Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN AKSI PERUBAHAN

ANTISIPASI ANEMIA DAN BAYI LAHIR STUNTING DENGAN


GERAKAN MINUM TABLET TAMBAH DARAH BAGI REMAJA
PUTRI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
(ANTING GEMITTA REMATRI)

Disusun Oleh:
dr. Trianawati, MPH
No. Absen: 35/PKP/I/2021

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PELATIHAN KEPEMIMPINAN PENGAWAS ANGKATAN I
YOGYAKARTA
2021

i
ABSTRAK

Penyebab stunting di Kabupaten Gunungkidul diantaranya adalah masalah


kesehatan remaja. Anemia remaja akan berdampak terhadap kejadian anemia dan Kurang
Energi Kronis pada ibu hamil yang akan menyebabkan Berat Badan Bayi Lahir Rendah
(BBLR) dan bayi lahir stunting. Oleh sebab itu perlu diupayakan strategi dalam
pencegahan dan penanggulanagan anemia remaja (putri khususnya). Anemia adalah
kondisi kesehatan yang umumnya disebabkan kekurangan zat besi (gizi mikro) dalam
asupan nutrisi harian. Selain dari sumber nutrisi alami, zat gizi juga dapat dicukupi melalui
suplemen Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri. Untuk itu perlu adanya
stimulant bagi remaja putri untuk mengkonsumsi TTD. Upaya percepatan penurunan
stunting diharapakan dapat terwujud diantaranya melalui Aksi Perubahan Anting Gemitta
Rematri (Antisipasi Anemia dan Bayi Lahir Stunting melalui Gerakan Minum Tablet
Tambah Darah pada Remaja Putri di Kabupaten Gunungkidul).
Tujuan dan manfaat dari aplikasi Anting Gemitta Rematri cukup luas, diantaranya
adalah meningkatnya pengetahuan remaja tentang anemia dan stunting, sehingga remaja
mau merubah sikap dan perilaku untuk menrapkan pola hidup sehat dan membiasakan
konsumsi tablet tambah darah guna mencegah terjadinya anemia dan bayi lahir stunting
serta terlaksananya skrining dan intervensi anemia pada remaja putri di Kabupaten
Gunungkidul. Dengan menurunnya stunting, diharapkan dapat terwujud generasi sehat,
cerdas dan produktif serta mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Diwaktu
mendatang, diharapkan aksi Anting Gemitta Rematri dapt menjadi motivasi bagi
pengembangan inovasi lainnya dalam upaya pengendalian faktor-faktor risiko yang dapat
mempercepat penurunan stunting di Kabupaten Gunungkidul.

ii
PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Gunungsempu, Tamantirto, Kasihan, Bantul 55183, Telepon (0274) 417704, Fax (0274) 411801
Website : http//diklat.jogjaprov.go.id, Email : diklat@jogjaprov.go.id

BERITA ACARA
SEMINAR AKSI PERUBAHAN

Pada hari ini Rabu tanggal Enam Belas bulan Juni tahun Dua Ribu Dua Puluh Satu telah
dilaksanakan SEMINAR AKSI PERUBAHAN bagi Peserta PELATIHAN KEPEMIMPINAN
PENGAWAS ANGKATAN I Tahun 2021 di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Istimewa
Yogyakarta, atas nama:

Nama : dr, Trianawati, MPH


NIP : 197605262006042010
No. Presensi : 35/PKP/I/2021
Jabatan : Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat
Instansi : Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul
Mentor : Kartini, SKM, MM
Coach : Ambar Rahadi, SE, MM
Judul : Antisipasi Anemia dan Bayi Lahir Stunting dengan Gerakan Minum Tablet
Tambah Darah bagi Remaja Putri di Kabupaten Gunungkidul (Anting
Gemitta Rematri)

Yogyakarta, 16 Juni 2021


Mentor, Peserta,

Nama: Kartini, SKM, MM Nama: dr.Trianawati, MPH

Penguji 1, Penguji 2,

Nama: Poniran, SIP, MA Nama: Lintang Ika Novida, S.Sos

Pengampu, Coach,

Nama: Elmi Rohmiyati, S.Pd Nama: Ambar Rahadi, SE, MM

Nama Tanda Tangan

Fasilitator

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas dan laporan ini.
Laporan aksi perubahan ANTING GEMITTA REMATRI (Antisipasi Anemia dan
Bayi Lahir Stunting dengan Gerakan Minum Tablet Tambah Darah bagi Remaja Putri di
Kabupaten Gunungkidul) disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pelatihan
Kepemimpinan Pengawas (PKP) Angkatan I Tahun 2021 di Badan Pendidikan dan
Pelatihan Daerah Istimewa Yogyakarta. Aksi perubahn ini hanyalah bagian kecil dari
upaya mewujudkan Kabupaten Gunungkidul lebih sehat.
Penyusun menyadari dalam melaksanakan aksi perubahan ini masih banyak
kekurangan. Laporan ini sesungguhnya bukanlah sebuah kerja individual dan akan sulit
terlaksana tanpa bantuan banyak pihak yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak awal
perencanaan hingga akhir penyelesaian laporan aksi perubahan ini, akan sangat sulit
terwujud. Teriiring ucapan terima kasih saya sampaikan atas bimbingan, arahan, bantuan
dan support yang diberikan selama proses pelaksanaan aksi hingga penyusunan laporan ini
kepada pihak-pihak sebagai berikut:
1. dr. Dewi Irawaty, M.Kes., Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul yang
telah berkenan memberi kesempatan kepada saya untuk dapat mengikuti Pelatihan
Kepemimpinan Pengawas (PKP) Angkatan I Tahun 2021;
2. Kartini, SKM, MM., selaku Mentor yang telah menyediakan waktu, tenaga dan
pikiran untuk terus membimbing dalam pelaksanaan aksi perubahan ini;
3. Ambar Rahadi, SE, MM, selaku Coach yang telah banyak memberikan masukan,
arahan, koreksi dan bimbingan selama pelatihan, implementasi aksi perubahan dan
penyusunan laporan;
4. Poniran, SIP, MA, selaku penguji yang telah memberikan penilainnya, masukan,
arahan dan bimbingan agar aksi perubahan berjalan dengan lancar;
5. Lintang Ika Novida, S.Sos, selaku penguji yang telah memberikan penilaian, masukan,
bimbingan dan arahan agar aksi perubahan berjalan dengan lancer;
6. Bapak/Ibu Pengajar Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP) Angkatan I Tahun
2021, yang telah membagikan ilmunya dalam aksi perubahan ini;

iv
7. Tim Efektif Aksi Perubahan, yang terus menerus mendukung pelaksanaan aksi
perubahan hingga tersusunnya laporan aksi perubahan ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan dan motivasi untuk penyelesaian laporan implementasi aksi perubahan ini.
Untuk melengkapi kekurangan dan memyempurnakan laporan aksi perubahan ini,
penyusun mengharapkan masukan, saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Semoga aksi perubahn ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan mampu meningkatkan
derajat kesehatan masayrakat khusunya di Kabupaten Gunungkidul serta menjadi
pembelajaran dan pengalaman bagi saya, dalam memberikan pelayanan yang lebih
bermutu.

Gunungkidul, 11 Juni 2021

Hormat saya,

dr, Trianawati, MPH

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i


ABSTRAK............................................................................................................................. ii
BERITA ACARA SEMINAR AKSI PERUBAHAN .......................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... viii
BAB I DESKRIPSI PROSES KEPEMIMPINAN ................................................................ 1
A. Membangun Integritas .............................................................................................. 1
A.1. Membangun Integritas dalam Inovasi…………………………………………………2
A.1.1. Konsep Etika, Akuntabilitas, Integritas dan Kepemimpinan dalam
Inovasi…………………………………………………………………………3
A.1.2. Kemampuan Koordinasi Tim Efektif, Stakeholder dan Sumber Daya
Pendukung…………………………………………………………………….6
A.2. Membangun Integritas dalam Stakeholder……………………………………………8
A.2.1. Komunikasi Internal…………………………………………………………...9
A.2.2.Komunikasi Eksternal…………………………………………………………11
A.2.3. Startegi Komunikasi…………………………………………………………...11
B. Pengelolaan Budaya Pelayanan (Pemanfaatan TI)…………………………………...13
B.1. Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi…………………………….….14
B.2.Kondisi Exsisting Pelayanan Publik Dinas Kesehatan………………………......15
C. Pengelolaan Tim……………………………………………………………………...17
BAB II DESKRIPSI HASIL KEPEMIMPINAN………………………………………...20
A. Capaian dalam Perbaikan Sistem Pelayanan…………………………………………20
A.1. Rencana, Target dan Realisasi Setiap Tahapan…………………………………29
A.1.1. Jangka Pendek…………………………………………………………...29
a. Persiapan………………………………………………………………29
b. Koordinasi Tim Efektif……………………………………………….31
c. Pendataan Sasaran…………………………………………………......32
d. Sosialisasi/Kampanye…………………………………………………33
e. Skrining Anemia Remaja Putri………………………………………..33
f. Intervensi Anemia remaja putri………………………………………..34
g.Monitoring dan Evaluasi…………………………………………….....35
h.Laporan Aksi Perubahan………………………………………………36
A.1.2. Jangka Menengah………………………………………………………..36
a. KIE Anemia Remaja…………………………………………………..36
b. Pengendalian Risiko Stunting………………………………………....38
A.1.3. Jangka Panjang……………………………………………………….......39
a. Pengembangan inovasi………………………………………………..39
A.2. Masalah dan Upaya Penyelesaian Setiap Tahapan……………………………...39
A.2.1. Jangka Pendek……………………………………………………………40

vi
a.Persiapan……………………………………………………………….40
b. Koordinasi Tim Efektif ………………………………………………40
c. Pendataan sasaran……………………………………………………..41
d. Sosialisasi/Kampanye………………………………………………...41
e. Skrining Anemia remaja putri………………………………………..41
f. Intervesi Anmeia Remaja……………………………………………..42
g. Monitoring dan Evaluasi……………………………………………..42
h. Laporan Aksi Perubahan……………………………………………..42
A.2.2. Jangka Menengah……………………………………………………….42
a. KIE Anemia Remaja………………………………………………….42
b. Pengendalian Resiko Stunting………………………………………..42
A.2.3. Jangka Panjang…………………………………………………………..43
a. Pengembangan Inovasi………………………………………………..43
B. Manfaat Aksi Perubahan………………………………………………………..........43
B.1. Jangka Pendek…………………………………………………………………..43
B.2. Jangka Menengah……………………………………………………………….44
B.3. Jangka Panjang………………………………………………………………….44
BAB III KEBERLANJUTAN AKSI PERUBAHAN………………………………………44
A. Telaah Proses dan Hasil........................................................................................................45
B. Resiko Kegagalan/Hambatan................................................................................................46

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………….49
A. Kesimpilan............................................................................................................................49
B. Saran.....................................................................................................................................49
C. Pengalaman Pembelajaran....................................................................................................49

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Peta dan Identifikasi Stakeholder ................................................................................... 9


Tabel 2. Strategi Komunikasi Stakeholder Eksternal ................................................................. 11
Tabel 3. Resume Komunikasi dengan Stakeholder .................................................................... 12
Tabel 4. Deskripsi Tim Aksi Perubahan .................................................................................... 17
Tabel 5. Form Implementasi Aksi Perubahan ............................................................................ 21
Tabel 6. Target Kegiatan Jangka Menengah dan Jangka Panjang ............................................. 45
Tabel 7. Resiko Tinggi Hambatan dan Solusi ............................................................................ 47

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Tim Aksi Perubahan ...................................................................................... 7


Gambar 2. Struktur Organinsasi Dinas Kesehatan ........................................................................ 9

ix
BAB I
DESKRIPSI PROSES KEPEMIMPINAN

A. Membangun Integritas

Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan


yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan. Integritas juga sebagai sebuah konsistensi antara tindakan dengan
nilai ataupun prinsip-prinsip yang sedang dijalankan. Integritas merupakan suatu
hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, merujuk pada kualitas pribadi
seseorang agar dapat dipercaya dan diandalkan.
Ketika seorang pemimpin tidak memiliki integritas maka cepat atau lambat
akan menghancurkan kelompok atau organisasi yang dipimpinnya itu. Hal ini
terjadi tidak lain karena apapun kebijakan, keputusan, sikap dan tindakan seorang
pemimpin akan berdampak sangat luas bagi keseluruhan organisasi yang
dipimpinnya. Seorang pemimpin akan menjadi pusat perhatian, apapun yang
disaksikan dari dirinya akan memberi pengaruh besar dalam perjalanan organisasi
secara keseluruhan. Orang yang terbiasa dengan integritas akan selalu jujur, tidak
mau dan tidak akan mengkhianati komitmennya, karena ia tidak mau mematahkan
kepercayaan orang lain kepada dirinya. Integritas menjadi kunci kepemimpinan,
tentang bagaimana pemimpin dapat bersikap dan berperilaku untuk membuat
keputusan dengan baik dan pada waktu yang tepat. Seorang pemimpin juga harus
dapat menggabungkan berbagai aspek dan kompetensi yang ada dalam dirinya
sehingga dapat menjadi suatu hal yang padu dan mendukung satu sama lain. Aspek
tersebut meliputi kognitif (hal yang melibatkan otak/mental), afektif (hal yang
melibatkan sikap/nilai), dan psikomotorik (hal yang melibatkan keterampilan/skill
dalam bertindak atau menerima pengalaman tertentu).
Etika dan integritas yang baik akan menciptakan pemerintahan yang baik
(good public governance). Pemerintahan yang baik ini akan meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah. Integritas mewajibkan
setiap ASN untuk setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,
negara, dan pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Integritas tidak dapat lepas dari apa yang

1
dimaksud dengan komitmen. Komitmen ASN adalah sumpah/janji pada saat
pengangkatannya.
A.1. Membangun Integritas dalam Inovasi

