akan
Tracer”; Saudi Arabia dengan “Tabaud”; adanya CTA, kemudian Kementerian
Singapura dengan “TraceTogether”; serta Komunikasi dan Informatika (Kominfo)
Inggris dengan “NHS”. dan Kementerian BUMN meluncurkan
Di Indonesia, pengembangan big aplikasi CTA resmi Indonesia dengan
data kesehatan melalui CTA dinilai nama PeduliLindungi untuk membantu
penting dalam krisis pandemi (sindonews). menekan penularan Covid-19.
Indonesia sudah berjibaku menangani PeduliLindungi adalah aplikasi yang
Covid-19 selama sepanjang tahun 2020 dikembangkan untuk membantu
dimulai dari bulan Maret, munculnya pemerintah terkait dalam melakukan
pasien 01. Sampai saat ini (Januari 2021), pelacakan untuk menghentikan
peningkatan kasus positif Covid-19 masih penyebaran Covid-19. Aplikasi ini
dinilai tinggi dengan lebih kurang 10.000 mengandalkan partisipasi masyarakat
kasus per harinya. Melihat peluang dari untuk membagikan data lokasi (akses
berhasilnya sejumlah negara dalam lokasi via bluetooth) saat bepergian agar
mengakhiri gelombang pertama Covid-19 dapat dilakukan penelusuran riwayat
melalui pembangunan dan praktik kontak dengan penderita Covid-19.
pemanfaatan big data, salah satunya PeduliLindungi akan memberikan
adalah Korea Selatan. Big data di Korea notifikasi mengenai warna zona lokasi
Selatan dilakukan dengan pelacakan pengguna atau notifikasi apabila terdata
pasien positif melalui fitur GPS (Global orang yang terinfeksi Covid-19 atau

48 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


Pasien Dalam Pengawasan di dekat area dkk., 2020). Namun, jumlah penggunaan
pengguna. Perluasan penggunaan yang tinggi seperti itu masih sangat tidak
perangkat seperti CTA masih dianggap mungkin (Williams dkk., 2020; Zhang
sebagai hal yang baru dalam upaya dkk., 2020). Bahkan dengan asumsi
memerangi pandemi Covid-19. Jika dilihat penyerapan yang cukup tinggi, efektivitas
sekilas, mungkin pemanfaatan big data juga tergantung pada respons cepat
melalui CTA ini terlihat memikat. Namun, pengguna. Jika pengguna tidak merespon
terdapat dua tantangan utama dalam terhadap peringatan dengan segera, CTA
penerapan CTA. Pertama, hampir semua tidak cukup cepat untuk mengatasi
kesimpulan mengenai potensi manfaat pandemi (Klenk dan Duijf, 2020;
CTA didasarkan pada model epidemologi McLachlan dkk., 2020).
dan bukan pada uji coba terkontrol (Klenk Masalah teknis (technical
& Duijf, 2020) sehingga penggunaan CTA problems) - Beberapa CTA tidak berfungsi
masih dapat dikatakan sebagai pada smartphone versi lama tertentu
eksperimental dan kesuksesannya tidak (McLachlan dkk., 2020). Selain itu, false-
dapat diterima begitu saja. Kedua, CTA alarm atau notifikasi yang keliru menjadi
menimbulkan tantangan etika yang serius masalah yang serius. Deteksi jarak
(Klar & Lanzerath, 2020). berbasis bluetooth memiliki risiko
Dapat disimpulkan bahwa CTA pelaporan interaksi yang berlebihan, yang
menimbulkan 4 tantangan, yaitu mengarah pada informasi jumlah kasus
efektivitas (effectiveness), masalah teknis positif besar yang salah. Informasi yang
(technical problems), ketidakadilan salah tersebut dapat mengakibatkan isolasi
(inequities), dan keamanan data pribadi diri yang tidak perlu atau mungkin
(privacy). (Klar & Lanzerath, 2020). menyebabkan pengguna untuk
Efektivitas (effectiveness) - mengabaikan peringatan selanjutnya
Mengembangkan dan menggunakan karena menganggap aplikasi CTA tidak
teknologi membutuhkan investasi dan dapat diandalkan (Leprince-Ringuet,
waktu. Jika teknologinya tidak efektif, hal 2020).
ini menjadi tantangan serius. Efektivitas Ketidakadilan (inequities) – Akses
CTA bergantung pada penggunaan yang CTA diperkirakan tidak merata. Misalnya
memadai dan benar. Telah dihitung bahwa bagi lansia yang mungkin tidak memiliki
dibutuhkan penyerapan teknologi akses ke smartphone atau tidak mengerti
(pengguna) minimal 60% dari populasi cara mengoperasikannya. Dengan
untuk mencapai CTA yang efektif (Ferretti demikian CTA dapat memperdalam

