Anda di halaman 1dari 18

PENGANTAR STUDI ISLAM

PENGERTIAN AGAMA

Dosen Pembimbing : Dr. Arif Muzayin Shofwan

Oleh

Nihlatul Ulya 2186236008


Defita Nurfarida 2186236017
Silvia Dwi Rahayu 2186236021
Zahro Muna Lutfia 2186236028
Syawiyatul Fuadah 2186236032

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Pengertian Agama tanpa halangan suatu apapun. Makalah
ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam. Tidak
lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada :
1. Bapak Dr. Arif Muzayin Shofwan selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengantar Studi Islam yang telah turut serta, dan memberi dukungan kepada
penulis.
2. Teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan para mahasiswa untuk
mengetahui dan memahami tentang aspek dan fungsi dalam manajemen kelas.
Namun dengan ini kami menyadari bahwa makalah ini belum mencapai taraf
kesempurnaan, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar kami bisa menyempurnakan dan memperbaiki makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa mendapatkan ridho Allah Swt.

Blitar,Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………..…… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………...…..... ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..... 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………..……............... 1


1.2 Rumusan masalah……………………………………………..………….. 1
1.3 Tujuan…………………………..………………………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….…. 2

2.1 Pengertian Agama Islam……………………………………………….…. 2

2.2 Ruang Lingkup Islam …………………………………………………..… 3

2.3 Sumber- sumber Ajaran Islam……………………………………….….… 4

2.4 Karakteristik Agama Islam ………………………..………………….…. 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………… 14

3.2 Saran ……………………………………………………………………. 14

Daftar Pustaka……………………………………….…………………….. 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam merupakan agama yang benar-benar bersumber dari Allah SWT,
yang tidak ada keraguan sedikitpun mengenai kebenaran-Nya. Islam lahir
sebagai Agama yang menyempurnakan agama-agama terdahulu yang sudah
banyak dikotori oleh campur tangan pemeluknya sendiri. Islam mempunyai
sumber ajaran utama yaitu al-Qur’an yang mutlak benarnya karena bersumber
langsung dari Allah SWT, yang kedua yaitu Hadits sebagai sumber kedua
setelah al-Qur’an. Di dalam Islam juga dikenal adanya Ra’yu atau akal pikiran
(ijtihad) yang digunakan sebagai sumber pendukung untuk mendapatkan
hukum bila di dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ditemui.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Agama Islam?
2. Darimana sumber Ajaran Islam?
3. Apa saja karakteristik Agama Islam?
1.3 Tujuan

Agar mahasiswa mengetahui pengertian Agama Islam, darimana saja sumber-


sumber ajaran agama islam, dan mengetahui bagaimana karakteristik dari agama
islam.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Agama Islam

Agama menurut kamus bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip


kepercayaan kepada Tuhan, atau juga di sebut ajaran dan kewajiban-kewajiban
yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata “Agama” berasal dari bahasa
sansekerta yang berarti ”Tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep
ini adalah “Religi yang berasal dari bahasa latin “Religio”dan berakar dari kata
kerja re-ligare yang berarti “Mengikat kembali”. Maksudnya, dengan bereligi,
seseorang mengikat dirinya dengan tuhannya.

4 usur yang menjadi karaktristik agama sebagai berikut.

1. Unsur kepercayaan terhadap kekuatan gaib.


2. Unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahtraan hidup di dunia
ini dan di akhirat nanti tergantung pada adanya hubungan yang baik
dengan kekuatan gaib yang di maksud.
3. Unsur respon yang bersifat emosional dari manusia.
4. Unsur paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk
kekuatan gaib dan kitab suci yang mengandung ajaran – ajaran agama
yang bersangkutan, tempat-tempat tertentu, peralatan untuk
menyelenggarakan upacara dan sebagainya.

