Anda di halaman 1dari 10

10/29/22, 2:51 PM Abu Bakar Ash-Shiddiq - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Abu Bakar Ash-Shiddiq


"Abu Bakar" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain, lihat Abu Bakar (disambiguasi).

Abdullah bin Abu Quhafah (bahasa Arab: ‫عبد هللا بن‬ Abu Bakar

‫أبي قحافة‬‎; 573 – 23 Agustus 634/21 Jumadil Akhir 13 H)


‫أبو بكر‬
atau yang lebih dikenal dengan Abu Bakar Ash-
Shiddiq (bahasa Arab: ‫أبو بكر الصديق‬‎), adalah salah satu Ash-Shiddiq
pemeluk Islam awal, salah satu sahabat utama Nabi,
dan khalifah pertama yang di-bai'at sepeninggal Nabi
Muhammad wafat. Melalui putrinya, Aisyah, Abu Bakar
merupakan ayah mertua Nabi Muhammad.[1 ][2] Ash-
Shiddiq yang merupakan julukan Nabi Muhammad
kepada Abu Bakar merupakan salah satu gelar yang
paling melekat padanya. Bersama ketiga penerusnya,
Abu Bakar dimasukkan ke dalam kelompok Khulafaur
Rasyidin.[3]

Sebagai salah seorang pemeluk awal Islam,[4] Abu


Bakar telah mengambil berbagai peran besar. Melalui
Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu 'anhu
ajakannya, Abu Bakar berhasil mengislamkan banyak
orang yang di kemudian hari menjadi tokoh-tokoh Khalifah
penting dalam sejarah Islam, di antaranya adalah Berkuasa 8 Juni 632 – 23 Agustus 634
'Utsman bin 'Affan yang kemudian menjadi khalifah (2 tahun, 77 hari)
ketiga. Abu Bakar juga turut serta dalam berbagai
Penerus 'Umar bin Khattab
perang seperti Perang Badar (624 M/2 H) dan Perang
Uhud (625 M/3 H). Kedekatan dan kesetiaannya pada Lahir 27 Oktober 573
Nabi Muhammad merupakan satu hal yang sangat
Makkah, Jazirah Arab
melekat pada diri Abu Bakar, utamanya terlihat saat
mendampingi Nabi Muhammad hijrah ke Madinah dan Wafat 23 Agustus 634
kepatuhannya dalam menerima keputusan Nabi dalam Madinah, Jazirah Arab
Perjanjian Hudaibiyah, meski banyak sahabat Nabi kala Pemakaman Masjid Nabawi, Madinah
itu tidak menyepakati perjanjian tersebut karena
dipandang berat sebelah. Suku Quraisy (Bani Taim)
Nama dan tanggal periode
Abu Bakar dinyatakan sebagai khalifah sepeninggal Khulafaur Rasyidin: 632–634
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Abu
Bakar menjadi khalifah pertama umat Islam yang Ayah Abu Quhafah 'Utsman
menjadi awal dari Kekhalifahan Rasyidin. Masa Ibu Salma binti Shakhar
kekuasaannya yang singkat, dipusatkan pada
Pasangan Qutailah binti Abdul Uzza
pemadaman pemberontakan suku-suku Arab yang
menolak tunduk pada Abu Bakar.[5] Dalam Ummu Ruman binti Amir
memerintah, Abu Bakar berusaha mengeluarkan Asma' binti Umais
kebijakan yang tidak berbeda dengan Nabi Muhammad,
Habibah binti Kharijah
seperti penolakannya untuk mencopot Khalid bin Walid
dari kedudukannya sebagai panglima. Anak Putra
Abdullah
Nama dan silsilah 'Abdurrahman
Muhammad
Nama lengkap Abu Bakar adalah 'Abdullah bin 'Utsman Putri
bin Amir bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin
Asma'
Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr bin
Malik bin An-Nadhar, dan dia bernama Quraisy bin Aisyah
Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Ummu Kultsum
Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan at-Taimi al-
Agama Islam
Qurasyi.[6][7 ]

Bertemu nasabnya dengan Nabi Muhammad pada kakeknya yang bernama Murrah bin Ka'ab[8] dan
ibu dari Abu Bakar adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim
yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah Bani Taim.[3]

https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq 1/10
10/29/22, 2:51 PM Abu Bakar Ash-Shiddiq - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Nama asli Abu Bakar tidak pasti dan sumber memperdebatkan Abdullah, Abdul Ka'bah dan Atiq
sebagai namanya.[9]

Nabi memberinya gelar yaitu Ash-Shiddiq (artinya 'yang berkata benar') setelah Abu Bakar
membenarkan peristiwa Isra Mi'raj yang diceritakan Nabi kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih
dikenal dengan nama "Abu Bakar ash-Shiddiq".

Kehidupan awal
Abu Bakar lahir di kota Makkah sekitar tahun 573 (tahun kedua dari tahun gajah[3]), dari keluarga
kaya dalam Bani Taim dari suku Quraisy.[1 0] Abu Bakar menghabiskan masa kecilnya seperti anak
Arab pada zaman itu di antara suku Badui yang menyebut diri mereka dengan nama Ahl-i-Ba'eer atau
rakyat unta. Pada masa kecilnya, Abu Bakar sering sekali bermain dengan dengan unta dan kambing,
dan kecintaannya terhadap unta inilah yang memberinya nama "Abu Bakar" yang berarti, bapaknya
unta.[1 1 ]

Ketika umurnya berusia 10 tahun, Abu Bakar pergi ke Suriah bersama ayahnya dengan kafilah
dagang. Nabi Muhammad yang pada saat itu berusia 12 tahun juga bersama kafilah tersebut. Pada
tahun 591, Abu Bakar yang pada saat itu berusia 18 tahun pergi untuk berdagang, berprofesi sebagai
pedagang kain yang memang sudah menjadi bisnis keluarga. Dalam tahun-tahun mendatang Abu
Bakar sering sekali bepergian dengan kafilahnya. Perjalanan bisnis membawanya ke Yaman, Suriah
dan beberapa tempat lainnya. Perjalanan bisnis inilah yang membuatnya semakin kaya dan semakin
berpengalaman dalam berdagang.

