BAB II
GAMBARAN UMUM
WILAYAH STUDI
2.1 Geografis
Kabupaten Karo merupakan daerah yang berada di dataran tinggi Pegunungan Bukit
Barisan, secara administrative memiliki luas 2.127,25 km2, yang terdiri dari 17
kecamatan, 10 kelurahan dan 259 desa, dengan Kota Kabanjahe sebagai Ibukota
Kabupaten.
Secara geografis Kabupaten Karo berada pada 2050’ – 03019’ Lintang Utara, 97055’ -
98038’ Bujur Timur, dengan batas wilayah (Gambar 2.1):
Ketinggian wilayah Kabupaten Karo 120 – 1600 m dari permukaan laut, dengan kondisi
kemiringan/lereng tanah (topografi) dapat dibedakan sebagai berikut:
Laporan Akhir 2 -1
Rencana Induk SPAM
Laporan Akhir 2 -2
Rencana Induk SPAM
Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Karo berkisar antara 5 – 95 km.
Ibukota Kecamatan terjauh adalah Mardinding di kecamatan Mardinding dengan jarak 95
km. Sementara ibukota kecamatan yang paling dekat adalah Tigapanah di kecamatan
Tigapanah dengan jarak 5 km. Lihat Tabel 2.1.
Jarak Ke Ibukota
No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Kabupaten Karo
(km)
1 Mardinding Mardinding 95
2 Laubaleng Laubaleng 77
3 Tigabinanga Tigabinanga 35
4 Juhar Juhar 45
5 Munte Munte 24
6 Kutabuluh Kutabuluh 37
7 Payung Payung 25
8 Tiganderket Tiganderket 29
9 Simpang Empat Simpang Empat 6,6
10 Naman Teran Naman Teran 16,6
11 Merdeka Merdeka 13
12 Kabanjahe Kabanjahe 0
13 Berastagi Berastagi 11
14 Tigapanah Tigapanah 5
15 Dolat Rayat Dolat Rayat 15
16 Merek Merek 26
17 Barusjahe Barusjahe 15
Sumber : Karo Dalam Angka 2012
Dari tujuhbelas kecamatan yang ada di Kabupaten Karo terdapat 10 kelurahan, 259 Desa,
660 dusun dan 90 lingkungan. Seluruh kelurahan yang ada di Kabupaten Karo termasuk
dalam kategori kelurahan swasembada . Penyebaran jumlah kelurahan yang ada di
Kabupaten Karo per kecamatannya belum merata, dimana hanya tiga kecamatan
(Tigabinanga, Kabanjahe dan Berastagi) yang memiliki kelurahan (10 Kelurahan). Lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Laporan Akhir 2 -3
Rencana Induk SPAM
Jumlah
No. Kecamatan
Desa Kelurahan Dusun Lingkungan
1 Mardinding 12 0 57 0
2 Laubaleng 15 0 49 0
3 Tigabinanga 19 1 44 4
4 Juhar 25 0 29 0
5 Munte 22 0 53 0
6 Kutabuluh 16 0 27 0
7 Payung 8 0 30 0
8 Tiganderket 17 0 35 0
9 Simpang Empat 17 0 42 0
10 Naman Teran 14 0 40 0
11 Merdeka 9 0 30 0
12 Kabanjahe 8 5 43 50
13 Berastagi 6 4 36 36
14 Tigapanah 26 0 40 0
15 Dolat Rayat 7 0 13 0
16 Merek 19 0 50 0
17 Barusjahe 19 0 42 0
Jumlah 259 10 660 90
Sumber : Karo Dalam Angka 2012
2.2 Iklim
Suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo berkisar antara 16,40C - 23,90C, dengan
kelembaban udara pada tahun 2010 rata-rata setinggi 84,66 persen, tersebar antara 61,8
persen sampai dengan 87,8 persen.
Di Kabupaten Karo seperti daerah lainnya terdapat dua musim yaitu musim penghujan
dan musim kemarau, pada musim penghujan curah hujan dan hari hujan akan lebih tinggi
dari musim kemarau.
