549
ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
(ARDS)
Zulkifii Amin, Johanes Purwoto
DEFINISI
[ARDS merupakan sindrom yang ditandai oleh peningkatan
permeebilitas membran alveolar-kapiler terhadap ait,
Jarutan dan protein plasma, disertai kerusakan alveolar
difus, dan akumulasi cairan yang mengandung protein
dalam parenkim paru,
Dasar definisi dipakai konsensus Komite Konferensi
[ARDS Amerika-Eropa tahun 1994 tdd!
1. Gagal napas (respiratory failure/distress) dengan
onset akut
2. Rasio tekanan oksigen pembuluh arteri berband-
ing fraksi oksigen yang diinspirasi (PaO,/FIO,, < 200,
mmHg-hipoksemia berat
3. Radiografi torak:infitrat alveolar bilateral yang sesuai
dengan edema part
4. Tekanan baji kapiler pulmoner (pulmonary copitlary
wedge pressure) < 18 mmHg, tanpa tanpa tanda klinis
(Ro dll) adanya hipertensi atrial kiri/(tanpa adanya
tanda gagal jantung kiri.
Bila PaO_/FIO, antara 200-300 mmHg, maka disebut,
‘Acute Lung Injury (AL)
Konsensus juga mensyaratkan terdapatnya faktor
tisiko terjadinya ALI dan tidak adanya penyakit paru kronik
yang bermakna,
‘Acute Lung Injury (ALI) dan ARDS didiagnosis ketika
bermanifestasi sebagai kegagalan pernapasan berbentuk
kut bukan karena peningkatan tekanan kapiler
Patogenesis dan Patofisiologi
Patogenesis ALI/ARDS dimulai dengan kerusakan pada
epitel alveolar dan endotel mikrovaskular. Kerusakan aval
dapat diakibatkan injury langsung atau tidak langsung.
4072.
‘abel 1. Faktor Risiko Penyakit yang Berhubungan
dengan ARDS
‘Akibat Sistemik ‘Akdbat Paru Senditi
+ Luka beret ‘+ Aspirasi asam lambung
+ Sepsis + Embolikarena pembekuan
darah, lemak, udara, atau
cairan amnion
+ Pankreatits + TBC miliar
+ Shock + Radang paru difus/luas
(cth SARS)
+ Transfusiberulang + Radang paru eosinofilik
akut
+ Dic + cryptogenic organizing
pneumonitis
+ Luka bakar + Obstruksi saluran napas
atas
+ Obatobatan/overdosis + Asap rokok yang
mengandung kokain
Near-drowning
TTerhisap gas beracun:
+ Opiat :
+ Aspirin :
+ Phenothiazines + Nitrogen diosida
+ Tricyclic antidepresan + Chlorine
+ Amiodarone + Sulfur dioksida
+ Kemoterapi + Amonia
Nitofurantein + Asap
+ Protamine + Keracunan Oksigen
+ Thrombotic thrombo- + Trauma paru
cytopenic purpura
+ Cardiopulmonary + Exspose radiasi
bypass
+ Trauma kepala + High-altitude exposure
+ Paraquat + Lung reexpansion or
reperfusion
ARDS= acute respiratory stress syndrome (sindrom pernapasan
akut); SARS= severe acute respiratory syndrome (sindrom
perapasan akut beratACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
4073
Kedua hal tersebut mengaktifkan kaskade inflamasi,
yang dibagi dalam tiga fase yang dapat dijumpai secara
tumpang tindit inisiasi, amplifikasi, dan injury.
Pada fase inisisi, Kondisi yang menjadi faktor risiko
‘akan menyebabkan sel-selimun dan non-imun melepaskan
mediator-medistor dan modulator-modulator inflamasi
didalam paru dan ke sistemik. Pada fase amplifikasi
sel efektor seperti netrofil teraktivasi, tertarik ke dan
tertahan di dalam paru, Di dalam organ target tersebut
‘mereka melepaskan mediator inflamasi,termasuk oksidan
dan protease, yang secara langsung merusak paru dan
‘mendorong proses inflamasi selanjutnya Fase ini disebut
fase injury
Kerusakan pada membran alveolar-kapiler
menyebabkan peningkatan permeabilitas membran, dan
aliran cairan yang kaya protein masuk ke ruang alveolar.
Cairan dan protein tersebut merusak integritas surfaktan
di alveolus, dan terjadi kerusakan lebih jauh
Terdapat tiga fase kerusakan alveolus:
1. Fase eksudatif: ditandai edema interstisial dan
alveolar, nekrosis sel pneumosit tipe | dan denudasi/
terlepasnya membran basalis, pembengkakan sel
‘endotel dengan pelebaran intercellular junction,
terbentuknya membran hialin pada duktus alveolar
dan ruang dara, dan inflamasi netrofil. Juga
diterukan hipertensi pulmoner dan berkurangnya
compliance paru,
2. Fase proliferatif: paling cepat timbul setelah 3 hari
sejak onset, ditandai proliferasi sel epitel pneumosit
tipe t,
3. Fase fibrosis: kolagen meningkat dan par menjadi
padat karena fibrosis.
