Anda di halaman 1dari 29

Rencana Induk SPAM

BAB II

GAMBARAN UMUM
WILAYAH STUDI

2.1 Geografis
Kabupaten Karo merupakan daerah yang berada di dataran tinggi Pegunungan Bukit
Barisan, secara administrative memiliki luas 2.127,25 km2, yang terdiri dari 17
kecamatan, 10 kelurahan dan 259 desa, dengan Kota Kabanjahe sebagai Ibukota
Kabupaten.
Secara geografis Kabupaten Karo berada pada 2050’ – 03019’ Lintang Utara, 97055’ -
98038’ Bujur Timur, dengan batas wilayah (Gambar 2.1):

 Sebelah Utara : Kabupaten Langkat dan Deli Serdang;

 Sebelah Selatan : Kabupaten Dairi dan Toba Samosir;

 Sebelah Barat : Propinsi Nangro Aceh Darusalam;


 Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun.

Ketinggian wilayah Kabupaten Karo 120 – 1600 m dari permukaan laut, dengan kondisi
kemiringan/lereng tanah (topografi) dapat dibedakan sebagai berikut:

 Datar 2 % = 23.900 Ha = 11,24 %


 Landai 2 – 15 % = 74.919 Ha = 35,22 %
 Miring 15 – 40 % = 41.169 Ha = 19,35 %
 Curam 40 % = 72.737 Ha = 34,19 %

Laporan Akhir 2 -1
Rencana Induk SPAM

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Karo

Laporan Akhir 2 -2
Rencana Induk SPAM

Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Karo berkisar antara 5 – 95 km.
Ibukota Kecamatan terjauh adalah Mardinding di kecamatan Mardinding dengan jarak 95
km. Sementara ibukota kecamatan yang paling dekat adalah Tigapanah di kecamatan
Tigapanah dengan jarak 5 km. Lihat Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Karo

Jarak Ke Ibukota
No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Kabupaten Karo
(km)
1 Mardinding Mardinding 95
2 Laubaleng Laubaleng 77
3 Tigabinanga Tigabinanga 35
4 Juhar Juhar 45
5 Munte Munte 24
6 Kutabuluh Kutabuluh 37
7 Payung Payung 25
8 Tiganderket Tiganderket 29
9 Simpang Empat Simpang Empat 6,6
10 Naman Teran Naman Teran 16,6
11 Merdeka Merdeka 13
12 Kabanjahe Kabanjahe 0
13 Berastagi Berastagi 11
14 Tigapanah Tigapanah 5
15 Dolat Rayat Dolat Rayat 15
16 Merek Merek 26
17 Barusjahe Barusjahe 15
Sumber : Karo Dalam Angka 2012

Dari tujuhbelas kecamatan yang ada di Kabupaten Karo terdapat 10 kelurahan, 259 Desa,
660 dusun dan 90 lingkungan. Seluruh kelurahan yang ada di Kabupaten Karo termasuk
dalam kategori kelurahan swasembada . Penyebaran jumlah kelurahan yang ada di
Kabupaten Karo per kecamatannya belum merata, dimana hanya tiga kecamatan
(Tigabinanga, Kabanjahe dan Berastagi) yang memiliki kelurahan (10 Kelurahan). Lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Banyaknya Desa dan Kelurahan Menurut Kecamatan

Laporan Akhir 2 -3
Rencana Induk SPAM

Jumlah
No. Kecamatan
Desa Kelurahan Dusun Lingkungan
1 Mardinding 12 0 57 0
2 Laubaleng 15 0 49 0
3 Tigabinanga 19 1 44 4
4 Juhar 25 0 29 0
5 Munte 22 0 53 0
6 Kutabuluh 16 0 27 0
7 Payung 8 0 30 0
8 Tiganderket 17 0 35 0
9 Simpang Empat 17 0 42 0
10 Naman Teran 14 0 40 0
11 Merdeka 9 0 30 0
12 Kabanjahe 8 5 43 50
13 Berastagi 6 4 36 36
14 Tigapanah 26 0 40 0
15 Dolat Rayat 7 0 13 0
16 Merek 19 0 50 0
17 Barusjahe 19 0 42 0
Jumlah 259 10 660 90
Sumber : Karo Dalam Angka 2012

2.2 Iklim
Suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo berkisar antara 16,40C - 23,90C, dengan
kelembaban udara pada tahun 2010 rata-rata setinggi 84,66 persen, tersebar antara 61,8
persen sampai dengan 87,8 persen.

Di Kabupaten Karo seperti daerah lainnya terdapat dua musim yaitu musim penghujan
dan musim kemarau, pada musim penghujan curah hujan dan hari hujan akan lebih tinggi
dari musim kemarau.

