Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rifki Maulana

Kelas : TI-3C
NIM : A2.2100111

ARTIKEL TENTANG ALGORITMA HILL CHIPER – TUGAS 1 MTK DISKRIT


A. PENDAHULUAN
Hill Cipher merupakan salah satu algoritma kriptografi kunci simetris yang
memiliki beberapa kelebihan dalam enkripsi data. Untuk menghindari matrik kunci yang
tidak invertible, matrik kunci dibangkitkan menggunakan koefisien binomial newton.
Proses enkripsi dan deskripsi menggunakan kunci yang sama, plaintext dapat
menggunakan media gambar atau text.
Hill Cipher diciptakan oleh Lester S. Hill pada tahun 1929 [2]. Teknik kriptografi ini
diciptakan dengan maksud untuk dapat menciptakan cipher (kode) yang tidak dapat
dipecahkan menggunakan teknik analisis frekuensi. Hill Cipher tidak mengganti setiap abjad
yang sama pada plaintext dengan abjad lainnya yang sama pada ciphertext karena
menggunakan perkalian matriks pada dasar enkripsi dan dekripsinya.
Hill Cipher termasuk kepada algoritma kriptografi klasik yang sangat sulit
dipecahkan oleh kriptanalis apabila dilakukan hanya dengan mengetahui berkas ciphertext
saja. Namun, teknik ini dapat dipecahkan dengan cukup mudah apabila kriptanalis memiliki
berkas ciphertext dan potongan berkas plaintext. Teknik kriptanalisis ini disebut known-
plaintext attack.
Begitu pentingnya pertukaran informasi tentunya harus disertai dengan keamanan
informasi (information security).
Keamanan informasi yang berkaitan dengan penggunaan komputer, tidak dapat
dipisahkan dengan kriptografi., Aman bisa berarti bahwa selama pengiriman informasi tentu
diharapkan informasi tersebut tidak dapat dibaca oleh orang yang tidak berhak. Algoritma
Hill Cipher merupakan salah satu algoritma ktiprografi yang memanfaat aritmatika modulo
dan matriks. Setiap karakter pada plaintext dan ciphertext dikonversikan kedalam angka.
Proses enkripsi dilakukan dengan mengalikan matriks kunci dengan matriks plaintext,
sedangkan
Proses Dekripsi mengalikan invers matriks kunci dengan ciphertextnya. Karena
itulah, Hill Cipher hanya dapat menggunakan matriks persegi.

Algoritma Hill Cipher menggunakan matriks berukuran m x m (matriks persegi) yang


invertible dalam modulus p, sebagai kunci untuk melakukan enkripsi dan dekripsi. Dasar
teori matriks yang digunakan dalam Hill Cipher antara lain adalah perkalian antar matriks
dan melakukan invers pada matriks.
Proses enkripsi pada algoritma Hill Cipher dimulai dengan mengkonversikan
plaintext kedalam angka sesuai dengan table korespondensi. Selanjutnya angka-angka
tersebut dikelompokkan menjadi beberapa blok, dimana masing-masing blok terdiri dari m
anggota sesuai dengan ordo matriks kunci K(mxm). selanjutnya dicari ciphertext dengan C=
K * P. Proses Dekripsi diawali dengan mengkonversikan ciphertext kedalam angka sesuai
dengan table korespondensi. Seperti halnya pada proses enkripsi, angka-angka tersebut
dikelompokkan menjadi beberapa blok dengan anggota masing-masing blok sebanyak m,
lalu dicari plaintextnya dengan P = K-1 * C.

B. PEMBAHASAN
I. Enskripsi
Persamaan enskripsi
C = E(K,C) Mod 26
Dengan :
a) C = Ciphertext
b) K = Kunci
c) P = Plaintext
A. Hill Chiper (Kasus)
a) Plainteks = RIFKII
2 1
b) key = [ ]
3 4
c) Chiperteks ???
𝑅 𝐹 𝐼
Indeks nya adalah : [ ] [ ] [ ]
𝐼 𝐾 𝐼
Maka tentukan Indeks untuk setiap karakter yang ada di blok :
𝑅 17
[ ]= [ ]
𝐼 8
𝐹 5
[ ]=[ ]
𝐾 10
𝐼 8
[ ]=[ ]
𝐼 8
Lalu lakukan perkalian matriks antara kunci dan blok plainteks
2 1 17 (2 × 17) + (1 × 8) 26 0
[ ][ ] =[ ] =[ ] (mod 26) = [ ]
3 4 8 (3 × 17) + (4 × 8) 49 19
2 1 5 (2 × 5) + (1 × 10) 50 20
[ ][ ] = [ ] =[ ] (mod 26) = [ ]
3 4 10 (3 × 5) + (4 × 10) 95 3
2 1 8 (2 × 8) + (1 × 8) 50 24
[ ][ ] = [ ] =[ ] (mod 26) = [ ]
3 4 8 (3 × 8) + (4 × 8) 95 4

Lalu ubah hasil perhitungan ke dalam bentuk karakter


0 𝐴
[ ]= [ ]
19 𝑇
20 𝑈
[ ]= [ ]
3 𝐷
24 𝑌
[ ]= [ ]
4 𝐸
Sehingga, Chiperteks -> ATUDYE

