‘pramuka’ dan ‘kepramukaan’ di dalamnya. Menurut kamus ini, kedua kata tersebut
mempunyai arti sebagai berikut:
pramuka /pra·mu·ka/ n akr Praja Muda Karana; organisasi untuk pemuda yg
mendidik para anggotanya dl berbagai keterampilan, disiplin, kepercayaan pd
diri sendiri, saling menolong, dsb anggota organisasi pramuka: -- membentuk
anak (pemuda) yg masih berkembang menjadi warga negara yg berbudi
luhur; pandu;
kepramukaan /ke·pra·mu·ka·an/ n perihal (kegiatan dsb) yg berhubungan dng
pramuka
Pengertian Menurut Undang-undang Gerakan Pramuka
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka menjadi dasar pokok
penyelenggaraan pendidikan kepramukaan di Indonesia. Di dalam Undang-undang
tersebut dinyatakan tentang pengertian ‘pramuka’, ‘Gerakan Pramuka’, ‘kepramukaan’,
dan ‘pendidikan kepramukaan’.
Sejarah Kepramukaan di Dunia tidak bisa terlepas dari Baden Powell. Tentara Inggris
yang lahir di London, Inggris pada tanggal 22 Februari 1857 ini lah yang menggagas
kegiatan yang dalam sejarah kemudian terkenal dengan kepramukaan atau scouting.
Sejarah mencatat bahwa buku Aids to Scouting (1899) yang berisikan pengalaman Baden
Powell semasa di ketentaraan menarik minat, dan banyak dibaca, tidak hanya oleh
kalangan militer saja melainkan oleh para guru dan organisasi pemuda.
Tahun 1912 atas bantuan adik perempuan beliau, Agnes berinisiatif mendirikan
organisasi kepramukaan untuk wanita dengan nama Girl Guides. Organisasi ini
kemudian diteruskan oleh istri Baden Powell.
Tahun 1916 berdiri kelompok pramuka usia siaga dengan nama Cub (anak serigala)
dengan buku The Jungle Book karangan Rudyard Kipling sebagai pedoman kegiatannya.
Buku ini bercerita tentang Mowgli si anak rimba yang dipelihara di hutan oleh induk
serigala.
Tahun 1918 Baden Powell membentuk "Rover Scout" bagi mereka yang telah berusia 17
tahun. Tahun 1922 beliau menerbitkan buku Rovering To Success (Mengembara Menuju
Bahagia). Buku ini menggambarkan seorang pemuda yang harus mengayuh sampannya
menuju ke pantai bahagia.
Tahun 1920 diselenggarakan Jambore Dunia yang pertama di Olympia Hall, London.
Beliau mengundang pramuka dari 27 Negara dan pada saat itu Baden Powell diangkat
sebagai Bapak Pandu Sedunia (Chief Scout of The World)
ahun 1914 beliau menulis petunjuk untuk kursus Pembina Pramuka dan baru dapat
terlaksana tahun 1919. Dari sahabatnya yang bernama W.F. de Bois Maclarren, beliau
mendapat sebidang tanah di Chingford yang kemudian digunakan sebagai tempat
pendidikan Pembina Pramuka dengan nama Gilwell Park.
tahun 1920 dibentuk WOSM atau World Organization of the Scout Movement (Organisasi
Gerakan Pramuka Sedunia). Sekretariat (kantor pusat WOSM) disebut World Scout
Bureau (Biro Pramuka Dunia). Biro Pramuka Dunia pertama kali berlokasi di London,
Inggris. Pada tahun 1958 dipindah ke Ottawa Kanada dan tahun 1968 dipindahkan lagi
ke Geneva, Swiss.
World Scout Bureau dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal Biro Pramuka Dunia.
Saat ini Sekretaris jenderal WOSM dijabat oleh Scott Teare.
Indonesia bergabung menjadi anggota WOSM sejak tahun 1953. Selain WOSM, di dunia
juga terdapat beberapa organisasi kepramukaan lainnya seperti WAGGGS (World
Association of Girl Guides and Girl Scouts atau Asosiasi Kepanduan Putri Sedunia).
