Kondisi Fisik Dasar Wilayah merupakan analisis yang didasarkan pada kondisi alami sebuah
wilayah perencanaan, khususnya pada sumber daya alam yang terdiri atas sumber daya lahan,
sumber daya tanah, sumber daya air, dan sumber daya udara.. Kondisi fisik dasar dapat diperoleh
dari hasil observasi lapangan dan studi literature mengenai wilayah perencanaan, dan data yang
telah diperoleh merupakan gambaran secara umum kondisi fisik Kabupaten Magelang. Pada data
yang telah diperoleh terdapat 7 (tujuh) pembahasan antara lain kondisi geomorfologi
bentanglahan, kondisi morfologi, kondisi geologi, kondisi hidrologi, kondisi iklim, kondisi tanah,
dan juga potensi kebencanaan.
Tabel 2.1 Luas Kabupaten Magelang per Kecamatan dan Persentase Lahan
2.1.1 Topografi
Topografi adalah ciri – ciri atau gambaran dari bentuk keadaan bumi atau juga
sering disebut sebagai relief bumi, yaitu perbedaan antara bagian tinggi dan bagian
rendah di permukaan bumi. Kabupaten Magelang merupakan wilayah dataran yang
dikelilingi oleh Gunung Merapi, Merbabu, Sundoro, Sumbing, Pegunungan Gianti,
Menoreh, Andong dan Telomoyo. Kabupaten Magelang termasuk ke dalam kategori
dataran rendah dengan sudut kemiringan yang relatif bervariasi. Morfologi pendataran
antar gunung api, medan landai dan berelief sedang-halus.
Di bagian selatan wilayah terdapat Gunung Tidar yang merupakan hutan lindung
dengan kemiringan hingga 30-40%. Kabupaten Magelang memiliki bentuk fisik yang
relatif memanjang mengikuti jaringan jalan arteri dengan kecenderungan pertumbuhan
alamiah ke arah utara dan selatan yang didominasi oleh area terbangun pada daerah
dengan topografi datar.
Topografi
Total luas
Kecamatan Berombak- Datar-
Berbukit Bergunung (km2)
bergelombang Landai
Berikut kemiringan lereng pada setiap kecamatan yang berada di Kabupaten Magelang:
Tabel 3.4 Kemiringan Lereng Pada Tiap Kecamatan
Geomorfologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bentuk lahan dan
pembentukan permukaan bumi beserta faktor-faktor yang berpengaruh di dalam prosesnya
seperti aktivitas manusia, topografi, geologi bencana alam dan iklim. Geomorfologi juga
dipengaruhi oleh tenaga yang berasal dari dalam bumi (endogen) maupun dari luar bumi
(eksogen). Pembentukan morfologi sangat dipengaruhi oleh tenaga dari dalam bumi sehingga
dapat membentuk permukaan bumi yang beranekaragam. Tenaga dari dalam bumi meliputi
vulkanisme (aktivitas gunungapi) dan tektonisme (aktivitas gerakan lapisan kulit bumi atau
lempeng tektonik). Sedangkan tenaga dari luar bumi seperti pergerakan angin, pola aliran air,
aliran es (gletser), dan aktivitas organik maupun aktivitas manusia. Sehingga cepat ataupun
lambat perubahan bentuk permukaan bumi dapat terjadi akibat adanya tenaga tersebut.
Berdasarkan peta jenis tanah dari BAPPEDA Kabupaten Magelang, Kabupaten Magelang
memiliki 4 jenis tanah yaitu tanah Latosol, Litosol, Aluvial, dan Regosol. Tanah Latosol
merupakan jenis tanah tua, yang terbentuk dari batu api yang mengalami proses pelapukan lebih
lanjut. Tanah Latosol mempunyai ciri-ciri umum seperti tekstur lempung sampai geluh, tekstur
remah sampai gumpal, warna tanah merah tergantung dari susunan mineralogi, bahan induk,
drainase, umur tanah dan keadaan iklim. Tanah Latosol tersebar di Kecamatan Grabag, Nglabag,
Pakis, Secang, Tegalrejo,Candimulyo, Sawangan, Mungkid, Mertoudan, Windusari, Bandongan,
Kaliangkrik, Kajoran, Salaman, Borobudur, dan Salam.
