Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MAKALAH KELOMPOK KEPERWATAN JIWA

MODEL KONSEPTUAL PSIKOANALITIK

Disusun Oleh Kelompok I :


Christina Simbolon (22032002)
Daniati Siagian (22032001)
Mariati Natalia Sagala (22032006)
Esdinar Sinaga (22032005)
Fransiskus Xaverius (22032003)

S1 Keperawatan Program B
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Hangtuah Pekanbaru
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah ini
dapat terselesaikan dalam waktu yang ditentukan. Makalah ini,
disusun sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah Keperawatan
Jiwa
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak
yang ikut membantu baik langsung maupun tidak langsung.Setelah
mempelajari makalah ini, diharapkan mahasiswa keperawatan dan
masyarakat umum dapat memahaminya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Penulis juga menyadari makalah ini terdapat
kekurangan baik materi maupun penyajian. Oleh karena itu, segala
saran dan kritik dari semua pihak ataupun pembaca sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan lebih dan bermanfaat bagi semuanya.

Pekanbaru,Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................ii


DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
Latar Belakang.....................................................................................................1
Tujuan Penulis.....................................................................................................2
Ruang lingkup Penulisan.....................................................................................2
Metode Penulisan.................................................................................................2
Sistematika Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3
Pengertian Model konseptual keperawatan jiwa..................................................3
Model konseptual psikoanalisa............................................................................7
BAB III APLIKASI MODEL PSIKOANALITIK.........................................13
Kasus....................................................................................................................13
Penyelesaian Masalah menggunakan Model Psikoanalisa..................................13
BAB IV PENUTUP ..........................................................................................14
A. Kesimpulan ...................................................................................................14
B. Saran ..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................15

iii
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Model konseptual merupakan sistem atau skema yang menerangkan tentang


serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian
terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. Model konseptual memberikan
keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat,
memberikan arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menanyakan
tentang fenomena dan menunjukkan pemecahan masalah (Brockopp, 1999 ).

Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam


lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu menciptakan
perubahan yang adaptif baik secara mandiri maupun bantuan perawat. Model
konseptual keperawatan jiwa merupakan upaya yang dilakukan baik oleh perawat
untuk menolong seseorang dalam mempertahankan keseimbangan melalui
mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stresor yang dialaminya (Videbeck,
2008 ).

Model psikoanalisa adalah pandangan pada manusia yang pada hakikatnya adalah
makhluk dorongan nafsu. Psikoanalisa merupakan model yang pertama dikemukakan
oleh Sigmund Freud, sehingga beliau di kenal dengan bapak Psikoanalisa.
Psikoanalisa meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan
dengan perkembangan pada masa anak ( Kohnstamn & Palland, 1984 ).

Model psikoanalisa tidak dapat terpisahkan dalam praktik keperawatan khususnya


dalam lingkup keperawatan jiwa. Model psikoanalisa memandang bahwa perilaku
yang ditunjukkan oleh setiap manusia tidak terlepas dari proses tumbuh kembang
yang dialaminya. Sehingga kegagalan seseorang dalam fase tumbuh kembangnya
dapat menyebabkan seseorang melakukan perilaku yang maladaptive.

Berdasarkan masalah-masalah di atas,kami tertarik untuk membahas model


konseptual keperawatan jiwa secara lebih mendalam khususnya tentang model
psikoanalisa.

1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang model konseptual
keperawatan jiwa ( model psikoanalisa )
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan model konseptual keperawatan jiwa
b. Mengidentifikasi model konseptual psikoanalisa
c. Menjelaskan aplikasi model psikoanalisa

C. Ruang lingkup Penulisan


Ruang lingkup penulisan makalah ini yaitu model konseptual
keperawatan jiwa khususnya model konseptual psikoanalisa beserta
aplikasinya.

D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriftif yaitu dengan
penjabaran masalah – masalah yang ada dan menggunakan studi
kepustakaan literatur yang ada baik di perpustakaan maupun di media
internet sebagai pelengkap baik itu media blog, web, maupun artikel.