Stunting (kerdil) adalah kondisi gagal tumbuh dimana balita


memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan
umur, termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor
seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan
kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang
akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif
yang optimal. Anak yang menderita stunting akan lebih rentan terhadap
penyakit dan ketika dewasa berisiko untuk mendeerita penyakit degenerative
(Penyakit Tidak Menular). Dampak stunting tidak hanya pada sisi kesehatan
tetapi juga mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Anak merupakan aset
bangsa di masa depan. Jika saat ini banyak anak Indonesia yang menderita
stunting, dapat dipastikan bangsa ini tidak akan mampu bersaing dengan
bangsa lain dalam menghadapi tantangan global.
Penyebab stunting di Kabupaten Gunungkidul diantaranya adalah
masalah kesehatan remaja. Hal ini terlihat dari tingginya anemia dan Kurang
Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil, persalinan remaja, Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) dan bayi lahir stunting, sehingga perlu diupayakan strategi
dalam pencegahan dan penanggulanagan anemia remaja (putri khususnya).
Remaja putri menjadi sasaran sekunder dalam intervensi stunting selain
sasaran prioritas 1000 Hari Pertama Kehidupan (ibu hamil sampai anak usia 2
tahun). Remaja putri merupakan calon ibu hamil yang perlu disiapkan
pemenuhan gizinya agar terhindar dari kondisi anemia. Anemia adalah
kondisi kesehatan yang umumnya disebabkan kekurangan zat besi (gizi
mikro) dalam asupan nutrisi harian. Selain dari sumber nutrisi alami, zat gizi
juga dapat dicukupi melalui suplemen Tablet Tambah Darah (TTD). Untuk
itu perlu adanya stimulant bagi remaja putri untuk mengkonsumsi TTD. Oleh
karena itu sesuai dengan tugas dan fungsi saya dalam kegiatan Pencegahan
dan Penanggulangan Masalah Gizi Masyarakat, mencoba melakukan upaya
percepatan penurunan stunting di Kabupaten Gunungkidul dengan upaya
Pencegahan Anemia dan Bayi Lahir Stunting melalui Gerakan Minum Tablet
2
Tambah Darah pada Remaja Putri (Anting Gemitta Rematri).
Aksi perubahan ANTING GEMITTA REMATRI yang dilakukan
melibatkan dua hal yaitu kemampuan diri/softskill atau sifat-sifat yang harus
dimiliki oleh seorang project leader (etika, integritas, akuntabilitas, dan
kepemimpinan) serta kemampuan penguasaan lapangan, sesuai dengan
tahapan-tahapan yang telah di rencanakan. Wawasan kebangsaan dan nilai-
nilai dasar bela negara sebagai dasar dalam pembentukan etika, akuntabilitas,
serta integritas kepemimpinan. Kemampuan penguasaan lapangan, termasuk
koordinasi terhadap komponen tim efektif, sumber daya pendukung, dan
stakeholder, serta mampu menghadapi tantangan yang berpotensi
mengganggu integritas seperti penyalahgunaan jabatan atau memanfaatkan
jabatan untuk mendapatkan keuntungan lebih. Kemampuan diri dan
penguasaan lapangan yang prima dapat dipastikan mempengaruhi sukses
tidaknya aksi perubahan. Mulai dari perencanan, impelementasi dan
monitoring evaluasi aksi perubahan ini, sangat diperlukan kerja tim dan
komunikasi efektif dengan semua pihak. Hal ini dilakukan agar tahapan yang
dilaksanakan berjalan efektif dan efisien, sesuai etika dan integritas serta
akuntabilitas. Dengan tetap memperhatikan kaidah integritas, konsep
kepemimpinan melayani, dan akuntabilitas, aksi perubahan ini dapat
dilaksanakan optimal, dapat dipertanggungjawabkan sehingga tujuan dapat
tercapai sesuai target dan bermanfaat.
A.1.1. Konsep Etika, Akuntabilitas, Integritas dan Kepemimpinan dalam
Inovasi
a. Etika
Etika/ethos artinya tempat tinggal, kebiasaan, sikap, watak,
atau cara berpikir. Etika adalah nilai dan norma moral, akhlak/budi
pekerti yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya apakah benar/salah.
Etika sikap dan perilaku birokrasi merupakan sesuatu yang tak
dapat ditawar lagi. Pelanggaran hukum dalam berbagai bentuknya
merupakan pelanggaran etika, karena hal itu merupakan
pelanggaran atas nilai-nilai dasar pembentuk hukum. Etika harus

3
terwujud dalam bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pelayanan
publik dan pemerintahan pada umumnya.
b. Akuntabilitas
Akuntabilitas artinya bertanggung jawab atas hubungan yang
menyangkut saat sekarang maupun masa depan, antar individu
maupun kelompok, sebagai sebuah pertanggungjawaban
kepentingan melalui kewajiban untuk memberitahukan dan
menjelaskan tiap dan segenap tindakan dan keputusan yang
diambil, agar dapat disetujui maupun ditolak atau diberikan
hukuman bilamana diketemukan adanya penyalahgunaan. Hal ini
sangat relevan dengan konteks pelayanan publik yang memang
selalu menjadi sasaran tuntutan akuntabilitas publik. Untuk
mewujudkan akuntabilitas publik diperlukan transparansi dan
keterbukaan agar publik mendapat kejelasan mengenai
keputusan/kebijakan/proses/program yang diberlakukan, apa dasar
dan alasan pemberlakuannya, masa pemberlakuannya,
pelaksananya, subjek dan objek yang terdampak, cara serta media
pemberlakuan dan pertanggung jawabannya, hingga dampak-
dampak yang diharapkan dan tidak diharapkan dari pemberlakuan
keputusan/kebijakan/proses/program tersebut. Akuntabilitas dapat
dinilai dari perspektif professional melalui efisiensi dan efektifitas
pelayanan publik maupun dari perspektif politik dan demokrasi
melalui tingkat partisipasi publik. Akuntabilitas ditujukan juga
kepada upaya pengawasan atas penyalahgunaan wewenang publik.
c. Integritas
Iintegritas artinya kesseluruhan mutu, sifat, atau keadaan
yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi
dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan. Sesuatu yang
berintegritas adalah utuh dalam keseluruhannya, tidak terbagi.
Integritas selalu dikaitkan dengan pekerjaan. Integritas sesorang
terlihat ketika adanya gangguan/pengaruh dari luar yang
memancing pekerja untuk melanggar atau membocorkan rahasia
organisasi. Integritas menjadi karakter yang melekat pada subjek

4
pekerja atau pegawai. Integritas menjadi sesuatu yang terkait
langsung dengan individu, bukan dengan kelompok atau
organisasi. Jika integritas sesorang bagus, maka kepercayaan
atasan kepadanya juga semakin meningkat. Integritas bukan
sekadar istilah yang merujuk pada perilaku etis, tetapi
menunjukkan tingkat pemahaman moral yang universal yang
secara rasional dapat dipertanggungjawabkan.
d. Kepemimpinan
Kepemimpinan melayani (Servant Leadership) mempunyai
kecenderungan lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan
aspirasi orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya.
Orientasinya adalah untuk melayani, cara pandangnya holistik dan
beroperasi dengan standar moral spiritual. Project Leader
merupakan pemimpin aksi perubahan dalam mengarahkan
tercapainya maksud dan tujuan sebuah tim. Secara umum adalah
orang yang ditugaskan untuk menggerakkan proses manajemen
yang mengarah pada strategi pencapaian tujuan, bertanggung
jawab pada berhasil dan tidaknya tujuan organisasi tersebut.
Seorang project leader secara langsung berhadapan dengan
pelanggan dan pemangku kepentingan dituntut untuk mampu
memberikan pelayanan prima sehingga dapat menjamin kepuasan
pelanggan.
Upaya yang dilakukan sebagai pemimpin dalam mengawal
pelaksanaan aksi perubahan adalah dengan cara berkonsultasi dan
berkomunikasi secara langsung dengan mentor (project sponsor)
agar diperoleh arahan, bimbingan, dukungan dan persetujuan,
terkait pelaksanaan aksi. Pemimpin juga menyusun dan
melaporkan setiap progress dari taahpan aksi perubahan, termasuk
kendala/hambatan yang ada kepada mentor. Selain itu pemimpin
melakukan konsultasi kepada Coach sebagai pembimbing yang
memberi saran teknis untuk menjalankan aksi perubahan, mulai
dari tahap perancangan hingga pelaporan aksi perubahan yang
dilakukan.

5
A.1.2. Kemampuan Koordinasi Tim Efektif, Stakeholder dan Sumber
Daya Pendukung
a. Tim Efektif
Merupakan sekumpulan orang yang memiliki keterampilan
yang saling melengkapi dan memiliki komitmen untuk mencapai
suatu tujuan bersama dengan suatu proses kerja sama yang saling
bertanggung jawab satu sama lain. Seluruh komponen dalam tim
efektif, bekerja dengan sungguh-sungguh sesuai peran dan fungsinya
masing-masing semata-mata untuk meraih tujuan bersama, dimana
ada rasa memiliki/taking ownership. Setiap komponen memiliki
tanggung jawab dan kerelaan untuk berkorban dalam mencapai
tujuan bersama tersebut.
Pemimpin membentuk tim aksi perubahan, agar dapat
bekerja bersama-sama dengan satu komitmen dan satu tujuan. Setiap
anggota tim memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Setiap
anggota dalam tim akan diberi arahan dan dibimbing sesuai dengan
kompetensi masing-masing oleh pemimpin aksi perubahan.
Pemimpin juga akan melakukan monitoring dan evaluasi atas kinerja
tim, serta memberi teladan dalam kedisiplinan kerja. Di sisi lain,
sosialasi aksi perubahan yang dirancang juga perlu dilakukan kepada
seluruh elemen bagian/subbagian yang ada di instansi tempat
pemimpin aksi perubahan tersebut bekerja.

6
Gambar 1. Struktur Tim Aksi Perubahan

PEMBINA (Kepala
Dinas Kesehatan )

MENTOR (Kepala Bidang


COACH (Ambar
Kesehatan Masyarakat STAKEHOLDER
Rahardi, SE.MM)
INTERNAL
PROJECT LEADER
(dr. Trianawati, MPH)
STAKEHOLDER
EKSTERNAL

TIM TEKNIS TIM TIM MONEV


- Programmer Kes. Ibu dan ADMINISTRASI
Anak DInkes
- Programmer Gizi Dinkes
Staf Kes.Keluarga - Project Leader
- Seksi Farmasi Dinkes dan Gizi Dinkes - Programmer
- Programmer Kes. Remaja Dinkes
Puskesmas
- Programmer Gizi Puskesmas

b. Sumber Daya Pendukung


Merupakan komponen nilai potensi yang dimiliki dalam
rangka pengembangan inovasi, yang dapat menunjang kesusksesan
inovasi secara maksimal. Yang termasuk sumber daya adalah
manusia, sarana prasarana dan anggaran/biaya.
c. Pemangku kepentingan (stakeholder)
Merupakan individu, unit kerja, instansi lain, atau
masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung
berhubungan dengan aksi perubahan yang akan dilaksanakan.
Stakeholder adalah pihak yang dapat mempengaruhi atau sebaliknya
terkena dampak atas pelaksanaan aksi perubahan tersebut, sehingga
perlu dilakukan identifikasi pemangku kepentingan dengan cermat.
Pemangku kepentingan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
stakeholder internal dan eksternal.
Untuk mengaktualisasikan integritas dalam aksi perubahan
dengan pendekatan servnt leadership diperlukan nilai-nilai yang harus
di tanamkan dalam sebuah tim, yaitu komitmen, disiplin, dan
tanggungjawab.

7
1) Komitmen
Setiap elemen tim aksi perubahan akan selalu berpegang teguh
pada tujuan dan harapan tim serta memilih untuk selalu berkontribusi
dan tetap bertahan pada tim tersebut sehingga nantinya dapat
menghasilkan suatu perubahan yang berdampak positif bagi
tim/organisasinya.
2) Disiplin
Disiplin merupakan rasa patuh terhadap peraturan dan tunduk
pada pengawasan serta kesanggupan untuk berada dibawah
pengendalian, karena individu berpegang pada kepercayaan orang lain
terhadap dirinya.
3) Tanggung Jawab
Tanggung jawab menjadi pegangan seorang individu dalam
bertindak, baik secara disengaja ataupun tidak. Setiap individu wajib
menanggung, dan memikul segala sesuatu yang akan menimbulkan
akibat. Bertanggung jawab terhadap semua tindakan dan perbuatan
merupakan perwujudan dari nilai moral dan kesusilaan. Individu yang
bertanggung jawab akan melakukan apa saja yang sudah diucapkan,
berkomunikasi dengan baik kepada siapapun, memiliki jiwa melayani
tanpa pamrih, tidak menyalahkan orang lain secara berlebihan, dan
mampu menentukan pilihan dari beberapa alternatif.
A.2 Membangun Integritas dalam Stakeholder

Untuk menciptakan komunikasi yang efektif, perlu dilakukan strategi


komunikasi yang terbuka, seimbang, profesional dan penggunaan kata dan kalimat
yang tepat agar setiap stakeholder memberikan dukungan terhadap keberhasilan
pelaksanaan rencana aksi perubahan. Peran stakeholder terhadap aksi perubahan
dapat digolongkan menjadi empat bagian yaitu Promoters, Defenders, Latens,,
dan Apathetics. Promoters adalah stakeholder yang memiliki kepentingan besar
terhadap program dan juga kekuatan untuk membantu keberhasilan. Defenders
adalah stakeholder yang memiliki/menyuarakan dukungannya dalam komunitas
tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi program. Latents adalah
stakeholder yang tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam
program tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi program. Apathetics
adalah stakeholder yang kurang memiliki kepentingan dan kekuatan. Peta dan

8
Identifikasi stakeholder dalam aksi perubahan ANTING GEMITTA REMATRI
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1. Peta dan Identifikasi Stakeholder
Pengaruh Kepentingan
No. Stakeholder Jenis Pemetaan
Besar Kecil Besar Kecil
1 Kepala Dinas Kesehatan  -  - Promoters Internal
2 Sekretaris Dinas Kesehatan  -  - Promoter Internal

3 Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat   - Promoter Internal

4 Kepala Seksi dan Kepala Subag Dinas Internal


 -  - Promoter
Kesehatan
5 Programmer Dinas Kesehatan -   - Defenders Internal

6 Kepala UPT Puskesmas  - -  Latens Internal


7 Programmer/pelaksanan teknis Puskesmas  - -  Latens Internal
8 Tim Penanggulangan Stunting di Kabupaten Promoters Eksternal
(Pemda dan Perangkat Daerah selain  -  -
Dinkes)
9 Remaja di kalurahan lokasi fokus -   - Defenders Eksternal

10 Kader Kesehatan -   - Defenders Eksternal

11 Panewu -  -  Apathetics Eksternal

12 Lurah  - -  Latens Eksternal

13 Tenaga Pendidik SLTP/SLTA -  -  Apathetics Eksternal

A.2.1. Komunikasi Internal


Peta Internal Stakeholder dapat dilihat dalam bagan Struktur
Organisasi Dinas Kesehatan berdasarkan Peraturan Bupati
Gunungkidul Nomor 52 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Kesehatan.
Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