Berdasarkan catatan Stasiun Klimatologi Kuta Gadung Kabupaten Karo, pada tahun 2010
terdapat 155 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak 1.719 mm. Curah hujan
terbesar terjadi pada bulan Nopember yaitu 268 mm dengan hari hujan sebanyak 21
hari. Sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada bulan januari sebesar 64 mm dan
jumlah hari hujan terkecil pada bulan Pebruari sebanyak 7 hari. Jika dilihat dari
banyaknya curah hujan yang turun, musim hujan pertama terjadi pada bulan Pebruari
sampai dengan bulan April dan musim kedua pada bulan Juni sampai dengan bulan
rdekaNaman Teran

10.
Laporan Akhir 2 -4
6

11.
Rencana Induk SPAM

September dan musim ketiga pada bulan Nopember dan Desember, dimana puncaknya
terjadi pada bulan Nopember. Sedangkan musim kemarau pada bulan Februari, April dan
Mei, dengan puncaknya pada bulan Mei. Lebih jelasnya lihat Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan di Kabupaten Karo
Curah Hujan
No. Bulan Hari Hujan
(mm)
1 Januari 64 11
2 Pebruari 105 7
3 Maret 109 12
4 April 108 12
5 Mei 79 10
6 Juni 181 16
7 Juli 168 15
8 Agustus 183 13
9 September 160 13
10 Oktober 91 11
11 Nopember 268 21
12 Desember 203 14
jumlah 1.719 155
Sumber : Karo Dalam Angka 2012

2.3 Geologi

Kondisi geologi di Kabupaten Karo, sangat dipengaruhi oleh erupsi Gunung Sinabung dan
Gunung Sibayak serta erupsi Toba dan Barus, berdasarkan Peta Geologi terdiri dari:

 Qh : Kerikil, pasir, lempung, jenis batuan ini banyak terdapat di Kecamatan


Mardingding dan Kecamatan Lau Baleng.

 Qvsn, Erupsi Sinabung : Lava andesit-dasit, jenis batuan ini sebagian besar
terdapat di Kecamatan Tiganderket dan Kecamatan Payung.

 Qvba, Eerupsi Sibayak, Satuan Sibayak : Andesit, Dasit piroklastik, jenis batuan ini
sebagian besar terdapat di Kecamatan Berastagi dan Kecamatan Merdeka.

 Qvbr, Erupsi Barus: Lava andesit piroklastik, jenis batuan ini sebagian besar
terdapat di sebelah Utara Kecamatan Dolat Rayat.

Laporan Akhir 2 -5
Rencana Induk SPAM

 Qvbs, Erupsi Sibayak, Satuan Singkut : Andesit, dasit,mikrodiorit,tufa, jenis batuan


ini sebagian besar terdapat di Kecamatan Barusjahe, Kabanjahe, Simpang Empat,
Payung, Dolat Rayat, Berastagi, Merdeka, Naman Teran dan Tiga Panah.

 Qpm, Formasi Melaboh : Gravel, pasir dan lempung ; Qvss, Erupsi Sipiso piso :
Dasit dan Andesit, jenis batuan ini terdapat di bagian Timur Kecamatan Merek.

 Qpk, Formasi Kotacane : Kerikil, pasir, lempung, jenis batuan ini terdapat di
sebagian Kecamatan Mardingding dan Kecamatan Lau Baleng.
 Qvtsu, Erupsi Toba, Satuan Sibutar: Campuran lava riolitik dan piroklastik, jenis
batuan ini terdapat di sebagian Kecamatan Merek.
 Qvt, Erupsi Toba : Tufa riodasit sebagian terelaskan, Jenis batuan ini merupakan
jenis batuan yang mendominasi di Kabupaten Karo. Hampir semua kecamatan
memiliki jenis batuan ini, akan tetapi yang lebih mendominasi adalah Kecamatan
Merek, Tiga Panah, Munte dan Kutabuluh.
 QTvm, Erupsi Takurtakur, Satuan Mentar: Piroklastik andesitik – dasitik, Jenis
batuan ini terdapat di sebagian Kecamatan Barusjahe.

 QTvk, Eerupsi Takurtakur, Satuan Takurtakur : Andesit, dasit dan piroklastik, Jenis
batuan ini sebagian besar terdapat di sebelah Utara Kabupaten Karo, yaitu di
sebagian Kecamatan Kutabuluh, Tiganderket, Naman Teran dan Merdeka.

 Tmvh,Formasi Gunung Api Haranggaol : Andesit, dasit, piroklastik

 Tlbu, Formasi Butar : Selang seling batupasir dengan batupasir, batulumpur

Formasi Tlbu juga termasuk formasi yang banyak terdapat di Kabupaten Karo.
Jenis batuan ini melingkupi sebagian Kecamatan Mardingding, Lau Baleng, Tiga
Binanga, Kutabuluh dan Tiganderket.

 Ppbl, Formasi Batugamping Batumilmil : Batugamping dan rijang, Jenis batuan ini
terdapat di sebagian Kecamatan Kutabuluh dan Tiganderket.

 Mpikt : Intrusi Granit, Jenis batuan ini terdapat di sebagian Kecamatan Munte.

 Mpik : Intrusi granit

Laporan Akhir 2 -6
Rencana Induk SPAM

 Ppal,Formasi Alas, Anggota Batugamping : Batugamping oolit atau batugamping


kristalin, Jenis batuan ini terdapat di sebagian Kecamatan Mardingding dan
sebagian Kecamatan lau Baleng.