Fungsi Agama

Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai


yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi
kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan
keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti yang
khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.
Selain itu pengaruh agama dalam kehidupan individu adalah memberi kemantapan
batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa sukses, dan rasa puas. Perasaan positf ini
lebih lanjut akan menjadi pendorong untuk berbuat.
Agama dalam kehidupan individu selain menjadi motifasi dan nilai etik
juga merupakan harapan. Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong
indivdu untuk melakukan suatu aktifitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan
latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian, serta ketaatan.
Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu.
Sedangkan agama sebagai nilai etik karena dalam melakukan sesuatu tindakan
seseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh menurut agama yang dianutnya.

2.2 Ruang Lingkup Islam

Ruang lingkup Islam itu sendiri, yakni :

a) Aspek Akidah yaitu keimanan dan keyakinan terhadap Allah dan


Rasulnya.
b) Aspek Fiqih yaitu hukum-hukum syariat yang mengatur perbuatan dan
perkataan.
c) Aspek Akhlak yaitu ceminan akidah yang teladan.

Berdasarkan pengamatan analitis, bahwasanya agama sebagai obyek


sosiologi, terdapat tiga kawasan agama atau ruang lingkup agama, yaitu:

a) Kawasan putih Yang dimaksud dengan kawasan putih adalah suatu


kawasan di mana kebutuhan manusiawi yang hendak dicapai masih dapat
dicapai dengan kekuatan manusia sendiri.
b) Kawasan hijau Kawasan hijau meliputi daerah usaha di mana manusia
merasa aman dalam artian akhlak (moral). Dalam kawaasan ini tindak
langkah manusia dengan sesamanya diatur oleh norma-norma rasional
yang mendapat legitinasi oleh agama.
c) Kawasan hitam Kawasan gelap meliputi daerah usaha di mana manusia
secara radikal dan total mengalami kegagalan yang disebabkan
ketidakmampuan mutlak manusia sendiri. Kawasan ini disebut daerah
gelap karena rasio manusia tidak sanggup menangkap hakekat (substansi)
kekuatan luar, karena dia itu di luar jangkauan manusia.
2.3 Sumber Ajaran Islam

Sumber utama ajaran agama dalam Islam yang utama adalah al-Qur‟an
dan al-Hadis atau al-Sunnah . Al-Qur‟an adalah Wahyu Allah yang mutlak
kebenarannya dan tidak dapat dibantah oleh akal dan kebenaran manusia,
sehingga alQur‟an adalah sumber ajaran utama dalam Islam. Al-Hadis atau al-
Sunnah adalah sumber ajaran utama yang kedua setelah al-Qur‟an, sebab al-Hadis
atau al- Sunnah adalah ajaran-ajaran dan contoh teladan dari Rasulullah SAW,
menusia yang telah dipercaya dan diangkat oleh Allah sebagai Rasul yakni utusan
Allah untuk menyampaikan Agama Islam kepada manusia

Sumber Ajaran Islam Primer

A. Alqur’an
Menurut Subni Shalih, Alqur’an berarti bacaan. Ia merupakan kata
turunan (mashdar) dari kata qara’a (fi’il madhi) dengan arti ism al-
maf’ul, yaitu maqru’ yang dibaca (alqur’an terjemahannya, 1990: 15)

Secara istilah secara lengkap menurut Abd. Al-Wahhab Al-


Khallaf Al-qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati
Rasulullah, Muhammad bin Abdullah, melalui jibril dengan
menggunakan bahasa Arab dan maknanya yang benar, agar ia
menjadiakan hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rosulullah,
menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada
mereka, dan menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan
ibadah kepada Allah dengan membacanya.

Fungsi Al-Qur’an sesuai dengan nama- namanya :

1) Al-huda (petunjuk)

Dalam al-qur’an terdapat tiga kategori tentang posisi alqur’an sebagai


petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Kedua, Alqur’an
sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Ketiga, petunjuk bagi
orang-orang yang beriman.
2) Al-furqan (pemisah)

Dalam alqur’an dikatakan bahwa ia adalah ugeran untuk


membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang batil,
atau antara yang benar dan salah.