Seksi Kesehatn
Keluarga dan Gizi
Masyarakat

9
Stakeholder internal dslam aksi perubahan ANTING GEMITTA
REMATRI pada umumnya adalah sebagai promoters dan latens. Perlu
komunikasi yang baik terhadap komponen promoters dan latens agar
memahami secara utuh dan menerima aksi perubahan dengan sepenuh
hati karena mereka dapat mengajak stakeholder lain untuk ikut berperan
serta dan berpartisipasi dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi
program/kegiatan. Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam
perspektif integritas terhadap kelompok promoters yang memiliki
kepentingan dan kekuatan besar terhadap berlangsungnya aksi
perubahan dan membuatnya berhasil ataupun gagal. Strategi komunikasi
yang dilakukan adalah dengan :
1) Memberikan informasi dan gambaran yang jelas tentang aksi
perubahan serta meyakinkan bahwa kegiatan/program yang
diusulkan sangat penting dan bermanfaat bagi organisasi.
2) Menyampaikan permohonan dukungan, arahan, dan bimbingan
untuk mencapai tujuan aksi perubahan.
3) Melibatkan dalam pengambilan keputusan, pembuatan konsep,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi hasil.
4) Sebagai rujukan konsultasi dan koordinasi ketika menemukan
kendala/permasalahan dan membutuhkan pengambilan keputusan
segera dalam pelaksanaan aksi perubahan.
Pada kelompok Latents, yaitu kelompok yang tidak memiliki
kepentingan khusus dalam aksi perubahan namun memiliki pengaruh
besar pada aksi perubahan. Strategi komunikasi yang dilakukan adalah
pendekatan secara personal dan dialog secara mendalam dengan harapan
Project Leader berhasil meyakinkan serta dapat membuat kelompok
latents memahami dan mendukung aksi perubahan. Komunikasi secara
nonformal lebih menarik dan efektif untuk kelompok tersebut.
Selain itu melibatkan kelompok Latens dalam koordinasi berkala,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta menyampaikan
setiap tahapan kegiatan yang sudah/berhasil dilaksanakan. Project
Leader harus mampu menunjukkan bahwa aksi perubahan memberi efek

10
positif terhadap isu yang juga menjadi menjadi kepentingan kelompok
Latens dan peran pentimgnya terhadap keberhasilan aksi perubahan.
A.2.2.Komunikasi Eksternal

Stakeholder eksternal dalam aksi perubahan ini umumnya adalah


Defenders dan Apathetics. Pemangku kepentingan eksternal merupakan
pemangku kepentingan dari luar organisasi secara langsung serta tidak
memiliki hubungan apapun akan tetapi mereka dapat mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh organisasi kita. Kelompok Defenders, yaitu kelompok
yang memiliki kepentingan yang besar meskipun pada dasarnya pengaruhnya
kecil terhadap aksi perubahan. Strategi yang dilakukan adalah komunikasi
terbuka melalui sosialisasi dan pemberitahuan informasi secara rutin disertai
pendekatan secara intensif untuk mendorong partisipasi/keterlibatan yang lebih
besar atas aksi perubahan. Kelompok Apathetics, yaitu kelompok yang
tidak berpengaruh terhadap aksi perubahan bahkan mungkin belum
mengetahui adanya aksi perubahan, strategi yang dilakukan adalah
menginformasikan aksi perubahan secara jelas dan lengkap sehingga
mereka tertarik terhadap aksi perubahan yang akan dilaksanakan.
Tabel 2. Strategi Komunikasi Stakeholder Eksternal
No Stakeholders Kategori Strategi Komunikasi
1 Tim Penanggulangan Stunting Promotors Komunikasi dilaksanakan melalui Konsultasi,
. di Kabupaten (Pemda dan advokasi, koordinasi, dan rapat
Perangkat Daerah selain
Dinkes)

2 Remaja di kalurahan lokasi Defenders Komunikasi dilaksanakan melalui koordinasi, KIE


. fokus

3. Kader kesehatan Defenders Komunikasi dilaksanakan melalui koordinasi,


rapat dan KIE
4. Panewu Apathetics Komunikasi dilaksanakan melalui koordinasi,
advokasi, rapat dan Laporan secara lisan
5. Lurah Latens Komunikasi dilaksanakan melalui kordinasi,
advokasi , dan rapat
6. Tenaga Pendidik SLTP/SLTA Apathetics Komunikasi dilaksanakan melalui koordinasi , KIE

A.2.3. Startegi Komunikasi


Tahapan yang tidak kalah penting dalam identifikasi stakeholder
adalah strategi komunikasi untuk masing-masing kategori stakeholder
dan jenis hubungan antar stakeholder, agar diperoleh dukungan terhadap
aksi perubahan. Strategi komunikasi adalah paduan dari perencanaan

11
komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan.
Untuk mencapai komunikasi yang efektif, harus dilakukan strategi
komunikasi yang terbuka, terstruktur, semangat, seimbang, profesional
dengan menggunakan teknik komunikasi termasuk pemilihan kata yang
tepat agar setiap stakeholder dapat memberikan dukungan terhadap
keberhasilan aksi perubahan. Berikut tabel ringkasan strategi
membangun integritas dalam berkomunikasi terhadap seluruh pemangku
kepentingan/stakeholder :
Tabel 3. Resume Komunikasi dengan Stakeholder
No Stakeholder Respon Saran
1 Kepala Dinas Mendukung rencana Agar dalam pelaksanaan skrining anemia
Kesehatan aksi ANTING remaja tetap perhatikan protokol kesehatan
GEMITTA REMATRI dan hasil skrining ditindaklanjuti secara
tepat
2 Sekretaris Dinas Mendukung rencana Agar inovasi ini tidak hanya dilaksanakan
Kesehatan aksi ANTING di lokasi fokus stunting saja, namun
GEMITTA REMATRI kedepan bisa dikembangkan di kalurahan
lain di Kabupaten Gunungkidul
3 Kepala Bidang Mendukung rencana Intervensi hasil skrining anemia yang tidak
Kesehatan aksi ANTING selesai dalam periode jangka pendek, tetap
Masyarakat GEMITTA REMATRI dilanjutkan pada jangka menengah dan
dilanjutkan untuk pengembangan di lokasi
berikutnya di jangka panjang.
4 Kepala Seksi dan Mendukung rencana Dalam pelaksanaan aksi perubahan di
Kepala Subag aksi ANTING lapangan perlu melibatkan stakeholder
Dinas Kesehatan GEMITTA REMATRI eksternal dan berkoordinasi dengan
pemangku wilayah di lokasi fokus
5 Programmer Dinas Memahami secara Siap bekerja dalam tim dan melaksanakan
Kesehatan detail tahapan dan siap aksi perubahan guna tercapainya target
mendukung aksi program percepatan penurunan stunting di
perubahan ANTING Kabupaten Gunungkidul.
GEMITTA REMATRI
6 Kepala UPT Memahami konsep dan Sebagai penaggungjawab wilayah kerja
Puskesmas siap mendukung aksi Puskesmas, siap memfasilitasi kebutuhan
perubahan ANTING dalam pelaksanaan aksi perubahan dan
GEMITTA REMATRI mengajak serta komponen stakeholder
eksternal yang dipandang mendukung
keberhasilan aksi.
7 Programer/pelaksa Memahami konsep dan Perlu sosialisasi dan edukasi terhadap
na teknis di siap mendukung aksi masayarakat dan sasaran remaja tentang
Puskemas perubahan ANTING pentingnya minum Tablet Tambah Darah
GEMITTA REMATRI dan skrining Anemia
8 Tim Mendukung rencana Agar remaja sebagai sasaran pendukung
Penanggulangan aksi ANTING dalam intervensi stunting menjadi
Stunting di GEMITTA REMATRI perhatian dan mendapat dukungan
kegiatan dari Pernagkat Daerah dalam Tim
Kabupaten
serta menjadi sasaran dalam kegiatan
(Pemda dan kelompok pemberdayaan masayrakat.
Perangkat Daerah
selain Dinas
Kesehatan)

12
10 Remaja di Bersedia melaksanakan Tersedia akses pelayanan kesehatan dan
kalurahan lokasi kegiatan/program informasi yang jelas dalam bentuk media
fokus sebagai sasaran skrining yang menarik agar remaja dapat
dan intervensi dalam memahami pentinganya mencegah anemia
aksi perubahan dan bersedia merubah sikap dan perilaku
untuk hidup sehat.
11 Kader kesehatan Bersedia mendukung Membantu mendampingi remaja dalam
program/kegiatan menerapkan pola hidup sehat dan
rencana aksi ANTING sosialisasi/kampanye anemia remaja
GEMITTA REMATRI melalui kegiatan kelompok di masyarakat
12 Panewu Bersedia mendukung Sebagai pimpinan di wilayah Kapanewon,
program/kegiatan siap mengawal pelaksanaan aksi
rencana aksi ANTING perubahan di lokasi fokus dan ikut serta
GEMITTA REMATRI dalam monitoring kegiatan
13 Lurah Memahami konsep dan Sebagai penanggungjawab di lokasi fokus
siap mendukung aksi kegiatan, ikut mendukung anggaran dana
perubahan ANTING kalurahan dan menggerakkan
GEMITTA REMATRI pemberdayaan masayarakat
14 Tenaga Pendidik Bersedia mendukung Agar tenaga pendidik diberikan sosialisasi,
SLTP/SLTA program/kegiatan pengetahuan dan fasiliatas media KIE
rencana aksi ANTING untuk siap mendampingi, monitoring dan
GEMITTA REMATRI menfasilitasi remaja di sekolah dalam
GEMITTA REMATRI.

Integritas yang dibangun dalam tahapan komunikasi dengan seluruh


stakeholder diselaraskan pada saat persiapan sampai dengan tahap akhir
penyusunan implementasi aksi perubahan. Komunikasi dilakukan secara asertif
dan santun serta berusaha menarik simpati untuk mendukung kesuksesan program
GEMITTA REMATRI. Selanjutnya komunikasi aksi perubahan diselenggarakan
melalui pertemuan formal maupun informal dengan metode dialog
interaktif/komunikasi dua arah terutama dengan pembimbing/coach dan kelompok
stakeholder, baik melalui media online maupun offline dengan tetap mematuhi
protokol kesehatan di setiap tahapan kegiatan.

B. Pengelolaan Budaya Pelayanan (Pemanfaatan TI)

Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah


dalam berbagai sektor pelayanan, terutama yang menyangkut pemenuhan hak dan
kebutuhan dasar masyarakat, kinerjanya masih belum seperti yang diharapkan, masih
menyisakan pengaduan atau keluhan baik dari masyarakat maupun dunia usaha. Hal
yang dikeluhkan umumnya menyangkut prosedur dan mekanisme kerja pelayanan
yang berbelit-belit, tidak transparan, kurang informatif, kurang akomodatif, kurang
konsisten, terbatasnya fasilitas, sarana dan prasaran pelayanan, sehingga tidak
menjamin kepastian baik dari segi hukum, waktu, dan biaya, serta masih dijumpainya

13
praktek pungutan liar serta tindakan-tindakan yang berindikasi penyimpangan dan
KKN. Hal tersebut tentunya tidak akan terjadi apabila pemerintah baik itu
Kementerian/Lembaga/Daerah patuh pada kewajiban dalam penyelenggaraan
pelayanan publik sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang
pelayanan Publik.
Upaya pencapaian efektifitas dalam pelayanan publik, dapat ditempuh dengan
penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu. Sistem pelayanan terpadu merupakan
satu kesatuan proses pengelolaan pelayanan terhadap beberapa jenis pelayanan yang
dilakukan secara terintegrasi dalam satu tempat baik secara fisik maupun yang
dilakukan dengan memadukan pelayanan secara elektronik. Sejalan dengan asas
penyelenggaraan publik, tujuan dari penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu
adalah: 1) Memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada masyarakat; 2)
Mendekatkan pelayanan kepada masyarakat; 3) Memperpendek proses pelayanan; 4)
Mewujudkan proses pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti dan
terjangkau; dan 5) Memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk
memperoleh pelayanan.
B.1. Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi
Dalam implementasi pelayanan publik berbasis teknologi informasi,
terdapat beragam tipe pelayanan yang ditawarkan oleh pemerintah kepada
masyarakatnya. Salah satu cara mengkategorikan jenis-jenis pelayanan tersebut
adalah dengan melihatnya dari dua aspek utama, yaitu aspek kompleksitas dan
aspek manfaat. Aspek kompleksitas terkait seberapa rumit anatomi sebuah
aplikasi e-governmnet yang ingin dibangun dan diterapkan. Sedangkan aspek
manfaat terkait hal-hal yang berhubungan dengan besarnya manfaat yang
dirasakan oleh para penggunanya. Berdasarkan dua aspek tersebut, maka jenis
pelayanan publik berbasis teknologi informasi dapat dibagi menjadi tiga jenis
utama yaitu publikasi, interaksi dan transaksi.
a. Publikasi
Publikasi merupakan jenis implementasi e-Government yang
termudah karena selain proyeknya yang berskala kecil, kebanyakan
aplikasinya tidak perlu melibatkan sejumlah sumber daya yang besar dan
beragam. Di dalam jenis publikasi ini yang terjadi adalah sebuah komunikasi
satu arah, dimana pemerintah mempublikasikan berbagai data dan informasi

14
yang dimilikinya untuk dapat secara langsung dan bebas diakses oleh
masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan melalui internet.
Biasanya kanal akses yang dipergunakan adalah komputer atau handphone
melalui medium internet, dimana alat-alat tersebut dapat dipergunakan untuk
mengakses situs (website) K/L/D atau divisi terkait dimana kemudian user
dapat melakukan browsing (melalui link yang ada) terhadap data atau
informasi yang dibutuhkan.
b. Interkasi
Interaksi adalah jenis implementasi e-Government dalam bentuk
komunikasi dua arah antara pemerintah dengan pihak yang berkepentingan.
Ada dua jenis aplikasi yang biasa dipergunakan, yaitu bentuk portal dimana
situs terkait memberikan fasilitas mencari bagi mereka yang ingin mencari
data atau informasi secara spesifik (pada kelas publikasi, pengguna hanya
dapat mengikuti link saja) dan bentuk kanal dimana masyarakat dapat
melakukan diskusi dengan unit-unit tertentu yang berkepentingan, baik
secara langsung (seperti chatting, tele-conference, web-TV, dan lain
sebagainya) maupun tidak langsung (melalui email, frequent ask questions,
newsletter, mailing list dan lainnya).
c. Transaksi
Interaksi adalah jenis implementasi e-Government dua arah seperti pada jenis
interaksi, hanya saja terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan
perpindahan uang dari satu pihak ke pihak lainnya (tidak gratis, masyarakat
harus membayar jasa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah atau mitra
kerjanya). Aplikasi ini jauh lebih rumit dibandingkan dengan dua kelas
lainnya karena harus tersedia sistem keamanan yang baik agar perpindahan
uang dapat dilakukan secara aman dan hak-hak privacy berbagai pihak yang
bertransaksi terlindungi dengan baik.
B.2.Kondisi Exsisting Pelayanan Publik Dinas Kesehatan
Seiring dengan harapan dan tuntutan masyarakat dalam hal peningkatan
pelayanan publik, maka menjadi tanggung jawab pemerintah dalam
membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan.
Termasuk dibuatnya kebijakan-kebijakan yang mendorong dan mengarahkan