49 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


kesenjangan digital (Floridi, 2020). Selain masyarakat luas yang belum pernah terjadi
itu, CTA memberikan beban dan manfaat sebelumnya (Open letter, 2020).
yang berbeda-beda terhadap kelompok- Melampaui penggunaan untuk
kelompok dalam populasi. Masih banyak pemantauan dan penelusuran kasus
pekerja yang diharuskan untuk bekerja COVID-19, pemerintah mungkin
dari kantor. Kelompok ini memiliki resiko memanfaatkan krisis untuk membangun
lebih tinggi terpapar Covid-19 dan lebih dan menyimpan data pelacakan warga
banyak bertemu dengan orang lain. Jadi yang secara teori dapat digunakan dalam
CTA akan menotifikasi pekerja-pekerja konteks lain, seperti penegakan hukum
tersebut mengenai kontak dengan pasien (Klar, 2020). Data yang terkumpul juga
positif Covid-19 ataupun Pasien dalam dapat dimanfaatkan untuk memantau
Pengawasan (PDP), ada kemungkinan kesehatan masyarakat secara keseluruhan,
bahwa mereka akan terkena karantina yang dapat menyebabkan 'kediktatoran
selektif berdasarkan data digitalnya. Hal kesehatan' jangka panjang (Zeh, 2010).
ini merugikan para pekerja, mereka akan Di Indonesia sendiri, efek Covid-
lebih menangggung dampak sosial, 19 dirasakan oleh banyak UMKM dan
ekonomi, dan psikologis (Klenk & Duijf, pekerja harian. UMKM harus menutup
2020). Di Indonesia sendiri, kendala ini usahanya lebih awal mengikuti waktu
dialami karena masih belum seluruh yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
wilayah Indonesia memiliki akses internet. Pekerja harian, seperti ojek online dan
Masyarakat yang belum memiliki akses taksi juga merasakan dampak yang
internet akhirnya tidak dapat signifikan karena sempat tidak
menggunakan aplikasi CTA diperbolehkan untuk beroperasi dan
PeduliLindungi. kurangnya pelanggan karena banyak orang
Keamanan data pribadi (privacy) - yang WFH (work from home), tidak
Masalah teknis dan privasi yang tumpang seperti keadaan normal. Hal ini terasa
tindih adalah risiko keamanan, mengingat dalam penggunaan aplikasi
CTA dapat diretas (Boutet dkk., 2020). PeduliLindungi. Dari 3 narasumber yang
Banyak ilmuwan telah memperingatkan diwawancara oleh peneliti, 2 di antaranya
bahaya pembuatan alat atau perangkat merasa takut ketika telah memberikan data
yang memungkinkan pengumpulan data kepada aplikasi ini. Walaupun memang
skala besar karena datanya rentan terhadap hanya dalam bentuk nomor telepon, nama,
serangan siber dan / atau penyalahgunaan email dan menyalakan lokasi,
serius dalam bentuk pengawasan kekhawatiran itu tetap ada. Bukan tanpa