Tanah Litosol adalah jenis tanah baru dikarenakan tanah ini terbentuk ketika batuan
belum sempurna mengalami pelapukan. Tanah Litoso mempunyai ciri yang tidak terlalu tebal,
yaitu hanya mencapai 45 cm, mempunyai kandungan unsur hara yang sedikit. Tanah Litosol
terbentuk dari proses meletusnya gunung berapi, sehingga memiliki tekstur tanah yang
bervariasi, dan juga kesuburan tanah yang bervariasi. Tanah Litosol cocok untuk ditanami
rumput ternak, palawija dan tanaman keras. Tanah Litosol tersebar di Kecamatan Dukun,
Srumbung, dan Salam. Tanah Aluvial merupakan jenis tanah yang terbentuk karena hasil
endapan, dan memiliki ciri-ciri warna tanah yang cenderung gelap, tingkat mineral yang cukup
tinggi, tingkat PH yang diambang batas aman. Tanah Aluvial cocok untuk produksi padi,
palawija, dan tebu. Tanah Aluvial tersebar di Kecamatan Kaliangkrik, Kejoran, Salaman,
Tempuran, Bandongan, Mertoyudan, Borobudur, Mungkid, Muntilan, dan Ngluwar. Tanah
Regosol terbentuk dari material-material endapan letusan gunung merapi, sehingga mempunyai
kandungan unsur hara yang banyak dan menyebabkan tanah sangat subur. Tanah Regosol
mempunyai ciri-ciri tekstur tanah yang kasar, dikarenakan mengandung unsur hara yang banyak.
Tanah Regosol cocok untuk ditanami padi, kelapa, tembakau, tebu, sayur-sayuran. Tanah regosol
tersebar Di Kecamatan Grabag, Ngablag, Sawangan, Dukun, Srumbung,Mungkid, Muntilan,
Salam, Ngluwar, Windusari, dan Bandongan.
Kemampuan lahan terpengaruh dari aspek tekstur tanah yang berkaitan dengan
kemampuan partikel tanah dalam mengikat air dan sejumlah zat yang dibutuhkan oleh tanaman.
Tekstur tanah yang halus akan terlalu mudah untuk mengikat air yang terserap dari permukaan
sehingga permukaan tanah bisa tergenang dan tidak bisa untuk tumbuh tanaman, sebaliknya
tekstur tanah yang terlalu kasar akan meloloskan air. Sehingga tekstur tanah yang baik sebagai
media tanaman atau yang memiliki kemampuan lahan yang besar adalah yang bertekstur sedang.
Berdasarkan peta tekstur tanah BAPPEDA Kabupaten Magelang, Kabupaten Magelang memiliki
2 jenis tekstur tanah yaitu tekstur kasar dan halus. Tekstur tanah kasar merupakan tekstur tanah
yang memiliki unsur pasir hingga 70%. Tekstur Tanah Kasar tersebar Di Kecamatan Grabag,
Ngablak, Dukun, Sawangan, Mungkid, Muntilan, Srumbung, Salam, Ngluwar, Windusari, dan
Bandungan. Tekstur tanah halus merupakan tekstur tanah yang memiliki kandungan liat sebesar
37,5% di dalam tanah, adapun tekstur tanah halus tersebar Di Kecamatan Grabag, Ngablak,
Pakis, Sawangan, Secang, Tegalrejo, Candimulyo, Mungkid, Dukun, Salam, Ngluwar, Muntilan,
Borobudur, Mertoyudan, Bandongan, Windusari, Tempuran, Salaman, Kejoran, dan Kaliangkrik.
Luas jenis tanah di Kabupaten Magelang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.6 Jenis Tanah Berdasarkan Luasan lokasi dan Persentase Wilayah
Wilayah Kabupaten Magelang memiliki 4 jenis tanah dengan jenis tanah paling dominan
adalah Latosol dengan luas 715,18 km2 yang berasal dari batuan induk breksi, tersebar di
Kecamatan Bandongan, Borobudur, Candimulyo, Dukun, Grabag, Kajoran, Kaliangkrik,
Mertoyudan, Mungkid, Ngablak, Pakis, Salam, Salaman, Sawangan, Secang, Tegalrejo,
Tempuran, dan Windusari. Tanah latosol adalah jenis tanah yang telah mengalami
perkembangan diferensiasi horizon, tersebar di daerah yang memiliki jenis iklim basah dengan
curah hujan lebih dari 3000 mm/th, dengan kedalaman tanah berada di lapisan dalam, bertekstur
lempung, struktur remah sampai gumpal, dan memiliki warna cokelat, merah, sampai kuning.