15
pada percepatan pemanfaatan teknologi digital dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul telah menerapkan konsep e-
Government dalam upaya peningkatan efisiensi, kenyamanan dan aksesibilitas
yang lebih baik bagi pelayanan publik. Untuk kemudahan akses informasi
publik dan layanan publik, dapat mengunjungi potal resmi Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul Dinas Kesehatan dengan alamat
www.dinkes.gunungkidulkab.go.id. Melaui portal tersebut, masayarakat dapat
melihat profil kesehatan, data Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, berita,
agenda kegiatan, publikasi, produk hukum, Pengadaan Barang dan Jasa,
layanan pnegaduan, informasi Covid-19, dan wisata Gunungkidul. Lebih rinci
lagi akses situasi Kalurahan dapat mengunjungi aplikasi Sistem Informasi
Desa (SID). Begitupula dengan situasi Puskesmas dan Kapnewon telah
disediakan akses melalui website masing-masing Puskesmas dan Kapanewon
di Kabupaten Gunungkidul. Terkait aksi perubahan ANTING GEMIITA
REMATRI, merupakan salah satu inovasi layanan masayarakat di bidang
kesehatan, secara kontinyu dilakukan update informasi dan diseminasi baik
pendukung maupun hasil aksi perubahan melalui portal resmi yang telah
tersedia. Selain itu dalam hal pengelolaan data, termasuk pencatatan dan
pelaporan program/kegiatan sebagian besar sudah dilakukan melalui elektronik
atau aplikasi, yang sebagian dapat di akses oleh public termasuk sebagai
laporan berjenjang yang langsung dapat di akses di tingkat Kabupaten,
Provinsi sampai ke Pusat. Tentunya dengan teteap menjaga/memperhatikan
privacy informasi/data yang tidak mungkin menjadi konsumsi publik.
Dengan penerapan e-government di Kabupaten Gunungkidul, termasuk
Dinas Kesehatan, diperoleh manfaat :
1) Memperbaiki kualitas pelayanan dalam hal kinerja efektifitas dan efisiensi.
2) Meningkatkan transparansi, kontrol dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance
3) Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi dan interaksi
yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun pemangku kepentingannya
untuk keperluan sehari-hari

16
4) Memberi peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber
pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang
berkepentingan
5) Menciptakan lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat
menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai
perubahan global dan trend yang ada
6) Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah
dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan
demokratis.

C. Pengelolaan Tim
Tim efektif adalah Tim yang mempunyai kesamaan visi, misi dan tujuan yang
ingin dicapai dengan terus melakukan brainstorming agar kesepakatan bersama
dapat tercapai. Salah satu aspek yang dibangun adalah pembagian peran dan tugas
masing-masing personal/unit/instansi yang memiliki kreteria tersendiri. Pemimpin
Aksi Perubahan yang baik adalah pemimpin yang mampu mempengaruhi semua
anggota tim termasuk stakeholders yang ada dalam area perubahan.
Peran dan tugas masing-masing personil dalam Tim dapat dilhat dalam tabel
berikut :
Tabel 4. Deskripsi Tim Aksi Peruabahan
1. Pembina : Memberikan arahan terhadap pelaksanaan aksi perubahan
2. Mentor : 1. Menjadi motivator dan mendorong Project Leader dan tim
pelaksana (anggota tim) aksi perubahan

2. Memberikan petunjuk dan arahan pelaksanaan kepada


seluruh Tim Pelaksana Aksi Perubahan
3. Memberikan saran solusi pemecahan masalah/hambatan
pelaksanaan Aksi perubahan

4. Memberikan persetujuan, bimbingan dan dukungan


dilaksanakannya Aksi perubahan

3. Coach 1. Membimbing dan memberikan arahan dalam rangka


pelaksanaan Aksi perubahan
2. Memonitor perkembangan pelaksanaan Aksi perubahan
3. Membimbing dalam penyusunan laporan Aksi perubahan

17
4. Project Leader : 1. Bertanggungjawab pada pelaksanaan Aksi Perubahan
2. Menyusun rancangan Aksi Perubahan

3. Memberikan penjelasan tentang Aksi Perubahan yang


dilakukan
4. Memimpin teknis operasional
5. Memberikan solusi pemecahan masalah yang terjadi

6. Mengkoordinir kegiatan monitoring dan evaluasi


pelaksanaan Aksi perubahan

5. Stakeholder 1. Memberikan dukungan, masukan


Internal 2. Fasilitasi Penyediaan logistik
3. Memanfaatkan hasil aksi perubahan.
6. Stakeholder i. Koordinasi program kerja Tim Penanggulangan Stunting
Eksternal Kabupaten
ii. Memanfaatkan hasil aksi perubahan
5. Tim Teknis : Kelompok kerja yang bertanggungjawab terhadap setiap
tahapan proses rencana aksi perubahan
6. Tim Admin : 1. Koordinasi dan menjadwalkan pertemuan dengan Project
Leader dengan stakeholder internal
2. Menyusun SK Tim
3. Menyelsaikan administrsi kegiatan
4. Dokumentasi kegiatan
5. Pencatatan dan Pelaporan
6. Tim Monev : 1. Koordinasi dan menjadwalkan pertemuan dengan Project
Leader,
2. Melakukan inventarisasi data
3. Storage databased
4. Membuat web komunikasi
5. Melaksanakan kegiatan aksi perubahan

Agar tim berjalan efektif, perlu sinergitas yang terkoordinasi. Peran project
leader sangat penting, terutama dalam implementasi strategi komunikasi terhadap
stakeholder. Selain itu perlu menjalin komunikasi yang baik terhadap pimpinan dan
juga pembimbing/Coach agar diperoleh dukungan penuh dan masukan dalam
menjalankan aksi perubahan guna mencapai tujuan yang diharapkan.
18
Beberapa tahapan kegiatan dan waktu pelaksanaan diselaraskan sesuai jadwal
yang telah disusun dalam rencana aksi perubahan. Dalam pelaksanaannya,
komunikasi dilakukan secara formal maupun informal, terhadap tim dan
stakeholder, melalui media online ataupun tatap muka langsung melalui pertemuan
internal ataupun eksternal. Tim Aksi Perubahan ditetapkan melalui Surat
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan.

19
BAB II
DESKRIPSI HASIL KEPEMIMPINAN

A. Capaian dalam Perbaikan Sistem Pelayanan


Untuk meningkatkan kinerja pelayanan organisasi, perlu disusun rencana kegiatan
pelayanan publik yang berkualitas.berdasarkan konsep dan prinsip pelayanan publik
termasuk pemetaan peran tim dan strategi komunikasi. Kepemimpinan adalah
kewenangan disertai kemampuan seseorang dalam mamberikan pelayanan untuk
menggerakkan orang-orang yang berada di bawah koordinasinya dalam usaha mencapai
tujuan. Sebagai Pemimpin harus mampu dalam penyelenggaraan suatu kegiatan
organisasi agar kegiatan tersebut dapat terselenggara dengan efisien daan efektif serta
bermanfaat. Untuk itu diperlukan pengaturan mengenai tugas, cara kerja dan hubungan
antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lain agar terjadi ketertiban dalam
kegiatan organisasi.
Dalam melaksanakan rencana aksi ANTING GEMITTA REMATRI, telah disuun
target capaian jangka pendek, jangka menegah dan jangka pamjamg dengan tahapan-
tahapan pelayanan/kegiatan. Dalam pelaksanaannya, capaian yang telah diperoleh
dalam setiap tahapan sekaligus dilakukan evaluasi/penyesuaian/perbaikan dalam sistem
pelayanan jika memang dipandang perlu. Untuk capaian jangka pendek, diselesaikan
dalam 8 tahapan/milestone. Jangka menengah rencana dicapai dalam 2
tahapan/milestone, dan jangka panjang dalam 1 tahapan/milestone. Aksi perubahan
dilaksanakan sesuai jadwal dan capian target yang telah disusun agar tercapai tujuan
yang telah direncanakan.

20
Tabel.5
FORM IMPLEMENTASI AKSI PERUBAHAN

:
Nama Aksi ANTISIPASI ANEMIA DAN BAYI LAHIR STUNTING DENGAN GERAKAN MINUM TABLET
TAMBAH DARAH BAGI REMAJA PUTRI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Perubahan
Area Perubahan : Intervensi spesifik dalam percepatan penurunan stunting di Kabupaten Gunungkidul dengan sasaran pendukung
1000 Hari Perrtama Kehidupan terhadap remaja putri dalam hal pencegahan anemia remaja melalui pembiasaan
minum tablet tambah darah sebagai upaya mempersiapkan remaja putri sebagai calon ibu yang sehat, dan cerdas
sehingga dapat mencegah bayi lahir stunting.

Persentase /
Indikator Kendala dan Upaya
No. Tanggal Program Aksi/ Kegiatan Capaian volume Bukti Fisik
Keberhasilan Penyelesaiannya
Capaian
Maret-Juni Jangka Pendek
2021
(60 hari)
1 Persiapan Tersusunnya RKA Tersedia RKA 100%
dan Terbentuknya dan SK Tim
Tim Efektif Efektif
1.1 22/3/2021 a. Koordinasi dengan Dukungan penuh serta Pimpinan 2 hari Kendala : keterbatasan Undangan,
pimpinan dan atasan kesamaan pemahaman mendukung waktu pimpinan dan Foto, daftar
langsung /mentor dan penajaman arah rencana aksi; dan sasaran tim untuk hadir,
b. Penyusunan RKA untuk pelaksanaan tim memahami koordinasi dan Notulen,
1.2 24/3/2021 c. Pembentukan Tim Aksi Perubahan rencana aksi dan 1 hari menyelaraskan RKA RKA, dan
1.3 24/3/2021 Efektif ANTING GEMITTA tahapan 1 hari dengan DPA SK Tim
d. Penyusunan SK Tim REMATRI kegiatannya Upaya : Komunikasi
1.4 25/3/2021 Efektif 1 hari secara lisan, meyesuaikan
jadwal pimpinan dan
menyiapakan bahan
koordinasi serta draft
RKA dan SK tim

21
Persentase /
Indikator Kendala dan Upaya
No. Tanggal Program Aksi/ Kegiatan Capaian volume Bukti Fisik
Keberhasilan Penyelesaiannya
Capaian
2 Koordinasi tim aksi Tersusunnya Tupoksi Tim dan 100%
Pembagian Tugas Jadwal
dan Jadwal teridentifikasi
Pelaksanaan Aksi secara jelas
Perubahan
2.1 29/3/2021 Pembagian tuags tim efektif Anggota tim Tim siap 1 hari Kendala : jadwal masing- Undangan,
Penyusunan Roadmap RAP memahami tugas dan melakasnakan masing anggota tim sulit daftar hadir,
2.2 30/3/2021 Persiapan Logistik peran masing-masing, aksi perubahan 1 hari ditemukan secara Foto, dan
siap melaksanakan sesuai jadwal bersamaan notulen
2.3 29/3/2021 tugas sesuai roadmap, tahapan kegiatan 1 minggu Upaya : melakukan
s.d dan tersedianya komunikasi via
3/4/2021 logistik (buku online/lisan bagi anggota
panduan, media KIE, ynag tidak hadir dalam
Bahan Habis Pakai, rapat
kartu kendali minum
obat dan form
pencatatn pelaporan)
3 Pendataan Sasaran di Tersedianya sasaran Pelaksanan 100%
Lokus lokus dan data skrining dan
sasaran intervensi di
lokus dengan
sasaran remaja
putri hasil
pendataan
3.1 31/3/2021 Penentuan sasaran Lokasi Penetapan sasaran Tim melakukan 10 Kalurahan Kendala : keterbatasan Daftar
fokus/Lokus lokus dan dilakukan pendataan sasaran 300 orang waktu petugas Puskesmas sasaran
3.2 1/4/2021 Pendataan sasaran remaja pendataan sasaran di lokus yang remaja putri dalam pelaksanaan lokus, link
s.d putri remaja putri yang akan telah ditetapkan pendataan di lapangan googleform
8/4/2021 dilakukan skrining dan Upaya : pemanfaatan , form rekap
intervensi anemiadi google form dalam pendataan,
lokus pendataan sasaran remaja
putri
22
Persentase /
Indikator Kendala dan Upaya
No. Tanggal Program Aksi/ Kegiatan Capaian volume Bukti Fisik
Keberhasilan Penyelesaiannya
Capaian
4 Sosialisasi/Kampanye Meningkatnya Pengetahuan 100%
pengetahuan remaja dan kesadaran
dalam perilaku hidup remaja untuk
sehat hidup sehat
meningkat
4.1 7/4/2021 Sosilaisasi/Kampanye Remaja sasaran di Remaja siap 1 minggu di Kendala : Koordinasi Undangan,
s.d Akselerasi Penanggulangan lokus diberikan dilakukan 10 Kalurahn melibatkan stakeholder foto, daftar
12//4/2021 anemia Remaja sosialisasi skrining dan skrining anemia lokus eksternal dan kondisi hadir,
ntervensi anemia dan intervensi kasus masa pandemi notulen,
remaja hasil skrining dalam teknis materi
pelaksananan kegiatan
Upaya : sosialisasi
menyesuaikan jadwal di
masing-masing kalurahan
lokus sekaligus
pelaksanaan skrining
anemia
5 Skrining Anemia Remaja Terlaksananya Skrining anemia 100%
Putri skrining anemia sesuai hasil
remaja di kalurahn pendataan
lokus sasaran
5.1 5/4/2021 Rakor persiapan pelaksanaan Persiapan pelaksanaan Hasil pelaksnaaan 1 hari Kendala : banyaknya Undangan,
skrining anemia skrining, pelaksanaan skrining sebagai jumlah sasaran, sehingga foto, daftar
Pelaksanaan skrining anemia skrining anemia dasar tindak petugas harus berbagi hadir,
5.2 7- pada remaja putri di Lokus (pemeriksaan Hb), dan lanjut/intervensi 1 minggu jadwal dengan kegiatan notulen,
12/4/2021 Rekap hasil skrining anemia tim teknis merekap anemia pada lain di Puskesmas form hasil
hasil pelaksanaan remaja putri Upaya : Kregiatan skrining
5.3 13- skrining 3 hari sosialisasi dilanjut
15/4/2021 pelaksanaan skrining
utnuk efektifitas dan
efisiensi (penyesuaian
kondisi pandemic)
23
Persentase /
Indikator Kendala dan Upaya
No. Tanggal Program Aksi/ Kegiatan Capaian volume Bukti Fisik
Keberhasilan Penyelesaiannya
Capaian
6. Intervensi Anemia remaja Terlaksananya Remaja putri 70%
putri intervensi anemia yang anemia
remaja putri dilakukan
intervensi
6.1 5/4/2021 Persiapan Tablet Tambah Tersedianya suplemen Remaja putri 1 hari Kendala : Terapi anemia Form rensi
Darah (TTD) untuk TTD, Tatalaksana anemia mendapat remaja putri dengan TTD TTD,
intervensi remaja putri anemia TTD dosis terapi memerlukan waktu lebih Kartu
6.2 8/4/2021 Pelaksanaan intervensi dengan konsumsi TTD 12 minggu lama, sehingga perlu minum obat,
s.d anemia remaja putri di lokus monitor kepatuhan minum foto
8/7/2021 obat
Upaya : menyediakan
kartu kendali minum obat
dan koordinasi petugas
Puskesmas untuk
monitoring dan evaluasi
selama intervensi
7. Monitoring dan Evaluasi Terlaksananya Terhindarnya 60%
monitoring dan remaja putri
evaluasi selama drop out dan
intervensi efek samping
minum obat
7.1 8/4/2021 Monitoring pelaksanaan Adanya petugas Remaja putri 12 minggu Kendala : Tebatatasnya Kartu
s.d intervensi anemia remaja melakukan anemia tidak ada petugas pengawas minum minum obat,
8/7/2021 putri di Lokus pendampingan dan yang drop out obat form
pengawasan minum minum obat dan Upaya : pemberdayaan monitoring
obat tidak terjadi efek kader kesehtana dalam dan evaluasi
samping minum membantu monitoring
obat minum obat