Sejarah terus berlanjut. Melihat maraknya organisasi kepramukaan milik pribumi yang
bermunculan, Belanda akhirnya membuat peraturan untuk melarang organisasi
kepramukaan di luar milik Belanda menggunakan istilah Padvinder. Karena itu kemudian
KH. Agus Salim menggunakan istilah "Pandu" dan "Kepanduan".
Sejak tahun 1930 timbul kesadaran dari tokoh-tokoh Indonesia untuk mempersatukan
organisasi kepramukaan. Maka terbentuklah KBI (Kepanduan Republik Indonesia). KBI
merupakan gabungan dari organisasi kepanduan seperti IPO, PK (Pandu Kesultanan),
PPS (Pandu Pemuda Sumatra).
Dan pada tahun 1931 terbentuk PAPI (Persatuan Antar Pandu-Pandu Indonesia),
kemudian diubah menjadi BPPKI (Badan Pusat Persatuan Kepanduan Indonesia) pada
tahun 1938.
Pada waktu pendudukan Jepang, kepanduan di Indonesia dilarang sehingga tokoh
Pandu banyak yang masuk Keibondan, Seinendan dan PETA.
Pada 1953 IPINDO berhasil menjadi anggota kepramukaan sedunia. Pada tanggal 10-20
Agustus 1955 IPINDO juga berhasil menyelenggarakan Jambore Nasional I di Pasar
Minggu Jakarta. Sedangkan POPPINDO dan PKPI pernah bersama-sama menyambut
singgahnya Lady Baden Powell (istri Baden Powell) ke Indonesia, dalam perjalanan ke
Australia. Pada tahun 1959, PKPI mengadakan perkemahan besar untuk pramuka putri
yang disebut “Desa Semanggi” di Ciputat. Pada tahun ini juga IPINDO mengirimkan
kontingen ke Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina.
Menyadari kelemahan yang ada, ketiga federasi tersebut akhirnya meleburkan diri
menjadi PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia). Namun ternyata Perkindo sendiri
kurang solid sehingga coba dimanfaatkan oleh pihak komunis agar menjadi gerakan
Pionir Muda seperti di negara komunis lainnya.
Mulai tahun 1960-an, berbagai pihak termasuk pemerintah dan MPRS melakukan
berbagai upaya untuk melakukan penertiban organisasi kepanduan termasuk upaya
untuk mendirikan Gerakan Pramuka.
Pada hari Kamis malam tanggal 9 Maret 1961 Presiden mengumpulkan tokoh-tokoh dan
pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Presiden
mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas
pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu
yang disebut Pramuka.
Presiden juga menunjuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka yang terdiri atas Sri
Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis
Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa,
Achmadi. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA
Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai
Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang
Gerakan Pramuka. Kepres ini menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya
organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi
anak-anak dan pemuda Indonesia. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI
PERMULAAN TAHUN KERJA.
Kepres Nomor 238 Tahun 1961 ini ditandatangi oleh Perdana Menteri Ir. Juanda sebagai
Pejabat Presiden Karena Presiden RI, Ir. Soekarno saat itu sedang berkunjung ke
Jepang.
Pada tanggal 30 Juli 1961, bertempat di Istora Senayan (Sekarang Stadiun Gelora Bung
Karno), tokoh-tokoh organisasi kepanduan di Indonesia yang menyatakan dengan ikhlas
meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka. Peristiwa ini kemudian disebut
sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
Pada tanggal 14 Agustus 1961, dilakukan Pelantikan Mapinas (Majlis Pimpinan
Nasional), Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, dilanjutkan penganugerahan Panji-
panji Kepramukaan dan defile Pramuka untuk memperkenalkan Pramuka kepada
masyarakat yang diikuti oleh sekitar 10.000 Pramuka. Peristiwa ini kemudian disebut
sebagai HARI PRAMUKA yang diperingati hingga sekarang.