 Ppa, Formasi Alas : Batuserpih,batulanau,batupasir, konglomerat, wacke, Jenis


batuan ini terdapat di sebelah Barat Kecamatan Mardingding.

 Puk, Formasi Kluet : Batusabak, filit, meta batupasir, metabatulempung, Jenis


batuan ini terletak di sebelah Selatan Kabupaten Karo, melingkupi: sebagian
Kecamatan Juhar dan Kecamatan Merek.

 Pub, Formasi Bahorok : Batu metawacke, batusabak, metabatulanau, meta


batupasir arenit meta batukonglomerat, Jenis batuan ini terdapat di sebagian
Kecamatan Mardingding dan Kecamatan Kutabuluh.

2.4 Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Karo tahun 2011, berjumlah 354.242 jiwa (laki-laki 176.077
jiwa dan perempuan 178.165 jiwa) yang mendiami wilayah seluas 2.127,25 km 2 dengan
kepadatan penduduk sebesar 166,53 jiwa per Km². Jumlah penduduk terbanyak terdapat
di Kecamatan Kabanjahe yaitu sebanyak 63.918 jiwa dengan kepadatan penduduk
1.431,53 jiwa per Km², sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Dolat
Rayat sebesar 8.374 jiwa. Kecamatan Berastagi merupakan Kecamatan yang paling
padat penduduknya dengan kepadatan 1.707,84 jiwa per Km² dan Kecamatan Kutabuluh
merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 54,60 jiwa
per Km² (Gambar 2.2 dan Tabel 2.4).

Laporan Akhir 2 -7
Rencana Induk SPAM

Gambar 2.2 Peta Kepadatan Penduduk

Laporan Akhir 2 -8
Rencana Induk SPAM

Tabel 2.4 Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Penduduk


per Kecamatan Tahun 2011

No. Kecamatan Jumlah Kepadatan


Luas Wilayah
Penduduk Penduduk
    (km2)  (Jiwa) (per km2)
1 Mardinding 267,11 17.222 64,48
2 Laubaleng 252,60 17.879 70,78
3 Tigabinanga 160,38 20.086 125,24
4 Juhar 218,56 13.368 61,16
5 Munte 125,64 19.870 157,15
6 Kutabuluh 195,70 10.685 54,60
7 Payung 47,24 10.938 231,54
8 Tiganderket 86,76 13.301 153,31
9 Simpang Empat 93,48 19.192 205,31
10 Naman Teran 87,82 12.916 147,07
11 Merdeka 44,17 13.434 304,14
12 Kabanjahe 44,65 63.918 1.431,53
13 Berastagi 30,50 42.939 1.707,84
14 Tigapanah 186,84 29.593 158,39
15 Dolat Rayat 32,25 8.374 259,66
16 Merek 125,51 18.223 145,19
17 Barusjahe 128,04 22.304 174,20
Jumlah 2.127,25 354.242 166,53
Sumber : Karo Dalam Angka 2012

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Karo pada tahun 2000-2010 berdasarkan h a s i l


s e n s u s p e n d u d u k adalah sebesar 2,15 % per tahun, dengan laju pertumbuhan
penduduk tinggi 3,07-3,62% pada Kecamatan: Kabanjahe, Berastagi, Naman Teran dan
Merdeka, rendah 0-0,89% pada Kecamatan: Juhar, Munte, Barusjahe dan Tiganderket
(Tabel 2.5).

. Jumlah Rumah Tangga yang ada sebanyak 96.361 rumah tangga dengan rata – rata
banyaknya anggota rumah tangga yaitu 3,68 orang (Tabel 2.6).

Laporan Akhir 2 -9
Rencana Induk SPAM

Tabel 2.5 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Karo Menurut Kecamatan

Laju Pertumbuhan Penduduk (%)


No. Kecamatan
1990-2000 2000-2010 2010 - 2011
1 Mardinding -0,68 2,38 0,87
2 Laubaleng -0,69 2,19 0,87
3 Tigabinanga -0,10 1,71 0,86
4 Juhar 0,26 0,00 0,86
5 Munte 1,14 0,64 0,86
6 Kutabuluh -0,40 1,09 0,86
7 Payung 0,65 1,67 0,86
8 Tiganderket -0,19 0,89 0,86
9 Simpang Empat 0,93 1,14 0,86
10 Naman Teran 1,68 3,36 0,87
11 Merdeka 1,73 3,62 0,86
12 Kabanjahe 1,32 3,07 0,86
13 Berastagi 1,62 3,36 0,86
14 Tigapanah 1,10 2,77 0,86
15 Dolat Rayat 1,48 2,26 0,87
16 Merek 3,07 2,20 0,86
17 Barusjahe 2,16 0,81 0,86
Jumlah/Total 0,96 2,15 0,86
Sumber : Karo Dalam Angka 2011