Diagnosis Klinis:
Onset akut umumnya berlangsung 3-5 hari sejak adanya
diagnosa kondisi yang menjadi faktor risiko ARDS (that
Faktor Risike). Tanda pertama ialah takipnea, retraksi
intercostal, adanya ronkhi basah kasar yg jelas. Dapat
ditemui hipotensi, febris. Pada auskultasi ditemukan
ronkhi basah kasar. Gambaran hipoksia/sianosis yang
tak respon dengan pemberian oksigen. Sebagian beser
kasus disertai disfugsi/gagal organ ganda yang umumnya
juga mengenai ginjal, hati, saluran cerna, otak dan sistim
kardiovaskular
Pemeriksaan Penunjang
+ Laboratorium:
= Analisa Gas darah: hipoksemia, hipokapnia
(sekunder karena hiperventilasi), hiperkapnia
(pada emfisema atau keadaan lanjut). Alkalosis
respiratorik pada awal proses, akan berganti
menjadi asidosis respiratorik
= leukositosis (pada sepsis) anemia, trombositopenia
(cefleksiinflarasisistemik dan kerusakan endotel),
peningkatan kadar amilase (pada pankreatits)
= gangguan fungsi ginjal dan hati, tanda koagulasi
intravaskular diseminata (sebagai bagian dari
MODS/muttiple organ dysfunction syndrome)
+ Radiologi
Foto toraks: pada awal proses, dapat ditemukan
‘abel 2. Ringkasan Patofisiologi Acute Lung Injury (AL\) dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Giri-ciri
Penyebab
Hipoksemia
Tive shunt (perfusi ruang udara non-ventiasi)
\Vasokonstriksi pulmoner hipoksik terganggu
VIQ mismatch adalah komponen minor
1 Densitas dipenden (berdasar CT scan)
(terjadi Kolaps/konsolidasi)
Disfungsi surfaktan >ketidakstabilan alveolar
Kompresi normal yang berlebihan pada paru karena peningkatan berat
(? cairan paru, inflamasi)
4 Elastsitas (LCompliance)
Disfungsi surfaktan (Telastsitas spesifk)
olume paru (baby lung)
1 elastisitas dinding dada
Alveolts fibrosis lambat)
+t Kebutuhan volume per menit
1 Yeas
1 Usaha napas T elastisitas
‘ ruang rugi alveolar (alveolar dead space) \Vju/V, sering 04-0.7
1 kebutuhan volume per menit
Hipertensi pulmoner
\Vasokonstriksi pulmoner (T,A,, endotelin)
Trombosis mikrovaskuler pulmoner
Alveolitis fibrosis
PEEP4074
PENILAIAN AWAL KEGAWATDARURATAN MEDIK
‘abel 3. Perbedaan Acute Lung Injury (ALI) dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Kondisi Waktu —_Pa0,/FiO, Foto Toraks --PaoP-
Au Akut £300 mmHg Infitat bilateral < 18 mmHg atau tidak ada tanda klinis dari
peningkatan tekanan atrium kir
ARDS Akt <200 mmHg ——_Infitrat bilateral < 18 mmHg atau tidak ada tanda klinis dari
lapangan paru yang relatfjernih, serial foto kemudian
tampak bayangan radio-opak difus atau patchy
bilateral dan diikuti pada foto serial berikutnya lagi
gambaran confluent, tidak terpengaruh gravitasi tanpa
gambaran kongesti atau pembesaran jantung.
CCT scan: pola heterogen, predominasi infitrat pada
area dorsal paru (foto supine)
Interpretasi foto toraks berorientasi pada definisi ALI
dan ARDS, meskipun demikian terdapat keberagaman
yang sangat dipengaruhi oleh pengamat baik pada
interpretasi foto toraks dan penentuan infiltrat. Pada
efinisi Konferensi Konsensus Amerika-Eropa, infitrat
hharus bilateral dan konsisten dengan edema paru.
‘CT toraks terbukti sangat membantu dalam penelitian
patofisiologi ALI, Bisa menggambarkan keberagaman
inflasi paru, dan secara umum digunakan untuk memandu
‘atalaksana klinis. Otopsi dan foto toraks ALI menunjukkan
proses yang seragam yang melibatken kedua paru,
‘akan tetapi CT toraks pada awal perjalanan AL! pada
pasien dengan posisi terlentang menunjukkan terdapat
peningkatan densitas paru pada bagian dorsal, dan
pada paru ventral relatif normal. Selain itu, CT sering kali
‘menunjukkan adanya pneumotoraks, pneumomediastinum
dan efusi pleura yang tidak terdiagnosis sebelumnya,
Setelah dua minggu dengan ventilasi mekanik, CT scan
dapat menunjukkan arsitektur paru yang berubah dan
kista emfisematosa atau pneumatokel
Banyaknya CT atau unit Hounsfield dapat ditetapkan
‘menjadi masing-masing voxel (~ 2000 alveolus dalam
slice standar 10 mm). Data ini dapat digunakan untuk
menilai proporsi dari bagian yang menarik perhatian,
apakah tidak terdapat aerasi, sedikit aerasi, aerasi
normal, atau hiperinflasi. Pada mulanya dinilai satu slice
pparu basal, tetapi jelas bahwa informasi yang lebih jauh
dapat diperoleh dengan mempelajari seluruh paru. Ini
memberikan () rekonstruksi lobus atas dan bawah (lobus
tengah sulit untuk dipisahkan, (ji) potongan paru yang
sama dapat dinilai pada level inflasi yang berbeda atau
PEEP (paru juga digerakkan arah sefalo-kaudal dengan
pernapasan) dan (i) gambaran paru yang lebih luas dapat
dicapai (kerusakan paru bervariasi pada ALI). Namun
CT seluruh paru membutuhkan paparan yang banyak
tethadap radiasi ionisasi, dan informasi yang berbeda,
mungkin lebih berhubungan dengan ventilasi mekanik
yang didapatkan dari CT dinamik.
