Anda di halaman 1dari 11

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Daring Edisi III) telah memasukkan kata

‘pramuka’ dan ‘kepramukaan’ di dalamnya. Menurut kamus ini, kedua kata tersebut
mempunyai arti sebagai berikut:
 pramuka /pra·mu·ka/ n akr Praja Muda Karana; organisasi untuk pemuda yg
mendidik para anggotanya dl berbagai keterampilan, disiplin, kepercayaan pd
diri sendiri, saling menolong, dsb anggota organisasi pramuka: -- membentuk
anak (pemuda) yg masih berkembang menjadi warga negara yg berbudi
luhur; pandu;
 kepramukaan /ke·pra·mu·ka·an/ n perihal (kegiatan dsb) yg berhubungan dng
pramuka
Pengertian Menurut Undang-undang Gerakan Pramuka
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka menjadi dasar pokok
penyelenggaraan pendidikan kepramukaan di Indonesia. Di dalam Undang-undang
tersebut dinyatakan tentang pengertian ‘pramuka’, ‘Gerakan Pramuka’, ‘kepramukaan’,
dan ‘pendidikan kepramukaan’.

Berikut pengertian masing-masing menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun


2010 tentang Gerakan Pramuka:
 Gerakan  Pramuka  adalah  organisasi  yang  dibentuk  oleh  pramuka  untuk 
menyelenggarakan  pendidikan kepramukaan.
 Pramuka  adalah  warga  negara  Indonesia  yang  aktif dalam  pendidikan 
kepramukaan  serta  mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka.
 Kepramukaan  adalah  segala  aspek  yang  berkaitan dengan pramuka.
 Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, 
kecakapan  hidup,    dan  akhlak  mulia pramuka melalui  penghayatan  dan 
pengamalan nilai-nilai kepramukaan.

Sejarah Kepramukaan di Dunia tidak bisa terlepas dari Baden Powell. Tentara Inggris
yang lahir di London, Inggris pada tanggal 22 Februari 1857 ini lah yang menggagas
kegiatan yang dalam sejarah kemudian terkenal dengan kepramukaan atau scouting.
Sejarah mencatat bahwa buku Aids to Scouting (1899) yang berisikan pengalaman Baden
Powell semasa di ketentaraan menarik minat, dan banyak dibaca, tidak hanya oleh
kalangan militer saja melainkan oleh para guru dan organisasi pemuda.

Minat masyarakat terhadap buku Aids to Scouting yang tinggi


membuat William Alexander Smith (Pimpinan Boys Brigade Inggris) meminta Baden
Powell untuk melatih 22 pemuda. Oleh Baden Powell, ke-22 pemuda ini diajak berkemah
di pulau Brownsea selama 8 hari pada tanggal 25 Juli - 2 Agustus 1907. Tercatat dalam
sejarah, perkemahan tersebut menginspirasi Baden Powell untuk menulis buku 'Scouting
for Boys' (1908). Selain diilhami buku-bukunya terdahulu, buku ini juga mendapatkan
masukan dan dukungan dari Frederick Russell Burnham (Chief of Scouts in British
Africa),  Ernest Thompson Seton dari Woodcraft Indians (Amerika), dan William Alexander
Smith dari Boys Brigade.

Sejarah Kepramukaan Sedunia


Sejarah mencatat bahwa buku “Scouting for Boys” tersebar luas di Inggris dan negara-
negara lain. Buku ini menginspirasi berdirinya organisasi kepramukaan di Inggris dan
sekitarnya. Sehingga bermunculanlah kegiatan-kegiatan untuk pemuda dengan
menerapkan ide-ide Baden Powell. Semula kepramukaan hanya ditujukan bagi anak laki-
laki berusia 11 sampai 18 tahun dengan nama Boys Scout.

Tahun 1912 atas bantuan adik perempuan beliau, Agnes berinisiatif mendirikan
organisasi kepramukaan untuk wanita dengan nama Girl Guides. Organisasi ini
kemudian diteruskan oleh istri Baden Powell.