Tabel 2.6 Rumah Tangga dan Rata – rata Anggota Rumah Tangga per Kecamatan
Jumlah Rata-rata Anggota
No. Kecamatan
Penduduk Rumah Tangga Rumah Tangga
1 Mardinding 17.222 4.465 3,86
2 Laubaleng 17.879 4.868 3,67
3 Tigabinanga 20.086 5.865 3,42
4 Juhar 13.368 4.257 3,14
5 Munte 19.870 5.838 3,40
6 Kutabuluh 10.685 3.437 3,11
7 Payung 10.938 3.259 3,36
8 Tiganderket 13.301 3.867 3,44
9 Simpang Empat 19.192 5.422 3,54
10 Naman Teran 12.916 3.432 3,76
11 Merdeka 13.434 3.492 3,85
12 Kabanjahe 63.918 15.992 4,00
13 Berastagi 42.939 10.682 4,02
14 Tigapanah 29.593 8.257 3,58
15 Dolat Rayat 8.374 2.243 3,73
16 Merek 18.223 4.568 3,99
17 Barusjahe 22.304 6.417 3,48
Jumlah 354.242 96.361 3,68
Sumber : Karo Dalam Angka 2012

Laporan Akhir 2 -10


Rencana Induk SPAM

2.5 Sosial Ekonomi


Struktur ekonomi suatu daerah sangat tergantung dari seberapa besar kemampuan
sektor-sektor dalam memproduksi barang dan jasa. Semakin besar nilai tambah yang
dihasilkan oleh suatu sektor ekonomi, maka semakin besar pula tingkat ketergantungan
suatu daerah terhadap sektor ekonomi tersebut.

Tingkat perekonomian yang baik akan menggambarkan kondisi kesejahteraan


masyarakat yang baik pula. Dari 93.582 keluarga yang ada diKabupaten Karo terdapat
3.396 (3,629 %) keluarga pra sejahtera dan sisanya (96,371 %) termasuk keluarga
sejahtera. Keluarga pra sejahtera terbanyak terdapat di kecamatan Berastagi yaitu
sebanyak 2.972 keluarga (27,392 %). Keluarga pra sejahtera paling sedikit terdapat pada
kecamatan Kutabuluh yaitu sebanyak 60 keluarga (1,786 %).

Tabel 2.7 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera per Kecamatan Thn 2011
Keluarga Sejahtera
No. Kecamatan
Pra I II III III Plus
1 Mardinding 0 2.000 2.244 587 0
2 Laubaleng 0 1.919 1.722 817 0
3 Tigabinanga 0 1.201 991 3.731 173
4 Juhar 0 1.631 1.577 1.328 323
5 Munte 155 726 253 4.589 0
6 Kutabuluh 60 161 276 2.559 302
7 Payung 0 1.406 1.097 476 162
8 Tiganderket 0 1.579 1.791 614 0
9 Simpang Empat 0 660 0 4.693 0
10 Naman Teran 0 395 0 2.606 0
11 Merdeka 0 297 1.334 1.868 0
12 Kabanjahe 0 3.676 3.699 5.596 106
13 Berastagi 2972 1.494 3.526 2.686 172
14 Tigapanah 0 985 780 7.131 0
15 Dolat Rayat 0 300 376 1.414 0
16 Merek 0 1.462 1.251 1.074 89
17 Barusjahe 209 676 3.695 1.910 0
Jumlah 3.396 20.568 24.612 43.679 1.327
Sumber : Karo Dalam Angka 2012

Untuk melihat peranan masing-masing sektor dalam perekonomian suatu daerah, maka
penyajian PDRB dalam bentuk persentase distribusi sektoral terhadap total PDRB sangat

Laporan Akhir 2 -11


Rencana Induk SPAM

penting. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sendiri adalah jumlah nilai tambah
seluruh sektor kegiatan ekonomi yang terjadi/muncul disuatu daerah pada periode
tertentu. Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir (tahun 2008 s/d 2010) pertumbuhan
perekonomian Kabupaten Karo terjadi di semua sektor. Nilai PDRB menurut lapangan
usaha Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Berlaku Kabupaten Karo
Tahun (Milyar Rupiah)
No. Lapangan Usaha
2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 3.023,48 3.413,85 4.078,03 4.652,44
2 Pertambangan dan Penggalian 17,56 20,33 23,90 28,08
3 Industri 40,62 42,16 48,91 54,68
4 Listrik, Gas, & Air minum 19,14 20,36 21,72 23,14
5 Bangunan 189,66 212,31 238,92 268,64
6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 605,94 675,90 772,62 879,53
7 Pengangkutan & Komunikasi 414,76 436,41 503,92 537,54
Keuangan, Asuransi, Usaha
8 persewaan bangunan & tanah & 88,83 98,21 108,26 116,13
Jasa perusahaaan
Jasa kemasyarakatan, Sosial &
9 658,67 727,01 87,97 1.074,21
Perorangan
PDRB 5.058,67 5.646,54 6.676,02 7.634,39
Sumber : Karo Dalam Angka 2012

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 jumlah PDRB Kabupaten Karo
Atas Dasar Harga berlaku sebesar Rp. 6.676,02 miliar dan pada tahun 2011 meningkat
menjadi Rp. 7.634,39 miliar atau bertambah sebesar Rp. 958,37 miliar.
Secara sektoral ada 3 sektor yang dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Karo
yaitu sektor Pertanian 60,94 %, Jasa-jasa 14,07 %, dan Perdagangan, hotel dan restoran
11,52 %.