peningkatan tekanan atrium kir
Diagnosis banding secara radiotogi
1, Edema paru kardiogenik
2. Infeksi paru: viral, bakteral, fungal
3. Edema paru yang berhubungan dengan ketinggian
(high-altitude pulmonary edema = HAPE)
4, Edema paru neurogenik
5. Edema paru diinduksi laringospasme
6. Edema paru diinduksi obat: heroin, salisilat, kokain
7. Preumonitis radiasi
8, Sindrom emboli lemak
9. Stenosis mitral dengan perdarahan alveolar
10. Vaskulitis
11. Preumonitis hipersensitivitas
12. Penyakit paru interstsial
Perbedaan edema paru kardiogenik dan non
kardiogenik (ARDS)
PERJALANAN PENYAKIT
ARDS muncul sebagai respons terhadap berbagai
trauma dan penyakit yng mempengaruhi paru secara
langsung (seperti aspirasi isi lambung, pneumonia
berat, dan kontusio paru) atau secara tidak langsung
Gepsis sistemik, trauma berat, pankreatitis). Dalam
12-48 jam setelah kejadian awal pasien mengalami
distress pernapasan dengan perburukan sesak napas,
ddan takipneu, Pemeriksaan gas darah arteri menunjukkan
hhipoksemia yang tidak respons terhadap oksigen melalui
nasal, Infltrat difus bilateral terlihat pada rontgen tanpa
disertai gambaran edema paru kardiogenik. ARDS
merupakan bentuk acute lung injury yang paling berat
dan dicirikan oleh:
+ Riwayat trauma atau suatu penyakit yang menjadi
inisiator
+ Hipoksemia efrakter terhadap terapi oksigen (misal
P02 < 8.0 kPa (60 mmHg) dengan 40% oksigen),
Derajat hipoksemia dapat terlihat sebagai rasio
tekanan oksigen arteri (P02) terhadap konsentrasi
fraksi oksigen inspirasi (Fi02/100% oksigen=FiO2
dari 1). Pada ARDS PO2/FIO2 < 26 kPa (200
mmHg)
+ Infltrat difus bilateral pada rontgen toraks
+ Tidak ada bukti suatu edem paru kardiogeik (misal
pulmonary capillary wedge pressure <18 mmHg)ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
4075
TATALAKSANA PENYEBAB PENYAKIT
Penanganan secara holistik pada tahap awal penyakit
merupakan hal yang penting. Berbagai faktor yang
mengarah pada AL! harus ditangani dengan cepat dan
tepat. Termasuk diagnosis dan penanganan infeksi
yang tepat dengan drainase dan antibiotika yang tepat,
pengenalan renjatan dan resusitasi cepat, tatalaksana
trauma dan bantuan sarana/layanan pendukung yang
bik. Pencegahan: trombosis vena dalam, ulserasi akibat
‘ekanan, infeksi nosokomial adalah penting pada semua
pasien dengan penyakit kritis. Begitu juga pemberian
nutrisi yang adekuat. Tatalaksana ARDS intinya adalah
mengatasi hipoksemia berat, mengobati penyebab
dasar ARDS dan tindakan suportif untuk mencegah
komplikasi.
Empat prinsip dasar menjadi pegangan tatalaksana
‘ARDS. Pertama: pemberian oksigen, PEEP dan ventilasi
tekanan positif, hampir semuanya menunjukkan
keuntungan bagi pasien ARDS dibalik itu diajuga memilik
potensi efek samping yang berat. Kedua, walaupun ARDS
seringkali dianggap kegagalan napas primer, kegagalan
‘multiorgan non paru dan infeksi adalah penyebab utama
kematian. Ketiga, pengaturan ventilasi mekanik yang hati2
terutama volume tidal terbukti berakibat komplikasi yang
lebih jarang dan merupakan satu satunya tatalaksana yang
‘memperbaiki survival/kesintasan. Terakhir, prognosisnya
bburuk apabila penyebab dasarnya tidak diatasi atau tidak
ditangani dengan baik.