3) Al-syifa (obat).

Dalam alqur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi


penyakit-penyakit yang ada pada dada (mungkin disini yang dimaksud
adalah penyakit psikologis).

4) Al-mau’izah (nasihat).
Dalam alqur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasihat bagi
orang-orang yang bertaqwa.

B. Al-Hadis

Al-Hadis berkedudukan sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah


Al-qur’an. Selain didasarkan pada keterangan-keterangan ayat-ayat Alqur’an dan
Hadis juga didasarkan kepada pendapat kesepakatan para sahabat. Yakni seluruh
sahabat sepakat untuk menetapkan tentang wajib mengikuti hadis, baik pada masa
Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat.

Menurut ahli bahasa , al-hadits adalah al-jadid (baru), al-khabar (beriata),


dan al-qarib (dekat) (lihat Muhammad Ajaj al- Khatib, 1971: 20 dan Endang
Soetari Ad, 1984: 1). Hadis dalam pengertian al-khabar dapat dijumpai
diantaranya dalam surat al-Thur (52) ayat 34. Surat al-Kahfi (18) ayat 6, dan surat
al-Dhuha (93) ayat 11. Kemudian dalam mengartikan al-hadits secara istilah atau
terminologi antara ulama’ hadis dan ulama’ ushul fiqh terjadi berbeda pendapat.
Menurut ulama’ hadits, arti hadits adalah : “Sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan , taqrir maupun sifat. (Mahmud al-
Thahan, 1985:15)”
Sedangkan ulama’ ahli ushul fiqh mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan hadits adalah.“Segala perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi SAW yang
berkaitan dengan penetapan hukum.”

Al-sunnah dalam pengertian etimologi adalah “Jalan atau cara yang


merupakan kebiasaan yang baik atau jelek. (Nur al-‘ Athar, 1979: 27)”

Posisi dan Fungsi Hadits

Umat Islam sepakat bahwa hadits merupakan sumber ajaran Islam kedua
setelah al-qur’an. Kesepakatan mereka didasarkan pada nas, baik yang terdapat
dalam al-qur’an maupun hadits. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi (lihat Jalal al-
din Abd. Al-Rahman bin Abi Bakr al-Suyuti, th. 505) “Aku tinggalkan dua
pusaka untukmu, yang kalian tidak akan sesat selamanya, yaitu kitab Allah (Al-
quran) dan Sunnah Rasul.

Hadits berfungsi merinci danmengiterpretasi ayat-ayat al-qur’anyang


mujmal (global) serta memberikan persyaratan (taqyid) terhadap ayat-ayat
yang muthlaq. Disamping itu, ia pun berfungsi mengkhususkan (tahkhshish)
terhadap ayat-ayat yang bersifat umum (‘am). Fungsi ini merujuk pada bayan al-
tafshil versi Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, juga bayan tafsir. Hadits berfungsi
menetapkan aturan atau hukum yang tidak didapat di dalam al-qur’an. Fungsi ini
mengacu pada bayan al-tasyri’ versi Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Ahmad bin
Hambal.

2. Ijtihad sebagai Sumber Ajaran Islam Sekunder

a. Pengertian Ijtihad

Secara bahasa, ijtihad berasal dari kata jahada. Kata ini beserta


seluruh variasinya menunjukkan pekerjaan yang dilakukan lebih dari
biasa, sulit dilaksanakan atau yang tidak disenangi.
Menurut Abu Zahra, secara istilah, arti ijtihad ialah:

‫ﺍﻟﺘﻔﺼﻴﻟﻴﺔ‬ ‫ﻟﺘﻬﺎ‬ ‫ﺍﺩ‬ ‫ﻤﻦ‬ ‫ﺍﻟﻌﻤﻟﻴﺔ‬ ‫ﺍﻻﺤﻜﺎﻡ‬ ‫ﺍﺴﺘﻨﺑﺎﻂ‬ ‫ﻔﻰ‬ ‫ﻮﺴﻌﻪ‬ ‫ﺍﻟﻔﻗﻴﻪ‬ ‫ﺒﺬﻝ‬

Upaya seorang ahli fiqh dengan kemampuannya dalam


mewujudkan hukum-hukum amaliyah yang diambil dari dalil-dalil
yang rinci.