2.6 Kemampuan Keuangan Daerah

Realisasi penerimaan daerah otonom tahun 2011 untuk Kabupaten Karo, Dana Alokasi
Umum (DAU) mencapai 66,45%, sedangkan Dana Alokasi Khusus (DAK) mencapai 6,38%

Laporan Akhir 2 -12


Rencana Induk SPAM

dari total penerimaan, sedangkan penerimaan tahun 2011 hanya meningkat dari tahun
2010 sebesar 5,25%.

Tabel 2.9 Realisasi Penerimaan Daerah Otonom Tahun 2011


No Jenis Penerimaan Jumlah (Rp)
.
1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran 87 056 467 841,44
2 Pajak-pajak Daerah 14 612 423 183,34
3 Retribusi 9 411 382 142,25
4 Bagian Laba BUMD 3 508 769 111,88
5 Lain-lain Pendapatan 7 830 755 473,88
6 Bagian Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 50 235 343 914,00
7 Dana Alokasi Umum 441 566 566 000,00
8 Dana Alokasi Khusus 42 439 000 000,00
9 Pinjaman Daerah 0
10 Penerimaan Rutin Lainnya 7 843 831 347,00
Jumlah 2011 664 504 539 014,00
Jumlah 2010 631 369 312 906,00
Sumber : Karo Dalam Angka 2012

Realisasi pengeluaran daerah otonom tahun 2011 untuk Kabupaten Karo


memperlihatkan belanja operasional 80,98%, sedangkan belanja modal sebesar 19,02%
yang mencakup belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar 53,87 Milyar atau 7,97%.

Tabel 2.10 Realisasi Pengeluaran Daerah Otonom Tahun 2011


No Jenis Pengeluaran Jumlah (Rp)
.
A Belanja Operasional
1 Belanja Pegawai 447 183 114 864
2 Belanja Barang dan Jasa 63 901 040 466
3 Subsidi/Hibah 10 890 049 016
4 Belanja Bantuan Sosial 3 430 880 000
5 Belanja Bantuan Keuangan 21 761 385 800
Jumlah A 547 166 470 146
B Belanja Modal
1 Belanja Peralatan dan Mesin 27 015 089 897
2 Belanja Bangunan dan Gudang 33 335 181 245
3 Belanja Jalan,Irigasi dan Jaringan 53 870 094 972
4 Belanja Aset Tetap Lainnya 14 227 548 445
5 Belanja Modal 0
6 Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 0
7 Belanja lainnya 0
Jumlah B 128 447 914 559
Jumlah 2011 675 614 384 705

Laporan Akhir 2 -13


Rencana Induk SPAM

Jumlah 2010 585 246 911 265


Sumber : Karo Dalam Angka 2012

2.7 Kesehatan
Berdasarkan data jumlah penderita dan jenis penyakit per kecamatan tahun 2011,
penyakit yang terbesar penderitanya adalah hipertensi (130.548 penderita), Ispa (76.849
penderita), tukak lambung (17.812 penderita), tulang (10.586 penderita), kulit (10.448
penderita), diare (9.500 penderita), cacing (4.250 penderita).
Penyakit yang dapat ditularkan melalui media air seperti : diare, kulit, cacing cukup
banyak dialami masyarakat. Sebaran penderita penyakit tersebut per kecamatan dapat
dilihat pada Tabel 2.11. Dari tabel tersebut penyakit diare paling banyak diderita
masyarakat di Kecamatan: Munte, Berastagi, Lau Baleng, Juhar, Mardinding dan
Barusjahe.
Tabel 2.11 Jumlah Penderita Penyakit Menurut Jenis Penyakit
per Kecamatan Tahun 2011

No. Kecamatan Jenis Penyakit


    Cacing  Diare Kulit
1 Mardinding 167 847 629
2 Laubaleng 113 934 848
3 Tigabinanga 69 592 612
4 Juhar 176 935 524
5 Munte 668 1.200 1.082
6 Kutabuluh 185 345 233
7 Payung 368 497 579
8 Tiganderket 191 374 556
9 Simpang Empat 462 61 573
10 Naman Teran 532 13 399
11 Merdeka 216 511 425
12 Kabanjahe 36 295 551
13 Berastagi 433 987 1.184
14 Tigapanah 292 660 748
15 Dolat Rayat 25 260 178
16 Merek 316 25 544
17 Barusjahe 1 964 783
Jumlah 4.250 9.500 10.448
Sumber : Karo Dalam Angka 2012