‘abel 4. Perbedaan Edema Paru Kardiogenik dan non
Kardiogenik (ARDS)
Kardiogenike Nonkardiogenik (ARDS)
+ Rivayat penyakitjantung + Tidak adanya penyakit
jantung
+ Bunyijantung ketiga + Tidak ada bunyi jantung,
yang ketiga|
+ Kardiomegali + Jantung normal
‘+ Inftrat pada foto dade + Inftrat pada foto dada
+ distribusinya ditengah —_distribusinya diperifer
+ Pelebaran pembuluh dareh + Normal
mediastinum (increased
width of mediastinum at
{evel of azygos vein)
+ Peninggian tekanan baji + Normalataumenurunnya
arteri paru tekanan bajiarteri paru
+ Keseimbangan cairan + Keseimbangan cairan
positif negatif
MENGENALI PASIEN KRITIS
Pasien yang mengalami ARDS dapat dideteksi pada tahap
wal, Deteksi dini dan observasi secara hati-hati pada pasien
berisiko merupakan hal yang penting untuk mendeteksi
tanda perburukan dan mengidentifikasi kebutuhan unit
terapi intensit Beberapa gejala alarm dapat diterapkan di
bebagai kondisi karena terdapat pola perburukanfisiologis
yang sama pada pasien kritis yang dapat dideteksi dengan
cobservasi sederhana menggunakan denyut nadi rekuensi
pperapasan, tekanan darah, suhu, poduksi urin dan derajat
kesadarn. Pengukuran gas darah arteri memberikan
informasi tambahan tentang pertukaran gas dan kondisi
metabolik pasien.
‘abel 5. Gambaran Pasien Kritis. Pasien yang Memiliki
Tanda Bahaya Berikut Membutuhkan Perhatian
‘Segera dan Pertimbangan Perawatan di Ruang Rawat
Intensif
Frekuensi napas <8 atau >30/menit
Denyut nadi <40 atau >130/menit
TTekanan darah <0 mmHg
Suhu Hipertermia (>38° C, 100.4 C),
Hipotermia (<36 C, 968°)
Produksi uin —_<30 mijam selama 3 jam
Derajat kesadaran Tidak respons terhadap perintah
Oksigenasi Saturasi oksigen <80% atau PaO2 <
‘8kP2 (60 mmHg) meski dengan 603%
coksigen yang dinspirasi
Asidosis pH< 72 bikarbonat <20 mmol/L
Bantuan Pernapasan/Ventilator
Hipoksemia pada ARDS umumnya refrakter terhadap
terapi oksigen karena adanya shunting pada pembuluh
darah melalui bagian paru yang tidak terventilasi kemudian
berakibat alveoli terisi oleh eksudat proteinaseosa
sehingga menimbulkan atelektasis.
eran ventilasi non-invasif belum teruji dalam AL!
dan ARDS dan kebanyakan pasien memerlukan ventilasi
mekanis dengan intubasi
Cara dan pemberian dukungan ventilasi harus
disesuaikan dengan patofisiologi ALI dan ARDS. Telah
sekian tahun penelitian laboratorium menunjukkan
perlukaan paru akibat ventilator (vemtitator-induced lung
injury (VIUD, dan penelitian klnis akhir-akhir ini ditemukan
bahwa mortalitas dapat diturunkan dengan pemberian
tidal volume rendah. Dari penelitian oleh ARDS Network
melibatkan 861 pasien ALI dari 75 ICU diacak untuk
mendapat volume tidal (V,) 12 atau 6 ml/kg prediksi berat
badan, Mortaltas dikurangi menjadi 22% dari 40% sampai
31% pada pada kelompok V, yang lebih rendah
Continous positive air way pressure (CPAP)
dapat dilakukan dengan menggunakan masker sempit
untuk mencegah atelektasis alveolus dan mengurangi
ventilasi/perfusi yang tidak tepat serta mengurangi kerja
pernapasan. Pasien dengan gegal napas hipoksemia akut,4076
PENILAIAN AWAL KEGAWATDARURATAN MEDIK
ddan sesak berat biasanya membutuhkan ventilasi mekanik.
Intubasi endotrakhea dan pemasangan ventilasi mekanik
segera harus dilakukan,
Setelah intubasi, ventilasi terkontrol mengakibatkan
penurunan usaha bernapas dengan segera dan ikuti
dengan aplikasi PEEP dan atur konsentrasi oksigen inspirasi
dalam fraksi tinggi FiO,), Kemudian pada perjalanan klini
mode ventilasi yang dibantu atau dengan dukungan
(assisted/support ventilation)dapat memberikan interaksi
pasien-ventilator yang lebih baik dan memungkinkan
peningkatan oksigenasi (V/Q mismatch) yang lebih balk.
Sebagai hasil dari kontraksi diafragma,
Intermitten positive pressure ventilasi mekanik mampu
‘memompa paru, menghantarkan oksigen sesuai dengan
volume tidal dan kecepatan yang diatur. Ketentuan
volume, tekanan pemompaan, kecepatan dan prosentase
oksigen diatur agar ventilasi adekuat. Untuk mencegah
kolaps alveolus ditambahkan Positive end expiratory
pressure (PEEP) 5-15 cmH20 pads akhirsiklus ekspiras.
Tekanan yang tinggi akan memacu ventilasi paru yang
sulit mengembang pada ARDS dan mengurangi curah
jantung (cardiack output}dan risiko barotrauma (contoh:
pneumothorak). Kombinasi tekanan ventilasi yang tinggi
dan konsentrasi oksigen tinggi menimbulkan kerusakan
mikrovaskular sehingga menyebabkan edema paru
(ventilator lung/toksisitas oksigen). Variasi dari tehnik
lung-protective ventilator telah berkembang. Permissive
hipercapnia merupakan tehnik yang membiarkan
pasien dengan PaCO2 tinggi (misal 10kpa, 75 mmHg)
Untuk mengurangi ventilasi alveolus dan menghindari
tekanan pernapasan eksesif. Inverse ratio ventitation
memperpanjang fase inspirasi daripada fase ekspirasi
sehingga volume tidal yang dihantarkan akan lebih lama
pada tekanan yang lebih rendah. Namun hal ini dapat
‘menyebabkan progresive air trapping. High-frequency jet
ventilasi merupakan tehnik dengan volume kecl cihantarkan
berupa udara yang diinjeksi pada frekuensi tinggi (contoh
1100-300/menit). Ventilasi pasien pada posisi terlentang
bermanfaat mengurangi gravitasi dan atelektasis. Extra
corporeal membrane oksigenasi (ECMO) merupakan
pengalihan sirkulasi melalui membrane external untuk
‘menyediakan oksigen dan membuang karbondioksida,
Tidak satupun dar strategi ventilasi mampu meningkatkan
prognosis ARDS namun masing-masing bermanfaat.
‘TARGET KADAR GAS DARAH
Seperti yang telah dibahas sebelurmnya, terdapat banyak
variabel untuk dipertimbangkan ketika menentukan gas
darah sasaran pada ARDS. Sebagai contoh jika psien
mengalami cedera otak traumatik, mungkin tidak tepat
untuk dibiarkan sedikit hiperkapria.
‘Sasaran Oksigenasi dan FiO,
Harus disepakati antara faktor yang menentukan
‘oksigenasi, termasuk paru yang teraerasi buruk atau tidak
teraerasi yang luas, vasokonstriksi pulmoner hipoksik,
dan tercampur saturasi oksigen vena, dan sasaran PaO,
‘Adanya hubungan antara gangguan kognitif dan saturasi
oksigen (Sa0,) < 90%, mengesankan bahwa SaO, = 90%,
biasanya PaO, > 60 mmHg adalah target yang rasional
Karena ventiasitekanan positif dapat menurunkan cardiac
‘output, penting juga dipertimbangkan oksigenasijaringan
pada proses yang menentukan ii
Selain PEEP, peningkatan FIO, digunakan untuk
memperbaiki Sa0,, Meskipun demikian, FiO, dapat juga
menyebabkan perlukaan jaringan termasuk kerusakan
alveolar difus. Keseimbangan antara peningkatan tekanan
jalan napas dan FiO, tidak diketahui, tetapi FIO, yang
tinggi biasanya dianggap kurang merusak. Sebagian hal
ini disebabkan oleh kerusakan laveolar difus itu sendiri
‘melindungi paru dari hiperoksia, mungkin melalui indul
pemangsa sebelumnya untuk spesies oksigen reaktif.
Kesepakatan yang masuk akal adalah untuk memulai
FiO, pada satu dan dititrasi turun sampai < 0,6, Pada
pasien dengan hipoksemia berat, pengukuran tambahan
seperti nitrit oksid yang terhirup (INO), posisi telungkup
dapat dicoba, bersama dengan target SaO, yang lebih
rendah
Target Karbondioksida
Strategi V, rendah akan menghasilkan peningkatan PaCO2
kecuali ventilasi menit diperbesar dengan peningkatan
frekuensi napas. Protokel ARDS Network mentargetkan
normokapnia, dengan frekuensi napas maksimal 35,
untuk memperkecil asidosisrespiratorik. Hal ini membuka
paru terhadap peregangan tidal berulang, dan dapat
‘mengakibetkan hiperinflasi dinamik akibat waktu ekspirasi
yang memendek (meskipun hal ini tidak muncul dalam
penelitian ARDS Network). Selain itu, membiarkan PaCO,
‘meningkat di atas normal tidak berbahaya pada banyak
pasien.
Jika asidosis hiperkapnia terjadi perlahan, asidosis
intraselular terkompensasi dengan baik, dan peningkatan
yang berhubungan dengan tonus simpatik dapat
‘memperbesar cardiac output dan tekanan darah. Meskipun
asidosis respiratorik dapat memperburuk hipertensi
ppulmoner, dan menginduksi aritmia miokardial namun
dampakaya seringkali kecil, khususnya jika telah terjadi
kompensasi metabolik, Slain itu, pada model ALI iskemi-
reperfusi, penatalaksanaan hiperkapnia mengurangi
perlukaan paru dan apoptosis. Bagaimanapun penelitian
klinis yang membolehkan hiperkapnia harus dilakukan
sebelum tatalaksena hiperkapnia dipertimbangkan,
Hiperkapnia harus dihindari pada pasien dengan atau
dalam risiko peningkatan tekanan intrakranial.ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
TEKNIK TAMBAHAN UNTUK MEMPERBAIKI
OKSIGENASI
Postur telungkup (prone)
Pada 70% pasien ARDS, posisitelungkup akan menghasilkan
peningkatan PaO, yang signfikan, dengan peningkatan
PaO, yang sedikit pada posisi terlentang (supine).