Sebagian lagi menggunakan metode ma’quli (berdasarkan ra’yi dan akal).

Secara harfiah ra’yi berarti pendapat dan pertimbangan. Tetapi orang-orang arab
telah mempergunakannya bagi pendapat dan keahlian yang dipertimbangkan
dengan baik dalam menangani urusan yang dihadapi.

a. Dasar-dasar Ijtihad
Dasar hukum ijtihad ialah al-Qur’an dan al-Sunnah. Diantara ayat al-
Qur’an yang menjadi dasar ijtihad adalah sebagai berikut: sungguhnya kami telah
menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu
mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu,
dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang-orang yang khianat. (Q. S. al-Nisa : 105).
Artinya: sesungguhnya yang pada demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir. (Q. S. al-Rum : 21)

Adapun sunnah yang menjadi dasar ijtihad diantaranya hadits ‘Amr bin
al-‘Ash yang diriwayatkan oleh imam Bukhari, Muslim, dan Ahmad yang
menyebutkan bahwa Nabi Muhammad bersabda:

‫ﻮﺍﺤﺪ‬ ‫ﺍﺟﺮ‬ ‫ﺍﺨﻄﺄ ﻔﻟﻪ‬ ‫ﺛﻡ‬ ‫ﻔﺎﺟﺗﻬﺩ‬ ‫ﺤﻜﻡ‬ ‫ﺍﺟﺮﺍﻦ ﺍﺬﺍ‬ ‫ﻔﻟﻪ‬ ‫ﻔﺎﺼﺎﺐ‬ ‫ﻔﺎﺟﺗﻬﺩ‬ ‫ﺍﻟﺤﺎﻜﻡ‬ ‫ﺤﻜﻡ‬ ‫ﺍﺬﺍ‬

”Apabila seorang hakim menetapkan hukum dengan berijtihad, kemudian dia


benar maka ia mendapatkan dua pahala, akan tetapi jika ia menetapkan hukum
dalam ijtihad itu salah maka ia mendapatkan satu pahala.” (Muslim, II, t.th: 62)
b. Syarat-syarat Mujtahid
a. Mukalaf, karena hanya mukalaf yang mungkin dapat
melakukan penetapan hukum.
b. Mengetahui makna-makna lafad dan rahasianya
c. Mengetahui keadaan mukhathab yang merupakan sebab
pertama terjadinya perintah atau larangan.
d. Mengetahui keadaan lafad; apakah memiliki qarinah atau
tidak.

c. Macam-macam Mujtahid
1) Mujtahid Mutlak

Yaitu orang-orang yang melakukan ijtihad langsung secara


keseluruhan dari al-Qur’an dan hadits, dan seringkali mendirikan
mazhab sendiri seperti halnya para sahabat dan para imam yang
empat.

2) Mujtahid Mazhab

Yaitu para mujtahid yang mengikuti salah satu mazhab dan


tidak membentuk suatu mazhab tersendiri akan tetapi dalam
beberapa hal mereka berijtihad mungkin berbeda pendapat dengan
imamnya.

3) Mujtahid fil Masa’il

Yaitu orang-orang yang berijtihad hanya pada beberapa


masalah saja, jadi tidak dalam arti keseluruhan, namun mereka
tidak mengikuti satu mazhab.