50 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


sebab, hal ini disebabkan gagasan bahwa mencegah dan menindak jika terjadi
data sebaiknya tidak diyakini secara pencurian data, salah satunya adalah
implisit alami. Data selalu tidak murni dengan pengesahan RUU Perlindungan
karena berasal dari perilaku atau pendapat Data Pribadi yang sekaligus dapat
yang bermain dengan interpretasi dan mengatasi kasus bocornya data Covid-19
pengaruh normatif pembuatan makna. yang diperjualbelikan di forum online.
Hubungan manusia dan data ibarat koki Dengan kata lain, praktik big data di
dan masakannya. Bila tidak berhati-hati tengah pandemi yang mengumpulkan data
menggunakan bahan, tanpa sengaja dan pribadi perlu didukung landasan hukum
tak terduga, bisa saja bahan (data) busuk yang lebih tegas untuk melindungi data-
tercampur di dalamnya sehingga merusak data yang terkumpul tersebut dan menjadi
keseluruhan masakan (rencana) yang pedoman tegas dalam menindaklanjuti
dibentuk. Data adalah tradisional dan apabila ada penyalagunaan data terkait
sensitif sehingga memungkinkan akses (sindonews).
informasi bersifat pribadi. Data yang Aplikasi PeduliLindungi dapat
tampaknya impersonal sebenarnya diunduh melalui PlayStore ataupun
sensitif, karena penanaman perusahaan, AppleStore pada perangkat masyarakat.
peraturan atau teknologi (Richterich, Dalam mengakses aplikasi
2018:11). PeduliLindungi, pengguna harus
Peneliti bidang Sosial, The memasukkan data diri berupa nama
Indonesian Institute (TII) Vunny Wijaya, lengkap, nomor telepon, email, dan
mengungkapkan mengenai upaya memberikan akses lokasi pada aplikasi
menjamin keamanan data pengguna sistem melalui fitur Bluetooth dan GPS. Data-
big data. Pada dasarnya, perlindungan data ini esensial untuk proses tracing
data pasien telah dijamin dalam sejumlah lokasi pengguna. Informasi-informasi
peraturan seperti UU Nomor 29/2004 yang dimasukkan ke dalam aplikasi
tentang Praktik Kedokteran, UU No. PeduliLindungi sebenarnya masih normal,
44/2009 tentang Rumah Sakit hingga UU sama seperti informasi-informasi yang
No.19/2016 tentang Informasi dan dibutuhkan untuk login ke aplikasi
Transaksi Elektronik (ITE). Namun, di lainnya, namun yang membedakan adalah
tengah situasi pandemi, keamanan data akses Bluetooth yang diharuskan menyala
diri pasien Covid-19 sangat dipertaruhkan. untuk melacak jarak antar pengguna.
Karena itu, perlu payung hukum yang Aplikasi PeduliLindungi tidak memiliki
lebih kuat untuk menjadi landasan dalam banyak fitur, namun cukup untuk

51 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


memberikan informasi kepada pengguna. aksesnya diberikan kepada PeduliLindungi
Dalam aplikasi PeduliLindungi, selain karena pengguna tidak mengetahui siapa
dapat memberikan notifikasi warna zona saja yang memegang kendali akses dan
dan jarak dengan pasien Covid-19, juga siapa saja yang dapat mengakses informasi
dapat memberikan informasi mengenai privasi tersebut. Akhirnya muncul
vaksinasi, serta menyediakan pelayanan pertanyaan dari masyarakat, siapa saja
konsultasi kesehatan secara online untuk yang memiliki akses terhadap data ini?
keluhan-keluhan gejala Covid-19 agar Seberapa rentan data pada aplikasi
dapat langsung ditangani oleh professional PeduliLindungi? Jika pandemi sudah
medis. Meskipun fitur dan fungsional berakhir, apa langkah yang akan diambil
yang memadai, aplikasi PeduliLindungi terhadap data-data pengguna yang sudah
masih belum mencapai efektivitas tinggi. terkumpul tersebut? Beberapa pengguna
Aplikasi PeduliLindungi dipandang yang melek keamanan digital merasa
kurang memberikan manfaat yang privasinya terganggu karena merasa
signifikan dan masih belum dapat dimonitor oleh aplikasi PeduliLindungi.
memunculkan rasa “aman” bagi pengguna Kekhawatiran bukan hanya mengenai data
dikarenakan jumlah pengguna yang masih yang diasumsikan akan dijadikan
sedikit, sehingga tidak akurat dalam komoditas, tetapi juga terhadap potensi
melakukan tracing Covid-19. Hal ini leak atau bocornya data pada pihak ketiga
menunjukkan bahwa masih banyak kasus yang dapat memunculkan kejahatan-
yang tidak terdeteksi melalui aplikasi kejahatan cyber melalui data-data personal
PeduliLindungi sehingga ada tersebut.
kemungkinann terlewatkannya notifikasi Sejumlah pengguna mengakui
kontak pengguna dengan pasien positif bahwa data pribadi mereka yang
Covid-19. digunakan untuk tracing masih dalam
Kemudian, isu-isu kebocoran data batas wajar dan sesuai dengan penggunaan
dari aplikasi PeduliLindungi juga seharusnya. Data digunakan untuk
memberikan kekhawatiran tersendiri bagi menunjukkan lokasi, memunculkan
pengguna. Muncul asumsi-asumsi bahwa notifikasi warna zona. Khususnya untuk
aplikasi ini dijadikan Kominfo sebagai tenaga medis, pendataan tenaga medis
“penambang data” masyarakat yang dalam aplikasi ini digunakan untuk
akhirnya akan menjadi value yang tinggi memberikan formulir vaksinasi tahap
bagi pemerintah. Sebagian pengguna awal.
khawatir akan data pribadi (lokasi) yang