Laporan Akhir 2 -14


Rencana Induk SPAM

2.8Sumber Air Minum Rumah Tangga

Kualitas air yang digunakan terkait erat dengan tingkat kesehatan. Oleh sebab itu pada
saat mencari tempat tinggal biasanya yang menjadi perhatian utama adalah tersedianya
sumber air. Kebersihan dan kesehatan air minum suatu rumah tangga sangat
berpengaruh terhadap kesehatan anggota rumah tangga yang mengkonsumsinya.
Karena air minum merupakan kebutuhan utama manusia dalam menjamin kelangsungan
hidupnya, penggunaan air minum yang bersih dan sehat menjadi perhatian penuh bagi
masyarakat.
Air minum yang bersih dan sehat adalah air minum yang terbebas dari kuman – kuman
penyebab penyakit, maka masyarakat setempat juga sangat memperhatikan pencemaran
dilokasi sumber air tersebut mereka khawatir air yang dihasilkan dari tempat yang sudah
tercemar maka air tersebut akan tercemar pula.
Air leding merupakan air yang kebersihan dan kesehatannya lebih terjamin bila
dibandingkan dengan sumber air lainnya. Kabupaten Karo yang secara geografis terletak
pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar merupakan dataran tinggi ternyata mata
air sebagai sumber air minum utama rumah tangga (45,44%), sedangkan sumur memiliki
persentase kecil (5,72%) hal ini karena air tanah dangkal yang langka pada wilayah ini.
Sumber air minum rumah tangga yang berasal dari pipa PAM masih rendah yakni 27,66%
karena pelayanan air minum perpipaan umumnya pada wilayah perkotaan, dan terbatas
keberadaannya pada wilayah perdesaan (Tabel 2.12).

Tabel 2.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum


di Kabupaten Karo tahun 2011

%
Sumber Air Minum

Air Kemasan 1,91


Pipa PAM 27,66
Pompa 19,27
Sumur 5,72
Mata Air 45,44
Sungai, Hujan,dll 0
Jumlah 100
Sumber : Provinsi Sumatera Utara Dalam Angka 2012

Laporan Akhir 2 -15


Rencana Induk SPAM

2.9 Prasarana Sanitasi


Keberadaan prasarana sanitasi khususnya tempat pembuangan tinja dapat
mempengaruhi kesehatan masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Kurangnya prasarana
septic tank seringkali disebabkan tidak mencukupinya sumber air masyarakat, sehingga
membuang tinja di sungai, kebun, dsbnya yang akan mencemari lingkungan termasuk
sumber-sumber air masyarakat sendiri.

Persentase rumah tangga menurut pembuangan tinja di Kabupaten Karo yang


menggunakan tangki septic mencapai 72,51% hal ini memerlukan peningkatan di masa
mendatang guna menjaga kesehatan lingkungan.

Tabel 2.13 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Tinja


di Kabupaten Karo

Tempat Pembuangan %
Tinja
Tangki Septic 72,51
Kolam/Sawah 2,10
Sungai/Danau 9,31
Lainnya 16,09
Jumlah 100
Sumber : Provinsi Sumatera Utara Dalam Angka,2012

2.10 Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RTRW)

A. Tujuan
Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Karo mencerminkan keterpaduan
pembangunan antarsektor, antarkecamatan, dan antarpemangku kepentingan. Tujuan
penataan ruang Kabupaten Karo pada masa yang akan datang tidak akan terlepas dari
peran, fungsi, dan kedudukannya dalam lingkup wilayah yang lebih luas. Untuk
mendukung pengembangan peran dan fungsi Kabupaten Karo sebagai Pusat Kegiatan
Nasional, Pusat Kegiatan Kawasan, serta tanggap dengan dinamika perkembangan dan
permasalahan Kabupaten Karo saat ini dan masa yang akan datang, maka Tujuan
Pembangunan Kabupaten Karo yang akan dituju, adalah:

Laporan Akhir 2 -16


Rencana Induk SPAM

“Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Karo yang maju dan sejahtera melalui


pengembangan sektor pertanian dan pariwisata berbasis agribisnis yang berdaya saing,
produktif dan berwawasan lingkungan”

Untuk mewujudkan tujuan pembangunan tersebut, maka melalui Draft Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Karo Tahun 2010‐2030 ini, ditetapkan Tujuan Penataan Ruang,
yaitu:

“Terwujudnya Kabupaten Karo sebagai Kawasan Pertanian dan Pariwisata Berbasis


Agribisnis yang Aman, Nyaman, Produktif, berdaya saing dan Berkelanjutan.”

B. Kebijakan dan Strategi


B.1 Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang
1.Peningkatan pusat‐pusat pelayanan wilayah dan pusat‐pusat kegiatan ekonomi secara
merata sesuai dengan daya dukung dan potensinya Untuk merealisasikan kebijakan
tersebut maka diperlukan strategi penataan ruang yang mendukung hal tersebut diatas,
dengan:
a. Meningkatkan keterkaitan antar pusat‐pusat kegiatan Lokal
b. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif
dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya;
c. Mengendalikan pertumbuhan kawasan perkotaan pada kawasan yang berfungsi
lindung (kawasan konservasi);
d. Penetapan fungsi kegiatan pada tiap‐tiap pusat pelayanan sesuai dengan potensi
dan permasalahan wilayahnya;
e. Menyediakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pada setiap pusat‐pusat
pelayanan.
2. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan transportasi ke seluruh wilayah dan
wilayah di sekitar Kabupaten Karo.
Untuk merealisasikan kebijakan tersebut maka diperlukan strategi penataan ruang yang
mendukung hal tersebut diatas, dengan:
a. Membangun dan meningkatkan jaringan jalan yang menghubungkan antar pusat
pelayanan dan antar pusat kegiatan;

Laporan Akhir 2 -17


Rencana Induk SPAM

b. Membangun dan meningkatkan jaringan jalan yang menghubungkan Kabupaten


Karo dengan wilayah sekitarnya;
c. Mengembangkan jaringan jalan baru untuk membuka akses kepada kantong‐
kantong produksi dan meningkatkan aksesibiltas kepada wilayah sekitarnya.

