Anda di halaman 1dari 7

LILIANA COMERIORENSI

03111003061
SHIFT SENIN PAGI
KELOMPOK 3

RESUME JURNAL
PENGOLAHAN TERSIER LIMBAH CAIRAN INDUSTRI
PANGAN DENGAN TEKNIK ELEKTROKOAGULASI
MENGGUNAKAN ELEKTRODA STAINLESS STEEL

Water treatment unit adalah salah satu unit dalam unit utilitas di suatu
industri. Tugas dari water treatment unit sangatlah penting, karena unit ini
mengelolah sumber air dari sungai menjadi air proses, air domestik, air umpan
ketel atau boiler, air pendingin untuk cooling tower, maupun air hidran. Dan unit
ini pula akan mengelolah air keluaran suatu proses unit dikenal sebagai air limbah
atau limbah cair menjadi air yang ramah lingkungan pada saat dibuang ke
lingkungan sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar industri.
Limbah cair industri terlebih industri pangan jika dibuang begitu saja ke
lingkungan sekitar industri akan menimbulkan masalah pencemaran air karena
limbah tersebut mengandung berbagai kontaminan organik. Teknik pengolahan
limbah cair yang tepat dapat mengurangi kandungan pencemar dalam limbah cair
secara efektif dan efisien. Elektrokoagualasi merupakan proses koagulasi dengan
menggunakan arus listrik searah melalui proses elektrolisis. Salah satu kelebihan
dari proses ini adalah tidak perlu penambahan bahan kimia. Agar lebih memahami
bagaimanakah proses pengolahan tersier limbah cair sesuai Jurnal yang terlampir,
berikut penjabarannya.

1. Limbah Cair Industri Pangan


Limbah cair industri pangan mengandung bahan organik yang tinggi, bila
dibuang ke lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu akan menimbulkan dampak
negatif berupa penurunan kualitas badan air penerima. Kandungan bahan organik
dalam limbah industri pangan memiliki bahan organik yang tinggi dan dapat
bertindak sebagai sumber makanan untuk pertumbuhan mikroba. Dengan pasokan
makanan yang berlimpah, mikroorganisme akan berkembang biak dengan cepat
dan mereduksi oksigen terlarut yang terdapat dalam air. Namun disisi lain bahan
organik yang terkandung dalam limbah cair industri pangan akan mengalami
oksidasi sehingga dapat menurunkan kadar oksigen dari perairan. Kadar oksigen
LILIANA COMERIORENSI
03111003061
SHIFT SENIN PAGI
KELOMPOK 3

dalam air yang sering kita sebut DO (dissolved Oxygen). DO yang rendah dapat
membahayakan komunitas air seperti ikan atau organisme yang lain. Banyaknya
oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri aerob untuk mengurai limbah organik
disebut BOD (Biological Oxygen Demand). Bila BOD terlalu tinggi akan
menimbulkan bau yang tidak sedap karena oksidasi berlangsung tanpa oksigen
atau anaerob. Oksidasi anaerob ini akan menghasilkan gas NH3, CH4, dan H2S.
Pada umumnya penanganan limbah cair dari industri ini cukup ditangani dengan
sistem biologis, hal ini karena polutannya merupakan bahan organik seperti
karbohidrat, vitamin, protein sehingga akan dapat didegradasi oleh pengolahan
secara biologis. Tujuan dasar pengolahan limbah cair adalah untuk
menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan bahan terlarut, kadang-
kadang juga untuk penyisihan unsur hara (nutrien) berupa nitrogen dan fosfor.