52 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


Sebagian besar pengguna teknologi, bukan “tuhan”. Bila tidak
mengekspresikan kekhawatirannya berhati-hati, yang mengerikan pada
terhadap penyalahgunaan data pribadi oleh akhirnya teknologi (big data) sebagai tools
pihak ketiga. Pendataan yang melimpah tidak dapat dikendalikan dapat
dalam aplikasi PeduliLindungi ditakutkan menghancurkan manusia. Yang layak
akan dikelola bukan hanya oleh mendapat perhatian bukan hanya big data
pemerintah, tapi juga berkolaborasi saja, tetapi bagaimana kita bertanggung
dengan swasta ataupun pihak ketiga jawab menggunakannya. Jangan sampai
lainnya. Karena akses dan pengolahan manusia hanya terpaku pada sistem dan
yang tersebar itu, masyarakat menjadi menjadi tidak dinamis (Kenneth Cukier,
takut akan rentannya kebocoran data 2017).
ataupun penyalahgunaan data oleh oknum-
oknum tidak bertanggung jawab. Data- 5. PENUTUP
data pribadi yang sudah terkumpul Keberadaan big data juga merasuk
dicurigai dapat dimanfaatkan sebagai dalam dunia kesehatan, bahkan sebelum
komoditas, seperti kasus kebocoran Pandemi Covid-19 terjadi. Dunia
230.000 data pasien Covid-19 yang dijual kesehatan dan teknologi seakan tak bisa
di forum online. Masalah ini kembali lagi dipisahkan. Salah satu fakta yang menarik
ke pertanyaan, apa yang akan terjadi adalah banyaknya aplikasi dari dunia
terhadap data-data masyarakat yang sudah kedokteran yang populer untuk
terkumpul di aplikasi PeduliLindungi berkonsultasi secara online. Sampai sejauh
setelah pandemi berakhir? Apa kelanjutan ini, praktik konsultasi online menjadi hal
dari aplikasi PeduliLindungi ini? yang biasa saja, cenderung tidak
Pertanyaan berlanjut mengenai berbahaya lantaran secara hukum tidak
siapa yang akan bertanggung jawab bila terendus malpraktik dalam dunia
pada akhirnya ada yang tercederai dengan kedokteran. Tetapi tidak dipungkiri, big
penggunaan (atau penyalahgunaan) big data seakan menjadi sangat bangga dan
data. Prosedur ini yang belum tertutur jumawa lantaran bisa mengeruk semua
secara sempurna dan memadai dalam informasi dari pengguna yang mengisi
penggunaan big data. Manusia form detil ketika mendaftarkan diri. Hal
(perusahaan besar dan pemilik akses) ini berwujud dalam registrasi, lokasi,
masih menggunakan big data secara konsultasi, hingga obat yang dibeli
serampangan untuk kebutuhan pribadi, “mengenyangkan” pemilik aplikasi yang
bahkan akhirnya menjadi pelayan lagi-lagi, bisa dikatakan sebagai sosok

53 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


dominan yang berkuasa. Bukan tanpa dikumpulkan oleh aplikasi pelacakan
keuntungan bila praktik itu terjadi, karena bocor, itu juga dapat meningkatkan risiko
data yang kita berikan bisa disebarkan pengucilan sosial, terutama untuk
kepada pengiklan. kelompok minoritas.
Dalam penelitian ini, tantangan PeduliLindungi dibuat sebagai
yang sangat menjadi perhatian adalah upaya penanganan Covid-19 di Indonesia,
tantangan mengenai keamanan data namun banyak muncul isu-isu mengenai
pribadi. Pengenalan aplikasi pelacakan kerahasiaan data pengguna aplikasi.
Covid-19 (CTA) telah sangat memicu Dibalik kelebihan aplikasi PeduliLindungi
kekhawatiran tentang privasi. Alasan dari yang informatif, masyarakat tetap skeptis
kekhawatiran ini adalah meningkatnya dalam menggunakannya, terlebih lagi
jumlah pemerintah di seluruh dunia yang setelah munculnya pemberitaan mengenai
mendukung dan bahkan, dalam keadaan kebocoran 230.000 data tes Covid-19 yang
tertentu, mewajibkan warga negara untuk dijual di forum online RaidForums.
menggunakan aplikasi pelacakan tersebut. Adapun data yang bocor terkait Covid-19
Dalam jangka pendek, muncul antara lain adalah tanggal laporan, status,
kekhawatiran mengenai pengawasan nama responden, kewarganegaraan,
massal dimana aplikasi mampu kelamin, umur, telepon, alamat tinggal,
menelusuri seluruh perjalanan dan resiko, jenis kontak, hubungan kasus,
aktivitas pengguna, serta kekhawatiran tanggal awal resiko, tanggal akhir resiko,
akan keamanan penyimpanan data pribadi tanggal mulai sakit, tanggal rawat jalan,
yang telah diberikan ke dalam aplikasi. faskes rawat jalan, tanggal rawat inap,
Dalam jangka panjang, ada kekhawatiran faskes rawat inap, keluhan demam,
tentang penyalahgunaan data yang telah keluhan sakit, tanggal pengiriman sampel,
dikumpulkan, terutama jika pemerintah status ODP/PDP/Positif dan NIK. Data
mensubkontrakkan pembuatan aplikasi tersebut sangat berisiko, terutama untuk
dan penyimpanan data ke pihak ketiga pasien karena juga mencakup alamat
tanpa Undang-Undang yang memadai. rumah dan statusnya. Selain itu, risiko
Penggunaan aplikasi pelacakan muncul secara sosial juga cukup serius, karena
dengan risiko peningkatan privasi dan terdapat bagian di masyarakat yang
risiko keamanan individu dan komunitas. bersikap menolak pasien Covid-19.
Sudah ada stigma terhadap orang yang Meskipun Kominfo sudah
pasien positif COVID-19 dalam memberikan keterangan mengenai
masyarakat. Jika data yang 26 penanggulangan kejadian ini dengan