‘Mekanisme yang teriibat meliputi rekrutmen paru dorsal,
bbersamaan dengan kolapsnya paru ventral; bagaimanpun
perfusi lebih mudah didistribusikan untuk mencapai
V/Q sesuai yang lebih baik. Meskipun penelitian klinis
mortalitas belum menemukan perbaikan mortalitas,
analisa post-hoc menduga bahwa mortalitas dapat
diturunkan pada sebagian besar pasien hipoksemia
MANIPULASI SIRKULAS! PULMONER
Nitrit oksid yang terhirup (INO) dan prostasiklin (PGI,)
mungkin dapat digunakan untuk menurunkan shunt
pulmoner dan after-load ventrikel kanan dengan
menurunkan impedansi arteri pulmoner. Ketika
vasokonstriksi pulmoner hipoksik aktif, terdapat distribusi
aliran darah pulmoner dari daerah dengan ventilasi buruk
ke daerah dengan ventilasi normal untuk mencapai PaO,
Baik No maupun PGI, merupakan vasodilator poten, karena
‘mereka dapat dikitmkan sebagai campuran gas (iNO) atau
terinhalasi (PGi), mereka dapat terkirim pada paru dengan
ventilasi baik, Keduanya bekerja untuk vasodilatas!sirkulasi
pulmoner lokal dan meningkatkan redistribus aliran darah
pulmoner dari paru dengan ventilasi buruk, menurunkan
shunt pulmoner dan memperbaiki oksigenasi. Almitrin
intravena merupakan vasokonstriktor pulmoner selektif
yang dapat menguatkan vasokontriksi pulmoner hipoksik,
ddan meskipun ini dapat memperbaiki oksigenasi sendir,
almitrin mempunyal efek sinergistik dengan iNO.
NO terinhalasi atau PGI, dapat juga digunakan
untuk mengurangi ofterload ventrikel kanan; biarpun
peningkatan cardiac output jarang terjadi pada ARDS. PGI,
akan meningkatkan cardiac output pada ARDS, meskipun
demikian, terdapat vasodilatasi pulmoner nonspesifik
dengan peningkatan aliran darah melalui daerah paru
dengan ventilasi buruk, menghasilkan perburukan
oksigenasi
Nitrit Oksid Inhalasi
Nitritoksid merupakan relaksan otot polos yang eiturunkan
dari endotel. Nitrit oksid juga mempunyai peranan
fisiologis penting lainnya termasuk neurotransmisi,
pertahanan host, agregasi trombosit, adhesi leukosit, dan
bronkodilatasi. Dosis iNO serendah 60 bagian per milyar
dapat meningkatkan oksigenasi, meskipun demikian, dosis
4077
yang umum digunakan dalam ARDS adalah 1-40 bagian
per milyar, dengan dosis yang lebh tinggi membuthkan
penurunan tekanan arteri pulmoner. Peningkatan PaO,
‘melebihi 20% dianggap sebagai respon posit; dan NO
harus dilanjutkan pada dosis efektif minimal.
NO inhalasi dapat diberikan terus-menerus atau
menggunakan injeksi respirasi intermiten. Pemberian
biasanya dalam bentuk angka medis NO/N,, dan harus
tercampur dengan cukup untuk menghindari pemberian
konsentrasi NO yang bervariasi. Direkomendasikan
konsentrasi respirasi NO dan NO, diukur, dengan metode
elektrokimia atau dengan chemiluminesence. Metode
elektrokimia akurat sampai 1 ppm, dimana adekuat untuk
penggunaan klinis, dan kurang mahal. Kadar NO dan NO,
pada lingkungan lokal sebagian besar tergantung dari
konsentrasi atmosfer, meskipun demikian masih unum
latihan untuk mencari gas ekspirasi. Pengikatan terhadap
hemoglobin pada sirkulasi pulmoner secara cepat
‘menginaktifasi NO, dan dampak sistemik hanya dilaporkan
setelah konsentrasi tinggi dari INO. Kadar metahemoglobin
sistemik mungkin dipantau, dan biasanya kurang dari $%
selama penggunaan klinis INO, tetapi harus dibandingkan
dengan kadar dasar. Nitrit oksid dapat menyebabkan
toksisitas paru melalui kombinasi dengan oksigen radikal
bbebas, dan melalui metabolisme NO menjadi NO,,ramun
hal ini tampaknya bukan masalah Klinis utama,
Hanya 40-70% dengan ARDS mengalami perbsikan
coksigenasi dengan iNO (yang respons), dan hal ni sepertinya
akibat vasokontrikso pulmoner hipoksik aktif pada sisanya.