Bisnisnya semakin berkembang, mempengaruhi status sosial Abu Bakar. Meskipun ayahnya Abu
Quhafah Utsman masih hidup, Abu Bakar diakui sebagai kepala sukunya. Seperti anak-anak lain dari
keluarga pedagang Makkah yang kaya, Abu Bakar adalah orang terpelajar (bisa menulis dan
membaca) dan dia menyukai puisi. Abu Bakar biasanya menghadiri pameran tahunan di Ukaz dan
ikut berpatisipasi dalam simposium puitis. Ia memiliki ingatan yang bagus dan pemahaman yang baik
mengenai silsilah atau asal usul suku-suku Arab, sejarah dan juga politik mereka.[1 2]

Sebuah cerita ketika Abu Bakar masih kecil, ayahnya membawanya ke Ka'bah, dan meminta Abu
Bakar berdoa kepada berhala. Setelah itu ayahnya pergi untuk mengurus urusan bisnis lainnya,
meninggalkan Abu Bakar sendirian dengan berhala-berhala tersebut. Abu Bakar lalu berdoa kepada
berhala, "Ya Tuhanku, aku sedang membutuhkan pakaian, berikanlah kepadaku pakaian". Berhala
tersebut tetap acuh tak acuh tidak menanggapi permintaan Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar berdoa
kepada berhala lainnya dan mengatakan "Ya Tuhanku, berikanlah aku makanan yang lezat, lihatlah
aku sangat lapar". Berhala itu masih tidak memberikan jawaban apapun dan acuh tak acuh. Melihat
permintaannya tidak dikabulkan, kesabaran Abu Bakar habis lalu mengangkat sebuah batu dan
berkata kepada berhala tersebut. "Di sini saya sedang mengangkat batu dan akan mengarahkannya
kepadamu, kalau kamu memang tuhan, maka lindungilah dirimu sendiri". Abu Bakar lalu
melemparkan batu tersebut ke arah berhala dan meninggalkan Ka'bah. Setelah itu, Abu Bakar tidak
pernah lagi datang ke Ka'bah untuk menyembah berhala-berhala di Ka'bah.[1 3]

Ciri Fisik
Beliau berkulit putih, bertubuh kurus, berambut lebat, tampak kurus wajahnya, dahinya muncul, dan
ia sering memakai hinaa dan katm.

Memeluk Islam
Setelah kembali dari perjalanan bisnis dari Yaman, Abu Bakar diberi tahu oleh teman-temannya
bahwa ketika beliau tidak berada di Makkah, Muhammad menyatakan dirinya bahwa beliau adalah
seorang utusan Allah. Ibnu Jarir ath-Thabari, ahli sejarawan muslim yang paling terkenal, dalam
bukunya Tarikh ath-Thabari mengutip perkataan dari Muhammad bin Sa'ad bin Abi Waqqash, yang
mengatakan:

“ Aku bertanya kepada ayahku apakah Abu Bakar orang pertama yang masuk Islam. Beliau
menjawab, "Tidak, lebih dari 50 orang masuk Islam sebelum Abu Bakar, tetapi beliau
lebih unggul sebagai seorang Muslim. Umar bin Khattab masuk Islam setelah 45 laki-laki


dan 21 perempuan. Adapun salah satu yang terkemuka dalam Islam dan iman, itu adalah
Ali bin Abi Thalib.[14]

https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq 2/10
10/29/22, 2:51 PM Abu Bakar Ash-Shiddiq - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sunni dan Syi'ah mempertahankan pendapat mereka bahwa orang kedua yang secara terang-
terangan menerima Muhammad sebagai utusan Allah adalah Ali bin Abi Thalib, dan orang yang
pertama adalah Khadijah.[1 5]

Ibnu Katsir dalam bukunya Al-Bidayah wan Nihayah memiliki pendapat yang berbeda dengan
pendapat di atas. Dia berpendapat bahwa wanita yang pertama kali masuk Islam adalah Khadijah.
Zaid bin Haritsah adalah budak pertama yang masuk Islam. Ali bin Abi Thalib adalah anak kecil
pertama yang masuk islam karena pada waktu ia masuk Islam, Ali belum dewasa pada waktu itu.
Adapun laki-laki dewasa yang bukan budak yang pertama kali masuk islam yaitu Abu Bakar.[1 6]

Dalam kitab Hayatussahabah, dituliskan bahwa Abu Bakar masuk Islam setelah diajak oleh
Muhammad.[1 7 ] Diriwayatkan oleh Abu Hasan Al-Athrabulusi dari Aisyah, ia berkata:

“ Sejak zaman jahiliyah, Abu Bakar adalah kawan Rasulullah. Pada suatu hari, dia hendak
menemui Rasulullah, ketika bertemu dengan Rasulullah, dia berkata, "Wahai Abul Qosim
(panggilan Nabi), ada apa denganmu sehingga engkau tidak terlihat di majelis kaummu
dan orang-orang menuduh bahwa engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu
dan lain lain lagi?" Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan aku
mengajak kamu kepada Allah." Setelah selesai Rasulullah berbicara, Abu Bakar langsung
masuk Islam. Melihat keislamannya itu, dia gembira sekali, tidak ada seorang pun yang
ada di antara kedua gunung di Mekkah yang merasa gembira melebihi kegembiraan dia.
Kemudian Abu Bakar menemui Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin
Awwam, dan Sa'ad bin Abi Waqqas, mengajak mereka untuk masuk Islam. Lalu, mereka
pun masuk Islam. ”
Abu Bakar lalu mendakwahkan ajaran Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair
bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqqas dan beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya.[1 8][1 9]

Kehidupan setelah masuk Islam

Istri pertama Abu Bakar yang bernama Qutailah binti Abdul Uzza tidak menerima agama Islam lalu
Abu Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain yang bernama Ummi Ruman menjadi mualaf. Semua
anak Abu Bakar menerima agama Islam kecuali Abdurrahman bin Abi Bakar sehingga membuat
mereka berpisah, walaupun pada akhirnya Abdurrahman kelak menjadi seorang Muslim setelah
Perjanjian Hudaibiyyah.