Mapinas saat itu diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno (Presiden RI) dengan Wakil Ketua I, Sri
Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh. Sementara
Kwarnas, diketuai oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh
sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
Anggota Gerakan Pramuka, sebagaimana disebutkan dalam Anggaran Rumah Tangga
Gerakan Pramuka, adalah perseorangan warga negara Indonesia yang secara sukarela
dan aktif mendaftarkan diri sebagai anggota Gerakan Pramuka, telah memenuhi
persyaratan tertentu serta telah dilantik sebagai anggota. Anggota Gerakan Pramuka
disebut Pramuka.
Anggota Biasa
Anggota Muda
Anggota Muda Gerakan Pramuka disebut juga sebagai peserta
didik. Anggota Muda dikelompokkan berdasarkan usia, yang
terdiri atas:
Pramuka Siaga, yaitu anggota Gerakan Pramuka yang
berusia antara 7-10 tahun.
Pramuka Penggalang, yaitu anggota Gerakan
Pramuka yang berusia antara 11-15 tahun.
Pramuka Penegak, yaitu anggota Gerakan Pramuka
yang berusia antara 16-20 tahun.
Pramuka Pandega, yaitu anggota Gerakan Pramuka
yang berusia antara 21-25 tahun.
Anggota Dewasa
Anggota Dewasa Gerakan Pramuka adalah anggota Gerakan Pramuka
yang berusia di atas 25 tahun, atau belum berusia 25 tahun tetapi telah
menikah. Anggota dewasa bagi dalam dua kelompok, yaitu:
Fungsionaris organisasi; yaitu anggota dewasa yang terlibat
langsung dalam struktur organisasi Gerakan Pramuka baik di
tingkat gugusdepan maupun kwartir. Fungsionaris terdiri
atas:
Pembina Pramuka dan Pembantu Pembina
Pramuka
Pelatih Pembina Pramuka
Pelatih Profesional
Pamong Saka
Instruktur Saka
Pimpinan Saka
Pimpinan Satuan Komunitas (Sako)
Andalan dan Pembantu Andalan
Anggota Majelis Pembimbing
Non Fungsionaris; yaitu anggota dewasa yang tidak
terlibat langsung dalam struktur organisasi Gerakan
Pramuka. Anggota ini dapat bergabung dalam gugus
darma pramuka.
Anggota Kehormatan;
Anggota kehormatan adalah perorangan yang berjasa luar biasa terhadap
Gerakan Pramuka.
Ketentuan Lain Terkait Anggota Gerakan Pramuka
Anggota muda Gerakan Pramuka yang telah menikah dikelompokkan
sebagai anggota dewasa.
Anggota muda yang berkebutuhan khusus disebut pramuka berkebutuhan
khusus
Anggota muda Gerakan Pramuka yang memiliki kualifikasi dapat diangkat
sebagai fungsionaris organisasi.
Pelantikan anggota muda dilakukan oleh pembina pramuka di gugusdepan
masing-masing.
Anggota kehormatan diangkat dan dilantik oleh kwartir cabang, kwartir daerah,
atau kwartir nasional.
Kode Kehormatan Pramuka merupakan serangkaian ketentuan dasar (janji, nilai, dan
norma) yang harus dilaksanakan oleh seorang pramuka dalam kehidupan sehari-hari
dan menjadi ukuran atau standar tingkah laku pramuka. Sehingga bisa dikatakan bahwa
kode kehormatan merupakan kode etik anggota Gerakan Pramuka baik dalam
kehidupan pribadi maupun di dalam masyarakat. Kode kehormatan pramuka ini telah
diatur dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka pasal 6.
Pun tercantum dalam Anggaran Dasar (AD) Gerakan Pramuka pasal 12 dan Anggaran
Rumah Tangga (ART) Gerakan Pramuka pasal 14.