4) Mujtahid Mugaiyyad

Yaitu orang-orang yang berijtihad mengikatkan diri dan


mengikuti pendapat ulama salaf, dengan kesanggupan untuk
menentukan mana yang lebih utama dan pendapat-pendapat yang
berbeda beserta riwayat yang lebih kuat di antara riwayat itu,
begitu pun mereka memahami dalil-dalil yang menjadi dasar
pendapat para mujtahid yang diikuti.

d.  Hukum Ijtihad

Pertama, bagi seorang muslim yang memenuhi kriteria mujtahid yang


dimintai fatwa hukum atas suatu peristiwa yang terjadi dan ia khawatir peristiwa
itu akan hilang begitu saja tanpa kepastian hukumnya, atau ia sendiri mengalami
peristiwa yang tidak jelas hukumnya dalam nas, maka hukum ijtihad menjadi
wajib ’ain.

Kedua, bagi seorang muslim yang memenuhi kriteria mujtahid yang


dimintai fatwa hukum atas suatu peristiwa yang terjadi, tetapi ia mengkhawatirkan
peristiwa itu lenyap dan selain dia masih ada mujtahid lainnya, maka hukum
ijtihad menjadi wajib kifayah.

Ketiga, hukum berijtihad menjadi sunat jika dilakukan atas persoalan-


persoalan yang tidak atau belum terjadi.

Keempat, hukum ijtihad menjadi haram dilakukan atas peristiwa-peristiwa


yang sudah jelas hukumnya secara qathi’, baik dalam al-Qur’an maupun al-
Sunnah; atau ijtihad atas peristiwa yang hukumnya telah ditetapkan secara ijmak.
(Wahbah al-Zuhaili, 1978: 498-9 dan Muhaimin, dkk., 1994: 189)

2.4 Karakteristik Islam

Istilah “karakteristik ajaran Islam” terdiri dari dua kata: karakteristik dan
ajaran Islam. Karakteristik adalah sesuatu yang mempunyai karakter atau sifatnya
yang khas. Islam adalah agama yang diajarkan Nabi Muhammad saw., yang
berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an dan diturunkan di dunia ini melalui wahyu
Allah SWT. Dari pengertian dua kata tersebut, karakteristik ajaran Islam dapat
diartikan sebagai suatu ciri khas dari ajaran yang diajarkan Nabi Muhammad yang
mempelajari tentang berbagai ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia dalam
berbagai bidang agama , muamalah, yang di dalamnya termasuk ekonomi, sosial,
politik, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, lingkungan hidup, dan disiplin ilmu,
yang kesemuanya itu berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadits.

Menurut Dr. Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya “Karakteristik Islam


Kajian Analitik” menguraikan tujuh karakteristik Islam, yaitu: Rabbaniyah
(Ketuhanan), isnaniyah (kemanusiaan), syumul (universal), keadilan, kontekstual,
kejelasan, integrasi antara tsabat dan murunah. Sedangkan menurut Abuddin Nata
dalam bukunya “Metodologi Studi Islam” menguraikan karakteristik Islam dalam
berbagai bidang, yaitu: dalam bidang agama, ibadah, akidah, ilmu dan
kebudayaan, pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan, politik, pekerjaan, Islam
sebagai disiplin ilmu. Karakteristik Islam dari beberapa bidang:

1.  Dalam Bidang Agama

Islam itu agama yang Kitab Sucinya dengan tegas mengakui hak
agama lain, kecuali yang berdasarkan paganisme dan syirik. Kemudian
pengakuan akan hak agama-agama lain dengan sendirinya merupakan
dasar paham kemajemukan sosial budaya dan agama, sebagai ketetapan
Tuhan yang tidak berubah-ubah.

Hal ini diperkuat pada Qs. Al-Maidah ayat 46.

Artinya: Dan kami teruskan jejak mereka dengan mengutus ‘Isa


putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan
kami menurunkan Injil kepadanya, di dalamnya terdapat petunjuk dan
cahaya, dan membenarkan kitb yang sebelumnya yaitu Taurat, dan
sebagai petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.