3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi, sumber daya


energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah kabupaten.

a. Meningkatkan kualitas jaringan telekomunikasi keseluruh pusat‐pusat


pertumbuhan dan keseluruh wilayah;
b. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan‐
kawasan yang terisolasi;
c. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak
terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan
tenaga listrik;
d. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem
jaringan sumber daya air;

Kabupaten Karo memiliki 4 (empat) tingkatan tata jenjang pusat permukiman/pusat‐


pusat pelayanan, yaitu:
a. PKN (Pusat Kegiatan Nasional) : kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi;
b. PKL (Pusat Kegiatan Lokal) : adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan;
c. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) : adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa;
d. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) : adalah pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desa.

Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
Dalam penetapan PKN Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Karo adalah termasuk salah
satu pusat pelayanan. Pusat pelayanan ini terletak di kawasan perkotaan MEBIDANGRO
(Medan – Binjai – Deli Serdang – Karo). Berdasarkan Peraturan Presiden RI No.62 tahun
2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan

Laporan Akhir 2 -18


Rencana Induk SPAM

Karo mencakup 4 (empat) wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan Dolat Rakyat,


Kecamatan Merdeka, Kecamatan Berastagi, dan Kecamatan Barusjahe.

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. Sesuai dengan arahan RTRW
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 – 2028, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang ditetapkan
di Kabupaten Karo adalah Kota Kabanjahe, Tiga Binanga, Berastagi, Merek dan
Kutabuluh. Yang fungsinya diarahkan untuk agroindustri, pertanian, perkebunan,
pariwisata serta pengolahan hasil pertanian dan perkebunan.

Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Berdasarkan hasil analisis pusat
pelayanan kabupaten, kecamatan yang merupakan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di
Kabupaten Karo adalah Barusjahe, Munte dan Tiga Panah.

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala antar desa. Berdasarkan hasil analisis pusat pelayanan
kabupaten, kecamatan yang termasuk dalam Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) di
Kabupaten Karo adalah Dolat Rayat, Juhar, Payung, Tiganderket, Simpang Empat, Naman
Teran, Merdeka, Laubaleng dan Mardingding.

Untuk lebih jelasnya pusat pelayanan di Kabupaten Karo dapat dilihat pada Tabel 2.14.
dan Gambar 2.3.

Tabel 2.14.Rencana Pusat Pelayanan Kabupaten Karo

Laporan Akhir 2 -19


Rencana Induk SPAM

No. Hirarki Kota Fungsi yang Diarahkan


1 PKN Kawasan Perkotaan  Fungsi pemerintahan Provinsi
(Mebidangro)  Pusat perdagangan dan jasa regional
Medan-Binjai-Deli  Pusat distribusi dan kolektor barang &
Serdang-Karo jasa regional
 Pusat pelayanan jasa pariwisata
 Pusat transportasi darat,laut dan udara
regional
 Pendidikan tinggi
 Industri
2 PKL Kabanjahe  Pusat Pemerintahan skala Kabupaten
 Pusat Pendidikan, kesehatan
 Pusat Perdagangan dan Jasa skala
regional dan global
 Agroindustri
 Pengolahan hasil pertanian dan
holtikultura
Berastagi  Kota Wisata
 Pusat Pendidikan, kesehatan
 Pusat perdagangan dan jasa
 Pelayanan kawasan sekitarnya
Tigabinanga  Kota transit
 Pusat perdagangan dan jasa
 Pelayanan kawasan sekitarnya
 Pengolahan hasil pertanian tanaman
pangan dan holtikultura
 Agroindustri
Merek  Pelayanan kawasan sekitarnya
 Agroindustri
 Pertanian tanaman pangan, holtikultura
dan perkebunan
 Pengolahan hasil pertanian tanaman
pangan
 Kawasan wisata
Kuta Buluh  Pertanian tanaman pangan
 Perkebunan
 Pengolahan hasil pertanian tanaman
pangan, holtikultura dan perkebunan

3 PPK Barus Jahe Pengembangan Fungsi Kota Barusjahe


sebagai :
 Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Pengolahan hasil pertanian tanaman
pangan, holtikultura dan perkebunan
Munte Pengembangan Fungsi Kota Munte

Laporan Akhir 2 -20


Rencana Induk SPAM

sebagai :
 Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Pengolahan hasil budidaya kehutanan
Tiga Panah Pengembangan Fungsi Kota Tiga Panah
sebagai :
 Pusat Pemerintahan Kecamatan
 Pengolahan hasil perkebunan
 Pengolahan hasil budidaya kehutanan
4 PPL Dolat Rayat, Pengembangan Fungsi Kota sebagai :
Juhar,  Pusat pelayanan perdesaan
Payung, disekitarnya
Tiganderket,  Pengolahan hasil holtikultura dan
Simpang Empat, perkebunan
Naman Teran,  Pengolahan hasil pertanian
Merdeka,  Budidaya kehutanan
Laubaleng,
Mardingding

Gambar 2.3 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Karo

Laporan Akhir 2 -21


Rencana Induk SPAM

B.2 Kebijakan dan Strategi Pola Ruang

Laporan Akhir 2 -22


Rencana Induk SPAM

Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang Kabupaten Karo, meliputi:

a. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung;


b. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya

B.2.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung

1. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan


mengembalikan keseimbangan ekosistem.