2. Pengolahan Tersier Limbah Cair


Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah
dikembangkan sangt beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang
berbeda-beda tergantung dari jenis limbah cairnya misalnya limbah cair pangan,
kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses-
proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa
kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga
dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan faktor finansialnya.
Tahapan proses pada pengolahan limbah cair terdiri atas tiga tahapan,
yaitu Pengolahan Primer, Pengolahan Sekunder, dan selanjutnya Pengolahan
Tersier. Berikut penjabarannya:
1) Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa
proses pengolahan secara fisika yaitu dimulai dari penyaringan
(screening), pengolahan awal (treatment), pengendapan, dan terakhir
pengapungan (floation). Setelah pengolahan limbah melalui pengolahan
primer dilanjutkan ke pengolahan sekunder.
2) Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara
biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai
LILIANA COMERIORENSI
03111003061
SHIFT SENIN PAGI
KELOMPOK 3

atau mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan


umumnya adalah bakteri aerob. Terdapat tiga metode pengolahan secara
biologis yang umum digunakan yaitu metode penyaringan dengan tetesan
(trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge), dan metode
kolam perlakuan (ponds/lagoons treatment).
3) Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier akan bisa dilakukan setelah dilakukan
pengolahan primer dan sekunder ternyata masih terdapat zat tertentu dalam
limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat.
Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan
dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair tersebut. Umumnya
zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan
primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat,
fosfat dan garam.
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan
(advanced treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses
kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan
adalah metode saringan pasir, saringan multimedia, precoal filter,
microstaining, elektrokoagulasi, vacum filter, penyerapan dengan karbon
aktif, pengurangan besi dan mangan, dan reversed osmosis. Metode
pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah.
Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses
pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.

3. Teknik Elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi merupakan metode pengolahan air secara elektrokimia
dimana pada anoda terjadi pelepasan koagulan aktif berupa ion logam (biasanya
alumunium atau besi) ke dalam larutan, sedangkan pada katoda terjadi reaksi
elektrolisis berupa pelepasan gas hidrogen. Ektrokoagulasi merupakan suatu
proses koagulasi kontinyu dengan menggunakan arus listrik searah melalui
peristiwa elektrokimia, yaitu gejala dekomposisi elektrolit, dimana salah satu
elektrodanya adalah alumunium ataupun besi. Misalnya koagulan yang digunakan
adalah Aluminium Sulfat/ Al2(SO4)3. Dalam proses ini akan terjadi proses reaksi
LILIANA COMERIORENSI
03111003061
SHIFT SENIN PAGI
KELOMPOK 3

reduksi dimana logam-logam akan direduksi dan diendapkan di kutub negatif,


sedangkan elektroda positif (Al3+) akan teroksidasi menjadi [Al(OH)3] yang
berfungsi sebagai koagulan (Prabowo, 2011).
Sebagai pertimbangan dalam penentuan penggunaan elektrokoagulasi
maka Mollah (2001) telah memberikan gambaran tentang keuntungan dan
kerugiannya. Keuntungan dari penggunaan elektrokoagulasi adalah sebagai
berikut :
1) Elektrokoagulasi membutuhkan peralatan yang sederhana dan mudah
dioperasikan.
2) Air limbah yang diolah dengan elektrokoagulasi menghasilkan effluent
yang jernih, tidak berwarna dan tidak berbau.
3) Lumpur yang dihasilkan elektrokoagulasi relatif lebih stabil dan mudah
dipisahkan karena terutama berasal dari oksida logam. Selain itu jumlah
lumpur yang dihasilkan sedikit.
4) Flok yang terbentuk pada elektrokoagulasi memiliki kesamaan dengan
flok yang berasal dari koagulasi kimia. Perbedaannya adalah flok dari
elektrokoagulasi berukuran lebih besar dengan kandungan air yang sedikit,
lebih stabil dan mudah dipisahkan secara cepat dengan filtrasi.
5) Elektrokoagulasi menghasilkan effluent yang mengandung TDS dalam
jumlah yang lebih sedikit dibandingkan pengolahan kimiawi. Jika air hasil
pengolahan ini digunakan kembali, kandungan TDS yang rendah akan
mengurangi biaya recovery.
6) Proses elektrokoagulasi mempunyai keuntungan dalam mengolah partikel
koloid yang berukuran sangat kecil karena dengan pemakaian arus listrik
menyebabkan proses koagulasi lebih mudah terjadi dan lebih cepat.
7) Proses elektrokoagulasi tidak memerlukan pemakaian bahan kimia
sehingga tidak bermasalah dengan netralisasi kelebihan bahan kimia dan
tidak membutuhkan kemungkinan pengolahan berikutnya jika terjadi
penambahan senyawa kimia yang terlalu tinggi seperti pada penggunaan
bahan kimia.
8) Gelembung gas yang dihasilkan selama proses elektrolisis membawa
polutan yang diolah untuk naik ke permukaan (flotasi) dimana flok
tersebut dengan mudah terkonsentrasi, dikumpulkan dan dipisahkan
LILIANA COMERIORENSI
03111003061
SHIFT SENIN PAGI
KELOMPOK 3

9) Perawatan reaktor elektrokoagulasi lebih mudah karena proses elektrolisis


yang terjadi cukup dikontrol dari pemakaian listrik tanpa perlu
memindahkan bagian dalamnya.
10) Teknologi elektrokoagulasi dapat dengan mudah diaplikasikan di daerah
yang tidak terjangkau layanan listrik yakni dengan menggunakan panel
matahari yang cukup untuk terjadinya proses pengolahan.
Sedangkan kerugian dari penggunaan elektrokoagulasi adalah :
1) Elektroda yang digunakan dalam proses ini harus diganti secara teratur
2) Penggunaan listrik kadang kala lebih mahal pada beberapa daerah
3) Terbentuknya lapisan di elektroda dapat mengurangi efisiensi pengolahan
4) Teknologi ini membutuhkan konduktivitas yang tinggi pada air limbah
yang diolah
5) Hidroksida seperti gelatin cenderung solubize pada beberapa kasus

Setelah penjabaran diatas telah dipahami bahwa Jurnal tersebut,


melakukan suatu penelitian yaitu mengelolah limbah cair pangan dengan tujuan
untuk menghilangkan zat-zat organik seperti nitrat, fosfat dan garam atau polutan
yang terdapat dalam limbah cair. Dan pengolahan ini dengan menggunakan
elektroda stainless steel (elektrokoagulasi) dilakukan pada tahap air pengolahan
limbah cair yaitu pada tahap pengolahan tersier. Pengolahan tersier dilakukan
setelah pengolahan primer dan pengolahan sekunder telah dilakukan. Pengolahan
tersier limbah cair dapat juga dilakukan dengan proses koagulasi dan flokulasi
baik dengan penambahan bahan kimia maupun dengan perlakuan elektrik seperti
pada penelitian ini.
Parameter yang harus diperhatikan untuk mengolah limbah cair ini
sebelum dibuang ke lingkungan adalah pH, TSS (Total Suspended Solid),
kekeruhan, warna, konsentrasi fosfat dan COD (Chemical Oxygen Demand).
Pengolahan limbah cair ini dimaksudkan untuk mengendalikan dan mencegah
pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu
limbah cair sesuai Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta no 122 Tahun 2005
menunjukkan bahwa batas nilai BOD limbah cair yang diperbolehkan adalah < 50
mg/L, COD < 80 mg/L, TSS < 50 mg/L, dan nilai PH berada dalam kisaran 6-9.
LILIANA COMERIORENSI
03111003061
SHIFT SENIN PAGI
KELOMPOK 3

