545
PENGKAJIAN AWAL
KEGAWATDARURATAN MEDIS
Arif Mansjoer
Pengkajian awal kegawatdaruratan adalah suatu tindakan
penilaian kondisi medis pasien (non-trauma) yang
dilakukan pertama kali untuk menentukan apakah pasien
dalam keadaan gawat darurat dan dapat meninggal bila
penyebab dan kondisi pasien tidak segera dikelola dengan
‘cepat dan tepat Penilaian ini hendaknya dilakukan kurang
dari 30 detik
DASAR PATOFISIOLOGI
Tubuh manusia normalnya melakukan metabolisme aerob
yang membutuh glukosa dan oksigen. Glukosa dapat
dibentuk dari glikogen, protein, dan lerak yang berada
dalam tubuh melalui proses glikolisis,glukoneogenesis,
dan lipolisis. Berbeda dengan glukosa, oksigen tidak
dapat disimpan dalam tubuh dan harus disediakan secara
terus menerus ke jaringan tubuh. Pengiriman oksigen
ke jaringan (oxygen delivery) dipengaruhi oleh kadar
hemoglobin (Hb), saturasi oksigen (Sa0,), dan cureh
Jantung (cardiac output, CO). Curah jantung dipengaruhi
oleh frekuensi denyut jantung dan isi sekuncup (stroke
volume). Isi sekuncup dipengaruhi oleh preload (volume
darah di jantung sebelum kontraksi/sistolik), Kontraktlitas
miokard, dan afterload (tahanan yang dihadapi saat
Jantung kontraksi/sistolik
Dari ureian di atas jelasiah bahwa kegawatdaruratan
medis akut terjadi bila terdapat gangguan pengirimen
‘oksigen dari atmosfer ke mitokondria di dalam sel.
Terjadinya gangguan pengiriman oksigen ke sel dapat
terjadi melalui kondisi-kondisi reversibel, yang pada
pedoman ACLS dikenal sebagai SH dan ST, yaitu
hypovolemia, hypoxia, hydrogen ion (asidosis), hypo-/
hyperkalemia, hypoglycemia, hypothermia, toxins,
tamponade (jantung), tension pneumothorax, thrombosis
coronary (sindrom koroner akut), thrombosis pulmonary
{emboli paru), dan trauma
Berdasarkan anatomi, penelusuran gangguan akut
tersebut secara klinis akan dimulai dari jalan napas
(oirway) sebagai saluran masuknya oksigen, pemapasan
(breathing) sebagai proses masuknya oksigen dan
keluaraya karbodioksida dari sistem pernapasan, dan
sirkulasi (circulation) sebagai proses terikatnya oksigen
pada hemoglobin untuk kemudian didistribusikan ke
jaringan atau sel-sel. Pada perubahan akut,terutama bila
pengiriman oksigen terganggu, baik karena penurunan
$20, (desaturasi), penurunan Hb (anemia, perdarahan,
hhemolisis), atau penurunan curah jantung (bradikardia,
gagal antung, hipovolemi, vsodilatas)), maka tubuh akan
rmelakukan kompensasi. Kompensasitersebut, antara lain
di antaranya dengan meningkatkan frekuensi jantung
(takikardia), vasokonsritsi dan mengalinkan metabolisme
aerob menjadi metabolisme anaerob yang ditandai
dengan terbentuknya laktat
PENILAIAN
Pasien yang secara klnis dapat berbicara dengan baik (satu
kalimat lengkap), sadar penuh, frekuensi napas 16-20 kali
permenit, frekuensi jantung 60-100 kali permenit, tidak
dingin, tidak pucet, dan tidak berkeringat sangat Kec
kemungkinannya ia mengalami kondisi gawat darurat
Sebaliknya, bila pasien mengalami
+ gangguan jalan napas: tidak sadar, terdapat stridor,
bronkospasme, tertelan benda asing
+ gangguan bernapas: frekuensi napas <10 atau >28
kali permenit, SpO, <93%
4049-4050
+ gangguan sirkulasi:frekuensijantung < 50 atau >120
kali permenit
+ gangguan kesadaran: penurunan kesadaran, Glasgow
Coma Scale (GCS)<12
maka ia berada dan kondisi gawat darurat dan
memerlukan tindakan medis untuk mengatasinya. Agar
dapat menilai kondis! awal pasien gawat darurat secara
cepat dan tepat perlu dilakukan anamnesis singkat dan
pemeriksaan secara sistematisterhadap adanya gangguan
jalan napas (A, airway), pernapasan (8, breathing), sirkulasi
(C circulation), neurologis (0, disability), dan permukaan
tubuh (€, exposure)
Anamne
Anamnesis singkat baik kepada pasien maupun kepada
keluarga atau orang terdekat yang mengetahui kondisi
pasien harus dapat menggali gejala utama yang pasien
rasakan sebelum dan saat mengalami kondisi gawat
darurat. Anamnesis tersebut harus dapat menentukan
apakah pasien tersebut termasuk dalam kasus trauma/
nnon-trauma, kasus bedah/non-bedah, kasus keracunan
obat/toksin
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan jalan napas harus mengkaji apakah pasien
‘mengalami obstruksi jalan napas, gangguan proteksi jalan
rnapas, edema mukosa laring akibat anafilaksis atau aspirasi
benda asing. Bila pasien dapat diajak berbicara dan ia
dapat menjawab dengan suara normal dan memberikan
jawaban sesuai pertanyaan maka dapat dinilai bahwa jalan
rapes paten dan perfusiotak balk. Namun, bila pasien tidak
bisa menjawab maka kemungkinan adanya obstruksi jalan
rapas tidak dapat disingkirkan. Lidah sering menyebabkan
cobstruksi jalan napas pada pasien penurunan kesadaran
CObstruksi jalan napas ini dapat diatasi dengan melakukan
manuver mengangkat dagu (chin lift) dan menengadahkan
kepala (head tlt, Pada pasien trauma dengan kecurigaan
trauma tulang vertebra servikal, manuver yang digunaken
adalah mendorong rahang ke depan (iaw thrust), Lepaskan
gigi palsu bila pasien menggunakannya. Pasien yang
bisa batuk dapat mempertahankan jalan napas dan tidak
‘membutuhkan oropharyngeal airway (Guedel) yang dapat
‘mencetuskan muntah. Pilhan untuk pasien tersebut adalah
nasopharyngeal airway. Bila refieks batuk pasien tidak ada,
maka cara aman untuk memberikan napas dan menjaga
jalan napas adalah intubasi endotrakeal.
Pemeriksaan pernapasan harus mengkaji apakeh
pasien bernapas normal, mengalami peningkatan
kerja pernapasan (work of breathing), hipoksia, fatigue,
terdapat pneumotoraks, asma, anafilaksis, gagal jantung,
pneumonia, atau PPOK. Kedua par harus diyakinkan
terjadi ventilasi (pernapasan) yang adekuat dengan cara
rmelakukan inspeksi gerakan dada dan auskultasi suara
PENILAIAN AWAL KEGAWATDARURATAN MEDIK
napas, terutama di aksila untuk menilai ventilasi hingga
ke alveolus di perifer paru dan juga di epigastrium untuk
meyakinkan bahwa udara tidak masuk lambung, Hitung
pula laju pernapasan pasien.
emeriksaan srkulasi harus mengkajiapakah sitkulasi
normal atau apakah pasien mengalami perdarahan, syok,
sepsis, atau terdapat sindrom koroner akut, gagal jantung,
atau aritmia, Penilaian sirkulasi dapat dilakukan dengan
‘menilai warna kult, suhu akral, waktu pengisian kapiler
(copiltary refill time, CRT), perabaan nadi, dan pemeriksaan
Jantung, Bila teraba a.karotis maka diperkirakan tekanan
darah sistolik (TDs) di atas 60 mmlig, sedangkan afemoral
teraba bila TDs di atas 70 mmHg, dan a.radials teraba bila
TDs di atas 80 mmHg,
Penilaian neurologis harus mengkaji apakah
pasien mengalami penurunan kesadaran, hipoglikemia,
meningismus, kondisi pupil, anggota gerak, dan saraf
kranial, Perilaian permukaan tubuh harus mengkaji apakah
pasien mengalami kemerahan (rash), hipotermia atau
hipertermia (demam), dan tanda-tanda atau stigmata
penyakit kronis. Pemeriksaan penunjang yang harus
dikerjakan segera adalah penilaian saturasi oksigen pada
pulse oksimetri; pemeriksaan elektrokardiografi (EKG),
penilaian oksigenasi,ventilasi, asam basa, dan elektroit
melalui analsis gas darah (AGD); pemeriksaan gula darah
dan laktat.
Kegawatdaruratan medis akut dapat merupakan
akibat penyakit akut (misalnya gagal napas pada
‘pneumonia atau tension pneumotoraks pada trauma dade)
atau merupakan kondisi akut dari suatu penyakit kronik
(misalnya hiperkalemia pada penyakit ginjal kronik atau
syok kardiogenik pada sindrom koroner akut).
PENATALAKSANAAN AWAL
Saat melakukan penilaian awal, secara simultan dilakukan
tindakan untuk mengatasi kegawatan yang terjadi (sesuai
indikasi) Pada pasien hentiantung atau henti napas yang