Tanah lathosol dapat dijumpai pada ketinggia antara 300-1000 meter di atas permukaan laut,
tanah ini juga dapat menyerap air dan memiliki zat fosfat yang mudah bersenyawa dengan unsur
besi dan aluminium. Jenis tanah latosol cocok untuk jenis tanaman tebu, cokelat, kopi, dan karet.
Jenis tanah dengan luasan kedua di wilayah Kabupaten Magelang adalah jenis tanah
Regosol dengan luas 282,39 km2 yang merupakan jenis tanah dengan teskstur butiran kasar yang
berasal dari meterial erupsi gunung berapi, tersebar di Kecamatan Bandongan, Borobudur,
Dukun, Grabag, Mertoyudan, Mungkid, Muntilan, Ngablak, Ngluwar, Salam, Sawangan,
Srumbung, dan Windusari. Jenis tanah Regosol memiliki ciri yang subur dikarenakan berasal
dari material erupsi gunung berapi sehingga cocok untuk ditanami padi, tebu, palawija, tembakau
dan sayuran.
Pada urutan ketiga terdapat jenis tanah Aluvial dengan luas 114,69 km2 dan merupakan
jenis tanah yang masih muda dan belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk
aluvium yang memiliki tekstur beragam dan memiliki kesuburan sedang hingga tinggi. Jenis
tanah Aluvial tersebar di Kecamatan Bandongan, Borobudur, Kajoran, Kaliangkrik, Mertoyudan,
Mungkid, Muntilan, Ngluwar, Salaman, dan Tempuran. Jenis tanah Aluvial memiliki ciri-ciri
butirannya lepas-lepas. Tingkat kesuburan tanah aluvial sangat bervariasi, bergantung dari bahan
dasar dan mineral hara pembentuknya. Tanah aluvial banyak dimanfaatkan sebagai daerah
pertanian, perkebunan kelapan, palawija, jagung kedelai, ketela pohon, dan umbi-umbian.
Sedangkan jenis tanah dengan luasan terkecil di wilayah Kabupaten Magelang adalah
jenis tanah Litosol dengan luas 13,57 km2 dan merupakan tanah yang baru mengalami
perkembangan dan merupakan tanah yang masih muda. Jenis tanah Litosol terbentuk dari adanya
perubahan iklim, topografi dan adanya vulkanisme, maka tanah ini harus banyak ditanami
pohon untuk mendapatkan mineral dan unsur hara yang cukup.
Kedalaman tanah di dalam pengertian pertanian dibatasi pada bagian atas kulit bumi yang
telah mengalami pelapukan atau adanya aktivitas biologi terhadapnya. Jika bagian yang telah
mengalami pelapukan menghasilkan daerah dangkal, maka bagian tersebutlah dipakai sebagai
batas kedalaman tanah. Berdasarkan peta kedalaman tanah BAPPEDA Kabupaten Magelang,
Kabupaten Magelang mempunyai 3 klasifikasi yaitu sangat dangkal (<30cm), dangkal (30-
40cm), sedang (>50 cm). Kedalaman tanah sangat dangkal (<30cm) tersebar di kecamatan
Dukun, Srumbung, Borobudur, Salaman. Kedalaman tanah dangkal (30-40cm) tersebar di
Kecamatan Windusari, Bandongan, Kaliangkrik, Kajoran, Tempuran, Dukun, Srumbang.
Kedalaman tanah sedang (>50 cm) tersebar di kecamatan Grabag, Ngablak, Pakis, Sawangan,
Secang, Tegalrejo, Candimulyo, Mungkid, Dukun, Salam, Ngluwar, Muntilan, Borobudur,
Mertoyudan, Bandongan, Windusari, Tempuran, Salaman, Kejoran, Kaliangkrik. Luas
kedalaman tanah di kabupaten magelang dapat dilihat di tabel berikut:
Tabel 3.8 Jenis Tanah Menurut Persebaran Setiap Kecamatan
Curah hujan dan hari hujan diukur melalui 2 titik stasiun pemantau curah hujan
yaitu k101-Muntilan dan k99-Sawangan. Kabupaten Magelang memiliki suhu rata-rata
25,60C, dan kelembaban udara 82%. Pada tahun 2016 – 2020 curah hujan rata-rata di
Kabupaten Magelang tertinggi terjadi pada tahun 2016 dengan curah hujan sebesar 3.922
mm/th, dan rata-rata hari hujan 15 hari dalam sebulan.