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab yang disusun dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, ruang lingkup penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II :Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep dasar model


konseptual keperawatan jiwa dan model konseptual
psikoanalisa.

BAB III :Aplikasi model konseptual psikoanalisa dalam keperawatan


jiwa.

BAB IV :Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model konseptual keperawatan jiwa

1. Pengertian

Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk


memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di
dalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi
organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka peka
terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dan tahu apa yang harus
perawat kerjakan (Brockopp, 1999 ).

Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi


dalam situasi lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang
individu berupa menciptakan perubahan yang adaktif dengan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model konseptual
keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut
mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif
unutk mengatasi stresor ini (Videbeck, 2008 ).

2. Peran Perawat Dalam Keperawatan Jiwa

Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai


muncul pada tahun 1950. Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart Sundeen
(1995) peran perawat adalah sebagai Attitude Therapy, yakni :

a. Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang


terjadi pada klien.
b. Mendemonstrasi penerimaan.
c. Respek
d. Memahami klien.
e. Mempromosikan ketertarikan klien dan berpartisipasi dalam interaksi.
Sedangkan menurut Peplau dikutip dari Yosep ( 2009 ), peran perawat
meliputi :
a. Sebagai pendidik.
b. Sebagai pemimpin di dalam situasi yang bersifat local, nasional dan
internasional.
3
c. Sebagai surrogate .
d. parent.
e. Sebagai konselor
Menurut American Nurses Association (ANA) divisi perawatan
kesehatan jiwa, mendefinisikan perawatan kesehatan jiwa sebagai area
khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku
manusia dan diri sendiri secara terapeutik untuk meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa klien dan meningkatkan
kesehatan mental masyarakat dimana klien berada.

3. Macam –macam model konseptual keperawatan jiwa

Menurut Yosep ( 2009 ), konseptual model keperawatan, dapat


dikelompokkan menjadi beberapa model yaitu :

a. Model psikoanalisa ( Freud, Erickson )

Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada


seseorang apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id
(kehendak nafsu atau insting). Ketidak mampuan seseorang dalam
menggunakan akalnya ( ego ) untuk mematuhi tata tertib, peraturan,
norma, agama (super ego), akan mendorong terjadinya penyimpangan
perilaku (defiation of behavioral).

Proses terapeutik Psikoanalisa memakai : Free association, analisa


mimpi dan transfer untuk membentuk kembali perilaku. Free
association : mencurahkan seluruh pikiran dan perasaan tanpa ada
sensor. Terapist akan mencari pola kata-kata dan area yang secara
tidak sadar dihindari. Kemudian dibandingkan dengan ilmu terapist
tentang pengetahuan tentang jiwa dan konflik. konflik yang dihindari
klien dianggap hambatan dan harus diselesaikan. Analisa mimpi :
menjadi gambaran konflik intra psikis yang menjadi hambatan klien
dalam berperilaku. Simbol-simbol mimpi dianalisa dan disimpulkan.
Kedua proses ini dilengkapi dengan transfer yaitu terapist menjadi
sasaran perilaku atau perasaan klien.

4
b. Model interpersonal

Teori ini dikemukakan oleh Harri Stack Sullivan. Dia menganggap


perilaku itu merupakan bentukan karena adanya interaksi dengan orang
lain atau lingkungan sosial. Kecemasan disebabkan perilakunya tidak
sesuai atau tidak diterima orang lain sehingga akan ditolak oleh
lingkungan. Perilaku timbul karena adanya dorongan untuk kepuasan
dan dorongan untuk keamanan. Perilaku karena adanya dorongan
untuk memuaskan diri disebabkan karena adanya kelaparan, tidur,
kenyamanan dan kesepian. Keamanan berhubungan dengan
penyesuaian diri terhadap nila-nilai budaya seperti nilai-nilai
masyarakat dan suku. Sulivan beranggapan bila kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan akan kepuasan dan keamanan terganggu maka
dia akan mengalami sakit mental.

c. Model sosial

Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan


bahwa perilaku dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya. Caplan
percaya bahwa situasi sosial dan menjadi faktor predisposisi klien
mengalami gangguan mental, seperti kejadian kemiskinan, masalah
keluarga dan pendidikan yang rendah. Karena kondisi ini akhirnya
individu mengalami ketidakmampuan mengkoping stres, ditambah lagi
dukungan dari lingkungan sangat sedikit, sehingga klien mengalami
penyimpangan perilaku.

d. Model eksistensi

Konsep ini didasarkan teori dari Sartre, Heidegger dan Keirkegaard.


Fokus teori berdasarkan pengalaman klien saat ini, tidak
memperhitungkan masa lalu klien. Seseorang akan merasa hidupnya
bermakna bila dia menerima dirinya apa adanya dan memakai itu
untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

5
e. Model komunikasi

Konsep ini dikemukan oleh Eric Berne. Dia mengatakan bahwa


setiap perilaku, baik verbal maupun nonverbal adalah bentuk
komunikasi. Ketidakmampuan komunikasi mengakibatkan kecemasan
dan frustasi.

f. Model behavioral

Konsep ini berdasarkan teori belajar. dan mengatakan bahawa


semua perilaku itu dipelajari. Perilaku seseorang karena dia belajar itu
dari lingkungannya. Fokus konsep ini terletak pada tindakan, bukan
pada pikiran atau perasaan individu. Perubahan perilaku membuat
perubahan pada kognitif dan afektif.

g. Model medikal

Konsep ini dikemukan oleh Siglar and Osmond. Fokusnya pada


diagnosis penyakit mental dan proses pengobatan berdasarkan
diagnosis. Proses pengobatan ke arah somatik : farmakoterapi, ECT
atau psikosurgery. Fungsi model medikal adalah mengobati yang sakit
dan proses pengobatan pada fisik, tidak menyalahkan perilaku kliennya.

h. Model keperawatan

Konsep ini dikemukan oleh Dorethea, Orem, Joan Richi, Roy dan
Martha Rogers. Konsep ini berdasarkan teori sistem, teori
perkembangan dan teori interaksi yang bersifat holistik : bio-psiko-
sosial spiritual. Perawat mengarah pada perubahan perilaku,
menyediakan waktu banyak, menciptakan hubungan terapeutik dan
sebagai pembela klien.

6
B. Model konseptual psikoanalisa

1. Definisi

Psikoanalisa adalah pandangan evolusionistis-naturalistis: pada


hakikatnya manusia itu adalah makhluk dorongan nafsu. Yang asli adalah
Das Es, sedangkan yang lebih tinggi (Das Ich dan Ueber Ich) hanyalah
timbul dari das Es. Semua adalah alam dan perkembangan timbul dari
alam yang tinggi yang rohaniah tidak berdiri sendiri dan diterangkan dari
sudut lapisan bawah, dari alam. Tetapi setelah orang menerima bahwa
rohaniah itu berdiri sendiri dan bahwa ada norma-norma kebenaran,
kebaikan, kemurnian dan yang umum serta abadi, maka orang tidak dapat
menerima ajaran psikoanalisa ( Kohnstamn & Palland, 1984 ).

Menurut Kaplan & Sadock ( 2010 ), psikoanalisa merupakan model


yang pertama dikemukakan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisa meyakini
bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan dengan
perkembangan pada masa anak. Setiap fase perkembangan mempunyai
tugas perkembangan yang harus dicapai. Gejala merupakan symbol dari
konflik. Gangguan jiwa terjadi akibat :

a. Perkembangan diri: Artinya gangguan jiwa dapat terjadi karena


perkembangan seseorang ketika masih kecil/kanak –kanak atau kasus
yang terjadi adalah akibat masa lalu.

b. Resolusi konflik perkembangan yang inadequate : Artinya gangguan


jiwa terjadi karena seseorang tidak dapat menyelesaikan masalahnya di
masa lalu dengan baik, sehingga muncul ketidak puasan

c. Ego (akal) tidak dapat mengontrol id (kehendak nafsu atau insting)

Gejala – gejala yang muncul adalah hasil usaha untuk berkompromi


dengan kecemasan dan berhubungan dengan konflik yang tidak teratasi.
Psikoanalisa sampai saat ini dianggap sebagai salah satu gerakan
revolusioner dibidang psikologi. Hipotesis psikoanalisis menyatakan
bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif – motif
tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat
peta ketidaksadaran manusia. Proses terapi psikoanalisa memakan waktu
yang lama.

7
Konsep ini dikemukakan oleh Sigmund Freud fokusnya pada
perkembangan psikoseksual dari fase – fase Oral, Anal, Phalik, Laten,
Genitikal yang penuh konflik-konflik pada masa penyelesaian tugas setiap
fase.

a. Fase oral (usia 0 - 1 Th )

Daerah pokok aktivitas dinamik: mulut → sebagai sumber utama


kesenangan. Bentuk rangsangan: terkait dengan rangsangan terhadap
bibir, rongga mulut, menggigit dan mengunyah (sesudah gigi tumbuh),
menghisap jempol serta menelan dan memuntahkan makanan (kalau
makanan tidak memuaskan).

b. Fase anal (usia 1 - 3 Th )

Daerah pokok aktivitas dinamik: dubur →pembuangan kotoran


( BAK/BAB ) sebagai sumber kenikmatan, Bentuk rangsang: bebas
dari tegangan anal. Semua bentuk kontrol diri (self control) dan
penguasaan diri (self masery) berasal dari fase anal. Dampak toilet
training terhadap kepribadian di masa depan, tergantung kepada sikap
dan metoda orang tua dalam melatih.

c. Fase Phalik (usia 3 - 6 Th )

Daerah pokok aktivitas dinamik: alat kelamin. Dimana anak akan suka
mengamati dan menyentuh alat kelamin nya. Pada tahap ini anak mulai
menyadari jenis kelamin nya.

d. Fase laten (usia 7 - 10 Th )

Perasaan takut kepada pembalasan orangtua menimbulkan depresi


terhadap dorongan seksual pada anak, sehingga impuls seksual dan
agresi pada fase awal (pregenital impuls) mereda. Pada fase laten ini
anak mengembangkan kemampuan sublimasi dan mulai merasa peduli
dengan orang lain. Anak menjadi lebih mudah dididik dibandingkan
dengan masa sebelum dan sesudahnya (masa pubertas).

8
f. Fase Genital (usia 12 Tahun keatas )

Fase ini dimulai dengan perubahan fisiologik dari sistem reproduksi,


yakni fase pubertas. Impuls pregenital bangun kembali dan membawa
aktivitas dinamis yang harus diadaptasi, untuk mencapai
perkembangan kepribadian yang stabil. Pada fase phalik, cathexis
genital mempunyai sifat narcistik; Pada fase genital narcisme itu mulai
disalurkan ke objek di luar seperti berpartisipasi dalam kegiatan
kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga.

Freud juga mengemukakan struktur psiko / jiwa manusia berdasarkan:


Id, Ego, Superego dan topografi jiwa berdasarkan sadar, prasadar dan
tak sadar ( Maramis, 2009 ).

a. Id adalah tempat dorongan naluri (insting) dan berada di bawah


pengawasan proses primer. Karena itu id bekerja sesuai prinsip
kenikmatan,tanpa memperdulikan kenyataan. Seorang bayi pada
waktu lahir telah mempunyai id. Ia tidak mempunyai kemampuan
untuk menghambat,mengawasi,atau memodifikasi dorongan nalurinya.
Karena itu,ia sangat tergantung pada ego orang lain di lingkungannya.

b. Ego lebih teratur organisasinya dan tugasnya adalah untuk


menghindari ketidaksenangan dan rasa nyeri dengan melawan atau
mengatur pelepasan dorongan nalurinya agar sesuai dengan tuntutan
dunia luar.

c. Superego adalah komponen terakhir dari karakter manusia, dimana


muncul sejak usia sekitar 5 tahun, akar dari super ego ini adalah nilai
moral dari orangtua dan lingkungan sekitar agar bisa berfikir mana
yang benar dan yang salah.