Berdasarkan catatan Stasiun Klimatologi Kuta Gadung Kabupaten Karo, pada tahun 2010
terdapat 155 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak 1.719 mm. Curah hujan
terbesar terjadi pada bulan Nopember yaitu 268 mm dengan hari hujan sebanyak 21
hari. Sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada bulan januari sebesar 64 mm dan
jumlah hari hujan terkecil pada bulan Pebruari sebanyak 7 hari. Jika dilihat dari
banyaknya curah hujan yang turun, musim hujan pertama terjadi pada bulan Pebruari
sampai dengan bulan April dan musim kedua pada bulan Juni sampai dengan bulan
rdekaNaman Teran
10.
Laporan Akhir 2 -4
6
11.
Rencana Induk SPAM
September dan musim ketiga pada bulan Nopember dan Desember, dimana puncaknya
terjadi pada bulan Nopember. Sedangkan musim kemarau pada bulan Februari, April dan
Mei, dengan puncaknya pada bulan Mei. Lebih jelasnya lihat Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan di Kabupaten Karo
Curah Hujan
No. Bulan Hari Hujan
(mm)
1 Januari 64 11
2 Pebruari 105 7
3 Maret 109 12
4 April 108 12
5 Mei 79 10
6 Juni 181 16
7 Juli 168 15
8 Agustus 183 13
9 September 160 13
10 Oktober 91 11
11 Nopember 268 21
12 Desember 203 14
jumlah 1.719 155
Sumber : Karo Dalam Angka 2012
2.3 Geologi
Kondisi geologi di Kabupaten Karo, sangat dipengaruhi oleh erupsi Gunung Sinabung dan
Gunung Sibayak serta erupsi Toba dan Barus, berdasarkan Peta Geologi terdiri dari:
Qvsn, Erupsi Sinabung : Lava andesit-dasit, jenis batuan ini sebagian besar
terdapat di Kecamatan Tiganderket dan Kecamatan Payung.
Qvba, Eerupsi Sibayak, Satuan Sibayak : Andesit, Dasit piroklastik, jenis batuan ini
sebagian besar terdapat di Kecamatan Berastagi dan Kecamatan Merdeka.
Qvbr, Erupsi Barus: Lava andesit piroklastik, jenis batuan ini sebagian besar
terdapat di sebelah Utara Kecamatan Dolat Rayat.
Laporan Akhir 2 -5
Rencana Induk SPAM
Qpm, Formasi Melaboh : Gravel, pasir dan lempung ; Qvss, Erupsi Sipiso piso :
Dasit dan Andesit, jenis batuan ini terdapat di bagian Timur Kecamatan Merek.
Qpk, Formasi Kotacane : Kerikil, pasir, lempung, jenis batuan ini terdapat di
sebagian Kecamatan Mardingding dan Kecamatan Lau Baleng.
Qvtsu, Erupsi Toba, Satuan Sibutar: Campuran lava riolitik dan piroklastik, jenis
batuan ini terdapat di sebagian Kecamatan Merek.
Qvt, Erupsi Toba : Tufa riodasit sebagian terelaskan, Jenis batuan ini merupakan
jenis batuan yang mendominasi di Kabupaten Karo. Hampir semua kecamatan
memiliki jenis batuan ini, akan tetapi yang lebih mendominasi adalah Kecamatan
Merek, Tiga Panah, Munte dan Kutabuluh.
QTvm, Erupsi Takurtakur, Satuan Mentar: Piroklastik andesitik – dasitik, Jenis
batuan ini terdapat di sebagian Kecamatan Barusjahe.
QTvk, Eerupsi Takurtakur, Satuan Takurtakur : Andesit, dasit dan piroklastik, Jenis
batuan ini sebagian besar terdapat di sebelah Utara Kabupaten Karo, yaitu di
sebagian Kecamatan Kutabuluh, Tiganderket, Naman Teran dan Merdeka.
Formasi Tlbu juga termasuk formasi yang banyak terdapat di Kabupaten Karo.
Jenis batuan ini melingkupi sebagian Kecamatan Mardingding, Lau Baleng, Tiga
Binanga, Kutabuluh dan Tiganderket.
Ppbl, Formasi Batugamping Batumilmil : Batugamping dan rijang, Jenis batuan ini
terdapat di sebagian Kecamatan Kutabuluh dan Tiganderket.
Mpikt : Intrusi Granit, Jenis batuan ini terdapat di sebagian Kecamatan Munte.