24
Persentase /
Indikator Kendala dan Upaya
No. Tanggal Program Aksi/ Kegiatan Capaian volume Bukti Fisik
Keberhasilan Penyelesaiannya
Capaian
8. Laporan Aksi Perubahan Tersusunnya LAP Dokumen LAP 100%

8.1 31/5/2021 Penyusunan Laporan Aksi Terlaksananya Dokumen dan 1 minggu Kendala : penyusunan Dokumen
s.d Perubahan penyusunan LAP bahan papapran LAP memerlukan waktu LAP
5/6/2021 LAP khusus, sedangkan harus Materi
8.2 Juni 2021 Paparan Hasil pelaksanaan Terlaksnanya Presentasi hasil 1 hari berbagi dengan tugas presentasi
Aksi Perubahan presentasi Hasil aksi perubahan kantor
pelaksanaan Aksi Upaya : penyusunan
Perubahan dilakukan bertahap
selama pelaksanaan aksi
perubahan

Proyeksi Kendala Estimasi


Program Aksi/ Indikator Persentase
No. Tanggal Target Capaian dan Upaya Penyelesaia
Kegiatan Keberhasilan Capaian
Penyelesaiannya n
Juli- Jangka Menengah
Desember
2021
9. KIE Anemia Remaja Meningkatnya Seluruh 30% 6 bulan
pengetahuan remaja masyarakat
dan masyarakat umumnya dan
tentang pentingnya remaja
mencegah anemia khususnya
memahami dan
mau merubah
perilaku hidup
sehat agar
terhindar dari
anemia

25
Proyeksi Kendala Estimasi
Program Aksi/ Indikator Persentase
No. Tanggal Target Capaian dan Upaya Penyelesaia
Kegiatan Keberhasilan Capaian
Penyelesaiannya n
9.1 1-15/7/  Melanjutkan intervesi  Terlaksananya  Remaja putri 2 minggu Kendala : Padatnya
2021 terhadap remaja anemia kelanjutan intervensi anemia aktivitas kantor serta
anemia remaja putri memdapat waktu kerja yang
 Evaluasi Anemia remaja intervensi TTD terbatas
9.2 22/7/2021 putri  Terlaksananya sesuai aturan Upaya : pelaksanaan
evaluasi anemia  Dilakukan tes Hb 1 hari kegiatan menyesuaikan
 Rekap hasil pelaksnaan remaja putri evaluasi paska RKA Dinkes
9.3 29- intervesni anemia remaja  Tersedianya data intervensi
30/7/2021 putri hasil intervensi  Dilakukan rekap 2 hari
 Analisis hasil intervensi hasil intervensi
9.4 2/8/2021 anemia remaja putri  Terlaksananya  Dilakukan 1 hari
analisis hasi analisis dengan
 Diseminasi hasil intervensi PDCA (Plan Do
intervensi anemia remaja Check Action)
9.5 9/8/2021 putri  Tersosialisasinya  Dilakukan 1 hari
informasi akurat dan diseminasi
update kepada informasi hasil
 Penyebarluasan KIE stakeholder dan skrining dan
Anemia remaja selain masyarakat intervensi anemia
9.6 12/8/2021 lokus  Meningkatnya  Dilakukan 1 hari
pengetahuan penyebrluasan
 Pelayanan Kesehatan masyarakat KIE anemia
Peduli Remaja (PKPR) remaja
9.7 Juli-  Tersedianya akses  Remaja
Desember 6 bulan
Pelayanan Keehatan memperoleh
2021 Peduli Remaja layanan
kesehatan

26
Proyeksi Kendala Estimasi
Program Aksi/ Indikator Persentase
No. Tanggal Target Capaian dan Upaya Penyelesaia
Kegiatan Keberhasilan Capaian
Penyelesaiannya n
10 Pengendalian Risiko Terlaksananya upaya Penurunan 50% 6 Bulan
Stunting pengendalian risiko prevalensi
stunting lainnya stunting
10.1 Juli s/d  Pelayanan kesehatan ibu Meningkatnya mutu Peningkatan mutu 6 bulan Kendala : Peningkatan
Desember hamil, ibu bersalin, ibu pelayanan kesehatan pelayanan mutu layanan kesehtan
2021 nifas, bayi baru lahir dan ibu hamil, ibu bersalin, kesehatan ibu dan perlu pengendalian
balita Upaya : dilakuakn
ibu nifas, bayi baru Anak
pendampingan dan
lahir dan balita
 Analisis capaian kegiatan bimtek utuk pelayan
10.2 Setiap (data anemia ibu hamil, Terlaksananya Dilakukan PDCA 3 hari keehatan di Puskesmas
triwulan Persalinan remaja, BBLR, pengedalian faktor pengedalian faktor
Bayi lahir stunting, risiko stunting risiko stunting
prevalensi stunting serta ,
kematian ibu dan bayi
 Pengkajian kasus kematian
Ibu dan Bayi serta
surveilens gizi buruk
Terlaksananya Audit Dilakukan Audit
10.3 Setiap  Diseminasi informasi hasil 2 hari
semester analisis data Maternal Perinatal dan Maternal Perinatal
Surveilens gizi dan Surveilens gizi

10.4 Desember Tersosialisasinya data Diseminasi Data 1 hari


2021
dan informasi secara dan informasi
update secara update

27
Indikator Persentase Proyeksi Kendala dan Estimasi
No. Tanggal Program Aksi/ Kegiatan Target Capaian
Keberhasilan Capaian Upaya Penyelesaiannya Penyelesaian
2022-2024 Jangka Panjang
11 Pengembangan inovasi Terlaksananya Penurunan RPJMD s.d
replikasi dan prevalensi 2024
pengembangan stunting menjadi
inovasi dalam upaya 14%
percepatan
penurunan stunting
11.1 Februari s/d  Melanjutkan skrining Terlaksananya Tersedia Update Kendala : perlu
Oktober dan intervensi anemia skrining dan intervesi data sasaran komitmen lintas sektor
2023 remaja putri beserta secara berkelanjutan remaja putri untuk dan Pemda dalam upaya
pengembangan sasaran dilakukan skrining percepatan penurunan
dengan alokasi anggaran stunting
untuk lokus lainnya di Upaya : Peningkatan
Kabupaten Gunungkidul komitmen Tim
 Rancangan inovasi Penanggulangan Stuntig
dalam percepatan Kab. Gunungkidul
penurunan Stunting, AKI
11.2 dan AKB Terwujudnya Pengembangan
 Upaya percepatan Pengembangan inovasi inovasi di wilayah
penurunan Stunting, AKI Kabupaten
dan AKB Gunungkidul
11.3 Terlaksananya Percepatan
intervensi spesifik dan Penurunan
sensitive terintegrasi Stunting, AKI dan
AKB

28
A.1. Rencana, Target dan Realisasi Setiap Tahapan

Aksi perubahan ANTING GEMITTA REMATRI diharapkan dapat


memberikan solusi dalam upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten
Gunugkidul melalui intervensi spesifik dan sensitif. Remaja putri sebagai
sasaran pendukung dalam intervensi spesifik perlu menjadi perhatian semua
stakeholder dalam rencana kegiatannya. Dinas Kesehatan berupaya mencari
solusi dalam pengendalian faktor risiko terjadinya stunting melalui pencagahan
dan penanggulangan anemia remaja putri. Penjabaran dalam setiap tahapan
kegiatan aksi perubahan dilakukan sebagai media/alat bantu dalam pengendalian
pelaksanaan kegiatan agar efektif dan efisien, terarah, sesuai jadwal sehinga
dapat mempercepat, memudahkan, dan menjamin seluruh kegiatan terlaksana
sesuai rencana. Penjelasan setiap tahapan kegiatan dapat diuraikan sebagai
berikut :
A.1.1. Jangka Pendek
a. Persiapan
a.1. Koordinasi dengan pimpinan dan atasan langsung/mentor :
Setelah pelaksanaan PKP on camp pertama selesai, secara formal
project leader melapor kepada Kepala Dinas dan Sekretaris Dinas
mengenai rencana aksi perubahan yang telah mendapat persetujuan
Badan Diklat (setelah seminar RAP). Serelah itu dilanjutkan laporan
sekaligus koordinasi dengan Mentor terkait rencana implementasi aksi
perubahan. Selama pembelajaran koordinasi dengan mentor secara
berkala dilakukan dalam hal penuyusunan Rencan Aksi Perubahan,
baik secara daring maupun tatap muka langsung. Sepekan setelah
seminar project leader menyelesaikan perbaikan dan melengkapi
dokumen RAP untuk di serahkan ke Badan Diklat. Dari hasil laporan
dan koordinasi pimpinan dan mentor, sebagai promotors mereka
mendukung penuh rencana aksi yang telah disusun dan mengingatkan
agar dalam pelaksanaannya tetap memperhatikan efisiensi anggaran
agar sesuai dengan DPA tahun anggaran berjalan dan efektifitas
kegiatan agar sesui jadwal yang telah di rencanakan serta bekerjasma
dengan tim dan juga memperhatikan keamanan selama pandemic

29
covid-19, karena kegiatan banyak melibatkan masayarkat dan
stakeholder eksternal.
a.2. Penyusunan RKA Aksi Perubahan :
RKA Rencana Aksi Perubahan adalah dokumen yang memuat
rencana pendapatan dan belanja project sebagai acuan dalam
melaksanakan setiap kegiatan. RKA diperlukan agar pelaksanaan aksi
perubahan dapat terarah, terukur dan terencana, sehingga seluruh
kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Proses perencanaan dan
penganggaran, dilaksanakan sesuai RKA SKPD yang telah tertuang
dalam DPA Tahun Anggaran 2021 dan Renja 2022. Hal-hal yang harus
dialokasikan adalah seluruh rangkaian kegiatan dalam tahapan-tahapan
baik yang membutuhkan pembiayaan dalam penyelenggaraannya
ataupun tanpa pembiayaan. Tentunya ada pembatasan-pembatasan
dalam alokasi anggaran, sehingga harus berdasarkan prinsip efisiensi.
Project leader menyusun RKA sesuai kebutuhan dalam pelaksanaan
aksi perubahan dari mulai persiapan, pelaksanaan sampai dengan
evaluasi meliputi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
a.3. Pembentukan Tim Efektif :
Dilakukan rapat korrdinasi/pertemuan dalam rangka membentuk
dan menyusun tim efektif, sekaligus dilakukan penyusunan draft SK
tim efektif. Tim Efektif untuk mewujudkan pengelolaan program
organisasi. Dalam pengelolaan program, diperlukan identifikasi
stakeholder, pemetaan nilai dan kepentingan stakeholder, penyamaan
persepsi stakeholder dan mengajak serta stakeholder sebagai tim.
Setiap anggota tim diharapkan menyadari ketergantungan antar
anggota, merasa memiliki organisasi (komitmen terhadap tujuan),
berkontribusi terhadap keberhasilan organisasi, bekerja dalam suasana
saling percaya, berkomunikasi antar anggota, menrapkan
keterampilannya dalam tim, menyadari bahwa konflik dalam tim
adalah hal yang wajar dan berpartisipasi aktif dalam pengambilan
keputusan. Hasil yang dicapai, tergantung kerjasama yang dilakukan.
Struktur tim yang dibentuk untuk pelaksanaan aksi ANTING
GEMITTA REMATRI terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan selaku