Tahun 1916 berdiri kelompok pramuka usia siaga dengan nama Cub (anak serigala)
dengan buku The Jungle Book karangan Rudyard Kipling sebagai pedoman kegiatannya.
Buku ini bercerita tentang Mowgli si anak rimba yang dipelihara di hutan oleh induk
serigala.
Tahun 1918 Baden Powell membentuk "Rover Scout" bagi mereka yang telah berusia 17
tahun. Tahun 1922 beliau menerbitkan buku Rovering To Success (Mengembara Menuju
Bahagia). Buku ini menggambarkan seorang pemuda yang harus mengayuh sampannya
menuju ke pantai bahagia.

Tahun 1920 diselenggarakan Jambore Dunia yang pertama di Olympia Hall, London.
Beliau mengundang pramuka dari 27 Negara dan pada saat itu Baden Powell diangkat
sebagai Bapak Pandu Sedunia (Chief Scout of The World)
ahun 1914 beliau menulis petunjuk untuk kursus Pembina Pramuka dan baru dapat
terlaksana tahun 1919. Dari sahabatnya yang bernama W.F. de Bois Maclarren, beliau
mendapat sebidang tanah di Chingford yang kemudian digunakan sebagai tempat
pendidikan Pembina Pramuka dengan nama Gilwell Park.
tahun 1920 dibentuk WOSM atau World Organization of the Scout Movement (Organisasi
Gerakan Pramuka Sedunia). Sekretariat (kantor pusat WOSM) disebut World Scout
Bureau (Biro Pramuka Dunia). Biro Pramuka Dunia pertama kali berlokasi di London,
Inggris. Pada tahun 1958 dipindah ke Ottawa Kanada dan tahun 1968 dipindahkan lagi
ke Geneva, Swiss.

World Scout Bureau dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal Biro Pramuka Dunia.
Saat ini Sekretaris jenderal WOSM dijabat oleh Scott Teare. 

Biro Kepramukaan sedunia mempunyai 5 kantor kawasan yaitu Kawasan Afrika,


berkantor di Nairobi, Kenya; Kawasan Arab, berkantor di Kairo, Mesir; Kawasan Asia
Pasifik, berkantor di Manila, Filipina; Kawan Eurasia, berkantor Kiev, Ukraina; Kawasan
Eropa, berkantor di Jenewa Swiss; dan Kawasan Inter-Amerika, berkantor di Panama
City, Panama.

Indonesia bergabung menjadi anggota WOSM sejak tahun 1953. Selain WOSM, di dunia
juga terdapat beberapa organisasi kepramukaan lainnya seperti WAGGGS (World
Association of Girl Guides and Girl Scouts atau Asosiasi Kepanduan Putri Sedunia).

Sejarah kepramukaan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dengan sejarah perjuangan


kemerdekaan bangsa Indonesia. Gagasan Baden Powell yang membentuk kepramukaan
dengan cepat menyebar ke berbagai negara, termasuk Belanda. Di negara Belanda
kepramukaan disebut sebagai Padvinder. Di negara jajahannya, termasuk Indonesia,
Belanda mendirikan organisasi Kepramukaan. Di Indonesia dikenal dengan istilah NIPV
(Netherland Indische Padvinder Vereniging; Persatuan Pandu-Pandu Belanda). Organisasi
ini dikhususkan bagi anak-anak Belanda. 

Oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional Indonesia dibentuk organisasi kepanduan yang


bertujuan membentuk manusia Indonesia yang baik dan menjadi kader pergerakan
nasional. Karenanya kemudian muncul organisasi-organisasi kepramukaan pribumi yang
kala itu jumlahnya mencapai lebih dari seratus organisasi. Organisasi itu semisal; JPO
(Javananse Padvinders Organizatie); JPP  (Jong Java Padvinderij), SIAP (Sarekat Islam
Afdeling Padvinderij); HW (Hisbul Wathon) dll. 

Sejarah terus berlanjut. Melihat maraknya organisasi kepramukaan milik pribumi yang
bermunculan, Belanda akhirnya membuat peraturan untuk melarang organisasi
kepramukaan di luar milik Belanda menggunakan istilah Padvinder. Karena itu kemudian
KH. Agus Salim menggunakan istilah "Pandu" dan "Kepanduan". 