Masuk Islamnya Abu Bakar membuat banyak orang masuk Islam. beliau membujuk teman dekatnya
untuk masuk Islam sehingga banyak temannya menerima ajakan tersebut.[1 8][1 9]

Masa bersama Nabi


Ketika Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, ia pindah dan hidup bersama Abu
Bakar. Saat itu Muhammad menjadi tetangga Abu Bakar. Sejak saat itu mereka berkenalan satu sama
lainnya. Mereka berdua berusia sama dan hanya berselisih 2 tahun 1 bulan lebih muda daripada
muhammad, pedagang dan ahli berdagang.

Penyiksaan oleh suku Quraisy

Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami
penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Makkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek
moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak.
Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat
mereka. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari
tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Salah seorang budak yang dibelinya lalu kemudian
dibebaskan adalah Bilal bin Rabah.

Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah satu-
satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi Muhammad secara
kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah
Hijrah.

Selama masa sakit Rasulullah saat menjelang wafat, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk
menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu
Bakar akan menggantikan posisinya. Bahkan pun setelah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam telah
https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq 3/10
10/29/22, 2:51 PM Abu Bakar Ash-Shiddiq - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

meninggal dunia, Abu Bakar Ash-Shiddiq dianggap sebagai sahabat Nabi yang paling tabah
menghadapi meninggalnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam ini. Segera setelah kematiannya,
dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Tsaqifah Bani Saidah
yang terletak di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin
baru umat Islam atau khalifah Islam pada tahun 632 M.

Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar
sebagai khalifah adalah subyek kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam,
di mana umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi kaum Syi'ah percaya bahwa
seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu Nabi Muhammad) yang menjadi pemimpin dan dipercayai ini
adalah keputusan Rasulullah sendiri, sementara kaum Sunni berpendapat bahwa Rasulullah menolak
untuk menunjuk penggantinya. Kaum Sunni berargumen bahwa Muhammad mengedepankan
musyawarah untuk penunjukan pemimpin. Sementara Syi'ah berpendapat bahwa nabi dalam hal-hal
terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dan lain-lain, tidak pernah meninggalkan
umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan umat terakhir. Banyak hadits
yang menjadi referensi dari kaum Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal Rasulullah.
Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara
formal menyatakan kesetiaannya (berbaiat) kepada Abu Bakar dan dua khalifah setelahnya (Umar
bin Khattab dan Utsman bin Affan). Kaum Sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan
yang antusias dan Ali menjadi pendukung setia Abu Bakar dan Umar. Sementara kaum Syi'ah
menggambarkan bahwa Ali melakukan baiat tersebut secara pro forma, mengingat ia berbaiat setelah
sepeninggal Fatimah istrinya yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu ia menunjukkan protes
dengan menutup diri dari kehidupan publik.

Pengangkatan sebagai khalifah


Setelah Rasul berpulang, berkumpullah kepala-kepala kaum Anshar, baik pihak Aus maupun
persukuan Khazraj, dalam sebuah balairung milik Bani Sa'idah. Mereka bermaksud hendak memilih
Sa'ad ibnu Ubadah menjadi khalifah Rasulullah, sebab ia adalah kepala tertinggi kaum Anshar pada
waktu itu.[3] Berita permusyawaratan itu lekas sampai kepada orang-orang besar di kalangan
Muhajirin. Saat itu juga dengan segera mereka pergi ke balairung. Baru saja sampai, Abu Bakar
langsung berpidato, menyarankan Anshar agar memilih salah satu dari dua tokoh Muhajirin menjadi
khalifah : Abu Ubaidah atau Umar.

Setelah selesai Abu Bakar berpidato, berdirilah Habbab ibnu Al Munzir, menyatakan penolakannya. Ia
mengusulkan agar masing-masing dari kubu Anshar dan Muhajirin memiliki khalifahnya sendiri-
sendiri. Mendengar itu, Umar lalu menyambung pembicaraannya, "Jangan sekali-kali menyebutkan
itu. Tidak dapat berhimpun dua kepala dalam satu kekuasaan." Hebat sekali pertentangan Umar
dengan Habbab pada saat itu.

Basyir ibnu Sa'ad, seorang yang terpandang dari golongan Aus Anshar, tampil ke depan, "Wahai kaum
Anshar, memang kita mempunyai beberapa kelebihan dalam perjuangan. Namun, ingatlah pekerjaan
besar itu kita kerjakan bukanlah karena mengharapkan yang lain, hanyalah semata-mata
mengharapkan ridha Allah dan menaati Nabi kita. Oleh sebab itu, tidaklah pantas kita memanjangkan
mulut menyebut-nyebutkan jasa itu pada manusia. Ingat pula bahwa Muhammad shalallahu alaihi
wasallam. jelas dari Quraisy, kaumnya lebih berhak menjadi penggantinya untuk mengepalai kita.
Jangan bertingkah dengan saudara-saudara kita Muhajirin, jangan berselisih."

Majlis pun menjadi tenang. Ketika itu, berkatalah Abu Bakar, "Ini ada Abu Ubaidah dan Umar, pilihlah
mana di antara keduanya yang kamu sukai dan berbaiatlah."[3] Dengan serentak keduanya
membantah. Abu Ubaidah dan Umar, justru mencalonkan Abu Bakar sebagai khalifah.
Pertimbangannya, Abu Bakar pernah mendampingi Rasulullah ketika bersembunyi dalam gua pada
saat masa hijrah ke Madinah. Selain itu, Abu Bakar juga pernah ditetapkan sebagai pengganti
Rasulullah dalam shalat ketika ia sakit.

Basyir ibnu Sa'ad dari Aus ikut mendukung pencalonan Abu Bakar. Berduyun-duyunlah anggota Aus
yang lain membaiat Abu Bakar. Melihat itu, anggota-anggota Khazraj pun terpengaruh, juga ikut
tampil ke depan untuk membaiat Abu Bakar. Melihat pihak lain telah berduyun-duyun membaiat Abu
Bakar, Bani Hasyim pun tidaklah dapat mengelak lagi. Mereka sadar bahwa perkara ini bukan perkara
keluarga, melainkan siapakah orang yang paling mulia di sisi Rasulullah. Sementara itu, Ali bin Abi
Thalib tidak hadir di situ, karena sedang menjaga jenazah Rasulullah. Karena itu, ia tidak turut
membaiat. Ali sendiri pun akhirnya membaiatnya juga, yaitu beberapa waktu setelah istrinya,
Fathimah binti Rasulullah, wafat.[3]

Setelah orang-orang selesai membaiatnya, Abu Bakar pun berpidato sebagai sambutan atas
kepercayaan orang banyak pada dirinya.
https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq 4/10
10/29/22, 2:51 PM Abu Bakar Ash-Shiddiq - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Wahai manusia, sekarang aku telah menjabat pekerjaan ini, tetapi tidaklah aku orang yang
lebih baik daripada kamu. Jika aku telah berlaku baik dalam jabatanku, sokonglah aku.
Namun, jika aku berlaku salah, tegakkanlah aku kembali. Kejujuran adalah suatu amanat,
kedustaan adalah suatu khianat. Orang yang kuat di antara kamu, di sisiku ia lemah,
karena aku tarik darinya untuk hak si lemah. Orang yang lemah di sisimu, di sisiku ia kuat,
sehingga akan kuberikan haknya dari si kuat, insyaa Allah. Taatlah kepadaku selama aku
taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Namun, kalau aku melanggar perintah Allah dan Rasul,
tidak usah kamu mengikutiku.[3]

Memadamkan pemberontakan
Baru saja tersiar kabar kematian Rasul, bergeraklah kelompok-kelompok pemberontak hendak
melepaskan diri dari persatuan Islam yang baru tegak.

Sebelum mengatur persiapan untuk memerangi pemberontak, Abu Bakar lebih dahulu hendak
menyempurnakan angkatan perang di bawah Usamah. Pada saat itu, Usamah baru kira kira 17 tahun.
Usamah diangkat langsung oleh Rasulullah menjadi kepala perang.[3] Banyak ketua Quraisy menjadi
prajurit di bawah perintahnya.

Abu Bakar pergi ke tempat pemberhentian angkatan perang Usamah, untuk melepasnya berangkat.
Abu Bakar meminta Usamah untuk mengizinkan Umar tidak ikut berperang. Abu Bakar
membutuhkan Umar untuk menemaninya dalam mengatur pemerintahan dalam negeri.[3]
Permintaan itu dikabulkan oleh Usamah.

Ketika mereka akan berangkat, Abu Bakar berpidato :

Jangan berkhianat. Jangan memungkiri janji. Jangan menganiaya jasad musuh yang telah
mati. Jangan membunuh anak-anak, orang tua dan perempuan. Jangan memotong batang
kurma. Jangan membakar dan jangan menumbangkan kayu-kayuan yang berbuah.
Jangan menyembelih kambing, sapi dan unta, kecuali sekadar untuk dimakan. Kalau kamu
bertemu dengan suatu kaum yang telah menyisihkan dirinya dalam gereja-gereja,
hendaklah dibiarkan saja. Kalau diberi makanan oleh orang lain, hendaklah membaca nama
Allah ketika memakannya. Hai Usamah, berbuatlah dengan apa yang diperintahkan
Rasulullah kepadamu di negeri Qudha'ah, jangan engkau lalaikan sedikit pun perintah
Rasulullah.[3]

Setelah itu Abu Bakar melepaskan tentara itu di Jurf, lalu ia kembali ke Madinah. Usamah berangkat
dan mengepung negeri Qudha'ah. Setelah empat puluh hari pertempuran hebat, Usamah kembali
dengan kemenangan. Tentara yang pergi ke Qudha'ah bukan sedikit jumlahnya, sehingga
menimbulkan kesan pada musuh-musuh yang lain.

Setelah pulang, Usamah dan tentaranya disuruh untuk beristirahat. Abu Bakar turun tangan
memimpin pasukannya langsung untuk menyelesaikan pemberontakan kaum Abs dan Dzubyan di
luar Kota Madinah. Selama memimpin pasukan, Abu Bakar menyerahkan kepemimpinan Kota
Madinah kepada orang lain. Setelah Abu Bakar berhasil memadamkan pemberontakan itu, ia
mengumpulkan tentaranya di Zhul Qishshah[3], sekitar 15 km dari Madinah, menghadap ke Najd.
Disana, ia membagi sebelas buah bendera kepada sebelas orang panglima perang.[3]

1. Khalid ibnu Al Walid, ke Thulaihah ibnu Khuwailid al-Asadi di negeri Bazuakhah. Kalau sudah
selesai, lanjut ke Malik ibnu Nuwairah di negeri Batthaah.
2. Ikrimah ibnu Abu Jahal, ke Musailamah di Yamamah.
3. Syurahbil ibnu Hasanah, menyusul Ikrimah di belakang.
4. Al-Muhajir ibnu Abi Umayah, ke Aswad al-Insyi di Yaman.
5. Hudzaifah ibnu Muhsin, ke negeri Daba di Umman.
6. Arfajah ibnu Hartsamah, ke negeri Mahrah.
7. Suwaid ibnu Muqarrin, ke Tihamah di Yaman.
8. Al-Ala' ibnu Al-Hadhrami, ke Bahrain.
9. Thuraifah ibnu Hajiz, ke Bani Sulaim dan Hawazin.
10. 'Amru ibnu Al-Ash, ke Qudha'ah.
11. Khalid ibnu Sa'id, ke daerah tanah tinggi di Syam.

https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq 5/10
10/29/22, 2:51 PM Abu Bakar Ash-Shiddiq - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Berkat para kepala perang itu, dalam masa yang tidak berapa lama, seluruh pemberontakan dan
huru-hara dapat disapu bersih. Seluruh Jazirah Arab bersatu kembali di bawah satu bendera.

Penaklukan Persia
Setelah aman huru-hara dalam negeri, khalifah menghadap ke luar negeri untuk menaklukkan negeri
Persia. Diangkatnya kepala perang besar yang masyhur, yakni Saifullah (Khalid ibnu Al-Walid).[3]
Kalau rencana ini berhasil, perjalanan boleh diteruskan hingga ke batas-batas Hindustan. Sebagai
pembantunya, diangkat Iyadh ibnu Ghanam yang datang dari Irak.

Khalid berhasil memasuki Persia, mulai dari pinggir Sungai Furrat sampai ke Ubullah, mengelilingi
Syam dan Irak. Di beberapa tempat, mereka bertempur dengan tentara-tentara Persia, Romawi dan
Arab. Khalid lebih suka berduel beradu tombak melawan kepala-kepala kaum, sebab dengan demikian
tempo perang dapat disingkatkan. Kalau suatu negeri ditaklukkannya, maka disana ia akan
mengangkat seorang amir untuk mengatur khiraj (cukai) dari ahli dzimmah.

Di satu sisi, nama Khalid menakutkan musuh. Namanya lebih dahulu mengegerkan tempat-tempat
yang belum dimasukinya. Di sisi lain, Khalid sangat dipuji oleh musuhnya, sebab para petani dan
pertaniannya tidak pernah diganggu, melainkan dipeliharanya.[3] Oleh sebab itu, jika Khalid masuk ke
negeri Arab yang masih berada sebagai vassal Persia, orang-orang itu lebih suka diperintah Khalid dan
membelot dari pemerintahan yang lama. Sementara itu, agama mereka tidak diganggu, karena
memeluk agama masehi.

Pasukan 'Iyadh berhasil menguasai Daumatul Jandal sampai ke Irak. Mereka bertemu dengan
pasukan Khalid di Hirah.

Penaklukan Syam
Abu Bakar mengirimkan surat kepada penduduk Mekah, Tha'if, Yaman, negeri Arab yang lain sampai
ke Najd dan seluruh Hijaz. Mereka diperintahkan bersiap untuk membentuk suatu bala tentara besar
untuk menaklukan negeri Syam, pusat Kerajaan Romawi pada masa itu.[3] Tiap-tiap panglima perang
telah diberikan daerah tugas mereka. Abu Ubaidah ke Homsh. Yazid ibnu Abu Sufyan ke negeri
Damsyik. Syurahbil ibnu Hasanah ke negeri Ardan. Amr ibnu al-Ash dan Alqamah ibnu Mujzri ke
Palestina. Kalau sudah selesai, Alqamah dapat melanjutkan ke Mesir.[3]

Puncaknya adalah pertempuran besar di Yarmuk. Pertempuran berlangsung alot, berminggu-minggu.


Hal ini disebabkan tiap-tiap kepala perang khalifah mengendalikan tentaranya sendiri-sendiri, tidak
ada panglima perang besar untuk menyatukan komando. Padahal, orang Romawi sudah bermaksud
untuk hendak keluar dari benteng untuk melakukan serangan besar.

Pada suatu waktu, datanglah Khalid dengan tiba-tiba, setelah selesai menaklukan Persia. Ia mendapat
surat dari Khalifah yang menyuruhnya lekas bergerak ke Romawi. Setelah sampai di sana, Khalid
mengusulkan sistem bergilir untuk memimpin komando seluruh pasukan menjadi satu.[3] Panglima-
panglima itu pun menerima usulan Khalid. Untuk hari pertama, Khalid memimpin komando seluruh
pasukan. Baru saja Khalid memimpin, pasukan khalifah mendapatkan kemenangan, sehingga
besoknya tidak ada yang berani menggantikannya lagi.

Pada hari ketujuh bulan Jumadil Akhir tahun 13 H, Abu Bakar ditimpa sakit. Setelah Abu Bakar
merasa bahwa telah dekat ajalnya, ia mengusulkan Umar bin al-Khattab untuk menjadi khalifah.
Kehendak Abu Bakar diterima oleh sahabat-sahabatnya. Setelah lima belas hari lamanya menderita
penyakit itu, beliau wafat pada 21 Jumadil Akhir 13H (22 Agustus 634 M). Ia memerintah selama 2
tahun, 3 bulan dan 10 hari.[3] Beliau dikebumikan di samping makam Rasulullah.

Ketika peperangan sangat hebatnya, datang surat dari Madinah yang menyatakan bahwa Abu Bakar
telah wafat. Sekarang yang memerintah adalah Umar, bukan Abu Bakar lagi. Khalid diperintahkan
Umar untuk berhenti memimpin peperangan untuk digantikan oleh Abu Ubaidah. Surat itu hanya
disimpannya sampai peperangan selesai, untuk mencegah kekacauan dalam pasukan.