Kaum muslim diperintahkan berpegang teguh kepada ajaran


kontinuitas dengan beriman kepada semua Nabi dan Rasul tanpa kecuali
dan tanpa membeda-bedakan antara mereka. Bahkan Al-Qur’an tepatnya
dalam Qs. Al-Baqarah ayat 62 juga mengisyaratkan bahwa para penganut
berbagai agama (Yahudi, Nasrani, Sabi’in), asalkan percaya Tuhan dan
Hari Akhir serta berbuat kebajikan, semua akan mendapat pahala. Dengan
demikian karakteristik Islam dalam bidang keagamaan bersifat toleran,
pemaaf, tidak memaksakan, dan saling menghargai, karena dalam
pluralitas agama terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian pada Tuhan.

2. Dalam Bidang Ibadah

Ibadah dapat diartikan sebagai upaya mendekatkan diri kepada


Allah dengan mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala yang
dilarang-Nya, dan mengamalkan segala yang diizinkan-Nya. Ibadah
ada yang bersifat khusus dan umum. Ibadah khusus dapat diartikan
sebagai apa yang telah ditetapkan Allah akan perinci-perinciannya,
tingkat dan cara-caranya tertentu. Misalnya bilangan salat lima waktu
serta tata cara mengerjakannya, ketentuan ibadah haji dan tata cara
mengerjakannya. Dalam yurisprudensi Islam telah ditetapkan bahwa
dalam urusan ibadah khusus tidak boleh ada “kreativitas”, sebab yang
meng”create” atau yang membentuk suatu ibadah dalam Islam dinilai
sebagai bid’ah yang dikutuk Nabi sebagai kesesatan.

Dalam kitab karangan Dr. Yusuf. Al-Qardhawi juga dijelaskan


mengenai karakteristik Islam dalam bidang ibadah, namun pokok
bahasannya tertuju pada Rabbaniyah. Yang dimaksud dengan
Rabbaniyah di sini adalah yang meliputi dua kriteria.: yaitu
Rabbaniyah ghoyah (tujuan) dan wijhah (sudut pandang), Rabbaniyah
mashdar (sumber hukum) dan manhaj (sistem). Adapun yang
dimaksud Rabbaniyah tujuan dan sudut pandang bahwa Islam itu
menjadikan tujuan akhir dan sasarannya yang jauh ke depan, yaitu
dengan menjaga hubungan dengan Allah secara baik dan mencapai
ridha-Nya.[22]

3. Bidang Ilmu Dan Kebudayaan

Dalam bidang ilmu, kebudayaan, dan teknologi, Islam


mengajarkan kepada pemeluknya untuk bersikap terbuka dan tidak
tertutup, terbuka untuk menerima berbagai masukan dari luar, tetapi
juga harus selektif, maksudnya adalah tidak begitu saja menerima
seluruh jenis ilmu dan teknologi, melainkan ilmu dan teknologi yang
sesuai tidak menyimpang dari ajaran Islam.

4. Bidang Pendidikan

Karakteristik Islam dalam bidang pendidikan yaitu Islam


memandang pendidikan sebagai hak bagi setiap orang (education for
all), laki-laki atau peempuan, dan berlangsung sepanjang hayat (long
life education). Islam pu memiliki rumusan yang jelas terhadap dunia
pendidikan dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode, sarana, dan
lain sebagainya.

5. Bidang Sosial

Dalam bidang sosial, ciri khas yang diajarkan Islam yaitu


ajaran yang bertujuan untuk mensejahterakan manusia. Berbagai ajaran
yang diajarkan Islam untuk mensejahterakan manusia antara lain sikap
toleransi meskipun dengan umat yang berbeda agama, sikap tolong
mnolong, kesamaan derajat, kesetiakawanan, tenggang rasa, kegotong
royongan atau kebersamaan, dan lain sebagainya