Sejak tahun 1930 timbul kesadaran dari tokoh-tokoh Indonesia untuk mempersatukan
organisasi kepramukaan. Maka terbentuklah KBI (Kepanduan Republik Indonesia). KBI
merupakan gabungan dari organisasi kepanduan seperti IPO, PK (Pandu Kesultanan),
PPS (Pandu Pemuda Sumatra). 
Dan pada tahun 1931 terbentuk PAPI (Persatuan Antar Pandu-Pandu Indonesia),
kemudian diubah menjadi BPPKI (Badan Pusat Persatuan Kepanduan Indonesia) pada
tahun 1938. 
Pada waktu pendudukan Jepang, kepanduan di Indonesia dilarang sehingga tokoh
Pandu banyak yang masuk Keibondan, Seinendan dan PETA. 

Setelah masa kemerdekaan dibentuklah organisasi kepanduan yang bersifat nasional


yaitu Pandu Rakyat Indonesia yang dideklarasikan di Solo pada tanggal 28 Desember
1945. Pandu Rakyat Indonesia menjadi satu-satunya organisasi kepramukaan di
Indonesia saat itu. 
Namun pada masa leberalisme, kembali bermunculan berbagai organisasi kepanduan
seperti; HW, SIAP, Pandu Indonesia, Pandu Kristen, Pandu Ansor, KBI dll yang jumlahnya
mencapai seratusan lebih. Sebagian organisasi tersebut terhimpun dalam tiga federasi
yaitu; IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia, berdiri tanggal 13 September 1951), POPPINDO
(Persatuan Organisasi Pandu Putri Indonesia, berdiri tahun 1954) dan PKPI (Persatuan
Kepanduan Putri Indonesia). 

Pada 1953 IPINDO berhasil menjadi anggota kepramukaan sedunia. Pada tanggal 10-20
Agustus 1955 IPINDO juga berhasil menyelenggarakan Jambore Nasional I di Pasar
Minggu Jakarta. Sedangkan POPPINDO dan PKPI pernah bersama-sama  menyambut
singgahnya Lady Baden Powell (istri Baden Powell) ke Indonesia, dalam perjalanan ke
Australia. Pada tahun 1959, PKPI mengadakan perkemahan besar untuk pramuka putri
yang disebut “Desa Semanggi” di Ciputat. Pada tahun ini juga IPINDO mengirimkan
kontingen ke Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina.  

Menyadari kelemahan yang ada, ketiga federasi tersebut akhirnya meleburkan diri
menjadi PERKINDO (Persatuan Kepanduan  Indonesia). Namun ternyata Perkindo sendiri
kurang solid sehingga  coba  dimanfaatkan oleh pihak komunis agar menjadi gerakan
Pionir Muda seperti di negara komunis lainnya. 
Mulai tahun 1960-an, berbagai pihak termasuk pemerintah dan MPRS melakukan
berbagai upaya untuk melakukan penertiban organisasi kepanduan termasuk upaya
untuk mendirikan Gerakan Pramuka. 
Pada hari Kamis malam tanggal 9 Maret 1961 Presiden mengumpulkan tokoh-tokoh dan
pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Presiden
mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas
pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu
yang disebut Pramuka. 

Presiden juga menunjuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka yang terdiri atas Sri
Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis
Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa,
Achmadi. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA 
Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai
Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang
Gerakan Pramuka. Kepres ini menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya
organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi
anak-anak dan pemuda Indonesia. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI
PERMULAAN TAHUN KERJA. 

Kepres Nomor 238 Tahun 1961 ini ditandatangi oleh Perdana Menteri Ir. Juanda sebagai
Pejabat Presiden Karena Presiden RI, Ir. Soekarno saat itu sedang berkunjung ke
Jepang. 

Pada tanggal 30 Juli 1961,  bertempat di Istora Senayan (Sekarang Stadiun Gelora Bung
Karno), tokoh-tokoh organisasi kepanduan di Indonesia yang menyatakan dengan ikhlas
meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka. Peristiwa ini kemudian disebut
sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA. 
Pada tanggal 14 Agustus 1961, dilakukan Pelantikan Mapinas (Majlis Pimpinan
Nasional), Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, dilanjutkan penganugerahan Panji-
panji Kepramukaan dan defile Pramuka untuk memperkenalkan Pramuka kepada
masyarakat yang diikuti  oleh sekitar 10.000 Pramuka. Peristiwa ini kemudian disebut
sebagai HARI PRAMUKA yang diperingati hingga sekarang. 