Setelah Romawi kalah dan pasukan khalifah menang, barulah Khalid datang kepada Abu Ubaidah
untuk menyerahkan kekuasaan pimpinan pasukan. Khalid menjadi serdadu biasa dan meneruskan
pertempuran di tempat-tempat yang lain. Setelah kemenangan di Yarmuk, secara berturut turut
jatuh negeri Quds, Damsyik, Homsh, Humat, Halb, dan lain lain.

Al-Qur'an
https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq 6/10
10/29/22, 2:51 PM Abu Bakar Ash-Shiddiq - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al-Qur'an. Dikatakan bahwa setelah
kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah al-Kazzab dalam Perang Yamamah, banyak
para penghafal Al-Qur'an yang terbunuh dalam pertempuran. Umar lantas meminta Abu Bakar untuk
mengumpulkan koleksi dari Al-Qur'an oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit,
dikumpulkan lembaran Al-Qur'an dari para penghafal Al-Qur'an dan tulisan-tulisan yang terdapat
pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah lengkap penulisan ini maka kemudian
disimpan oleh Abu Bakar. Setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khattab dan
kemudian disimpan oleh Hafshah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad. Kemudian
pada masa pemerintahan Utsman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks Al-Qur'an yang
dikenal saat ini.

Kematian
Penggantian posisi khalifah dari Nabi Muhammad kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq telah diisyaratkan
dalam sebuah hadits. Pada hadits ini, Nabi Muhammad melakukan perbincangan kepada seorang
wanita. Pada akhir percakapan, wanita tersebut menanyakan kepada Nabi Muhammad pertanyaan
yang mengisyaratkan kematian Nabi Muhammad dan cara menemuinya ketika itu terjadi. Nabi
Muhammad menjawab bahwa jika wanita tersebut tidak lagi dapat bertemu dengannya, maka
urusannya dialihkan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq.[20]

Isyarat lain juga diberikan langsung oleh Nabi Muhammad dalalm sebuah surat yang ditujukannya
langsung kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq. Surat ini berisi gagasan Nabi Muhammad untuk
membentuk kekhalifahan. Dalam surat ini nabi mengusulkan Abu Bakar sebagai khalifah karena ia
yakin para sahabat akan menerimanya. Penerimaan ini diyakini karena kepeloporan dan keutamaan
Abu Bakar Ash-Shiddiq bagi kaum mukminin di masa Nabi Muhammad. Hadis lain yang
mengisyaratkan posisi Abu Bakar sebagai khalifah untuk menggantikan Nabi Muhammad
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi dari Hudzaifah bin Yaman, Ibnu
Mas'ud, Ibnu Umar, dan Abu Darda'. Kedudukan hadis ini adalah hadis sahih.[20]

Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di kota Madinah karena sakit yang dideritanya
pada usia 63 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah, di samping makam Nabi
Muhammad.

Keluarga

Orangtua

Ayah — 'Utsman bin 'Amir (540– Maret 635), juga dikenal dengan nama Abu Quhafah. Berasal
dari Bani Taim. Abu Quhafah baru menganut Islam setelah penaklukkan Makkah. Dia meninggal
beberapa bulan setelah mangkatnya Abu Bakar.[21 ](h l m.87)

Ibu — Salma binti Shakhar, juga dikenal dengan sebutan Ummu al-Khair. Salma merupakan sepupu
Abu Quhafah dan juga berasal dari Bani Taim. Salma termasuk orang yang telah masuk Islam
sebelum Nabi Muhammad hijrah dan yang mendatangi kediaman Arqam.[22][23] Dia meninggal pada
masa kekhalifahan putranya.[24]

Pasangan

Abu Bakar menikahi empat wanita, yang melahirkannya tiga anak laki-laki dan tiga anak perempuan
dan mereka masing-masing:[25]

1. Qutailah binti Abdul Uzza bin Sa'ad bin Jabir bin Malik bin Hasl bin Amir bin Lu'ay, dan dia adalah ibu
dari Abdullah dan Asma'.
2. Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Abdu Syams bin Attab bin Udzainah bin Subai' bin Dahman
bin Al-Harits bin Ghanam bin Malik bin Kinanah al-Kinaniyah, dan dia adalah ibu dari Aisyah dan
Abdurrahman. Dia meninggal pada bulan Dzulhijjah di tahun 4 H atau 5 H atau 6 H.[26]
3. Asma' binti Umais bin Ma'ad bin Al-Harits bin Taim asy-Syahraniyah al-Khats'amiyah, dan dia adalah
ibu dari Muhammad. Sebelumnya ia adalah istri dari Ja'far bin Abi Thalib. Setelah Ja'far terbunuh ia
menikah dengan Abu Bakar. Setelah Abu Bakar wafat ia menikah dengan Ali bin Abi Thalib.[27]
4. Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair al-Khazrajiyah al-Anshariyah, dikatakan namanya
Mulaikah binti Kharijah, dan dia adalah ibu dari Ummu Kultsum.[28]

https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq 7/10
10/29/22, 2:51 PM Abu Bakar Ash-Shiddiq - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Anak

Abu Bakar memiliki enam anak, tiga laki-laki dan tiga perempuan:[29]