Penambahan almitrin iv. dapat mempunyai dampak aditif
pada oksigenasi, dan dapat meningkatkan pasien yang
respon. Dua percobaan besar iNO telah menunjukkan tidak
ada perbaikan mortalitas atau pembalikan AL. Namun INO
‘aman dan secara signifikan memperbaiki oksigenasiinisial
(dibandingkan dengan plasebo atau tanpa NO), tetapi hal
ini tidak terus-menerus melebihi 12-24 jam, dan beberapa
pasien yang menerima plasebo mengalami peningkatan
PaO, 2 20% dalam 4 jam. Oleh karena itu, peran INO pada
psien dengan ARDS masih tidak past. Pada pasien dengan
hipoksia berat, mungkin dalam kombinasi dengan almitrin,
INO akan memberikan pertolongan sementara,
Prostasiklin Inhalasi
PGI, (sampai SO ng/kg per menit) memperbaiki oksigenasi
sama efektifnya dengan iNO pada pasien ARDS, PGI,
secara terus-menerus dinebulisasi pancaran karena
waktu paruhnya yang singkat (2-3 menit). Keuntungan
yang potensial meliputi peningkatan pelepasan surfaktan
dari sel tipe ll yang teregang, menghindari potensi
komplikasi iNO, dan toksisitas yang minimal. Namun
PGi, terlarut dalam bufer glisin alkalin, yang mana itu
sendiri dapat menyebabkan inflamasi jalan napas. loprost
adalah turunan dari PGI, yang mempunyai aktivitas yang4078
PENILAIAN AWAL KEGAWATDARURATAN MEDIK
serupa, dengan durasi kerja yang lebih panjang, tanpa
bufer alkalin, Namun begitu tidak ada agen yang talah
menunjukkan perbaikan keluaran pasien ARDS.
TERAPI FARMAKOLOGI LAIN
Terlepas dari perbaikan mortalitas pada sepsis setelah
aktivasi protein-C, tidak terbukti terapi farmakologi
tambahan untuk ALI dan ARDS berdasarkan banyak
penelitian memberi luaran lebih baik
‘Terapi Pengganti Surfaktan
Disfungs! surfaktan adalah abnormalitas penting dan awl
yang berperan dalam Kerusakan paru pada ALL Surfaktan
pparu mengurangi tegangan permukaan yang menjaga
stabiitas alveolus, mengurangi kerja napas dan cairan paru.
Selain itu surfaktan mempunyai peranan penting dalam
pertahanan paru host. Spesies oksigen reaktiffosfolipase,
dan peningkatan permeabilitas protein mengarah pada
hambatan fungsi surfaktan, komposisinya tidak normal,
dan pergantiannya jelas bertambah. Cedera paru yang
dliinduksi ventilasi sult terjadi tanpa disfungsi surfaktan,
leh karena itu, menarik untuk mempertimbangkan terapi
penggantian surfaktan eksogen.
Meskipun membesarkan hati data Laboratorium dan
penelitian kecil, penggantian surfaktan eksogen tidak
dapat direkomendasikan tanpa data yang lebih banyak.
Meskipun sebuah penelitian besar mengenai surfaktan
aerosol gagal mempengaruhi keluaran atau menunjukkan
eek fisiologi, masih diragukan apakah surfaktan dapat
rmencapai paru distal karena dosis yang rendah dan ‘ain
cut’ dari aerosol, Selain itu, preparat yang digunakan
sensitifterhadap inhbisi protein dan tidak mengandung
protein, yang jelas menurunkan tegangan permukaan. Hasil
yang lebih menjajikan telah ditemukan dengan preparat
yang mengandung protein surfaktan diberikan dengan
penanaman; meskipun data definitif masih diperlukan.
Optimalisasi Hemodinamik
Penurunan tekanan arteri pulmonal mampu mengurangi
derajat kebocaran kapiler pulmonel. Hal ini dapat dicapai
dengan menghindari pemberian cairan yang eksesif,
penggunaan diuretik dan penggunaan obat-obat yang
bekerja sebagai vasodilator pada arteri pulmonal
‘Adakalanya dipandu oleh ballon-tipped pulmonary artery
catheter (swan-ganz) yang mengukur tekanan arteri
pulmonal,tekanan bali kapiler pulmonal (menggambarkan
fekanan atrium kir) dan kardiak output (menggunakan
tehnik dilusi termal). Tyluan managemen hemodinamik
adalah mencapai keseimbangan optimal antara tekanan
arteripulmonal yang rendah untuk mengurengi kebocoran
cairan terhadep alveoli, tekanan darah sistemik adekuat
untuk mempertahankan perfusi jaringan dan organ
(contoh ginjal) dengan kardiak output cukup dan hantaran
‘oksigen optimal pada jaringan (hantaran oksigen sebagai
fungsi dari konsentrasi haemoglobin, saturasi oksigen
50%
Pasien yang masin hidup mungkin dengan fibrosis para
dan gangguan difusi oksigen namun beberapa pasien
sembuh sempurna walaupun telah melewati masa kits
dengan trauma paru yang berat yang membutuhkan
perawatan yang lama
KONTROVERSI DAN MASALAH YANG BELUM
TERPECAHKAN
Manajemen Cairan
Apakah sebaiknya volume intravaskular sebaiknya
diturunkan pada ARDS tetap menjadi kontroversial
Karena peningkatan permeabilitas paru, edema paru
dlijaga pada tekanan hidrostatikkapiler paru yang rendah
atau normal. Masih diperdebatkan apakah resolusi edema
parudifasilitasi dengan merendahkan tekanan hidrostatik
mikrovaskular dengan diuretik dan restriks cairan. Ventiasi
tekanan positif dan PEEP menurunkan cardiac output dan
penghantaran oksigen. Cardiac output dijaga adekuat
dengan menjamin adekuatnya volume cairanintravaskulat
Sepsis dan shock, yang merupakan faktor risiko utama
pada ARDS sering memerlukan pemberian cairan masif
karena hipotensi dan penurunan perfusi jaringan. Faktor-
faktor ini menjadi alasan bahwa ekspansi volume mungkin
diperlukan dan diuretik serta keseimbangan cairan yang
negatif sebaiknya dinindari
Dipihak lain bukti retrospektif menunjukkan bahwa
keseimbangan cairan negatif diharapkan pada ARDS.