Mapinas saat itu diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno (Presiden RI)  dengan Wakil Ketua I, Sri
Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh. Sementara
Kwarnas, diketuai oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan  Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh
sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari. 
Anggota Gerakan Pramuka, sebagaimana disebutkan dalam Anggaran Rumah Tangga
Gerakan Pramuka, adalah perseorangan warga  negara  Indonesia  yang secara sukarela
dan aktif mendaftarkan diri sebagai anggota Gerakan Pramuka, telah memenuhi
persyaratan tertentu serta telah dilantik sebagai anggota. Anggota Gerakan Pramuka
disebut Pramuka.

Pengertian anggota Gerakan Pramuka di atas adalah pengertian sebagaimana


tercantum dalam Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka terbaru. Yaitu dalam
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka hasil Munas Luar Biasa Tahun 2012. Dalam
Bab V Tentang Organisasi Bagian Kesatu (Keanggotaan) Pasal 35.

Anggota Gerakan Pramuka


Anggota Gerakan Pramuka atau disebut sebagai Pramuka terdiri atas anggota biasa dan
anggota kehormatan. Anggota biasa merupakan anggota Gerakan Pramuka yang terdiri
atas anggota muda (berusia 7-25 tahun) dan anggota dewasa (berusia di atas 25 tahun).
Sedangkan anggota kehormatan merupakan perseorangan yang telah berjasa luar biasa
terhadap Gerakan Pramuka.

Secara lebih detail, anggota Gerakan Pramuka terdiri atas:

 Anggota Biasa
 Anggota Muda
Anggota Muda Gerakan Pramuka disebut juga sebagai peserta
didik. Anggota Muda dikelompokkan berdasarkan usia, yang
terdiri atas:
 Pramuka Siaga, yaitu anggota Gerakan Pramuka yang
berusia antara 7-10 tahun.
 Pramuka Penggalang, yaitu anggota Gerakan
Pramuka yang berusia antara 11-15 tahun.
 Pramuka Penegak, yaitu anggota Gerakan Pramuka
yang berusia antara 16-20 tahun.
 Pramuka Pandega, yaitu anggota Gerakan Pramuka
yang berusia antara 21-25 tahun.
 Anggota Dewasa
Anggota Dewasa Gerakan Pramuka adalah anggota Gerakan Pramuka
yang berusia di atas 25 tahun, atau belum berusia 25 tahun tetapi telah
menikah. Anggota dewasa bagi dalam dua kelompok, yaitu:
 Fungsionaris organisasi; yaitu anggota dewasa yang terlibat
langsung dalam struktur organisasi Gerakan Pramuka baik di
tingkat gugusdepan maupun kwartir. Fungsionaris terdiri
atas:
 Pembina Pramuka dan Pembantu Pembina
Pramuka
 Pelatih Pembina Pramuka
 Pelatih Profesional
 Pamong Saka
 Instruktur Saka
 Pimpinan Saka
 Pimpinan Satuan Komunitas (Sako)
 Andalan dan Pembantu Andalan
 Anggota Majelis Pembimbing
 Non Fungsionaris; yaitu anggota dewasa yang tidak
terlibat langsung dalam struktur organisasi Gerakan
Pramuka. Anggota ini dapat bergabung dalam gugus
darma pramuka.
 Anggota Kehormatan;
Anggota kehormatan adalah perorangan yang berjasa luar biasa terhadap
Gerakan Pramuka.
Ketentuan Lain Terkait Anggota Gerakan Pramuka
 Anggota muda Gerakan Pramuka yang telah menikah dikelompokkan
sebagai anggota dewasa.
 Anggota muda yang berkebutuhan khusus disebut pramuka berkebutuhan
khusus
 Anggota muda Gerakan Pramuka yang memiliki kualifikasi dapat diangkat
sebagai fungsionaris organisasi.
 Pelantikan anggota muda dilakukan oleh pembina pramuka di gugusdepan
masing-masing.
 Anggota kehormatan diangkat dan dilantik oleh kwartir cabang, kwartir daerah,
atau kwartir nasional.
Kode Kehormatan Pramuka merupakan serangkaian ketentuan dasar (janji, nilai, dan
norma) yang harus dilaksanakan oleh seorang pramuka dalam kehidupan sehari-hari
dan menjadi ukuran atau standar tingkah laku pramuka. Sehingga bisa dikatakan bahwa
kode kehormatan merupakan kode etik anggota Gerakan Pramuka baik dalam
kehidupan pribadi maupun di dalam masyarakat. Kode kehormatan pramuka ini telah
diatur dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka pasal 6.
Pun tercantum dalam Anggaran Dasar (AD) Gerakan Pramuka pasal 12 dan Anggaran
Rumah Tangga (ART) Gerakan Pramuka pasal 14.
Kode kehormatan pramuka terdiri atas terdiri atas janji yang disebut ‘Satya Pramuka’
dan ketentuan moral yang disebut ‘Darma Pramuka’. Satya Pramuka sebagaimana
tersebut dalam ART Gerakan Pramuka dinyatakan sebagai:
1. diucapkan secara sukarela oleh seorang calon anggota atau calon
pengurus Gerakan Pramuka pada saat pelantikan menjadi anggota atau
pengurus;
2. dipergunakan sebagai pengikat diri pribadi demi kehormatannya
untuk diamalkan; dan
 dipakai sebagai dasar pengembangan spiritual, emosional,
sosial, intelektual, dan fisik, baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan Darma Pramuka, sebagaimana tercantum dalam ART Gerakan Pramuka,
merupakan:
 nilai dasar untuk membina dan mengembangkan akhlak mulia;
 sistem nilai yang harus dihayati, dimiliki, dan diamalkan dalam
kehidupan anggota Gerakan Pramuka di masyarakat;
 landasan gerak bagi Gerakan Pramuka untuk mencapai tujuan
pendidikan  kepramukaan yang diwujudkan dalam kegiatan
untuk mendorong peserta didik manunggal dengan masyarakat,
bersikap demokratis, saling menghormati, serta memiliki rasa
kebersamaan dan gotong royong; dan
 kode etik bagi organisasi dan anggota Gerakan Pramuka.

Macam dan Bunyi Kode Kehormatan Pramuka


Dalam Gerakan Pramuka, kode kehormatan ditetapkan dan diterapkan sesuai dengan
golongan usia dan perkembangan rohani dan jasmani anggota Gerakan Pramuka yang
meliputi:
 Kode kehormatan bagi pramuka siaga yang meliputi Dwisatya (janji dan
komitmen diri) dan Dwidarma (ketentuan moral). Bunyi kode kehormatannya
adalah:
Dwisatya
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
 menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan menurut aturan keluarga.
 setiap hari berbuat kebaikan.
Dwidarma
 Siaga berbakti pada ayah dan ibundanya.
 Siaga berani dan tidak putus asa.
 Kode kehormatan bagi pramuka penggalang yang meliputi Trisatya (janji dan
komitmen diri) dan Dasadarma (ketentuan moral).
Trisatya
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
 menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila,
 menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri membangun masyarakat,
 menepati Dasadarma.
Dasadarma

 Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

 Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.

 Patriot yang sopan dan kesatria.


 Patuh dan suka bermusyawarah.

 Rela menolong dan tabah.

 Rajin, terampil, dan gembira.

 Hemat, cermat, dan bersahaja.

 Disiplin, berani, dan setia.

 Bertanggung jawab dan dapat dipercaya.

 Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.