Secara umum curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Magelang mengalami
penurunan dimulai dari tahun 2016 sampai 2019, dan mengalami kenaikan yang sangat
signifikan pada tahun 2020 dengan curah hujan 3.162 mm/th dan rata-rata hari hujan 13
hari dalam sebulan. Curah hujan dan Hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari –
April dan bulan November – Desember setiap tahunnya. Untuk menentukan klasifikasi
iklim schmidt ferguson pada wilayah Kabupaten Magelang, maka perlu dilakukan
perhitungan nilai Q sebagai berikut:
Jenis iklim yang terjadi di Kabupaten Magelang, terutama pada tahun 2016, 2017,
dan 2020 cenderung basah membuat wilayah di Kabupaten Magelang memiliki cadangan
air yang berlimpah untuk kegiatan pertanian, perkebunan, rumah tangga, dan industry.
Sedangkan pada tahun 2018 dan 2019 yang memiliki kondisi iklim agak kering membuat
wilayah Kabupaten Magelang mengalami bencana kekeringan, terutama pada daerah
lereng gunung. Kecamatan dengan dampak kekeringan paling parah terjadi di Kecamatan
Grabag. Dalam 2 tahun tersebut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB)
Kabupaten Magelang telah menyalurkan sekitar 103 tangki atau 515.000 liter air bersih
ke titik-titik kekeringan.
Berikut secara rinci Curah Hujan dan Hari Hujan menurut bulan dan rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 2016
- 2020 dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 3.9 Curah huja rata-rata Kabupaten Magelang pada tahun 2016 - 2020
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
2016 236 388 466 280 249 340 203 139 423 338
Rata-Rata 462 437 408,2 260,8 153,4 88,6 52,6 37,4 134,4 168
Maksimum 604 546 516 407 290 340 203 139 423 338
Minimum 236 314 244 57 7 0 0 0 0 0
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang tahun 2016 - 2020, diolah
Berikut diagram rata-rata curah hujan bulanan yang terjadi di Kabupaten
Magelang pada tahun 2016 - 2020 dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang tahun 2016 - 2020, diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa di wilayah Kabupaten Magelang rata-rata
curah hujan paling tinggi pada tahun 2016-2020 terjadi pada bulan Januari dengan curah
hujan sebesar 462 mm, dan seterusnya mengalami penurunan curah hujan setiap tahunnya
bersamaan dengan pergantian dari musim hujan menuju musim kemarau. Rata-rata curah
hujan paling rendah terjadi pada bulan Agustus dengan curah hujan sebesar 37,4 mm, di
mana pada bulan tersebut merupakan puncak dari musim kemarau terutama saat terjadi
kemarau panjang pada tahun 2018-2019.
2.1.8 Hidrologi
Kabupaten Magelang sebagai daerah yang dikelilingi gunung-gunung memiliki
potensi sebagai daerah tangkapan air hujan yang kaya cadangan air tanah dan keluar
sebagai mata air di permukaan. Curah hujan di wilayah Kabupaten Magelang juga tinggi,
sehingga memiliki sumber air yang cukup untuk kebutuhan pertanian, industry, dan
rumah tangga.
Wilayah Kabupaten Magelang terdapat 3 DAS (Daerah Aliran Sungai) yaitu DAS
Progo, DAS Bogowonto, dan DAS Tutang. DAS Progo pada bagian hulu terdapat sungai
besar yaitu Sungai Progo yang melewati wilayah Kecamatan Windusari, Secang,
Bandongan, Mertoyudan, Tempuran, Borobudur, Mungkid, Tegalrejo, Muntilan, Salam,
Ngluwar, Grabag, Sawangan, Dukun, dan Srumbung. DAS Progo memiliki pola aliran
pada anak-anak sungainya berbentuk radial yang memanjang dari arah utara ke selatan,
dan pada bagian hilir pola aliran yang terbentuk adalah berbelok-belok sub dendrit.