30
Pembina, Coach dan Mentor selaku pembimbing dan konsultan, project
leader sebagai pimpinan organisasi, stakeholder internal dan eksternal
sebagai mitra kerja, beserta tim teknis, tim administrasi dan tim monev
dibawah koordinasi project leader. Penyusunan SK tim dilakukan oleh
project leader dibantu tim administrasi.
b. Koordinasi Tim Efektif
b.1. Pembagian Tugas Tim Efektif
Pembagian tugas tim sesuai uraian tugas dalam SK Tim. Project
leader menjelaskan urain tugas dan peran masing-masing anggota tim
dalam setiap tahapan kegiatan. Diharapkan anggota tim memahami
tugas masing-masing, dan dapat bekerjasma dalam tim berorientasi pada
tujuan yang sama dalam mewujudkan pengelolaan organisasi.
b.2. Penyusunan Roadmap RAP
Tahapan selanjutnya dalam koordinasi tim adalah membuat
jadwal pelaksanaan aksi perubahan. Jadwal Tersusun secara runtut agar
pelaksanaan inovasi dapat berjalan sesuai rancangan waktu, dan
anggaran, sekaligus memudahkan dalam monitoring dan evaluasi setiap
tahapan kegiatan. Terlebih dalam pelaksanaan aksi perubahan ini,
project leader tidak hany menjalankan inovasi, namun juga banyak
kegiatan dan program lain yang harus dijalankan yang bersamaan
waktunya dengan aksi perubahan terkait ketugasannya sebagai ASN.
Oleh karena itu penyusunan jadwal sangatlah penting sebagai kendali
dalam tata kala menyelesaiakan seluruh pekerjaan kedinasan dan
rancangan inovasi yang berkualitas.
b.3. Persiapan Logistik
Logistik merupakan salah satu sumber daya dukung (prasarana)
yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan aksi perubahan. Dalam aksi ini
untuk pelaksanaaan sosilaisasi, pendataan, skrining, dan intervensi
diperlukan buku panduan, media KIE, Bahan Habis Pakai, Tablet
Tambah Darah, kartu kendali minum obat dan form pencatatan
pelaporan. Untuk penyediaan logistik tersebut dibutuhkan biaya, yang
sebagian memang sudah ada, dan sebagaian masih perlu proses
pengadaan. Untuk saran pendukung lain seperti alat skrining

31
menanfaatkan instrument yang telah tersedia di Puskesmas. Dalam
penyediaan logistik juga memperhatikan efisiensi biaya dan perhitungan
jumlah sasaran kegiatan.
c. Pendataan Sasaran
c.1. Penentuan Lokasi Fokus/Lokus
Lokus sasaran kegiatan aksi perubahan disesuaikan dengan lokus
stunting tahun 2021 yang ditetapkan dengan SK Bupati No.
41/KPTS/2021 tentang Penetapan Kalurahan Lokasi Fokus Prioritas
Penanggulangan Stunting Tahun 2021. Adapun lokus tersebut terdiri
dari 10 Kalurahan di 10 Wilayah Kerja Puskesmas, yaitu: Kalurahan
Petir Kapanewon Rongkop, Kalurahan Mulusan Kapanewon Paliyan,
Kalurahan Sidoharjo Kapanewon Tepus, Kalurahan Ngleri Kapanewon
Playen, Kalurahan Bejiharjo Kapanewon Karangmojo, Kalurahan
Tegalrejo Kapanewon Gedangsari, Kalurahan Balong Kapanewon
Girisubo, Kalurahan Giriharjo dan Girikarto Kapanewon Panggang dan
Kalurahan Semin Kapanewon Semin.
c.2. Pendataan Sasaran Remaja Putri di Lokus
Karena terbatasanya sumber daya (SDM, prasarana) dan waktu
serta banyaknya jumlah sasaran remaja putri disetiap Kalurahan Lokus,
sehingga perlu adanya pemetaan dalam menentukan sasaran skrining
dan intervensi anemia remaja dan memanfaatkan Teknologi Informasi
untuk efektifitas dan efisiensi.
Diawali dengan skrining mandiri oleh remaja melalui google
form yang disediakan oleh Tim. Google form berisi informasi yang
harus diisi oleh calon sasaran remaja putri, meliputi data waktu
pengisian, nomr KK, NIK, Nama, Tanggal lahir, Alamat, Pendidikan,
nomor Handphone, Berat Badan, Tinggi Badan, Lingkar Lenagn Atas,
dan gejala anemia 5L (Lesu, lemah, Lelah, Letih, dan Lalai) yang
dirasakan. Penyebaran gooogle form dilakukan oleh petugas Puskesmas
terhadap seluruh remaja putri usia 10-18 tahun yang ada di kalurahan
Lokus masing-masing wilayah kerja Puskesmas. Selanjutnya dilakukan
seleksi hasil skrining mandiri tersebut untuk di lakukan pendataan
sebagai sasaran skrining tahap selanjutnya (pemeriksaan Hb). Masing-

32
masing Kalurahan lokus dibatasi maksimal 30 remaja putri sebagai
sasaran pelaksanaan skrining. Sehingga di dapat 300 sasaran peserta
skrining anemia se Kabupaten.
d. Sosialisasi/Kampanye
d.1. Sosialisasi/Kampanye Akselerasi Penanggulangan Anemia Remaja
Kampanye dilakukan bersamaan dengan sosilisasi pelaksanaan
skrining anemia di masing-masing lokus. Hal ini dilakukan mengingat
keterbatasan tenaga, waktu dan biaya serta pembatasan kegiatan
masyarakat masa pandemi. Bentuk kegiatan adalah mengundang remaja
yang telah menjadi target sasaran skrining dalam bentuk tatap muka,
selanjutnya dilakukan sosilaisasi dan kampanye penanggulangan anemia
remaja. Kegiatan ini dihadiri oleh remaja putri, tim teknis, stakeholder
dan juga melibatkan satgas penaganan Covid-19 di Kalurahan. Kegitan
ini juga telah mendapat persetujuan dan dukungan dari pemerintah
setempat (Panewu dan Lurah). Setelah itu dilanjutkan pelaksanaan
skring (pemeriksaan Hb) terhadap sasaran remaja putri. Bagi yang hasil
skrining didapatkan anemia, dilakukan intervensi dengan pemberian
TTD dosis terapi, sedangkan yang tidak anemia tetap diberikan TTD
dosis pencegahan yaitu 1 tablet diminum setiap minggu selama 1 tahun
(akhir tahun 2021).
e. Skrining Anemia Remaja Putri
e.1. Rakor Persiapan pelaksnaan skrining anemia
Sebelum pelaksanaan skrinig dimulai, dilaksanakan rapat
persipan di Dinas Kesehatan dengan menghadirkan petugas Puskesmas
dan tim teknis. Dalam rakor tesebut disampaikan jadwal skrining dapat
dilaksanakan dalam periode waktu 1 minggu, menyesuaikan masing-
masing Puskesmas. Selain itu sekaligus diserahkan logistik/bahan habis
pakai (stik Hb, kapas alcohol, blood lancet, kartu minum obat,
leaflet/flyer, APD, Tablet Tambah Darah) untuk pelaksanaan skrining,
dan materi sosialisasi/kampanye penanggulangan anemia remaja.
e.2. Pelaksanaan skrining anemia pada remaja putri di Lokus
Pelaksanaan skrining dilaksanakan di 10 Kalurahan lokasi fokus
masing-masing dari 10 wilayah kerja Puskesmas. Jadawal pelaksanaan 1

33
hari selama periode waktu 1 minggu (7-12 Maret 2021). Puskesmas
menghadirkan sasaran Remaja putri yang akan dilakukan skrining,
dengan berkoordinasi bersama Satgas setempat untuk mengawal
pelaksanaan kegiatan di masyarakat dengan memperhatikan protocol
kesehatan. Sebelumnya peserta diberikan informasi/sosilaisasi akselerasi
penanggulangan anemia remaja dengan memberikan media KIE dan
menjelaskan apa yang akan dilakukan terhadap peserta dan tindak lanjut
setelah dilakukan skrining.
e.3. Rekap hasil skrining anemia
Rekap hasil skrining di catat dalam format excel berupa data
awal hasil skrining mandiri, di tambah pemeriksaan Haemoglobin (Hb)
dan Rencana Tindak Lanjut/intervensinya. Diperoleh hasil remaja putri
yang mengalami anemia sebanyak 20% dari seluruh sasaran yang
dilakukan skrining Hb. Setelah pelaksanaan skrining, petugas mencatat
hasilnya untuk selanjutnya dilakukan intervensi dan monitoring.
f. Intervensi Anemia remaja putri
f.1. Persiapan TTD untuk intervensi
Tablet Tambah Darah (TTD) merupakan suplemen zat besi
untuk pencegahan dan penanggulangan anemia kekurangan zat besi.
TTD disediakan oleh Dinas Kesehatan dan diberikan kepada
Puskesmas untuk didistribusikan kepada sasaran remaja putri. Untuk
mengatasi keterbatasan dalam penyediaan TTD oleh Dinas Kesehatan
bagi seluruh sasaran remaja putri di Kalurahn Lokus khususnya dan di
Kabupaten Gunungkidul umumnya, dilakukan koordinasi dan advokasi
melalui institusi pendidikan untuk turut serta mengupayakan
penyediaan TTD. Selain itu juga Dinas Kesehatan mendorong
masyarakat/keluarga untuk dapat mandiri menyediakan TTD untuk
konsumsi harian remaja.
f.2. Pelaksanaan intervensi anemia remaja putri di lokus
Inetrvensi dilakukan setelah tersedia hasil skrining. Untuk hasil
anemia (Hb < 12 gr%) diberikan TTD dosis terapi, diminum 2 kali
sehari selama 2 bulan. Sedangkan bagi remaja yang tidak anaemia,
konsumsi TTD sebanyak 1 tablet seminggu sekali. Agar tidak terlupa

34
dalam konsumsi TTD diberikan Kartu Minum Obat yang harus diisi
oleh remaja. Konsumsi TTD dapat dilakukan dimanapun, dengan
interval waktu yang tetap. Pada saat sebelum pandemi, umumnya
Puskesmas bekerjasma dengan pihak sekolah untuk pelaksanann minum
TTD di sekolah pada waktu-waktu tertentu secara bersam-sama. Selain
Kartu minum obat sebagai kendali kepatuhan remaja dalam konsumsi
TTD, sebagai pengingat juga bisa dilakukan oleh pendamping seperti
teman (konselor sebaya), orangtua, guru, petugas Puskesmas, kader dan
anggota keluarga lainnya.
Selain itu remaja diberi penjelasan (edukasi dan konseling)
untuk modifikasi diet. Selain itu juga remaja yang anemia dilakukan
pemeriksaan lanjut oleh tim medis Puskesmas untuk mecari
peyebab/kondisi lain Anemia Defisiensi Besi, untuk selanjutnya di
berikan tatalaksanan yang tepat.
g. Monitoring dan Evaluasi
g.1. Monitoring pelaksanaan intervensi
Selama intervensi perlu dilakukan pengawasan dan
pendampingan terhadap kepatuhan minum obat, efek samping yang
mungkin timbul akibat konsumsi TTD dan perbaikan klinis yang terjadi.
Petugas pelaksana adalah tim teknis di bantu kader, dan dilakukan
rujukan/konsultasi tingkat lanjut jika diperlukan. Selama minum obat,
remaja mengisi kartu minum obat harian, sebagai pengendali risiko lupa
minum obat. Hasil monitoring oleh petugas di catat dalam format
pencatatan pelaporan.
g.2. Evaluasi hasil pelaksanaan intervensi
Evaluasi pelaksanaan intervensi meliputi kepatuhan minum
obat, efek samping minum obat, drop out minum obat, dan proses
pelaksanaan tindak lajut hasil skrining termasuk rujukan pelayanan
kesehatan dan pendampingan minum obat. Hambatan/kendala dalam
pelaksanaan intervensi di identifikasi dan dianalisis, untuk selanjutnya
dilakukan upaya perbaikan dan mencari solusi agar keberlanjutan
minum TTD dapat terlaksana dan memberi hasil yang baik. Evaluasi
termasuk terhadap keberlangsungan ketersediaan TTD dan kepatuhan

35
minum TTD dalam upaya pencegahan anemia juga perlu dilakukan
dalam periode jangka panjang.
h. Laporan Aksi Perubahan
h.1. Penyusunan Laporan Aksi Perubahan
Penyusunan LAP mulai dilakukan sejak awal pelaksnaan Aksi
perubahan, dengan mengumpulkan dokumen pendukung kegiatan dan
dilakukan diantar kesibukan melaksanakan kegiatan-kegiatan dari
tahapan aksi perubahan juga kegiatan program di institusi. Dalam
penyusunan laporan, secara berkala project leader melakukan konsultasi
dan koordinasai kepada coah dan mentor.
h.2. Paparan Hasil pelaksanaan Aksi Perubahan
Pemaparan hasil Aksi Perubahan dilaksanakan sesuai jadwal
yang telah ditentukan di awal oleh Badan Diklat, setelah 60 hari
pelyelesaian pelaksanaan aksi. Peoject leader mempersiapkan seluruh
dokumen laporan dan bahan presentasi untuk disampaikan sebagai
bentuk laporan pertanggungjawaban aksi yang telah dilakukan.
A.1.2. Jangka Menengah
a. KIE Anemia Remaja
a.1. Melanjutkan intervesi terhadap remaja anemia
Selama periode Jangka Menengah (Juli-Desember 2021), aksi
perubahan terus dilanjutkan, khusunya untuk pelaksanaan intervensi
karena masih membutuhkan waktu lebih lama.
a.2. Evaluasi Anemia remaja putri
Setelah minum suplemen TTD dosis terapi selama 2 bulan,
remaja putri anemia tetap melanjutkan konsumsi TTD 1 kali seminggu
dan pola diet yang telah disarankan, selanjutnya akan dilakukan tes Hb
kembali sebagai tolak ukur keberhasilan intervensi.
a.3. Rekap hasil pelaksnaan intervesni anemia remaja putri
Hasil evaluasi Hb dicatat dan dilaporkan oleh tim teknis, untuk
selanjutnya dilakukan analisis/interpretasi hasil.
a.4. Analisis hasil intervensi anemia remaja putri
Rekapan hasil intervensi, dilakukan analisis data dana juga
faktor-faktor lain penyebab Ansemia Defisiensi Besi yang

36
mempengaruhi, dan selanjutnya dapat disimpulkan apakah intervensi
yang dilakukan berhasil baik.
a.5. Diseminasi hasil intervensi anemia remaja putri
Penyampaian hasil intervensi perlu dilakukan terhadap seluruh
anggota tim, stakeholder, internal maupun eksternal sebagai media
informasi keberhasilan aksi yang telah dilaksanakan dan wujud
keberhasilan kerja Tim.
a.6. Penyebarluasan KIE Anemia remaja selain lokus
Untuk lebih memasyarakatkan perilaku hidup sehat dan konsumsi
TTD bagi remaja, perlu dilakukan penyebarluasan Informasi dan
Edukasi, selain menyediakan akses konsultasi dan pelayanan kesehatan
remaja. Media dalam penyebarluasan informasi dapat melalui kegiatan
kampanye langsung, atau secara daring, pneyebaran leaflet/flyer/poster,
talkshow/siaran radio dan TV, media cetak dan website. Selain itu dapat
melalui kegiatan kelompok masyarakat seperti Posyandu Remaja,
Karang Taruna, Institusi pendidikan, dan kelompok-kelompok remaja
lainnya.
a.7. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
Akses layanan kesehatan kesehatan dan konseling disediakan
oleh unit pelaksana teknis Puskesmas melalui Program Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Bentuk pelayanan dilakukan di
dalam dan luar gedung, secara tatap muka dan juga daring/online.
Remaja mendapat pelayanan khusus di setiap Puskesmas. Selain itu
juga diberikan pelatihan konselor remaja (sebaya) dengan koordinasi
kepada instisisi pendidikan tingkat SLTP dan SLTA dan sederajat,
serta dilakuan KIE berkala, dan membina sekolah-sekolah tersebut
untuk dapat menerapkan Hidup Bersih dan Sehat bagi peserta didik.
Selain itu rutin dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja oleh
Puskesmas kepada remaja dan juga calon pengantin.