 Kode kehormatan bagi pramuka penegak, pramuka pandega, dan anggota
dewasa yang meliputi Trisatya (janji dan komitmen diri) dan Dasadarma
(ketentuan moral).
Trisatya
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
 menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila,
 menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat,
 menepati Dasadarma.
Dasadarma
 Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
 Patriot yang sopan dan kesatria.
 Patuh dan suka bermusyawarah.
 Rela menolong dan tabah.
 Rajin, terampil, dan gembira.
 Hemat, cermat, dan bersahaja.
 Disiplin, berani, dan setia.
 Bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
 Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan
 Sejarah dan makna kiasan lambang Gerakan Pramuka adalah materi pramuka
untuk melengkapi pengetahuan umum kepramukaan. Sejarah dan makna
lambang Gerakan Pramuka ini perlu dimengerti, dipahami, dan dihayati oleh
setiap anggota pramuka menyadari nilai-nilai kiasan yang terkandung
didalamnya.

 Lambang Gerakan Pramuka adalah tanda pengenal organisasi Gerakan Pramuka
yang bersifat tetap. Lambang ini mengkiaskan sifat, keadaan, nilai dan norma
yang dimiliki oleh setiap anggota Gerakan Pramuka sesuai dengan dicita-
citakan. 


ebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka pasal 48 dan
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka Bab VII Pasal 120, lambang Gerakan
Pramuka adalah tunas kelapa. Penjabaran tentang Lambang ini ditetapkan dalam SK
Kwarnas Nomor 06/KN/72 tentang Lambang Gerakan Pramuka.

Pencipta lambang ini adalah Kak Sunardjo Atmodipuro, seorang Andalan Nasional dan
Pembina Pramuka yang juga pegawai di Departemen Pertanian. Kak Soenardjo
Atmodipoero sendiri lahir pada tanggal 29 Pebruari 1909 di Blora dan meninggal pada
tanggal 31 Mei 1979.

Pertama kali lambang ciptaan Kak Sunardjo Atmodipuro ini dipergunakan sebagai
lambang Gerakan Pramuka pada tanggal 14 Agustus 1961 saat Presiden Republik
Indonesia menganugerahkan Panji Kepramukaan kepada Gerakan Pramuka.
Makna Lambang Gerakan Pramuka
Tunas Kelapa dipilih sebagai lambang  Gerakan Pramuka dengan mempertimbangkan
makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Arti filosofi tersebut yaitu:
 Buah nyiur dalam keadaan tumbuh dinamakan cikal. Istilah cikal bakal di
Indonesia berarti penduduk asli  pertama, yang menurunkan generasi baru.
Jadi lambang buah nyiur yang tumbuh itu mengkiaskan bahwa setiap
Pramuka merupakan inti bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia. 
 ‡Buah nyiur dapat bertahan lama dalam keadaan yang bagaimanapun juga.
Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa setiap Pramuka adalah seorang yang
rohaniah dan jasmaniah sehat, kuat dan ulet, serta  besar tekadnya dalam
menghadapi segala tantangan dalam hidup dan dalam menempuh segala
ujian dan kesukaran untuk mengabdi tanah air dan bangsa Indonesia. 
 Nyiur dapat tumbuh dimana saja, yang membuktikan besarnya daya upaya dalam
menyesuaikan diri dengan keadaan sekelilingnya. Jadi lambang tersebut
mengkiaskan bahwa setiap Pramuka dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat
dimana ia berada dan dalam keadaan yang bagaimana pun juga. 
 Nyiur tumbuh menjulang lurus ke atas dan merupakan salah satu pohon yang
tertinggi di Indonesia. Jadi lambang tersebut mengkiaskan bahwa setiap
Pramuka mempunyai cita-cita yang tinggi dan lurus yakni mulia, jujur dan tetap
tegak tidak mudah diombang–ambingkan sesuatu. 
 ‡Akar nyiur tumbuh kuat dan erat di dalam tanah. Jadi lambang tersebut
mengkiaskan tekad dan keyakinan setiap Pramuka yang berpegang pada dasar-
dasar dan landasan landasan yang baik, benar,  kuat dan nyata, ialah tekad dan
keyakinan yang dipakai olehnya untuk memperkuat diri guna mencapai cita-
citanya. 
 Nyiur adalah pohon yang serba guna dari ujung atas hingga akarnya. Jadi
lambang itu mengkiaskan bahwa setiap Pramuka adalah manusia yang berguna
dan membaktikan diri dan kegunaannya kepada kepentingan tanah air, bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia  serta kepada umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai