Anda di halaman 1dari 17

HALAMAN JUDUL O

LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK DENGAN


BRONKOPNEUMONIA

Disusun guna memenuhi tugas praktik profesi keperawatan Anak

Oleh:

Muhammad Afif Dede Wijaya, S.Kep

NIM 202311101008

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

TUMBUH KEMBANG ANAK PRASEKOLAH

Oleh Muhammad Afif Dede Wijaya, S.Kep 202311101008

1. Kasus
Anak dengan bronkopneumonia
2. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia yang menyebabkan
peradangan pada alveoli dan bronkus di paru-paru anak. Bronkus
merupakan saluran udara menuju paru-paru sedangkan alveoli merupakan
tempat pertukaran gas antara O2 dan CO2 di paru-paru. Kondisi ini dapat
diakibatkan oleh infeksi bakteri, namun bisa juga bisa disebabkan oleh
infeksi virus dan jamur. Seseorang dengan bronkopneumonia mungkin
mengalami kesulitan bernapas karena saluran udara mereka menyempit
(Swearing, 2016; Palmer dan Coats, 2017).

Gambar 1. Bronkopneumonia
b. Anatomi fisiologi

Bronkus
Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus ter-
dapat pada ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai
struktur sama dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan
trakea dan berjalan ke bawah ke arah tampuk paru. Bagian bawah trakea
mempunyai cabang dua kiri dan kanan yang dibatasi oleh garis pembatas.
Setiap perjalanan cabang utama tenggorok ke sebuah lekuk yang panjang
di tengah permukaan paru (Syaifuddin, 2011).
Bronkus prinsipalis terdiri dari dua bagian:
1. Bronkus prinsipalis dekstra: Panjangnya sekitar 2,5 cm masuk ke hilus
pulmonalis paru kanan, mempercabangkan bronkus lubaris superior.
Pada waktu masuk ke hilus bercabang tiga menjadi bronkus lobaris
medius, bronkus lobaris inferior, dan bronkus lobaris superior, di
atasnya terdapat V. azigos, di bawahnya A. pulmonalis dekstra.
2. Bronkus prinsipalis sinistra: Lebih sempit dan lebih panjang serta lebih
horizontal dibandingkan bronkus dekstra, panjangnya sekitar 5 cm,
ber- jalan ke bawah aorta dan di depan esofagus, masuk ke hilus
pumonalis kiri, bercabang menjadi dua (bronkus lobaris superior dan
bronkus lobaris inferior).

Gambar 2. Bronkus paru


Bronkus lobaris atau bronkioli (cabarng bronkus) merupakan cabang
yang lebih kecil dari bronkus. Pada ujung bronkioli terdapat gelembung
paru atau alveoli. Percabangan bronkus lobaris meliputi bronkus lobaris
superior dekstra, bronkus lobaris media dekstra, bronkus lobaris interor
dekstra, bronkus lobaris superior sinistra, dan bronkus lobaris inferior
sintra. Bronkus mengadakan pendekatan pada lobus pemapasan, Struktur
dalam bronkus berbeda dengan di luar bronkus. Seluruh gabungan otot
me- nekan bagian yang melalui cabang-cabang tulang rawan yang makin
sempit dan makin kecil yang disebut brorikiolus. Dari tiap-tiap bronkiolus
masuk ke dalam lobus dan bercabang lebih banyak dengan diameter kira-
kira 0,5 mm. Bronkus yang terakhir membangkitkan pernapasarı dan
melepaskan udara ke permukaan pernapasan di paru. Pernapasan
bronkiolus membuka dengan cara memperluas ruangan pembuluh alvioli
tempat terjadinya pertukaran udara antara O2 dan CO2 (Syaifuddin, 2011).