37
b. Pengendalian Risiko Stunting
b.1. Pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru
lahir dan balita
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak meliputi ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir serta anak balita. Angka
Kematian Ibu dan Anak merupakan indikator utama derajat kesehatan
masyarakat di suatu daerah. Oleh karena itu layanan kesehatan ibu dan
ank menjadi prioritas termasuk pemasalahan gizi Stunting.
Penanggulangan stunting akan optimal dilakukan selama periode 1000
Hari Pertama Kehidupan (mulai janin dalam kandungan/ibu hamil
sampai denagn anak berusis 2 tahun). Hasil akan leboh baik lagi jika
pengendalian faktor risiko terjadinya stunting di lakukan lebih awal
dengan sasaran remaja putri sebagai calon ibu hamil.
b.2. Analisis capaian kegiatan (data anemia ibu hamil, Persalinan
remaja, BBLR, Bayi lahir stunting, prevalensi stunting serta,
kematian ibu dan bayi)
Sama seprti halnya data hasil intervensi anemia yang dilakukan
analisis, perlu juga dilakukan analisis terhadap faktor-faktor lain
pengendalian risiko terjadinya stunting mulai dari kehamila/pesalinan
remaja, selama kehamilan, selama nifas, bayi baru lahir dan
pemantauan pertumbuhan perkembangan Balita, termasuk melakukan
pengkajian dari setiap kasus kematian ibu dan bayi serta kejadian gizi
buruk.
b.3. Pengkajian kasus kematian Ibu dan Bayi serta surveilens gizi buruk
Pengkajian dari setiap kasus kematian ibu dan bayi serta
kejadian gizi buruk perlu dilakukan oleh tim audit dan tenaga ahli,
guna mencari/menelusur segala kemungkinan fakto-faktor penyebab
terjadinya kasus, untuk dilakukan evaluasi agar kasus tidak terulang
kembali.
b.4. Diseminasi informasi hasil analisis data
Setelah dilakukan analisis dan pengkajian, hasil perlu
disampaikan sebagai bahan informasi kepada pihak-pihak tekait dan

38
pemangku kepentingan sebagai dasar dalam pengambil
kebijakan/tindak lanjut berikutnya.
A.1.3. Jangka Panjang
a. Pengembangan inovasi
a.1. Melanjutkan skrining dan intervensi anemia remaja putri beserta
pengembangan sasaran dengan alokasi anggaran untuk lokus
lainnya di Kabupaten Gunungkidul
Periode jangka panjang aksi perubahan ANTING GEMITTA
REMATRI mengikuti periode RPJMD Kabupaten Gunungkidul 2020-
2024. Diharapkan aksi ini dapat memberikan kontribusi besar terhadap
permasalahan stunting di Kabupaten Gunungkidul, sehingga dapat
dikembangkan dan direplikasi kegiatan skrining dan intervensi anemia
remaja terhadap sarana remaja lain di lokasi lain di seluruh Kabupaten
Gunungkidul. Tentu saja dalam perencanaan anggaran agar menjadi
kebijakan dari pemangku kepentingan dalam alokasi kegiatannya.
a.2. Rancangan inovasi dalam percepatan penurunan Stunting, AKI dan
AKB
Pengembangan aksi perubahan diharapkan dapat menjadi
stimulant terwudnya inovasi lain untuk lebih mempercepat upaya
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Bayi (AKB) dan Penurunan
Stunting. Tentunya dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia.
a.3. Upaya percepatan penurunan Stunting, AKI dan AKB
Upaya percepatan penurunan AKI, AKB dan stunting, menjadi
prioritas pelayanan kesehtan dan sebagai arah kebijakan Pemerintah
Daerah yang telah dirumuskan dalan Rencana Aksi Daerah Tahun 2020-
2022 Penanggulangan 5 Prioritas Masalah Kesehatan di Kabupaten
Gunung Kidul yang ditetapkan dakam Peraturan Bupati Nomor 2 Tahun
2020.
A.2. Masalah dan Upaya Penyelesaian Setiap Tahapan

Aksi Perubahan ANTING GEMITTA REMATRI diupayakan terlaksana


sesuai rencana beserta tahapan-tahapan dan target capaiannya. Hanya saja dalam
implementasinya menemui hambatan-hambatan/kendala sehingga tidak dapat
sepenuhnya terlaksana sesuai target. Meskipun pengelolalan program sudah
39
dilaksanakan berdasarkan tatakala dan tatakelola, untuk hasil yang belum memenuhi
target menjadi bagian yang memang sudah dapat di prediksi saat penyusunan rencana
aksi. Peran project leader adalah harus mampu menguasai kondisi, menyikapi, dan
mengambil tindakan/keputusan untuk segera beradaptasi/menyesuaikan kelanjutan
aksi berdasarkan kondisi yang terjadi. Selanjutnya mangajak tim untuk dapat
memahami dan menguatkan bahwa kita akan mencapai tujuan bersama dengan baik
jika saling mendukung dan terus berupaya. Kesenjangan antara kondisi saat ini dan
kondisi yang diinginkan sejauh ini masih tertangani dengan baik. Proses pengendalian
dan komunikasi yang dilakukan selama proses kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut :
A.2.1. Jangka Pendek
a. Persiapan
Dalam penyusunan RKA terkendala keseuaian kebutuhan untuk
Aksi Perubahan, karena sudah melewati masa perencanaan DPA 2021
Dinas Kesehatan. Selain itu perlu penyesuaian tatakala Anggaran Kas.
Oleh karena itu sedapat mungkin dalam perencanaan aksi perubahan,
kegiatan dan tahapan dapat dilaksanakan dengan jangka waktu tertentu
dengan sumber daya anggaran yang telah ada. Dalam menyusun tim
efektif perlu diawali dengan komunikasi yang baik terhadap personol
yang akan menjadi sasaran Tim, guna memberi gambaran/penjelasan
tentang RAP dan berupaya menarik minat serta meyakinkan, yang pada
akhirnya mendapat dukungan penuh dari tim. Teknik komunikasi sangat
diperlukan oleh seorang project leader, termasuk komunikasi dengan
pimpinan/atasan atau mitra/stakeholder eksternal, dan mampu
memposisikan diri dalam kedudukan struktur organisasinya.
b. Koordinasi Tim Efektif
Dalam membentuk tim efektif seorang pimpinan harus mampu
mengendallikan setiap tahapan, yaitu forming, storming, norming, dan
performing. Dalam pembentukan tim Aksi ANTING GEMITTA
REMATRI perlu komunikasi kepada anggota tim yang lebih banyak
frekuensinya dari yang sudah di rencanakan. Masing-masing anggota juga
memiliki tugas lain sebagai pegawai di Institusi, begitu juga terhadap
pimpinan, mentor, stakeholder eksternal, sehingga project leader

40
menyesuaikan kelonggaran waktu dari banyak pihak dan tidak dapat
terlaksana dalam satu waktu bersamaan.
c. Pendataan sasaran
Penentuan lokasi tidak menemui kendala karena telah di
tetapkan dengan Keputusan Bupati Nomor 41/KPTS/2021 tentang
Penetapan Kalurahan Lokasi Fokus (lokus) Prioritas Penanggulangan
Stunting Tahun 2021. Hanya saja keterbatasan sumber daya (tenaga
pelaksana, jumlah sasaran remaja yang sangat banyak, biaya, waktu yang
singkat dan pembatasan masa pandemi covid-19) sehingga tim teknis
merasa pesimis untuk berhasil menjangkau seluruh sasaran dalam
pendataan. Kendala ini dapat teratasi dengan penyesuain teknis dalam
pengumpulan data sekaligus mempersempit lingkup sasaran dengan
pelaksanaan skrining awal mandiri oleh remaja putri di wilayah lokus.
Media yang digunakan dalam pendataan sasaran adalah dengan
penyediaan google form, yang dapat di akses dan diisi langsung oleh
remaja di lokus. Dengan demikian tim teknis dapat merekap langsung
hasil survey/data/imformasi yang telah disampaikan oleh remaja tersebut.
Untuk calon sasaran dilakukan verifikasi ulang oleh petugas, apakah tepat
menjadi sasaran skrining anemia.
d. Sosialisasi/Kampanye
Agenda Kampanye telah masuk dalam rencana kegiatan
program, hanya saja kondisi pandemi masih belum memungkinkan utnuk
dilakukan secara terbuka, sehingga dilakukan dengan pembatasan-
pembatasan. Untuk sosialisasi di lakukan bersamaan waktu dengan
pelaksanaan skrining. Bentuk sosialisasi dan kampanye lainnya juga
dilakukan secara masif melalui media elektronik, cetak, jejaring internet,
website, maupun dialog audiovisual.
e. Skrining Anemia remaja putri
Kendala yang dijumpai saat pelaksanaan skrining relatif dapat
teratasi. Hanya saja kondisi pengambilan sampel dalam pengukuran kadar
Hb, belum mempertimbangkan kondisi lain setiap individu sasaran pada
saat diukur. Karena hal ini akan mempengaruhi hasil pengukuran Hb,
yang akan menjadi indikator dalam intervensi selanjutnya.

41
f. Intervensi Anemia remaja putri
Ketersediaan Tablet Tambah Darah untuk memenuhi intervensi
dan konsumsi TTD bagi remaja putri belum tersedia cukup pada awal
pelaksanaan skrinig, karena hanya menggunakan stok buffer persediaan
obat Dinas Kesehatan. Selanjutnya dilakukan percepatan proses
pengadaan obat-obatan oleh Gudang Farmasi Dinas Kesehatan, termasuk
TTD, sehingga dapat menjamin ketersediaan TTD selama intervensi.
g. Monitoring dan Evaluasi
Secara umum tidak ada efek samping berarti yang dialami oleh
remaja dalam mengkonsumsi TTD. Untuk kepatuhan minum obat dapat
dikendalikan dan di monitoring oleh tim teknis. Namun keterbatasan
tenaga, kami melibatkan peran serta kader untuk membantu melakukan
pengawasan kepatuhan minum obat, serta mealporkan kepada petugas
jika terdapat keluhan/efek samping dari remaja selama konsumsi TTD.
h. Laporan Aksi Perubahan
Kendala yang dihadapi selama penyusunan Laporan Aksi
Perubahan adalah waktu yang terbatas dan kesibukan/ketugasan lain di
organisasi/instansi, sehingga project leader harus mampu membagi diri
dan membagi waktu untuk tetap fokus terhadap kegiatan Aksi Perubahan
ini.
A.2.2. Jangka Menengah
a. KIE Anemia Remaja
Dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan, kami
mengoptimalkan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dari mulai
konseling, layanan kesehatan dan penyuluhan. Kendalanya adalah
pembatasan masa pandemi, menyebabkan kegiatan yang melibatkan
kelompok masayarakat menjadi tertunda dan perlu penyesuaian bentuk
kegiatan serta metode dalam penyebarluasan KIE melalui pemanfaatn
media elektronik.
b. Pengendalian Resiko Stunting
Stunting disebabakan banyak faktor, yaitu faktor internal (dari
dalam diri anak/Balita karena kondisi penyakit atau asupan nutrisi yang
kurang) dan faktor eksternal (pola asuh selama masa tumbuh kembang,

42
kondisi ibu hamil dan bersalin, ketersedian pangan keluarga, kondisi
kesehatan lingkungan, pendidikan, akses air besrih dan lain-lain). Hal ini
terkait dalam pelaksanaan intervnesi gizi spesifik dan sensitif. Intervensi
spesifik berperan menyumbang keberhasilan 30%, cenderung dalam
bidang kesehatan dan mayoritas dilakukan oleh tenaga kesehatan. Inilah
yang perlu dilakukan dalam pengendalian faktor resiko stunting sasaran
intervensi spesifik. Kendala yang dijumpai masih lemahnya komitmen
stakeholder terkait untuk menjadikan masalah ini sebagai prioritas dalam
institusinya karena intervensi sensitif dengan keberhasilan 70% adalah
pelibatan lintas sektor.
A.2.3. Jangka Panjang
a. Pengembangan inovasi
Hasil dari Aksi Perubahan ini meskipun dilakukan secara
singkat, diharapkan dapat menjadi stimulant dan memberi kontribusi
dalam pengendalian risiko stunting sehingga dapat menurunkan prevalensi
stunting di Kabupaten Gunungkidul. Pemerintah diharapkan terus
memberikan perhatian dan dukungannya kepada Perangkat
Daerah/stakeholder terkait untuk makin berperan dalam upaya bersama
percepatan penurunan stunting. Dinas Kesehatan perlu mengawal dalam
penyusunan Renstra/RPJMD bidang kesehatan khususnya agar penurunan
AKI, AKB, dan stunting menjadi prioritas program.
B. Manfaat Aksi Perubahan
Secara keseluruhan Aksi Perubahan ANTING GEMITTA REMATRI memiliki
manfaat meliputi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, seperti terurai
berikut ini :
B.1 Jangka Pendek
a. Terjadinya perubahan sikap dan perilaku remaja dalam pemenuhan asupan gizi
seimbang guna mencegah terjadinya anemia dan stunting
b. Diperolehnya data anemia pada remaja putri untuk selanjutnya dilakukan
penanggulangan
c. Terlaksananya upaya pencegahan anemia dengan pembiasaan konsumsi tablet
tambah darah pada remaja putri
d. Terlaksanaya tindak lanjut yang tepat terhadap kasus anemia remaja putri

43
B.2. Jangka Menengah
a. Remaja terbebas dari anemia dan dampak yang ditimbulkannya
b. Menurunnya risiko Balita stunting
c. Berkurangnya permasalahan gizi balita
d. Optimalnya tumbuh kembang balita
e. Berkurangnya kesakitan dan kematian bayi
B.3 Jangka Panjang
a. Terwujudnya generasi sehat, cerdas, dan produktif dalam rangka menyongsong
bonus demografi
b. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
c. Terpenuhinya Renstra/RPJMD Kabupaten Gunungkidul tahun 2020-2024