54 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


bekerjasama dengan Badan Siber dan terorganisir dalam small data. Tantangan
Sandi Negara (BSSN) untuk mengevaluasi besar big data berkaitan dengan etika,
data center, serta menjamin keamanan moral, dan terkadang kekerasan. Terdapat
data di Kominfo, masyarakat masih bias batas data pribadi dan kelayakannya
merasa takut untuk mempercayakan menjadi data publik. Bila data pribadi
datanya kepada aplikasi PeduliLindungi menjadi milik bersama di ruang publik,
yang juga dicetuskan oleh Kominfo. lantas apa yang menyebabkan akses
Dalam penelitian ini, peneliti tersebut terbatas bagi pemilik kuasa,
memberikan saran kepada warga untuk modal dan kepentingan semata? Bukan
lebih antisipatif dalam menggunakan tanpa sebab pertanyaan ini muncul karena
aplikasi berbasis digital yang umumnya pada kenyataannya tidak semua orang
ada di dalam gawai yang dimiliki. Penting memiliki kemampuan sama dalam
diingat, bahwa data bukan hanya memperoleh informasi untuk digunakan.
komoditas aset ekonomi, melainkan juga
menyangkut hal pribadi seperti hak sipil, DAFTAR PUSTAKA
otonomi, dan martabat lantaran timbul dari Kriyantono, R. 2012. Teknik Praktik Riset
individu ketika menggunakan situs Komunikasi. Jakarta: Kencana.
jejaring atau kegiatan apapun yang lekat Pujileksono, S. 2016. Metode Penelitian
dengan mesin dan komputasi. Apabila Komunikasi Kualitatif. Malang:
memberikan data adalah hak (bahkan Penerbit Kelompok Intrans.
kadang kewajiban) dari setiap individu, Publishing Rahardjo, M. 2017.
maka menjadi hak dari si pemilik data Studi kasus dalam penelitian
juga untuk mengetahui keseluruhan data kualitatif: konsep dan
yang dimiliki dalam big data. Tetapi prosedurnya. Research Repositor
sayangnya hal ini tidak berlaku adil, Universitas Islam Negeri Maulana
dimana data hanya terbuka bagi pemegang Malik Ibrahim.
kekuasaan semata. Richterich, A. 2018. The Big Data
Evaluasi juga rasanya dibutuhkan Agenda: Data Ethics and Critical
oleh Tim pemerintah dalam hal ini Data Studies.
spesifik Kominfo demi menghasilkan https://doi.org/10.16997/book14
aplikasi yang dikenal umum dengan PeduliLindungi. 2020. Diakses 7 Oktober
sosialisasi maksimal, juga kegunaan yang 2020 dari
lebih bermanfaat. Big data berkait erat https://www.pedulilindungi.id/
dengan privasi, yang sebelumnya begitu

55 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


Vol 16, nomor 1, Juni 2021 ISSN 2443-0714 E-ISSN 2621-475X

LAMPIRAN
Tampilan Aplikasi PeduliLindungi
(https://www.tek.id/review/aplikasi-pedulilindungi-makin-optimal-kalau-ramai-ramai-
b1ZLy9hBo)

tampilan signup

tampilan izin akses

56 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja


tampilan beranda (warna zona)

57 | Jurnal Public Corner Fisip Universitas Wiraraja

Anda mungkin juga menyukai