1. Abdurrahman bin Abi Bakar, ibunya adalah Ummu Ruman, dan dia adalah saudara Aisyah,
meninggal pada tahun 53 H atau 55 H atau 56 H.[30]
2. Abdullah bin Abi Bakar, ibunya adalah Qutailah binti Abdul Uzza, dan dia adalah saudara Asma', dan
dialah yang membawakan makanan dan memberitahukan berita tentang kaum Quraisy kepada Nabi
dan ayahnya Abu Bakar saat mereka berada di gua setiap malam, meninggal pada masa
kekhalifahan pertama Abu Bakar di bulan Syawal pada tahun 11 H.[31]
3. Muhammad bin Abi Bakar, ibunya adalah Asma' binti Umais, dan dia adalah saudara Abdullah bin
Ja'far dari ibunya dan saudara Yahya bin Ali dari ibunya.[32]
4. Asma' binti Abi Bakar, ibunya adalah Qutailah binti Abdul Uzza, dia adalah istri dari az-Zubair bin al-
Awwam dan ibu dari Abdullah bin az-Zubair, ia dijuluki Dzatun Nithaqain.[33]
5. Aisyah binti Abi Bakar, ibunya adalah Ummu Ruman, dan dia adalah istri dari Nabi Muhammad dan
yang paling terkenal di antara para wanita, dia dijuluki Ash-Shiddiqah binti Ash-Shiddiq dan Ummul
Mu'minin, dan dia adalah orang yang paling dicintai Nabi Muhammad dari seluruh orang-orang,
meninggal pada 57 H atau 58 H pada malam selasa tujuh belas malam selama bulan Ramadhan,
dan dimakamkan di pemakaman al-Baqi'.[34]
6. Ummu Kultsum binti Abi Bakar, ibunya adalah Habibah binti Kharijah, ia dilahirkan setelah wafatnya
Nabi Muhammad.[35]

Referensi

Catatan Kaki
1. "Sahih al-Bukhari 3896 - Merits of the Helpers in Madinah (Ansaar) - ‫ كتاب مناقب األنصار‬- Sunnah.com -
Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (‫")صلى هللا عليه و سلم‬. sunnah.com. Diakses tanggal
2021-12-09.
2. "Sahih Muslim 1422d - The Book of Marriage - ‫ كتاب النكاح‬- Sunnah.com - Sayings and Teachings of
Prophet Muhammad (‫")صلى هللا عليه و سلم‬. sunnah.com. Diakses tanggal 2021-12-09.
3. Prof. Dr. Hamka (2016) Sejarah Umat Islam : Pra-kenabian hingga Islam di Nusantara Jakarta :
Gema Insani
4. Ibn Hishām, ʻAbd al-Malik (2000). Sirat Ibn Hisham (edisi ke-1st). Cairo: al-Falah Foundation.
hlm. 41. ISBN 9775813808. Diakses tanggal 16 July 2021.
5. Zuhri, Muhammad (1989). Terjemah Tarakh al-Tasryi' al-Islami. Indonesia: Darul Ikhya.
6. Usud al-Ghabah fi Ma'rifat ash-Shahabah, Ibnul Atsir al-Jazari, Darul Kutub al-Ilmiyyah, edisi pertama
1415 H-1994 M, jilid 3 hlm 310
7. Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah, Ibnu Hajar al-'Asqalani, 4/144-145
8. Sirah wa Hayah Ash-Shiddiq, Majdi Fathi As-Sayyid, hlm 27
9. Blankinship 1993, hlm. 140.
10. Al-Jubouri, I.M.N. (2010). Islamic Thought: From Mohammed to September 11, 2001. Berlin.
hlm. 53. ISBN 9781453595855.
11. Drissner, Gerald (2016). Islam for Nerds - 500 Questions and Answers. Berlin: createspace.
hlm. 432. ISBN 978-1530860180.
12. Az-Zarkali. Al-A'lam. Darul Ilmi lil Malayin. Edisi ke-15. Mei 2002.
13. Prof. Masud-Ul-Hasan. Sidiq-I-Akbar Hazrat Abu Bakr. hlm 2.
14. Tarikh ath-Thabari jilid.2 hlm 60
15. M. Th. Houtsma et al., eds., E.J. Brill's first Encyclopaedia of Islam, 1913–1936, Leiden: E. J. Brill, 8
vols. with Supplement (vol. 9), 1991. ISBN 90-04-09796-1
16. The Biography Of Abu Bakr As Siddeeq (https://archive.org/stream/TheBiographyOfAbuBakrAsSidd
eeq/TheBiographyOfAbuBakrAs-siddeeq#page/n53/mode/2up) by Dr. Ali Muhammad As-Sallaabee
(Published 2007)
17. Pramono, Agus (2021). Buku Perkembangan Ilmu Pengetahuan & Teknologi Dalam Perspektif
Islam. Deepublish. hlm. 65. ISBN 9786230232282.
18. Al-Bidayah wan Nihayah 3/26
19. Merriam-Webster's Encyclopedia of World Religions by Wendy Doniger ISBN 978-0-87779-044-0

https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq 8/10
10/29/22, 2:51 PM Abu Bakar Ash-Shiddiq - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

20. Katsir, Ibnu (2018). Dahsyatnya Hari Kiamat. Diterjemahkan oleh Nurdin, Ali. Jakarta: Qisthi Press.
hlm. 3. ISBN 978-979-1303-85-9.
21. As-Suyuthi, Jalaluddin. Tarikh al-Khulafa. Translated by Jarrett, H. S. (1881). The History of the
Caliphs. Calcutta: The Asiatic Society.
22. Ibnu Hajar. Al-Ishabah, vol. 8.
23. Muhammad bin Ishaq (1955). Sirat Rasul Allah (The Life of Muhammad). Oxford University Press.
hlm. 117.
24. Ibnu Hajar. Al-Ishabah, vol. 4.
25. Sirah Abi Bakar Ash-Shiddiq, Ali Ash-Shalabi, hlm 21-22
26. Usud al-Ghabah, Ibnul Atsir, jilid 7 hlm 320
27. Usud al-Ghabah, Ibnul Atsir, jilid 7 hlm 12
28. Usud al-Ghabah, Ibnul Atsir, jilid 7 hlm 61
29. Sirah Abi Bakar Ash-Shiddiq, Ali Ash-Shalabi, hlm 22-24
30. Usud al-Ghabah, Ibnul Atsir, jilid 3 hlm 462
31. Usud al-Ghabah, Ibnul Atsir, jilid 5 hlm 97
32. Usud al-Ghabah, Ibnul Atsir, jilid 3 hlm 300
33. Usud al-Ghabah, Ibnul Atsir, jilid 7 hlm 7
34. Usud al-Ghabah, Ibnul Atsir, jilid 7 hlm 186
35. Usud al-Ghabah, Ibnul Atsir, jilid 7 hlm 373