6. Bidang Kehidupan Ekonomi

Islam merupakan agama yang memiliki ajaran dalam segala


bidang, dalam urusan kehidupan duniapun dalam hal ini bidang
ekonomi, Islam mengajarkannya untuk kesejahteraan manusia, karena
Islam memandang bahwa manusia itu harus hidup seimbang dan tidak
terpisahkan antara urusan dunia dan akhirat. Adapun ciri khas ekonomi
Islam yaitu:

a) Ekonomi Islam merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam

b) Ekonomi Islam merealisasikan keseimbangan individu dengan


kepentingan masyarakat.
Karakteristik agama islam menurut Al-Qur’an

 Ketuhanan atau Rabbaniyah: Yaitu ajaran yang sumbernya dari Allah


SWT bukan dari manusia.
 Kemanusian atau Insânîyyah: yaitu Semua tuntunannya sesuai dengan
fitrah manusia. Pengaturan yang dilakukan bertujuan untuk menjaga agar
fitrah tidak membawa pada runtuhnya nilai kemanusiaan, namun tidak
berlawanan.
 Realistis atau Al-Waqi’îyyah: Yaitu ajarannya dapat diamalkan oleh
semua manusia, terlepas dari status sosial dll.
 Ketercakupan semua aspek atau Asy-Syumûl: Yaitu Ajarannya
menyangkut segala aspek kehidupan.
 Tidak memberatkan atau ‘Adam Al-Haraj: Yaitu Islam bertujuan
menyelamatkan manusia, bukan memberatkannya.
 Moderasi atau Al-Wasathîyyah: Yaitu tuntunannya bersifat pertengahan.
Menjadikan kehidupan dunia untuk kebahagiaan akhirat.
 Kejelasan atau Al-Wudhûh: Yaitu ajarannya jelas dan logis. Tidak ada
yang bertentangan dengan akal.
 Penahapan dan Keberangsuran atau At-Tadarruj: Yaitu ajaran Islam
diturunkan secara bertahap. Diawali dengan hal yang berkaitan dengan
akidah lalu persoalan hukum.
 Sesuai dengan semua tempat dan situasi atau Al-Khair, nilai-nilai
universal, yaitu prinsip dan ketentuan berkaitan dengan fitrah dan
keperluan tetap manusia, contoh kasih sayang orangtua, kebutuhan akan
makanan, dan pakaian.
 Sedikitnya tugas-tugas keagamaan atau Qillat At-Taklîf: Yaitu islam tidak
membebani manusia dengan tugas yang berat dan banyak. Semua
disesuaikan dengan kemampuan manusia itu sendiri.
BAB III

PENUTUP

a. KESIMPULAN

Agama menurut kamus bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip


kepercayaan kepada Tuhan, atau juga di sebut nama lainnya dengan ajaran dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata “Agama”
berasal dari bahasa sansekerta yang berarti ”Tradisi”. Sedangkan kata lain untuk
menyatakan konsep ini adalah “Religi yang berasal dari bahasa latin “Religio”dan
berakar dari kata kerja re-ligare yang berarti “Mengikat kembali”. Maksudnya,
dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya dengan tuhannya.

Agama memiliki fungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-
norma tertentu. Agama juga berfungsi sistem nilai agama memiliki arti yang
khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.

Karakteristik Agama menurut Al – Qur’an antara lain,

1. Ketuhanan atau Rabbaniyah: Yaitu ajaran yang sumbernya dari


Allah SWT bukan dari manusia.
2. Kemanusian atau Insânîyyah: yaitu Semua tuntunannya sesuai
dengan fitrah manusia.Pengaturan yang dilakukan bertujuan untuk
menjaga agar fitrah tidak membawa pada runtuhnya nilai
kemanusiaan, namun tidak berlawanan.
3. Realistis atau Al-Waqi’îyyah: Yaitu ajarannya dapat diamalkan
oleh semua manusia, terlepas dari status sosial dll

3.1 SARAN

Demikian makalah yang kami susun, kami menyadari bahwa makalah


yang kami susun ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi lebih baiknya penulisan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bias bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

http://msitadriskimia.blogspot.com/2010/09/sumber-dan-karakteristisk-
islam.html?m=1 (diakses pada 5 november 2021 17.11)

https://imujio.com/karakteristik-agama-islam/ (diakses pada 5 november 15.00)

Anda mungkin juga menyukai