Alveoli
Alveolus adalah struktur anatomi yang memiliki bentuk berongga.
Terdapat pada parenkim paru-paru, yang merupakan ujung dari saluran
pernapasan, dimana kedua sisi merupakan tempat pertukaran udara dengan
darah. Membran alveolaris adalah permukaan tempat terjadinya pertukaran
gas. Darah yang kaya karbon dioksida dipompa dari seluruh tubuh ke
dalam pembuluh darah alveolaris, dimana, melalui difusi, ia melepaskan
karbon dioksida dan menyerap oksigen (Syaifuddin, 2011).

Gambar 3. Alveoli paru


c. Epidemiologi
Secara global, pneumonia menyumbang 16% dari semua kematian anak di
bawah usia 5 tahun. Sebanyak 920.136 anak meninggal pada tahun 2015
akibat pneumonia. Sebanyak 85% dari semua penyakit sistem pernafasan
pada anak di bawah 2 tahun disebabkan oleh bronkopneumonia (Zhang
dkk., 2020).
d. Faktor risiko
Faktor risiko bronkopneumonia meliputi (Palmer dan Coats, 2017):
1. Anak di bawah usia 2 tahun.
2. Orang yang bekerja di rumah sakit, atau sering mengunjungi rumah
sakit.
3. Kondisi medis tertentu dapat meningkatkan risiko terkena pneumonia
jenis ini. Ini termasuk:
a. Infeksi saluran pernapasan baru-baru ini, seperti pilek dan flu.
b. Kondisi yang melemahkan sistem kekebalan, seperti infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan gangguan autoimun
tertentu.
c. Penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, asma, atau
d. Kanker, atau
e. Penyakit paru-paru kronis
4. Malnutrisi
e. Manifestasi klinis
Gejala bronkopneumonia bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan
kondisinya (Palmer dan Coats, 2017; CMS, 2019):
1. Demam tinggi
2. Kesulitan bernapas misalnya sesak nafas, nafas cepat
3. Detak jantung yang cepat
4. Mengi
5. Nyeri dada yang bisa bertambah parah dengan batuk atau bernapas
dalam-dalam
6. Batuk lendir kuning atau hijau
7. Menggigil atau menggigil
8. Sakit kepala
9. Energi rendah dan kelelahan
10. Kehilangan selera makan
11. Mual dan muntah
12. Seorang anak yang tampak sakit dan mudah lelah
13. Dehidrasi
14. Iritabilitas
15. Berderak
f. Etiologi
Banyak kasus bronkopneumonia yang disebabkan oleh bakteri. Di luar
tubuh, bakteri ini menular dan dapat menyebar di antara orang-orang yang
berdekatan melalui bersin dan batuk. Seseorang menjadi terinfeksi dengan
menghirup bakteri (CMS, 2019).
Penyebab bakteri bronkopneumonia yang umum meliputi:
1. Staphylococcus aureus
2. Haemophilus influenzae
3. Pseudomonas aeruginosa
4. Escherichia coli
5. Klebsiella pneumoniae
6. Proteus species
g. Patofisiologi
Proses terjadinya penyakit bronkopneumonia dimulai dari inhalasi
mikroba yang ada di udara, aspirasi organisme dari nasofaring atau
penyebaran hematogen. Berhasilnya kuman pathogen yang masuk seperti
bakteri virus atau jamur kemudian masuk dan berkembang biak di saluran
pernafasan atas yakni pada bronkus sehingga akan timbul reaksi imflamasi
didaerah tersebut. Adanya bakteri yang masuk akan memunculkan
masalah keperawatan hipertermia (00007). Sebagai respon dari
peradangan akumulasi dari mukus/sekret akan terjadi pada daerah bronkus
dan bronkeolus terminal sehingga akan kesulitan bernafas karena terhalang
dari mukus/sekret tersebut. Penumpukan mukus/sekret akan memunculkan
masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031).
Mukus/sekret tersebut akan berpindah ke dalam alveoli sehingga akan
mengakibatkan konsolidasi pada daerah paru, sehingga masalah ini disebut
dengan penyakit bronkopneumonia. Penumpukan mukus/sekret pada
alveoli akan membuat kerja alveoli menjadi tidak maksimal untuk tempat
pertukaran gas dan menyebabkan alveoli collaps. Adanya masalah
pernafasan akan menyebabkan pasien merasakan sesak dan menimbulkan
nyeri pleuritik di mana rasa sakit yang terasa tajam dan menusuk pada
daerah dada sehingga memunculkan masalah keperawatan nyeri akut
(00132). Alveoli yang tidak berfungsi akan mengakibatkan suplai O2
menurun sehingga respon tubuh akan meningkatkan pernafasan, hal ini
akan memunculkan masalah keperawatan hambatan pertukaran gas
(00030). Kurangnya O2 dalam tubuh akan mengakibatkan kelelahan pada
penderitanya sehingga memunculkan masalah keperawatan intoleransi
aktivitas (00092). Batuk dan sesak nafas yang terjadi pada anak akan
mengganggu tidurnya dan sering terbangun karna hal itu, sehingga akan
menimbulkan masalah keperawatan gangguan pola tidur (00198).
Terjadinya bronkopneumonia juga akan berdampak pada sistem
gastrointestinal anak, kuman akan terbawa ke saluran pencernaan di mana
akan menyebabkan diare pada anak sehingga akan memunculkan masalah
keperawatan risiko ketidakseimbangan elektrolit (00195).
Masuknya bakteri pada saluran pernafasan
1. Staphylococcus aureus
2. Haemophilus influenzae
3. Pseudomonas aeruginosa
Pathway
4. Escherichia coli
5. Klebsiella pneumoniae
6. Proteus species

Lemahnya system Anak di bawah Pilek dan/atau flu


perrtahanan tubuh usia 12 tahun

Bakteri berkembang biak


di saluran pernafasan atas
respon
pertahanan
Inflamasi pada saluran
tubuh Hipertermia (00007)
pernafasan (bronkus)

Mucus berlebih di bronkus Akumulasi


Batuk
dan bronkeolus terminal sekret

Akumulasi sekret Berpindahnya Ketidakefektifan bersihan Kesulitan


pada alveoli mucus ke alveoli jalan nafas (00031) bernafas
Collaps alveoli
BRONKOPNEUMONIA
Anak sering
Pertukaran O dan
2

terbangun saat tidur


CO terganggu
2

O2 Hipoksia Fatigue Gangguan pola


tidur (00198)
RR
Intoleransi
Kuman terbawa ke
Hambatan pertukaran aktivitas (00092)
saluran pencernaan
gas (00030)
Nyeri Infeksi saluran
pleuritik pencernaan

Nyeri akut Diare


(00132)
Risiko ketidakseimbangan
elektrolit (00195)
h. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam menegakkan penyakit bronkopneumonia
antara lain (CMS, 2019):
1. X-ray dada. Bronkopneumonia biasanya akan muncul sebagai
beberapa area infeksi yang tidak merata, biasanya di kedua paru-paru
dan sebagian besar di dasar paru-paru.
2. Tes darah. Jumlah sel darah putih total yang tinggi, bersama dengan
sejumlah jenis sel darah putih tertentu, dapat mengindikasikan infeksi
bakteri.
3. Bronkoskopi. Ini melibatkan memasukkan tabung tipis dengan cahaya
dan kamera melalui mulut seseorang, ke tenggorokan, dan ke paru-
paru. Prosedur ini memungkinkan dokter untuk melihat ke dalam paru-
paru. Tes ini terkadang digunakan untuk penyelidikan lebih lanjut.
4. CT scan. CT scan memberikan tampilan yang lebih rinci pada jaringan
paru-paru.
5. Kultur sputum. Ini adalah tes laboratorium yang dapat mendeteksi
infeksi dari lendir yang batuk seseorang, juga dapat menentukan
organisme / kuman penyebab kondisi tersebut.
6. Bronchoscopy. Instrumen berlampu ini dapat melihat lebih dekat pada
tabung pernapasan dan mengambil sampel jaringan paru-paru, sambil
memeriksa infeksi dan kondisi paru-paru lainnya.
7. Pulse oximetry. Ini adalah tes yang digunakan untuk menghitung
jumlah oksigen yang mengalir melalui aliran darah.
8. Gas darah arteri (GDA). Tes ini digunakan untuk menentukan kadar
oksigen dalam darah
i. Penanganan
Penanganan dalam penyakit bronkopneumonia pada anak antara lain
(CMS, 2019):
a. Pencegahan
Vaksinasi dapat mencegah beberapa bentuk bronkopneumonia. Ada
dua jenis vaksin yang diberikan untuk mencegah penyakit
pneumokokus pada anak:
a. Pneumococcal Conjugate vaccine (PCV13)
Vaksinasi ini dianjurkan untuk semua anak di bawah usia 2 tahun.
Ini dimasukkan sebagai bagian dari imunisasi rutin bayi.
b. Pneumococcal polysaccharide (PPSV23) vaccine
Vaksin ini direkomendasikan untuk anak-anak di atas usia 2 tahun
yang berisiko memiliki penyakit pneumokokus yang serius.
b. Penanganan medis
a. Keputusan pengobatan didasarkan pada penyebab infeksi, usia dan
status klinis pasien.
b. Antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati pneumonia
bakterial. Penting untuk menyelesaikan antibiotik dengan dosis
yang tepat untuk membersihkan infeksi sepenuhnya dan
mencegahnya kembali.
c. Obat batuk bisa digunakan untuk mengurangi batuk.
d. Obat untuk menurunkan demam dan nyeri mungkin diresepkan
untuk menurunkan demam dan meredakan ketidaknyamanan dan
nyeri.
e. Bentuk bronkopneumonia ringan dapat diobati di rumah dengan
menggunakan kombinasi istirahat dan pengobatan. Namun, kasus
bronkopneumonia yang lebih parah memerlukan perawatan di
rumah sakit.
f. Penting untuk mengikuti rekomendasi diet; makanan harus bergizi
dan diperkaya dengan vitamin. Bayi di bawah 6 bulan harus diberi
ASI atau susu formula.
g. Antibiotik tidak efektif untuk infeksi virus. Untuk
bronkopneumonia virus, dokter mungkin meresepkan obat
antivirus. Terapi dapat diarahkan untuk mengobati gejala.
Bronkopneumonia karena virus biasanya hilang dalam 1 hingga 3
minggu.
h. Untuk pasien dengan jamur bronkopneumonia, dokter mungkin
meresepkan obat antijamur.
c. Penanganan recovery pada pasien anak dengan bronkopneumonia
a. Banyak istirahat
b. Minum banyak cairan untuk membantu mengencerkan lendir di
dada dan mengurangi rasa tidak nyaman saat batuk, hal ini juga
akan mencegah dehidrasi pada anak.
c. Minum semua obat, sesuai resep dokter.
d. Batasi kontak sosial dengan orang lain seperti di sekolah atau
tempat kerja.
3. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas
Identitas berisi data demografi pasien yang meliputi nama, jenis
kelamin, umur serta identitas penanggung jawab pasien.
2) Riwayat kesehatan
a. Diagnosa medik
Bronkopneumonia
b. Keluhan utama
Biasanya anak sangat gelisah, terjadi dispnea, pernapasan cepat
dan dangkal, diseraiadanya pernapasan cuping hidupng, serta
sianosis disekitar hidung & mulut.
c. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia umumnya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan pada bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh bisa
saja meningkat sangat mendadak mencapai 39-40°C dan kadang
pula disertai adanya kejang akibat demam yang tinggi.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan
menurunnya sistem imun.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apabila ada anggota keluarga yg menderita penyakit ispa maka
keluarga lain dapat tertular
f. Riwayat kesehatan lingkungan
Pneumonia umumnya sering terjadi pada musim hujan dan awal
musim semi. Selain itu pemeliharaan kesehatan & kebersihan
lingkungan yg kurang juga dapatmenyebabkan anak menderita
sakit.
g. Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sangat beresiko
tinggi untukmendapat penyakit ispa atas atau bawah lantaran
sistem pertahanan tubuh yangtidak cukup kuat untuk dapat
melawan infeksi sekunder.
3) Pemeriksaan persistem
a. Sistem kardiovaskuler
Takikardi dan iritability.
b. Sistem pernafasan
Adanya sesak napas, retraksi dada, pernapasan cuping hidung, ,
takipnea, ronki, wheezing, batuk produktif atau non
produktif, pernapasan tidak teratur/ireguler, pergerakan dada
asimetris, perkusi redup pada daerah terjadinya
konsolidasi,terdapat adanya sputum/sekret.
c. Sistem pencernaan
Anak biasanya malas minum/makan, muntah, berat badan
mengalami penurunan, lemah.
d. Sistem eliminasi
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin
belum bisamemahami mengenai alasan anak menderita diare
sampai terjadi adanya dehidrasi(ringan sampai berat).
e. Sistem saraf
Biasanya anak mengalami demam, kejang, sakit kepala yang
ditandai denganmenangis terus pada anak-anak atau malas minum.
f. Sistem muskoloskeletal
Tonus otot menurun, lemah secara umum.
g. Sistem endokrin
Tidak ada masalah atau kelainan.
h. Sistem intergumen
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat,
akral hangat, kulit kering.
i. Sistem penginderaan
Tidak ada masalah atau kelainan.
2. Dignosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan pada anak prasekolah antara lain
(McKinney dkk., 2017; Herdman dan Kamitsuru, 2018):
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) b.d mukus berlebih
2) Hambatan pertukaran gas (00030) b.d perubahan membran alveolar-
kapiler
3) Nyeri akut (00132) b.d agens cidera biologi (peluritik)
4) Hipertermia (00007) b.d penyakit (bronkopneumonia)
5) Intoleransi aktivitas (00092) b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
6) Gangguan Pola Tidur (00198) b.d batuk
7) Risiko ketidakseimbangan elektrolit (00195) b.d diare
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Intervensi pada klien ibu hami antara lain (Moorhead dkk., 2016; Bluchek dkk., 2016):