Laporan Akhir 2 -6
Rencana Induk SPAM
2.4 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Karo tahun 2011, berjumlah 354.242 jiwa (laki-laki 176.077
jiwa dan perempuan 178.165 jiwa) yang mendiami wilayah seluas 2.127,25 km 2 dengan
kepadatan penduduk sebesar 166,53 jiwa per Km². Jumlah penduduk terbanyak terdapat
di Kecamatan Kabanjahe yaitu sebanyak 63.918 jiwa dengan kepadatan penduduk
1.431,53 jiwa per Km², sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Dolat
Rayat sebesar 8.374 jiwa. Kecamatan Berastagi merupakan Kecamatan yang paling
padat penduduknya dengan kepadatan 1.707,84 jiwa per Km² dan Kecamatan Kutabuluh
merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 54,60 jiwa
per Km² (Gambar 2.2 dan Tabel 2.4).
Laporan Akhir 2 -7
Rencana Induk SPAM
Laporan Akhir 2 -8
Rencana Induk SPAM
. Jumlah Rumah Tangga yang ada sebanyak 96.361 rumah tangga dengan rata – rata
banyaknya anggota rumah tangga yaitu 3,68 orang (Tabel 2.6).
Laporan Akhir 2 -9
Rencana Induk SPAM
Tabel 2.6 Rumah Tangga dan Rata – rata Anggota Rumah Tangga per Kecamatan
Jumlah Rata-rata Anggota
No. Kecamatan
Penduduk Rumah Tangga Rumah Tangga
1 Mardinding 17.222 4.465 3,86
2 Laubaleng 17.879 4.868 3,67
3 Tigabinanga 20.086 5.865 3,42
4 Juhar 13.368 4.257 3,14
5 Munte 19.870 5.838 3,40
6 Kutabuluh 10.685 3.437 3,11
7 Payung 10.938 3.259 3,36
8 Tiganderket 13.301 3.867 3,44
9 Simpang Empat 19.192 5.422 3,54
10 Naman Teran 12.916 3.432 3,76
11 Merdeka 13.434 3.492 3,85
12 Kabanjahe 63.918 15.992 4,00
13 Berastagi 42.939 10.682 4,02
14 Tigapanah 29.593 8.257 3,58
15 Dolat Rayat 8.374 2.243 3,73
16 Merek 18.223 4.568 3,99
17 Barusjahe 22.304 6.417 3,48
Jumlah 354.242 96.361 3,68
Sumber : Karo Dalam Angka 2012
Tabel 2.7 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera per Kecamatan Thn 2011
Keluarga Sejahtera
No. Kecamatan
Pra I II III III Plus
1 Mardinding 0 2.000 2.244 587 0
2 Laubaleng 0 1.919 1.722 817 0
3 Tigabinanga 0 1.201 991 3.731 173
4 Juhar 0 1.631 1.577 1.328 323
5 Munte 155 726 253 4.589 0
6 Kutabuluh 60 161 276 2.559 302
7 Payung 0 1.406 1.097 476 162
8 Tiganderket 0 1.579 1.791 614 0
9 Simpang Empat 0 660 0 4.693 0
10 Naman Teran 0 395 0 2.606 0
11 Merdeka 0 297 1.334 1.868 0
12 Kabanjahe 0 3.676 3.699 5.596 106
13 Berastagi 2972 1.494 3.526 2.686 172
14 Tigapanah 0 985 780 7.131 0
15 Dolat Rayat 0 300 376 1.414 0
16 Merek 0 1.462 1.251 1.074 89
17 Barusjahe 209 676 3.695 1.910 0
Jumlah 3.396 20.568 24.612 43.679 1.327
Sumber : Karo Dalam Angka 2012
Untuk melihat peranan masing-masing sektor dalam perekonomian suatu daerah, maka
penyajian PDRB dalam bentuk persentase distribusi sektoral terhadap total PDRB sangat
penting. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sendiri adalah jumlah nilai tambah
seluruh sektor kegiatan ekonomi yang terjadi/muncul disuatu daerah pada periode
tertentu. Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir (tahun 2008 s/d 2010) pertumbuhan
perekonomian Kabupaten Karo terjadi di semua sektor. Nilai PDRB menurut lapangan
usaha Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Berlaku Kabupaten Karo
Tahun (Milyar Rupiah)
No. Lapangan Usaha
2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 3.023,48 3.413,85 4.078,03 4.652,44
2 Pertambangan dan Penggalian 17,56 20,33 23,90 28,08
3 Industri 40,62 42,16 48,91 54,68
4 Listrik, Gas, & Air minum 19,14 20,36 21,72 23,14
5 Bangunan 189,66 212,31 238,92 268,64
6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 605,94 675,90 772,62 879,53
7 Pengangkutan & Komunikasi 414,76 436,41 503,92 537,54
Keuangan, Asuransi, Usaha
8 persewaan bangunan & tanah & 88,83 98,21 108,26 116,13
Jasa perusahaaan
Jasa kemasyarakatan, Sosial &
9 658,67 727,01 87,97 1.074,21
Perorangan
PDRB 5.058,67 5.646,54 6.676,02 7.634,39
Sumber : Karo Dalam Angka 2012
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 jumlah PDRB Kabupaten Karo
Atas Dasar Harga berlaku sebesar Rp. 6.676,02 miliar dan pada tahun 2011 meningkat
menjadi Rp. 7.634,39 miliar atau bertambah sebesar Rp. 958,37 miliar.