44
BAB III
KEBERLANJUTAN AKSI PERUBAHAN

A. Telaah Proses dan Hasil


Pelaksanaan aksi perubahan ANTING GEMITTA REMATRI telah melalui
seluruh tahapan jangka pendek, mulai dari persiapan hingga penyusunan Laporan Aksi
Perubahan. Proses pelaksanaan kegiatan, mulai dari rencana, target dan realisasi di
setiap tahap kegiatan telah diuraikan pada BAB sebelumnya. Begitupula
masalah/kendala yang dijumpai serta upaya peyelesaian di setiap tahapan telah
dijelaskan. Kegiatan jangka pendek dilakukan melalui 8 (delapan) tahap/milestone,
dapat terlaksana sesuai jadwal. Kerjasama dalam Tim Efektif telah berhasil menjadikan
remaja putri sebagai sasaran penting dalam intervensi penanggulangan stunting
memperoleh pengetahuan, memahami dan mau merubah sikap dan perilaku dalam
menerapkan pola hidup sehat dan pembiasaan konsumsi Tablet Tambah Darah sebagai
upaya mencegah anemia kekurangan zat besi yang merupakan resiko terjadinya bayi
lahir stunting. Meskipun masih terbatas jumlah sasaran remaja yang dilakukan skrining
dan intervensi, hal ini dapat menjadi contoh/stimulant bagi pengembangan aksi
perubahan. Koordinasi dan komunikasi yang baik terbukti dapat menyelesaikan
masalh/kendala yang dijumpai. Dukungan dari pimpinan dan stakeholder sangat
membantu dalam pencapaian target/tujuan aksi perubahan.
Keberlanjutan aksi perubahan ini akan dilaksanakan lebih baik lagi selama
periode jangka menengah dan jangka panjang dengan menyikapi kekurangan-
kekurangan yang ada untuk selanjutnya dilakukan perbaikan/dilengkapi, dapat dilihat
pada tebel berikut ini :
Tabel 6. Target Kegiatan Jangka Menengah dan Jangka Panjang
No Target Kegiatan Output Rencana Waktu
Pelaksanaan
Jangka Menengah
1. Meningkatnya pengetahuan Seluruh masyarakat Juli-Desember
remaja dan masyarakat tentang umumnya dan remaja 2021
pentingnya mencegah anemia khususnya memahami dan
mau merubah perilaku
hidup sehat agar terhindar
dari anemia
a. Terlaksananya kelanjutan Remaja putri anemia Minggu ke-1 Juli
intervensi anemia remaja putri memdapat intervensi TTD 2021
sesuai aturan
b. Terlaksananya evaluasi anemia Dilakukan tes Hb evaluasi Minggi ke-3 Juli
remaja putri paska intervensi 2021

45
c. Tersedianya data hasil intervensi Dilakukan rekap hasil Minggu ke-4 Juli
intervensi 2021
d. Terlaksananya analisis Dilakukan analisis dengan Minggu ke-1
hasilintervensi PDCA (Plan Do Check Agustus 2021
Action)
e. Tersosialisasinya informasi akurat Dilakukan diseminasi Minggu ke-2
dan update kepada stakeholder informasi hasil skrining dan Agustus 2021
dan masyarakat intervensi anemia
f. Meningkatnya pengetahuan Dilakukan penyebarluasan Minggu ke-2
masyarakat KIE anemia remaja Agustus 2021
g. Tersedianya akses Pelayanan Remaja memperoleh Juli-Desember
Keehatan Peduli Remaja layanan kesehatan 2021
2. Terlaksananya upaya Penurunan prevalensi Juli-Desember
pengendalian resiko stunting stunting 2021
lainnya
a. Meningkatnya mutu pelayanan Peningkatan mutu pelayanan Juli-Desmeber
kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, kesehatan ibu dan Anak 2021
ibu nifas, bayi baru lahir dan balita

b. Terlaksananya pengedalian faktor Dilakukan PDCA September dan


resiko stunting pengedalian faktor risiko Desember 2021
stunting
c. Terlaksananya Audit Maternal Dilakukan Audit Maternal Novemeber 2021
Perinatal dan Surveilens gizi Perinatal dan Surveilens gizi
d. Tersosialisasinya data dan Diseminasi Data dan Desember 2021
informasi secara update informasi secara update
Janka Panjang
1. Terlaksananya replikasi dan Penurunan prevalensi 2022-2024
pengembangan inovasi dalam stunting menjadi 14% di
upaya percepatan penurunan Tahun 2024
stunting
a. Terlaksananya skrining dan Tersedia Update data
intervesi secara berkelanjutan sasaran remaja putri untuk
dilakukan skrining
b. Terwujudnya Pengembangan Pengembangan inovasi di
inovasi wilayah Kabupaten
Gunungkidul
c. Terlaksananya intervensi spesifik Percepatan Penurunan
dan sensitif terintegrasi Stunting, AKI dan AKB

B. Resiko Kegagalan / Hambatan

Untuk melaksanakan rencana tindak lanjut Aksi Perubahan pada jangka


menengah dan jangka panjang, perlu dilakukan identifikasi potensi resiko
kegagalan/hambatan yang mungkin terjadi. Adapun resiko kegagalan/hambatan
serta solusi yang dapat dilakukan sebagai bentuk pengendalian dapat
tergambarkan pada tabel berikut :

46
Tabel 7. Resiko Hambatan dan Solusi
No Hambatan Dampak Manajemen/Pengendalian
Resiko
Jangka Menengah
1. Sosialisasi/Kampanye Sebagian remaja Kampanye/sosilaisasi
penanggulangan anemia belum mampu dilakukan secara masif,
remaja masih kurang merubah sikap dan kontinyu dengan
menjangkau seluruh sasaran perilaku untuk hidup memanfaatkan berbagai
remaja di Kabupaten lebih sehat media dan melibatkan
Gunungkidul stakeholder eksternal dan
dukungan Pemerintah
a. Resiko Drop out intervensi Hasil evaluasi Perlu pendamping dalam
konsumsi TTD intervensi kurang baik pemantauan minum obat
dan remaja mengisi kartu
kendali minum obat
b. Remaja tidak hadir saat Pengukuran Hb Koordinasi dengan kader
evaluasi evaluasi tidak sesuai atau membuat janji/kontak
jadwal dari jangka langsung oleh petugas
waktu minum obat kepada remaja tentang
jadwal evaluasi
c. Pelaksanaan intervensi yang Data yang belum Menetapkan periode jangka
berbeda-beda waktu di setiap legkap lebih sulit waktu pelaksanan rekap
lokus, memperlambat dianalisis hasil intervensi
rekapitulasi hasil intervensi
d. Banyak faktor keberhasilan Kasus anemia remaja Perlu monitoring kontinyu
intervensi anemia remaja yang masih terjadi/sulit terhadap sasaran remaja
mungkin terlepas dari diturunkan yang dilakukan intervensi
pemantauan
e. Diseminasi tidak menjangkau Hasil aksi perubahan Identifikasi sasaran
target sasaran penerima kurang dirasakan diseminasi agar tercapai
informasi manfaatnya oleh target tindak lanjut dari
sebagian pihak masing-masing pihak
f. Kuranganya fokus kegiatan Kurangnya Pemanfaatan berbagai
KIE kepada sasaran di luar pengetahuan dan akses media dalam
lokus pelayanan kesehatan penyerbaluasan informasi
remaja dan edukasi)
g. Target Pelayanan Kesehatan Remaja tidak Optimalisasi PKPR dengan
Peduli Remaja (PKPR) tidak mengakses PKPR di penyesuaan kondisi
tercapai karena terbatas oleh Puskesma pandemic Covid-19
Pandemi covid-19
2. Banyaknya faktor resiko Pnegendalian resiko Implemntasi aksi
peneyebab stunting, stunting tidak konvergensi stunting
sehingga luput dari komprehensif sesuai tatakala dan
pengendaliannya tatakelola
a. Kurangnya mutu pelayanan Angka Kematian Ibu Identifikasi dan analisis
kesehatan ibu hamil, bersalin, dan Bayi sulit masalah penyebab
nifas, bayi baru lahir dan balita diturunkan kesakitan dan kematian ibu
dan bayi
b. Data tidak terlaporkan tepat Menghambat Menentukan batas
waktu dan melibatkan banyak kelengkapan data dan pelaporan dan bimtek
lintas program tertundanya analisis terhadap pelaksanaan
data kegiatan di Puskesmas

47
c. Tidak lengkapnya data dan Pengkajian kasus tidak Perlu waktu lebih lama
informasi bahan penkajian dari optimal dalam persiapan
berbagai sumber pelaksanaan audit kasus
dan aktif koordinasi
dengan pihak terkait
d. Sasaran diseminasi hasil Informasi tidak Pelaksanaaan diseminasi
terbatas mencapai sasaran luas dilakukan berjenjang dan
memanfaatkan media
elektronik
Jangka Panjang
1. Pengembangan inovasi Penurunan AKI, Mengawal perencanaan
terhambat karena AKB dan stunting anggaran untuk tahun
terbatasnya anggaran tidak mencapai berikutnya
target
a. Terhentinya aksi perubahan Target RPJMD tidak Usulan anggaran dari
karena tidak tersedianya tercapai berbagai stakeholder
anggaran berkelanjutan terkait
b. Tidak ada keberlanjutan aksi Upya penurunan Koordinasi dengan Lintas
inovasi stunting, AKI dan Program Dinas Kesehatan
AKB tidak optimal dalam menggali potensi
SDM
c. Kurang optimalnya Tidak tercapinya target Review RAD secara
implemntasi RAD yang telah RAD kontinyu dan berkelanjuta
dibuat

48
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Aksi perubahan ANTING GEMITTA REMATRI dapat terlaksna sebagian besar
sesuai target.
2. Tujuan Jangka Pendek yang direncanakan telah tercapai yaitu terlaksnanya
skrining dan intervensi anemia pada remaja putri serta meningkatnya pengetahuan
remaja tentang upaya mencegah anemia dan stunting. Intervensi, monitoring dan
evaluasi masih tetap berlanjut di masa Jangka Menengah dan
perluasan/pengembangan aksi tetap dilanjutkan hingga periode Jangka Panjang.

B. Saran
1. Dalam mengoptimalisasi pencapaian tujuan jangka menengah dan jangka panjang
perlu adanya dukungan pendanaan untuk proses keberlanjutan aksi perubahan ini.
2. Kepala Dians Kesehatan untuk menggkoordinasikan/mengusulkan APBD kepada
Bupati melalui TAPD Kabupaten Gunungkidul untuk alokasi anggaran upaya
percepatan penurunan stunting.
3. Hasil pelaksanaan aksi perubahan diharapkan dapat memberi gambaran situasi
masalah kesehatan yang lebih jelas dan memberi kontribusi pemecahan masalah
kesehatan di Kabupaten Gunungkidul, sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan
keputusan oleh Pemerintah Daerah dan Kepala Perangkat Daerah terkait untuk
menajdikan prioritas kegiatan dalam perencanaan selanjutnya.
4. Regulasi/Kebijakan Peratuarn Bupati tentang Percepatan Penurunan Stunting dan
Rencana Aksi Daerah dalam Penanggulangan 5 Prioritas Masalah Kesehatan perlu
dilakukan reviu kinerja oleh Bupati melaui Sekretariat Daerah beserta Perangkat
Daerah terkait.
C. Pengalaman Pembelajaran
Terselenggaranya Pelatihan Kepemimpinan Pengawas oleh Badan Pendidikan
dan Pelatihan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2021 ini sangat bermanfaat dan
berdampak positif bagi peserta sebagai media dalam proses pembelajaran yang luar
biasa. Sebagai Pemimpin yang bertanggungjawab atas pelaksanaan aksi perubahan
ANTING GEMITTA REMATRI (Antisipasi Anemia dan Bayi Lahir Stunting dengan
Gerakam Minum Tablet Tambah Darah bagi Remaja Putri di Kabupaten Gunungkidul),
pembelajaran selama Pelatihan menjadi acuan/pedoman dalam mengimplementasikan
49
seluruh rencana kegiatan. Dimulai dari rumusan Rancangan Aksi Perubahan hingga
terlaksananya aksi perubahan (periode Jangka Pendek) terlihat keberhasilannya dengan
pelibatan aktif tim efektif dan atas dasar komunikasi yang efektif terhadap berbagai
pihak terkait. Pengalaman yang dirasakan oleh peserta pembelajaran sebagai Pimpinan
Pengawas antara lain:
1. Pemimpin harus peka keadaan, mampu membaca situasi, membuat keputusan secara
cepat dan tepat, manakala kondisi diluar kendali terjadi.
2. Kepemimpinan seseorang akan teruji ketika dihadapakan langsung oleh pengalaman
di lapangan. Pada situasi inilah segala ilmu dapat diimplemnetasikan sesuai
kebutuhan, sehingga pengelolaan program/kegiatan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Pemimpin harus mampu memanfaatkan waktu dan kesempatan secara efisien dan
efektif dalam pengelolaan program/kegiatan.
4. Pemimpin harus mampu membangun komunikasi, koordinasi dan menyatukan
persepsi terhadap tujuan kegiatan terhadap pimpinan, di dalam tim dan stakeholder
eksternal guna memperoleh dukungan dan peran serta aktifnya untuk mencapai target
tujuan.

Selanjutnya hasil pembelajaran dapat diterapkan dalam melaksanakan tugas


sehari-hari dalam organisasi, Hal ini tentu akan berdampak pada kualitas hasil
pelaksanaan kegiatan, peningkatan mutu pelayanan, akuntabilitas dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Semoga hasil pembelajaran melalui Aksi Perubahan ini dapat bermanfaat bagi
diri sendiri, Organisasi, Pemerintah dan juga terhadap peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.

50
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 tetang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) IV Tahun 2020-2024
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan
Minimal Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
4. Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor KEP 10/M.PPN/HK/02/2021 tentang
Penetapan Perluasan Kabupaten/Kota Lokasi Fokus lntervensi Penurunan Stunting
Terintegrasi Tahun 2022
5. Pedoman Gizi Seimbang, Direktorat Bina Gizi Kemneterian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, 2014
6. Modul Kepemimpinan dalam Melaksanakan Tugas PelatihanKepemimpinan
Pengawas, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 2019
7. Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di
Kabupaten/Kota, Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Bappenas,
Juni 2019
8. Buku Referansi Metode dalam Mengidentifikasi Potensi Kejadian Anemia Gizi
pada Remaja Putri, Rahayu A., dkk, 2019

51

Anda mungkin juga menyukai