Diagnosa
NO Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, Manajemen Jalan Napas (3140)
1. Posisikan pasien untuk
bersihan jalan ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat teratasi
memaksimalkan ventilasi
nafas (00031) Kriteria Hasil (KH): NOC 2. Kelola pemberian bronkodilator nafas
3. Posisikan untuk meringankan sesak
b.d mukus 1. Status pernafasan: kepatenan jalan nafas (0004) dengan
nafas
berlebih kriteria hasil 4. Monitor status pernafasan dan
Devia Devia Devia Devia Tida oksigenasi, sebagaimana mestinya
si
si
yang
si
sedan
si
ringa
k ada
devia
Terapi oksigen (3320)
berat cuku g n si 5. Berikan oksigen tambahan seperti yang
p dari dari dari
Indikator
dari
dari kisar kisar kisar diperintahkan
kisar kisar
an
an
norm
an
norm
an
norm
6. Monitor aliran oksigen
an
norm al al al
norm al
al

Frekuensi pernafasan 1 2 3 4 5
Irama pernafasan 1 2 3 4 5
Kedalam inspirasi 1 2 3 4 5
Kemampuan untuk
1 2 3 4 5
mengeluarkan sekret
2. Hambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, Perawatan emboli: paru-paru (4106)
pertukaran gas hambatan pertukaran gas dapat teratasi 1. Evaluasi perubahan status pernapasan
(00030) b.d Kriteria Hasil (KH): NOC dan jantung (misalnya, suara napas
perubahan 1. Status pernafasan: pertukaran gas (0402) dengan kriteria tidak normal, hemoptisis, dispnea,
membran hasil takipnea, takikardia, sinkop) bagi
alveolar-kapiler Devia Devia
si
Devia
si
Devia
si
Tida
k ada
pasien yang mengalami emboli paru
si
yang sedan ringa devia
berat cuku g n si (pulmonary embolism) trombosis vena
p dari dari dari
dari
Indikator kisar
dari
kisar
kisar
an
kisar
an
kisar
an dalam (deep vein thrombosis) yang
an norm norm norm
an
norm al al al lebih berisiko kambuh
norm al
al 2. Evaluasi semua dada, bahu, punggung
Tekanan parsial oksigen di darah
1 2 3 4 5 atau nyeri pleuritik (yaitu, memeriksa
arteri (PaO2)
intensitas, lokasi, radiasi, durasi, faktor
Tekanan parsial karbondioksida pencetus dan faktor yang mengurangi)
1 2 3 4 5
di darah arteri (PaCO2) 3. Dapatkan nilai gas darah arteri (arterial
pH arteri 1 2 3 4 5 blood gas)
Saturasi Oksigen 1 2 3 4 5
3. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, Perawatan Demam (3740)
(00007) b.d hipertermia dapat teratasi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital
lainnya
penyakit Kriteria Hasil (KH): NOC
2. Monitor asupan dan keluaran
(bronkopneumo 1. Termoregulasi (0800) dengan kriteria hasil 3. Beri obat atau cairan IV (antipiretik)
4. Dorong konsumsi cairan
nia) Sang Bany Cuku Sedik Tida
at ak p it k
Indikator terga terga terga terga terga
nggu nggu nggu nggu nggu

Peningkatan suhu kulit 1 2 3 4 5


Hipertermia 1 2 3 4 5
Dehidrasi 1 2 3 4 5
4. Daftar pustaka

Bluchek, G. M., H. Butcher, J. M. Dochterman, dan C. M. Wagner. 2016.


Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6. Singapore: Elsevier.
CMS. 2019. Bronchopneumonia in children. CMSScript. 2019(4):1–3.
Herdman, H. dan S. Kamitsuru. 2018. Nursing Diagnoses Definitions and
Classification 2018-2020. Edisi 7. New York: Thieme.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Pelaksanaan:
Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Mansur, A. R. 2019. Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah. Padang:
AndalasUniversity Press. December.
McKinney, E. S., S. R. James, S. S. Murray, K. A. Nelson, J. W. Ashwill, V.
Flannery, K. Mau, J. Rodriquez, D. Piacenza, K. Holub, G. Moodt, dan J.
Carroll. 2017. Maternal-Child Nursing. Edisi 5. United States of
America: Elsevier Health Sciences.
Moorhead, S., M. Johnson, M. L. Maas, dan E. Swanson. 2016. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Pengukuran Outcoes Kesehatan. Edisi 5.
Singapore: Elsevier.
Palmer, L. L. dan G. H. Coats. 2017. Safe Maternity & Pediatric Nursing
Care. United States of America: Terri Wood Allen.
Swearing, P. L. 2016. All-in-One Nursing Care Planning Resource: Medical-
Surgical, Pediatric, Maternity, and Psychiatric. Edisi 4. United States of
America: Elsevier.
Syaifuddin. 2011. ANATOMI FISIOLOGI Kurikulum Berbasis Kompetensi
Untuk Keperawatan Dan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Zhang, C., J. Lyu, Y. Ming, dan M. Hua. 2020. Clinical evaluation on
xiyanping injection in the treatment of bronchopneumonia in children
based on meta - analysis. World J Tradit Chin Med. 6(3)

Anda mungkin juga menyukai