Secara sektoral ada 3 sektor yang dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Karo
yaitu sektor Pertanian 60,94 %, Jasa-jasa 14,07 %, dan Perdagangan, hotel dan restoran
11,52 %.
Realisasi penerimaan daerah otonom tahun 2011 untuk Kabupaten Karo, Dana Alokasi
Umum (DAU) mencapai 66,45%, sedangkan Dana Alokasi Khusus (DAK) mencapai 6,38%
dari total penerimaan, sedangkan penerimaan tahun 2011 hanya meningkat dari tahun
2010 sebesar 5,25%.
2.7 Kesehatan
Berdasarkan data jumlah penderita dan jenis penyakit per kecamatan tahun 2011,
penyakit yang terbesar penderitanya adalah hipertensi (130.548 penderita), Ispa (76.849
penderita), tukak lambung (17.812 penderita), tulang (10.586 penderita), kulit (10.448
penderita), diare (9.500 penderita), cacing (4.250 penderita).
Penyakit yang dapat ditularkan melalui media air seperti : diare, kulit, cacing cukup
banyak dialami masyarakat. Sebaran penderita penyakit tersebut per kecamatan dapat
dilihat pada Tabel 2.11. Dari tabel tersebut penyakit diare paling banyak diderita
masyarakat di Kecamatan: Munte, Berastagi, Lau Baleng, Juhar, Mardinding dan
Barusjahe.
Tabel 2.11 Jumlah Penderita Penyakit Menurut Jenis Penyakit
per Kecamatan Tahun 2011
Kualitas air yang digunakan terkait erat dengan tingkat kesehatan. Oleh sebab itu pada
saat mencari tempat tinggal biasanya yang menjadi perhatian utama adalah tersedianya
sumber air. Kebersihan dan kesehatan air minum suatu rumah tangga sangat
berpengaruh terhadap kesehatan anggota rumah tangga yang mengkonsumsinya.
Karena air minum merupakan kebutuhan utama manusia dalam menjamin kelangsungan
hidupnya, penggunaan air minum yang bersih dan sehat menjadi perhatian penuh bagi
masyarakat.
Air minum yang bersih dan sehat adalah air minum yang terbebas dari kuman – kuman
penyebab penyakit, maka masyarakat setempat juga sangat memperhatikan pencemaran
dilokasi sumber air tersebut mereka khawatir air yang dihasilkan dari tempat yang sudah
tercemar maka air tersebut akan tercemar pula.
Air leding merupakan air yang kebersihan dan kesehatannya lebih terjamin bila
dibandingkan dengan sumber air lainnya. Kabupaten Karo yang secara geografis terletak
pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar merupakan dataran tinggi ternyata mata
air sebagai sumber air minum utama rumah tangga (45,44%), sedangkan sumur memiliki
persentase kecil (5,72%) hal ini karena air tanah dangkal yang langka pada wilayah ini.
Sumber air minum rumah tangga yang berasal dari pipa PAM masih rendah yakni 27,66%
karena pelayanan air minum perpipaan umumnya pada wilayah perkotaan, dan terbatas
keberadaannya pada wilayah perdesaan (Tabel 2.12).