9
2. Prinsip-prinsip model psikoanalisa

Menurut Stuart (1995), prinsip-prinsip psikoanalisa dikelompokkan


menjadi :

a. Prinsip konstansi

artinya bahwa kehidupan psikis manusia cenderung untuk


mempertahankan kuantitas konflik psikis pada taraf yang serendah
mungkin, atau setidak-tidaknya taraf yang stabil. Dengan perkataan
lain bahwa kondisi psikis manusia cenderung dalam keadaan konflik
yang permanen (tetap).

b. Prinsip kesenangan

artinya kehidupan psikis manusia cenderung menghindarkan


ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenangan
(pleasure principle).

c. Prinsip realitas

yaitu prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan keadaan nyata.

3. Proses terapi model psikoanalisa

Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi


bebas dan analisa mimpi, transferen, interpretasi serta analisa
resistensi untuk memperbaiki traumatik masa lalu ( Yosep, 2009 ).

a. Asosiasi bebas

Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran


dan perasaan dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannnya
tanpa penyuntingan atau penyensoran (Akinson, 1991). Pada teknik ini
penderita disupport untuk bisa berada dalam kondisi relaks baik fisik
maupun mental dengan cara tidur di sofa. Ketika penderita dinyatakan
sudah berada dalam keadaan relaks maka pasien harus mengungkapkan
hal yang dipikirkan pada saat itu secara verbal.

10
b. Analisa mimpi

Terapi dilakukan dengan mengkaji mimpi – mimpi pasien, karena


mimpi timbul akibat respon/memori bawah sadarnya. Mimpi umumnya
timbul akibat permasalahan yang selama ini disimpan dalam alam
bawah sadar yang selama ini ditutupi oleh pasien. Dengan mengkaji
mimpi dan alam bawah sadar klien maka konflik dapat ditemukan dan
diselesaikan.

c. Transferen

Untuk memperbaiki traumatik masa lalu Peran pasien dan


perawat Klien mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya Perawat
melakukan assessment atau pengkajian tentang keadaan traumatic atau
stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu dengan pendekatan
komunikasi traumatic setelah terjalin trust (saling percaya).

d. Interpretasi

Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas,


analisi mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi. Prosedurnya
terdiri atas penetapan analisis, penjelasan, dan mengajarkan klien
tentang makna perilaku dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas,
resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi
adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat
proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi. mengungkap apa yang
terkandung di balik apa yang dikatakan klien, baik dalam asosiasi
bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien.

e. Analisa resistensi

Freud memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak


disadari yang mendorong seseorang untuk mempertahankan terhadap
kecemasan. Interpretasi konselor terhadap resistensi ditujukan kepada
bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi. teknik
yang digunakan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan
terjadinya penolakannya (resistensi).

11
4. Peran perawat dan klien dalam model psikoanalisa

Stuart (1995) mengatakan peran perawat dan klien dalam model


psikoanalisa adalah sebagai berikut.

a. Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian


mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap
bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah
disodomi, diperlakukan secara kasar, diterlantarkan, diasuh dengan
kekerasan, dan lain- lain), dengan menggunakan pendekatan
komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).

b. Peran klien dalam model psikoanalisa

Peran yang dapat dilakukan oleh klien meliputi :

1) Mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya agar bisa diartikan


therapistnya.

2) Mengkuti perjanjian jangka panjang atau kontrak yang telah


disepakati.

3) Mendorong transfer, menginterprestasi pikiran dan mimpi.

12
BAB III

Aplikasi Model Psikoanalisa dalam Keperawatan Jiwa

A. Kasus

Seseorang mengalami ketidakpuasan pada fase oral antara usia 0-2 tahun,
dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu
yang cukup, sehingga cendrung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan
setelah dewasa sebagai konvensasi adanya ketidakpercayaan pada lingkungannya.
Ketidakpercayaan yang sudah melekat pada dirinya akan membentuk pribadi
orang tersebut agresif dan mudah marah dalam menghadapi kehidupannya.

B. Penyelesaian Masalah menggunakan Model Psikoanalisa

Model psikoanalisa merupakan salah satu alternatif yang yang dapat


digunakan dalam menyelesaikan masalah. Pada kasus diatas, perawat mengkaji
perilaku yang maladaptif menggunakan model psikoanalisa dengan melihat
didasari sudut tumbuh kembang yang dialami klien.