II. Deskripsi
Persamaan Deskripsi
P = D(K,P) = 𝐾 −1 C mod26
Chiperteks -> ATUDYE
2 1
Key -> [ ]
3 4
Plainteks ???
Menghitung nilai determinan dan matriks kunci (K)
𝑎 𝑏 2 1
Det (K) = det [ ] = det [ ] = ((a× 𝑑) − (𝑏 × 𝑐))
𝑐 𝑑 3 4
= ((2× 4) − (1 × 3))
=8–3
=5
Menghitung INVERS MATRIKS kunci (𝑘 −1 ), dengan rumus :
1 𝑑 −𝑏
𝑘 −1 = det(𝑘) mod 26 [ ]
−𝑐 𝑎

1 4 −1
𝑘 −1 = mod 26 [ ]
5 −3 2

Ekuivalen (sama) dengan ;


4 −1
𝑘 −1 = 21[ ]
−3 2
84 −21 6 5
=[ ] mod 26 = [ ]
−63 42 15 16

Matriks inilah yang akan menjadi kunci saat dekripsi


Proses Dekripsi
6 5
𝑘 −1 = [ ]
15 16
Chiperteks -> ATUDYE
𝐴 0 𝑈 20 𝑌 24
[ ]=[ ] [ ]=[ ] [ ]=[ ]
𝑇 19 𝐷 3 𝐸 4

Lakukanlah perkalian matrix antara invers kunci dan Cipheteks

6 5 0 (6 × 0) + (5 × 19) 95 17
[ ] [ ]=[ ]=[ ] mod 26 [ ]
15 16 19 (15 × 0) + (16 × 19) 304 8
6 5 20 (6 × 20) + (5 × 3) 135 5
[ ] [ ]=[ ]=[ ] mod 26 [ ]
15 16 3 (15 × 20) + (16 × 3) 348 10
6 5 24 (6 × 24) + (5 × 4) 164 8
[ ] [ ]=[ ]=[ ] mod 26 [ ]
15 16 4 (15 × 24) + (16 × 4) 424 8
Jadi jawaban dari hasil Dekripsi tersebut adalah :
17 𝑅
[ ]=[ ]
8 𝐼
5 𝐹
[ ]=[ ]
10 𝐾
8 𝐼
[ ]=[ ]
8 𝐼

C. ENKRIPSI DAN DEKRIPSI ALGORITMA HILL CIPHER


Proses enkripsi pada Hill Cipher dilakukan pada setiap blok plaintext. Ukuran blok
yang digunakan sama dengan ukuran matriks kunci. Sebelum membagi teks menjadi
blok-blok tertentu, plaintext terlebih dahulu diubah menjadi angka sesuai tabel ASCII
256
Kemudian proses dekripsi pada Hill Cipher pada dasarnya sama dengan proses
enkripsinya. Sebelumnya harus mencari invers dari matriks kunci terlebih dahulu.
Berikut merupakan tabel nomor indeks huruf alfabet
A B C D E F G H I J K L M
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
N O P Q R S T U V W X Y Z
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

D. KESIMPULAN
1. Proses enkripsi algoritma Hill Cipher dan ElGamal dengan menggunakan perhitungan
matematika secara manual menghasilkan dua ciphertext. Menggunakan algoritma Hill
Cipher ciphertext yang diperoleh melalui plaintext pesan. Sedangkan enkripsi
menggunakan ElGamal menghasilkan ciphertext dari kunci simetris. Mengonversikan
plaintext menggunakan tabel ASCII 256 sehingga dapat mengubah alfabet menjadi
simbol-simbol yang tidak dimengerti. Dengan melakukan penyandian mengakibatkan
plaintext memiliki tingkat keamanan yang tinggi dari serangan kriptanalis. Apabila
kriptanalis dapat mengetahui potongan kunci memungkinkan dengan mudah dapat
mengetahui plaintext asli.
2. Proses dekripsi menggunakan algoritma Hill Cipher dapat mengubah ciphertext menjadi
plaintext semula. Sehingga dapat diartikan bahwa proses dekripsi dapat dilakukan dengan
baik. Karena ciphertext yang diperoleh adalah ciphertext pesan maka terlebih dahulu
menentukan plaintext dari kunci.
3. Penggunaan modulo yang bukan merupakan bilangan prima, menyebabkan terbatasnya
matriks kunci yang dapat digunakan. Penggunaan program aplikasi mempermudah
penghitungan saat inisialisasi matriks kunci, proses enkripsi dan proses Dekripsi terutama
pada penggunaan matriks kunci dengan ordo yang besar dan plaintext yang panjang.
4. Hill Cipher adalah algoritma kriptografi klasik yang sangat kuat dilihat dari segi
keamanannya.
5. Matriks kunci Hill Cipher harus merupakan matriks yang invertible. Semakin besar suatu
matriks kunci maka semakin kuat juga segi keamanannya.

A. DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.youtube.com/watch?v=XCPC30TYfqw
2. https://kalkulator.id/kalkulator-modulo/
1. 3.http://staffnew.uny.ac.id/upload/132128276/pendidikan/Presentation+group+8_number
+theory.pdf
3. http://jurnal.unpad.ac.id/jmi/article/view/10196

Anda mungkin juga menyukai