%
Sumber Air Minum
Tempat Pembuangan %
Tinja
Tangki Septic 72,51
Kolam/Sawah 2,10
Sungai/Danau 9,31
Lainnya 16,09
Jumlah 100
Sumber : Provinsi Sumatera Utara Dalam Angka,2012
A. Tujuan
Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Karo mencerminkan keterpaduan
pembangunan antarsektor, antarkecamatan, dan antarpemangku kepentingan. Tujuan
penataan ruang Kabupaten Karo pada masa yang akan datang tidak akan terlepas dari
peran, fungsi, dan kedudukannya dalam lingkup wilayah yang lebih luas. Untuk
mendukung pengembangan peran dan fungsi Kabupaten Karo sebagai Pusat Kegiatan
Nasional, Pusat Kegiatan Kawasan, serta tanggap dengan dinamika perkembangan dan
permasalahan Kabupaten Karo saat ini dan masa yang akan datang, maka Tujuan
Pembangunan Kabupaten Karo yang akan dituju, adalah:
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan tersebut, maka melalui Draft Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Karo Tahun 2010‐2030 ini, ditetapkan Tujuan Penataan Ruang,
yaitu:
Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
Dalam penetapan PKN Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Karo adalah termasuk salah
satu pusat pelayanan. Pusat pelayanan ini terletak di kawasan perkotaan MEBIDANGRO
(Medan – Binjai – Deli Serdang – Karo). Berdasarkan Peraturan Presiden RI No.62 tahun
2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. Sesuai dengan arahan RTRW
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 – 2028, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang ditetapkan
di Kabupaten Karo adalah Kota Kabanjahe, Tiga Binanga, Berastagi, Merek dan
Kutabuluh. Yang fungsinya diarahkan untuk agroindustri, pertanian, perkebunan,
pariwisata serta pengolahan hasil pertanian dan perkebunan.
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Berdasarkan hasil analisis pusat
pelayanan kabupaten, kecamatan yang merupakan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di
Kabupaten Karo adalah Barusjahe, Munte dan Tiga Panah.
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala antar desa. Berdasarkan hasil analisis pusat pelayanan
kabupaten, kecamatan yang termasuk dalam Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) di
Kabupaten Karo adalah Dolat Rayat, Juhar, Payung, Tiganderket, Simpang Empat, Naman
Teran, Merdeka, Laubaleng dan Mardingding.
Untuk lebih jelasnya pusat pelayanan di Kabupaten Karo dapat dilihat pada Tabel 2.14.
dan Gambar 2.3.
sebagai :
Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pengolahan hasil budidaya kehutanan
Tiga Panah Pengembangan Fungsi Kota Tiga Panah
sebagai :
Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pengolahan hasil perkebunan
Pengolahan hasil budidaya kehutanan
4 PPL Dolat Rayat, Pengembangan Fungsi Kota sebagai :
Juhar, Pusat pelayanan perdesaan
Payung, disekitarnya
Tiganderket, Pengolahan hasil holtikultura dan
Simpang Empat, perkebunan
Naman Teran, Pengolahan hasil pertanian
Merdeka, Budidaya kehutanan
Laubaleng,
Mardingding
Untuk merealisasikan kebijakan tersebut maka diperlukan strategi penataan ruang yang
mendukung hal tersebut diatas, dengan:
1. Peningkatan sektor‐sektor ekonomi unggulan yang produktif dan berdaya saing tinggi.
Untuk merealisasikan kebijakan tersebut maka diperlukan strategi penataan ruang yang
mendukung hal tersebut diatas, dengan:
2. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan menjadi kawasan sosial
dan budaya.
Untuk merealisasikan kebijakan tersebut maka perlukan strategi penataan ruang yang
mendukung hal tersebut diatas, dengan:
Untuk merealisasikan kebijakan tersebut maka diperlukan strategi penataan ruang yang
mendukung hal tersebut diatas, dengan:
4. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem. Untuk merealisasikan
kebijakan tersebut maka diperlukan strategi penataan ruang yang mendukung hal
tersebut diatas, dengan:
Gambaran Rencana Pola Ruang dan Kawasan Strategis di Kabupaten Karo sesuai dengan
kebijakan dan strategi tersebut di atas dapat dilihat pada Gambar 2.4 dan Gambar 2.5.