Sedangkan DAS Bogowonto meliputi wilayah Kecamatan Salaman, dan Kajoran. Secara
keseluruhan Kabupaten Magelang memiliki satu sungai besar dan 124 sungai kecil
dengan jumlah debit maksimum 5.043,25 m3/detik dan jumlah debit minimum 847,83
m3/detik. Wilayah Kabupaten Magelang juga memiliki 219 mata air dengan jumlah debit
12.252 liter/detik.
No DAS Kecamatan
1. Progo Windusari, Secang, Bandongan, Mertoyudan,
Tempuran, Borobudur, Mungkid, Tegalrejo,
Muntilan, Salam, Ngluwar, Grabag, Sawangan,
Dukun, dan Srumbung
2. Bogowonto Salaman, dan Kajoran
3. Tuntang Ngrabak dan Ngablak
2.1.9 Geologi
Geologi menunjukkan struktur dan jenis batuan penyusun bahan induk tanah
sebagai indikator adanya bahan tambang pada suatu wilayah. Di bagian barat daya
Kabupaten Magelang atau tepatnya di daerah Salaman dan Borobudur bagian selatan
tersusun dari batuan breksi, andesit, dasit, tufa, tufa lapilli, aglomerat, dan lava andesit.
Batuan-batuan tersebut merupakan batuan dari gunung berapi dan menjadi bagian dari
formasi andesit tua. Batuan dari gunung berapi yang ada disekeliling wilayah Kabupaten
Magelang bagian barat ini merupakan unsur batuan yang membentuk dataran Magelang
berupa endapan aluvial yang subur. Sementara itu, di bagian tengah Kabupaten Magelang
merupakan tanah endapan aluvial yang merupakan lapukan dari batuan induknya.
Sedangkan, di bagian lereng dan kaki gunung merupakan tanah endapan vulkanis.
Karakteristik fisiografi Kabupaten Magelang secara umum berbentuk cekungan
dikarenakan dikelilingi deretan Pegunungan dan Gunung besar, yaitu Gunung Sumbing,
Gunung Merapi, Gunung Merbabu dan Pegunungan Bukit Menoreh. Hal ini menjadikan
wilayah Kabupaten Magelang berlimpahnya bahan Pertambangan Mineral Logam dan
Pertambangan Batuan. Bahan tambang galian Mineral Logam dan Batuan tersebut
banyak tersebar di seluruh Kabupaten Magelang, akan tetapi jenis bahan tambang di
Kabupaten Magelang yang paling besar diproduksi adalah sirtu dan marmer. Hasil
tambang marmer selama ini hanya ditambang saja, sedangkan untuk pengelolaan tidak
dilakukan di wilayah Kabupaten Magelang. Potensi ini jika dikelola dengan baik akan
menambah pendapatan Kabupaten Magelang dan akan mengurangi frekuensi kegiatan
pertambangan marmer tersebut sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan
lingkungan. Penyebaran sumber daya mineral dan kegunaannya bisa dilihat pada berikut
ini:
Wilayah Kabupaten Magelang memiliki 4 jenis tanah yaitu tanah Latosol, Litosol,
Aluvial, Regosol. Akan tetapi secara rinci dapat dijabarkan lagi dengan persebaran tanah
aluvial kelabu, alluvial coklat, regosol coklat kelabu dan coklat tua yang banyak terdapat
di daerah dataran seperti, Kecamatan Mertoyudan, Mungkid, Candimulyo, Salaman,
Secang, Tegalrejo, Muntilan, Srumbung, Salam dan Ngluwar. Tanah Latosol coklat
kemerahan ada di Kecamatan Grabag dan Ngablak. Tanah Latosol coklat tua kemerahan
ada di Kecamatan Salam, Kajoran, Kaliangkrik, Salaman, Tempuran, Bandongan dan
Windusari. Tanah Latosol merah kekuningan ada di wilayah Kecamatan Salaman dan
Borobudur. Tanah Regosol kelabu dan coklat tua, andosol coklat, lithosol latosol coklat,
banyak terdapat di daerah lereng pegunungan seperti, Kecamatan Windusari, Kajoran,
Kaliangkrik, Ngablak, Grabag, Pakis, dan Bandongan.