Sumber
Abu, Huthayfa (2013). Abu Bakr: The First Caliph. ISBN 9780958172035.
Ashraf, Shahid (2004). Encyclopaedia Of Holy Prophet And Companion (Set Of 15 Volumes).
Anmol Publications Pvt. Limited. ISBN 978-81-261-1940-0.
Barnaby Rogerson (2008). The Heirs of the Prophet Muhammad: And the Roots of the Sunni-Shia
Schism. Overlook. ISBN 978-1-59-020022-3.
The History of al-Tabari. 11.
Eaton, Charles Le Gai (1985). Islam and the Destiny of Man. SUNY Press. ISBN 9781438401799.
Hathaway, Jane (2015). "Amīr al-ḥajj". Dalam Kate Fleet; Gudrun Krämer; Denis Matringe; John
Nawas; Everett Rowson. The Encyclopedia of Islam, THREE. BRILL Online.
Hitti, Philip Khuri (2011). The Origins of the Islamic State: A Translation from the Arabic
Accompanied With Annotations, Geographic and Historic Notes of the Kitab Futuh al-Buldan.
Cosimo. ISBN 9781616405342.
Kuiper, Matthew J. (2021). Da'wa: A Global History of Islamic Missionary Thought and Practice.
Edinburgh University Press. ISBN 9781474451543.
Muir, William (1892). The Caliphate: Its Rise, Decline and Fall, from Original Sources. University of
Michigan; Religious Tract Society. ISBN 9781417948895.
Muir, William (1878). The Life of Muhammad from Original Sources. Princeton University.
Fayda, Mustafa (1994). EBÛ BEKİR- An article published in 10th volume of Turkish Encyclopedia
of Islam (dalam bahasa Turki). 10. Istanbul: TDV İslâm Ansiklopedisi. hlm. 101–108. ISBN 978-975-
38-9437-1. Diakses tanggal 11 January 2022.
Madelung, Wilferd (1997). The Succession to Muhammad: A Study of the Early Caliphate.
Cambridge University Press. ISBN 978-0-52-164696-3.
McGregor, Richard J. A. (2004). Sanctity and Mysticism in Medieval Egypt: The Wafa Sufi Order
and the Legacy of Ibn 'Arabi. Suny Press. ISBN 9780791460115.
McHugo, John (2017). A Concise History of Sunnis & Shi'is. Georgetown University Press.
ISBN 978-1-62-616587-8.
Barnaby Rogerson (4 November 2010). The Heirs of the Prophet Muhammad: And the Roots of the
Sunni-Shia Schism. Little, Brown Book Group. ISBN 978-0-74-812470-1.
Haylamaz, Resit (16 September 2011). Abu Bakr: The Pinnacle of Truthfulness. Tughra Books.
ISBN 978-1-59784-688-2.
Rippin, Andrew (2009). The Blackwell Companion to the Qur'an. Chichester, West Sussex:
Blackwell Publishing. ISBN 978-1-4051-8820-3.
Gleave, Robert M. (2008). "Ali ibn Abi Talib". Encyclopaedia of Islam, THREE. Brill Online.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 April 2013. Diakses tanggal 29 March 2013.
Andrae, Tor (2013). Mohammed: The Man and his Faith. Routledge. ISBN 9781135030537.
https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq 9/10
10/29/22, 2:51 PM Abu Bakar Ash-Shiddiq - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Fitzpatrick, Coeli; Walker, Adam Hani (2014). Muhammad in History, Thought, and Culture: An
Encyclopedia of the Prophet of God. ISBN 9781610691789.
Drissner, Gerald (2016). Islam for Nerds – 500 Questions and Answers. Createspace.
ISBN 9781530860180.
Shoufani, Elias S. (1973). Al-Riddah and the Muslim Conquest of Arabia. Toronto: University of
Toronto Press. ISBN 0-8020-1915-3.
Watt, Montgomery William (1961). Muhammad: Prophet and Statesman. London: Oxford University
Press. ISBN 9780198810780.
Watt, Montgomery William (1986). "Abū Bakr". Encyclopaedia of Islam, Second Edition. E. J. Brill.
ISBN 9789004161214.
The History of al-Tabari. 6.
Weston, Mark (2008). Prophets and Princes: Saudi Arabia from Muhammad to the Present. John
Wiley & Sons. ISBN 9780470182574.
Steigerwald, Diana (2004). "ʿAli (600–661)". Encyclopaedia of Islam and the Muslim world; vol.1.
New York: Macmillan Reference USA. hlm. 35–38. ISBN 978-0-02-865604-5.

Pranala Dalam
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Bani Taim
Cabang kadet Quraisy
Lahir: 27 Oktober 573 Wafat: 22 Agustus 634

Jabatan Islam Sunni

Jabatan baru
jabatan dibentuk untuk Khalifah
Diteruskan oleh:

meneruskan kepemimpinan
8 Juni 632 – 22 Agustus 634 'Umar bin Khattab
umat Islam sepeninggal Nabi
Muhammad

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abu_Bakar_Ash-Shiddiq&oldid=21881846"

https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq 10/10

Anda mungkin juga menyukai