Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muhamad Juli Saputra (2021280019)

Chandra Rizki W (2021280020)


Atas Lawyer P (2021280022)
Dimas Reza Pahlevi (2021280023)
Kelompok : 7 (Perpindahan Panas)

Jawaban 1.1
Diketahui : Lapisan Cemara = 5cm
Alumunium = 1cm
Timah = 1cm
Papan Gabus = 6cm
TD = 600 C + 273 = 333k
TL = 100 C + 273 = 283 k
Ditanya ? a. q ?
b. Q ?
Jawaban : a. - Lapisan cemara
qc : -k Dt/Dx
qc : -5cm (283-333)k
(0,05)m
qc : +250 = 2,5 . 10-2
5.10 -2 5.10-2
qc : 0,5 102-(-2)
qc : 0,5 104 w/m2

- Alumunium
q : -k Dt
Dx
q : - 1cm (283-333)k
(0,01)m
q = 250 = 2,5 . 102
1,10-2 1,10-2
q = 2,5 . 102-(-2) = 2,5 . 104 W
m2
- Timah
q = -k dt
dx
q = -1 cm (283 - 333)k
(0,01)m
q = 250 = 2,5 . 102
1,10-2 1,10-2
q = 2,5 102-(-2)
= 2,5 104 W
M2
- Papan gabus
q : -k Dt
Dx
q : -6 cm (283-333)k
(0,06)m
q : 250 =2,5 . 10-2
6 . 10-2 6 . 10-2
q : 0,41 . 102 – (-2)
: 0,41 . 104 W/M2

Jawaban 1.2
Verifikasi rumus (1.5.5) .14. bukan teorema 1.15, bagian (ii) dan (iii) . 15. Definisi semi
stabilitas. Titik keseimbangan X* dari X (n+1) semistabil (dari kanan). Jika diberikan >o terdapat
8>ou bahwa jika om (0) pada teorema stabil 1.15. misalkan untuk titik kesetimbangan X * dari
(1.5.1) F’ (X*) = 1. Pernyataan berikut berlaku (i) jika F” (X *) 0, maka X* tidak stabil. (ii) jika F”
(X*) = 0 dan F” (X*) > 0 maka X* tidak stabil.
Jawaban 1.3
 Es : Karena memiliki konduktifitas yang rendah
 Cemara : Karena kayu merupakan isolator (bahan yang tidak mudah/tidak dapat
menghantarkan panas dengan baik).
 Isolasi : Karena kayu merupakan isolator (bahan yang tidak mudah/tidak dapat
menghantarkan panas dengan baik).
 Aerogel silika : Karena kayu merupakan isolator (bahan yang tidak mudah/tidak dapat
menghantarkan panas dengan baik).

Jawaban 1.4
Konduktivitas panas adalah sifat bahan. Sifat ini berubah dengan suhu dan sangat tergantung
pada tekanan dalam hal gas. Dalam sistem SI, satuannya adalah W/m.K. Dalam rentang suhu
yang sempit, ketergantungan suhu terhadap konduktivitas panas k dapat didekati dengan
persamaan linier

dimana k0 dan a adalah tetapan dan T adalah suhu. Pendekatan linier tersebut berlaku dengan
syarat tidak terjadi perubahan fase pada bahan.
Difusivitas panas ‘alfa’ adalah konsep yang berguna dalam analisis perpindahan panas. Besaran
ini didefinisikan
sebagai nisbah  konduktivitas panas terhadap ‘kapasitas panas volumetrik’ dari bahan.
Kapasitas panas volumetrik diperoleh dengan mengalikan kapasitas panas massa (Cp) dengan
densitas (‘rho’).
Seacara fisik, difusivitas panas dapat diterjemahkan sebagai nisbah dari kemampuan bahan untuk
memindahkan panas terhadap kapasitasnya untuk menyimpan panas. Satuan SI untuk difusivitas
panas adalah m^2/s.

Jawaban 1.5

"Kalor mengalir secara spontan dari benda bertemperatur lebih tinggi ke benda bertemperatur
lebih rendah, tetapi tidak sebaliknya, kecuali pada kedua benda tersebut dilakukan pemaksaan
dengan usaha luar."
Dikutip dari Akselerasi Fisika, hukum termodinamika 2 membahas mengenai pembatasan
perubahan energi yang dapat berlangsung dan tidak dapat berlangsung.
Rudolf Clausius menyatakan sebuah rumusan Clausius mengenai hukum termodinamika 2, yaitu
kalor akan mengalir secara spontan dari benda yang bersuhu tinggi ke bersuhu rendah. Lalu,
tidak mengalir spontan ke arah sebaliknya.
Sedangkan untuk permasalahan entropi, hukum termodinamika 2 menjelaskan jika total entropi
jagat raya tidak akan terjadi pada proses reversible (∆S = 0), namun akan bertambah pada proses
irreversible (∆S >0).
Secara alami, proses termodinamika yang berlangsung adalah irreversible atau proses yang
berlangsung secara spontan pada satu arah, tetapi tidak pada arah sebaliknya.
Namun, ada juga proses reversible atau proses bolak balik. Contohnya adalah proses yang terjadi
pada dua benda dengan suhu yang selisihnya sedikit.
Kita juga tidak akan bisa membuat sebuah mesin kalor yang dapat bekerja dalam satu siklus
yang bisa menyerap seluruh kalor dari sebuah reservoir, lalu mengubah seluruhnya menjadi
usaha luar.
Mesin kalor merupakan pembahasan yang dilakukan oleh Kelvin dan Planck yang dikenal
dengan rumusan Kelvin-Planck tentang hukum termodinamika 2 pada mesin kalor.

Contoh Penerapan Hukum Termodinamika 2


1. Mesin Carnot
Menurut hukum termodinamika 2 dan aplikasinya, tidak ada mesin kalor yang bekerja dengan
efisiensi 100%. Pertanyaannya, berapa efisiensi maksimal yang diberikan oleh mesin jika dua
reservoir panas memiliki suhu yang berbeda?
Ilmuwan bernama Sadi Carnot membuat sebuah hipotesis mesin kalor ideal dan menjawab
pertanyaan tersebut. Mesin tersebut memiliki efisiensi maksimal yang sesuai dengan hukum
termodinamika 2. Siklus pada mesin tersebut disebut dengan Carnot.

Perbesar
Ilustrasi siklus Carnot. Foto: NASA
Perpindahan panas yang terjadi pada mesin Carnot tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang
cukup besar. Saat mesin tersebut mengambil sebuah panas dari reservoir panas pada suhu T1,
maka bahan yang bekerja di dalam mesin juga harus ada pada suhu T1.

Sehingga, pada mesin yang menggunakan siklus Carnot ini, proses yang bekerja adalah dua
proses isotermal reversible dan dua proses adabatik.
Siklus Carnot merupakan dasar pembuatan mesin yang ideal yang disebut dengan mesin Carnot.
Untuk menghitung efisiensi mesin Carnot, kamu bisa menggunakan rumus hukum
termodinamika 2 berikut ini:
Rumus menghitung efisiensi mesin Carnot. Foto: Nada Shofura/kumparan
Di mana, η adalah efisiensi mesin, W adalah usaha, Q1 adalah kalor yang diserap dari reservoir
tinggi, Q2 adalah kalor yang dilepas dari reservoir rendah, T1 adalah suhu reversoir tinggi, dan
T2 adalah suhu reservoir rendah.

Anda mungkin juga menyukai