Proposal
“Kecamatan Sembalun, meskipun secara administrasi terbagi menjadi enam desa, pada hakikatnya
adalah sebuah ekosistem”
Sembalun yang terletak di bagian timur gunung Rinjani merupakan bagian dari desa penyangga
Taman Nasional Gunung Rinjani. Seperti tertuang dalam RTRW Kab. Lombok Timur tahun 2012-2032,
Sembalun berfungsi sebagai kawasan pelindung daerah di bawahnya selain fungsi-fungsi strategis
yang lain seperti RTH dan kawasan pertanian tanaman pangan. Sebagai daerah dengan topografi
dataran tinggi, Sembalun mempunyai ekosistem yang sangat rentan terhadap perubahan iklim dan
bentuk ketidakseimbangan lingkungan lainnya.
Degradasi lingkungan akibat peralihan fungsi lahan dan pembangunan yang tidak terencana,
berakibat pada hilangnya mata air, sungai yang mengering dan kerusakan ekosistem lainnya.
Perubahan orientasi kehidupan masyarakat merubah bentuk dan pola hubungan manusia dengan
alam.
01
Kebijakan dan program pembangunan bersifat antroposentris dimana eksternalitas dari aktifitas
ekonomi tidak difaktorkan dalam kalkulasi pertumbuhan ekonomi. Artinya, pohon dianggap baru
memiliki nilai ekonomi setelah ditebang. Di sisi lain, kemampuan adaptasi manusia yang tinggi dan
rendahnya pemahaman tentang fungsi-fungsi vital ekosistem bagi keberlangsungan hidup manusia,
membuat normalisasi disfungsi menjadi karakter kolektif masyarakat.
Belajar dari kesalahan usaha konservasi di masa lalu, program ini menekankan pentingnya
membangun sistem untuk menjamin keberlanjutan program. Faktor kegagalan usaha konservasi
selama ini antara lain terletak pada postur anggaran yang tidak berimbang dimana sebagian besar
berpusat pada proses penanaman. Dengan kondisi cuaca Sembalun yang ekstrim dan tutupan lahan
yang sudah jarang, pergeseran fokus anggaran harus dilakukan dengan menitikberatkan pada
pentingnya perawatan terutama pada tahun pertama. Untuk itu, program ini dilakukan dengan cara
kolaborasi dengan para Pekasih di 5 mata air utama, menamam sesuai dengan kemampuan
merawat dan memberikan insentif secara berkala yang sekaligus berfungsi sebagai alat monitoring.
02
02
B. MENGAPA KEARIFAN LOKAL?
Kualitas produksi air sebegai salah satu bentuk ecosystem services, sepenuhnya
bergantung pada kesehatan lingkungan. Pola interfensi pembangunan yang belum terencana
dengan baik, berakibat pada dampak disruptif. Upaya interfensi yang dilakukan untuk memperbaiki
masalah kekurangan air bersih misalnya, lebih sering bersifat pragmatis sehingga belum mampu
memberikan perubahan yang berarti. Dalam manajemen air, terdapat tiga aspek utama yaitu:
produksi, distribusi dan perawatan. Sejauh ini, fokus kebijakan, program, dan anggaran masih
berpusat pada aspek distribusi, sementara produksi dan perawatan cenderung terabaikan.
Pembangunan pariwisata Sembalun yang pesat tidak dibarengi dengan perhatian
pada ketersediaan air. Sembalun adalah 1 dari 15 Kecamatan di Kab. Lombok Timur yang masuk
dalam kategori kekeringan. Dalam kondisi ini, pembangunan termasuk pariwisata terus dilakukan.
Bekerjasama dengan para pihak, program Rehabilitasi Sumber Air Berbasis Kearifan Lokal kami
hajatkan akan mampu memperbaiki produksi air dengan cara-cara yang ramah terhadap alam yang
pada akhirnya menghidupkan kembali hubungan emosional dan penghargaan masyarakat
terhadap sumber kehidupan mereka.
03
C. TUJUAN
Terbangunnya sebuah sistem konservasi yang bekerja secara simultan dan berkelanjutan
Terbangunnya semangat kebersamaan untuk memperbaiki kondisi lingkungan terutama sumber air Sembalun
Terbangunnya sebuah program dengan multiplier efek yang besar terutama dari sisi edukasi terhadap generasi muda
Terbangunnya komunikasi dan kolaborasi antar generasi untuk menghidupkan kembali hubungan emosional dengan lingkungan
04
D. MEKANISME
Bekerjsama dengan Komunitas SembaluNina, DMO Sembalun dan Geopark Rinjani-Lombok, kami membangun kerja kolaborasi konservasi dengan menitikberatkan
pada aspek edukasi dan keberlanjutan. Sekolah-sekolah dampingan akan sekaligus menjadi pusat penyedia bibit dengan memaksimalkan keterlibatan warga sekolah.
Hal ini merupakan perwujudan dari Konvensi Hak Anak dimana mereka berhak untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan mitigasi perubahan iklim.
05
E. TIMELINE
Pembibitan dilakukan oleh Sekolah dampingan dengan melibatkan seluruh warga sekolah sebagai bagian dari Muatan Lokal Adiwiyata. Satu bulan sebelum musim
hujan, para Pekasih yang telah ditunjuk akan melakukan persiapan lubang tanam dan ajir. Pada musim tanam, Pekasih akan memimpin warga sekolah yang telah
dibagi menjadi 5 kelompok untuk melakukan penanaman. Pemeliharaan pada tahun pertama menjadi kewajiban Pekasih yang akan melaporkan perkembangan usaha
konservasi secara berkala setiap pengambilan insentif.
06
F. KELUARAN
Terbentuknya 3 Pusat Konservasi Sekolah sebagai pusat pembibitan
Terpilihnya 5 Pekasih untuk masing-masing mata air
Terbentuknya 5 kelompok tanam untuk masing-masing mata air
Terehabilitasinya 5 mata air utama
07
G. PENUTUP
Satu per satu mata air Sembalun menghilang, yang masih tersisa sudah mengalami penurunan debit yang mengkhawatirkan khususnya pada musim kemarau. Sumur
bor yang tiga tahun terakhir menjadi solusi, juga merupakan indikasi kerusakan ekosistem. Matinya mata air Sembalun disebabkan oleh ketidakmampuan permukaan
tanah untuk menyerap air hujan dan menyimpannya. Pepohonan dan ekosistem vegetasi yang seharusnya berperan sebagai penyerap, penyaring dan penyimpan air,
lebih menarik karena nilai ekonominya. Air tanah adalah tabungan masa depan, jika kita habiskan sekarang, itu adalah ketidakadilan terhadap generasi mendatang.
Rehabilitasi sumber air berbasis kearifan lokal dihajatkan untuk menjadi solusi dan resolusi tidak hanya bagi masalah produksi air, akan tetapi membangun
komunikasi antar generasi dan menghidupkan kembali hubungan emosional manusia dengan sumber kehidupannya.
08
LAMPIRAN
Responsibiliti Prioriti
No. Nama Pekasih es es Mata air
1. Amak Nepi Makam
09
17
3. Rencana Anggaran Biaya