Penurunan tekanan mikrovaskular paru menurunkan
‘airan di paru meskipun ada kegagalan paru berat dan
keseimbangan cairan negatif bersih kumulatif serta
penurunan berat badan secara bermakna lebih tinggi pada
yang bertahan hidup dibandingkan yang meninggal pada
‘ARDS. Trial ni mempunyai masalah dalam pada pemilinan
pasien dengan prognosis yang lebih baik tetapi mereka
tidak menduga bahwa keseimbangan cairan mungkin
determinan penting pada keluaran. Pada sebuah studi,
survivat lebih balk pada ARDS yang setidaknya mengurangi
25% tekanan tepi kapiler paru dibandingkan dengan yang
tidak. Rata-rata lama perawatan di ICU dan penggunaan
ventilator lebih cepat pada pasien-pasien yang mendapat
cairan lebih sedikit dar 1 Iter dalam 36 jam pertama. Tidak
ada efek pelemahan pada fungsi sistem organ meskipun
asupan cairan yang rendah.
Pada sebuah studi strategi yang konservatif dari
penggantian cairan dibandingkan dengan yang lebih
bebas. Penggunaan kateter vena sentral untuk panduan
sama seperti banyaknya urin yang keluar dan tekanan
arteri rata-rata dimana pasien dengan ALI diatur menurut
protokol. Pada 7 hari pertama, ada keseimbangan cairan
kumulatif negatif yang sangat kecil untuk protokol
konservatif, pada protokol yang bebas menghasilkan rata-
rata keseimbangan cairan yang positif mendekati 700ml
Tidak ada perbedaan kematian pada 60 hari tetapi strategi
konservatif ini menghasilkan durasi yang lebih pendek dari
ventilasi mekanik dan tinggal di ICU. Tidak ada komplikasi
tambahan.
Pada sebuah studi lain, randomisasi pasien ALI pada
insersi dan penggunaan kateter arteri pulmonar atau
kateter vena sentral menunjukkan tidak ada perbedaan
pada survival 60 hari atau disfungsi organ. Ditemukan lebih
banyak aritmia dengan kateter arteri pulmoner tetapi tidak
ada perbedaan insiden kegagalan ginjal atau penggunaan
vasopresor, diuretik atau dialisis.
REFERENSI
‘Amin Z, Acute Respizatory Distress Syndrome. 2nd National
Symp, Cardiovascular, Respiratory and Immunology, Jakarta
Met 2008
Parsons PE. Acute Respiratory Distress Syndrome. In Haley
ME, Welsh CH (eds), Current Diagnosis snd Treatment in
Palimonary Medicine. New York Lange 20081616,
Grippi MA. Acate Respiratory Distress Syndrome. InFishman AP,
Blas JA, Fishman JA, GrippiMA, Kaiser L, Senior EM ed).
Fishman’ Manval of Pulmonary Diseases and Disorders
ed. New Yorke MeGrav-il 2002 1023.8.
Moss M, Ingram RH J- Acute Respiratory Distress Syndrome In
‘Braunwald E, Fauci AS, Kasper DI, Hauser SL, Longo DL,
Jameson JL. Harrisons Prineiples of Internal Medicine 15%
‘ed. New York: MeGraw-Hil, 201523.
Bersten AD. Acute respiratory distres syndrome. In Berste AD,
‘SoniN andl Oh TE (eds) Oh's Intensive Care Manual. London:
sevier 2005: 329-597
Bongaral FS, Sue DY and Vinteh RE. Acute Respiratory Distress
SSyrlrome In, Current Diagnosis & Treatment Critical Care
Ed, New Yorke McCraw Hil 2008: 295-308
Bourke ). Acute Respiratory Distress Syndrome. In: Respiratory
Mecicne. Onford: Blackwell, 207 191-196
Papadakis MA and McPhee Sj. Acute Respiratory Distress
Syridfome In Current Mesical Diagnosis Treatment, New
‘York: McGraw Hil, 2008: 284-286