Teknik yang digunakan dalam pengolahan limbah cair ini adalah


elektrokoagulasi yaitu salah satu teknik pengolahan limbah cair secara kimia yang
baru. Teknik elektrokoagulasi ini dipilih untuk menghindari pemakaian bahan
kimia sebagai bahan uatama maupun bahan pembantu pada proses pengolahan
limbah cair, karena terkait dengan beban pencemar lingkungan.
Elektrokoagulasi terdiri dari tiga proses dasar yaitu elektrokimia,
koagulasi, dan flotasi. Ketiga proses tersebut saling berinteraksi dan berhubungan
untuk menjalankan elektrokoagulasi. Reaksi kimia yang terjadi pada proses
elektrokoagulasi ini yaitu reaksi reduksi pksidasi sebagai akibat adanya arus listrik
(DC). Pada reaksi ini terjadi pergerakan dari ion-ion yaitu ion positif (kation)
yang bergerak pada katoda bermuatan negatif. Begitu sebaliknya.
Prosesnya adalah berikut ini, reaksi yang terjadi adalah rekasi
elektrokimia. Yaitu terjadinya reaksi reduksi oksidasi. Dimana reaksi oksidasi
pada anoda akan menghasilkan gugus Fe(OH)3 sebagai hasil reaksi in Fe3+ dan ion
OH-. Ion OH- dihasilkan melalui rekasi reduksi air (H2O) di katoda, sedangkan ion
Fe3+ terbentuk melalui reduksi elektroda stainless steel di katoda. Gugus Fe(OH)3
memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi dan bertindak sebagai koagulan.
Semakin lama elektrokoagulasi dan semakin ebsar tegangan yang diberikan maka
logam besi yang mengalami reduksi menjadi ionnya akan semakin banyak
sehingga semakin banyak pula gugus Fe(OH)3 yang terbentuk. Dengan banyaknya
Fe(OH)3 yang berfungsu sebagai koagulan, maka akan semakin tinggi
kemampuan membentuk flok-floknya. Rekasi reduksi ion H+ pada katoda akan
menghasilkan gas hidrogen (H2). Dengan pembentukan gas hidrogen ini maka
akan membantu proses pencampuran dan koagulasi oleh koagulan yang terbentuk.
Gas hidrogen membantu flok mengalamo flotasi sehingga flok yang terbentuk
akan berada di permukaan cairan. Melalui reaksi reduksi-oksidasi inilah pencemar
dalam limbah dapat dipisahkan. Reaksi reduksi-oksidasi mengganggu kestabilan
limbah cair sehingga zat-zat yang terdapat pada limbah cair itu mengalami
destabilitas yang menyebabkan zat-zat didalamnya akan membentuk flok untuk
mencapai kestabilannya kembali dengan melakukan koagulasi. Flok-flok yang
terflotasi lama kelamaan akan mengendap jika sudah mencapai bobot yang cukup.
Ternyata aplikasi elektrokoagulasi telah digunakan pula untuk pengolahan
limbah petrokimia, limbah cair destilasi alkoho l dan peningkatan kualitas air.
LILIANA COMERIORENSI
03111003061
SHIFT SENIN PAGI
KELOMPOK 3

DAFTAR PUSTAKA

Kirana, Intan. 2011. Limbah Cair Industri Pangan. [Online]. (Tersedia:


http://pijartalenta.blogspot.com/2011/05/limbah-cair-industri-pangan-meru
pakan.html/) diakses 18 September 2014

Nasir, Sayuti. 2013. Elektrokoagulasi. [Online]. (Tersedia: http://sayutinasir.


blogspot.com/2013/08/elektrokoagulasi.html) diakses 18 September 2014

Uswatun, Neni. 2012. Pencemaran dan Penanganan Limbah. [Online].


(Tersedia:http://neniuswatun.blogspot.com/2012/04/pencemaran-dan pena
nganan-limbah.html.) diakses 18 September 2014

Windika, Mutiara Gameissa et al. (2012). “Pengolahan Tersier Limbah Cairan In


dustri Pangan dengan Teknik Elektrokoagulasi Menggunakan Elektroda St
ainless Steel”. E-Jurnal Agroindustri Indonesia Juli Vol.1 No. 1, 31-37.
www.academia.edu/4348114/jurnal_pengolahan_limbah_cair_namira.
Diakses 18 September 2014

Wita. 2012. Limbah Padat, Cair dan Gas. [Online]. (Tersedia:


witasharer.blogspot.com%20%20PENAGANAN%20LIMBAH%20PADA
T,%20CAIR%20DAN%20GAS%20dan%20B3.htm.) diakses 18
September 2014

Anda mungkin juga menyukai