Setelah terbina trust (saling percaya), klien akan lebih rileks untuk
mengungkapkan perasaannya. Seorang perawat harus memberikan tanggapan
terhadap respon klien misalnya sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa
sebagai konvensasi adanya ketidakpercayaan pada lingkungannya. Sikap yang
akan ditimbulkan klien dapat berupa suka marah-marah dan protektif diri
terhadap dunia luar. Selain sebagai konselor, perawat juga dapat perawat dapat
memberikan teknik keperawatann seperti mengontrol marahnya dengan teknik
distarksi dan mengajarkan cara marah yang produktif dengan cara mengalihkan
marah pada hal lain.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model konseptual memberikan kerangka kerja dengan cara mengidentifikasi
suatu pertanyaan untuk mendapatkan pemecahan masalah. Model konseptual
keperawatan jiwa digunakan perawat sebagai acuan untuk menolong seseorang
agar dapat menghadapi stressor melalui meksnisme koping yang positif.
Model psikoanalisa mempunyai pandangan bahwa manusia adalah makhluk
dorongan nafsu. Selain itu, psikoanalisa meyakini bahwa penyimpangan perilaku
yang terjadi pada masa dewasa sangat dipengaruhi oleh perkembangan pada masa
anak. Oleh karena itu, kejadian pada masa lalu (masa kecil) akan sangat
berpengaruh pada pembentukan kepribadian seseorang.
Perawat dapat menerapkan model psikoanalisa dalam praktik keperawatan
untuk mengungkapkan masalah yang dialami seseorang. Perawat dapat berperan
sebagai konselor yang dapat memberikan pemecahan masalah pada seseorang
yang mengalami pengalaman buruk baik dimasa lalu maupun yang sedang
dialaminya. Contohnya seseorang yang tidak dapat mengontrol dirinya ketika
marah, dapat di ajarkan untuk melakukan marah produktif atau diajarkan teknik
distraksi, sehingga selain sebagai konselor peran perawat promotif.

B. Saran
1. Perawat diharapkan dapat menerapkan model konseptual keperawatan jiwa
khususnya model psikoanalisa dalam merespon setiap perilaku yang
maladaptif yang ditunjukkan oleh klien melalui pendekatan terapeutik
dengan cara menjalin rasa saling percaya untuk mendapatkan pemecahan dari
masalah klien.
2. Institusi pelayanan keperawatan khususnya rumah sakit maupun
puskesmas diharapkan mampu menerapkan model psikoanalisa pada setiap
perawat yang ada melalui pendekatan terapeutik dalam mengatasi masalah
yang timbul.
3. Institusi pendidikan keperawatan dapat memberikan pendidikan yang
mendalam mengenai model konseptual khususnya model psikoanalisa
sehingga mahasiswa dapat menjadikan model psikoanalisa sebagai salah satu
alternatif yang dapat digunakan untuk mengkaji penyebab timbulnya
perilaku maladaptif yang kelak akan ditemui dilapangan

14
DAFTAR PUSTAKA

Perry & potter. 1999. Fundamental keperawatan. Jakarta : EGC


Suliswati, Dkk. 2004. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta :
EGC
Maramis, Willy F. & Maramis Albert A. 2009. Ilmu kedokteran jiwa. Jakarta :
AUP
Kohnstamm. 1984. Sejarah ilmu jiwa.
Sunaryo. 2004. Psikologi lingkup keperawatan. Jakarta : EGC
Stuart Wiscarz, Sandra I. Sundeen. 1995 . Prinsip dan Praktik Ilmu
Keperawatan Psikiatri. Ed.5. Missouri: Mosby.
Ann Isaacs. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Ed.3. Jakarta:
EGC
Kaplan, Harold I. & Sadock, Benjamin J. 2010. Synopsis psikiatri. Tengerang:
BINARUPA AKSARA Publisher
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan jiwa. Bandung : PT Refika Aditama

15

Anda mungkin juga menyukai