Kode kehormatan pramuka terdiri atas terdiri atas janji yang disebut ‘Satya Pramuka’
dan ketentuan moral yang disebut ‘Darma Pramuka’. Satya Pramuka sebagaimana
tersebut dalam ART Gerakan Pramuka dinyatakan sebagai:
1. diucapkan secara sukarela oleh seorang calon anggota atau calon
pengurus Gerakan Pramuka pada saat pelantikan menjadi anggota atau
pengurus;
2. dipergunakan sebagai pengikat diri pribadi demi kehormatannya
untuk diamalkan; dan
dipakai sebagai dasar pengembangan spiritual, emosional,
sosial, intelektual, dan fisik, baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan Darma Pramuka, sebagaimana tercantum dalam ART Gerakan Pramuka,
merupakan:
nilai dasar untuk membina dan mengembangkan akhlak mulia;
sistem nilai yang harus dihayati, dimiliki, dan diamalkan dalam
kehidupan anggota Gerakan Pramuka di masyarakat;
landasan gerak bagi Gerakan Pramuka untuk mencapai tujuan
pendidikan kepramukaan yang diwujudkan dalam kegiatan
untuk mendorong peserta didik manunggal dengan masyarakat,
bersikap demokratis, saling menghormati, serta memiliki rasa
kebersamaan dan gotong royong; dan
kode etik bagi organisasi dan anggota Gerakan Pramuka.
ebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka pasal 48 dan
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka Bab VII Pasal 120, lambang Gerakan
Pramuka adalah tunas kelapa. Penjabaran tentang Lambang ini ditetapkan dalam SK
Kwarnas Nomor 06/KN/72 tentang Lambang Gerakan Pramuka.
Pencipta lambang ini adalah Kak Sunardjo Atmodipuro, seorang Andalan Nasional dan
Pembina Pramuka yang juga pegawai di Departemen Pertanian. Kak Soenardjo
Atmodipoero sendiri lahir pada tanggal 29 Pebruari 1909 di Blora dan meninggal pada
tanggal 31 Mei 1979.
Pertama kali lambang ciptaan Kak Sunardjo Atmodipuro ini dipergunakan sebagai
lambang Gerakan Pramuka pada tanggal 14 Agustus 1961 saat Presiden Republik
Indonesia menganugerahkan Panji Kepramukaan kepada Gerakan Pramuka.
Makna Lambang Gerakan Pramuka
Tunas Kelapa dipilih sebagai lambang Gerakan Pramuka dengan mempertimbangkan
makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Arti filosofi tersebut yaitu:
Buah nyiur dalam keadaan tumbuh dinamakan cikal. Istilah cikal bakal di
Indonesia berarti penduduk asli pertama, yang menurunkan generasi baru.
Jadi lambang buah nyiur yang tumbuh itu mengkiaskan bahwa setiap
Pramuka merupakan inti bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
‡Buah nyiur dapat bertahan lama dalam keadaan yang bagaimanapun juga.
Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa setiap Pramuka adalah seorang yang
rohaniah dan jasmaniah sehat, kuat dan ulet, serta besar tekadnya dalam
menghadapi segala tantangan dalam hidup dan dalam menempuh segala
ujian dan kesukaran untuk mengabdi tanah air dan bangsa Indonesia.
Nyiur dapat tumbuh dimana saja, yang membuktikan besarnya daya upaya dalam
menyesuaikan diri dengan keadaan sekelilingnya. Jadi lambang tersebut
mengkiaskan bahwa setiap Pramuka dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat
dimana ia berada dan dalam keadaan yang bagaimana pun juga.
Nyiur tumbuh menjulang lurus ke atas dan merupakan salah satu pohon yang
tertinggi di Indonesia. Jadi lambang tersebut mengkiaskan bahwa setiap
Pramuka mempunyai cita-cita yang tinggi dan lurus yakni mulia, jujur dan tetap
tegak tidak mudah diombang–ambingkan sesuatu.
‡Akar nyiur tumbuh kuat dan erat di dalam tanah. Jadi lambang tersebut
mengkiaskan tekad dan keyakinan setiap Pramuka yang berpegang pada dasar-
dasar dan landasan landasan yang baik, benar, kuat dan nyata, ialah tekad dan
keyakinan yang dipakai olehnya untuk memperkuat diri guna mencapai cita-
citanya.
Nyiur adalah pohon yang serba guna dari ujung atas hingga akarnya. Jadi
lambang itu mengkiaskan bahwa setiap Pramuka adalah manusia yang berguna
dan membaktikan diri dan kegunaannya kepada kepentingan tanah air, bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta kepada umat manusia.