Untuk merealisasikan kebijakan tersebut maka diperlukan strategi penataan ruang yang
mendukung hal tersebut diatas, dengan:

a. Mempertahankan luasan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup;


b. Mempertahankan fungsi kawasan lindung demi mengurangi dampak bencana
longsor, dan banjir baik di Kabupaten Karo, maupun wilayah lain dibawahnya,
seperti Kota Medan;
c. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun
akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan
memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.

2. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan


lingkungan hidup. Untuk merealisasikan kebijakan tersebut maka diperlukan strategi
penataan ruang yang mendukung hal tersebut diatas, dengan:

a. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;


b. Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung
menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan
hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
c. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin
kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
d. Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya
secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin
kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas nilai serta keanekaragamannya;
e. Membatasi perkembangan kawasan budidaya pada kawasan selatan sebagai
kawasan lindung.

Laporan Akhir 2 -23


Rencana Induk SPAM

B.2.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya

1. Peningkatan sektor‐sektor ekonomi unggulan yang produktif dan berdaya saing tinggi.
Untuk merealisasikan kebijakan tersebut maka diperlukan strategi penataan ruang yang
mendukung hal tersebut diatas, dengan:

Mengembangkan kawasan‐kawasan agropolitan;


a. Mendorong pengolahan komoditi sektor‐sektor unggulan pada pusat‐pusat
produksi sektor unggulan;
b. Meningkatkan aksesibilitas dari pusat‐pusat produksi sektor unggulan ke pusat
pemasaran;
c. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung produksi untuk meningkatkan
produktifitas sektor‐sektor unggulan.
2. Peningkatan luas dan produksi pertanian dan perkebunan melalui kegiatan intensifikasi
dan ekstensifikasi pertanian. Untuk merealisasikan kebijakan tersebut maka diperlukan
strategi penataan ruang yang mendukung hal tersebut diatas, dengan:
a. Mempertahankan luasan lahan pertanian dan perkebunan serta mengembangkan
lahan pertanian dan perkebunan yang baru pada lahan yang kurang produktif;
b. Meningkatkan produktifitas pertanian lahan basah menuju swasembada pangan;
c. Memanfaatkan ruang daratan dan udara untuk semua aktifitas yang memberikan
nilai tambah yang positif bagi pengembangan pertanian dan perkebunan;
d. Memfasilitasi tumbuhkembangnya usaha kecil dan menengah untuk mengolah
hasil‐hasil pertanian.
3. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya.
Untuk merealisasikan kebijakan tersebut maka diperlukan strategi penataan ruang yang
mendukung hal tersebut diatas, dengan:
a. Menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis kabupaten secara
sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;
b. Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam wilayah beserta prasarana
secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan
perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya;
c. Mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, pertahanan
dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;

Laporan Akhir 2 -24


Rencana Induk SPAM

d. Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk


mewujudkan ketahanan pangan.

4. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung


dan daya tampung lingkungan. Untuk merealisasikan kebijakan tersebut maka diperlukan
strategi penataan ruang yang mendukung hal tersebut diatas, dengan:

a. Membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun pada kawasan yang


berfungsi lindung dan pada kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi
kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;
b. Menetapkan ketentuan‐ketentuan peraturan zonasi pada masing‐masing kawasan
budidaya sesuai dengan karakteristiknya;
c. Mengendalikan pemanfaatan di kawasan budidaya melalui mekanisme perizinan;
d. Memberikan insentif bagi kegiatan yang sesuai dengan fungsi dan disinsentif bagi
kegiatan yang mengakibatkan gangguan bagi fungsi utamanya;
e. Melakukan penertiban bagi kegiatan‐kegiatan yang tidak sesuai fungsi.

B.2.3 Kebijakan dan Strategi Kawasan Strategis


1. Peningkatan dan Pengembangan Perekonomian Wilayah. Untuk merealisasikan
kebijakan tersebut maka perlukan strategi penataan ruang yang mendukung hal tersebut
diatas, dengan:

a. Meningkatkan jalur akses ke Medan – Binjai – Deli Serdang sebagai kawasan


strategi ekonomi nasional;
b. Mengembangkan kawasan agropolitan Kabupaten Karo yang berkesinambungan;
c. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang di pusat‐pusat
kegiatan ekonomi.

2. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan menjadi kawasan sosial
dan budaya.

Untuk merealisasikan kebijakan tersebut maka perlukan strategi penataan ruang yang
mendukung hal tersebut diatas, dengan:

a. Merevitalisasi situs‐situs peninggalan budaya di Kabupaten Karo;

Laporan Akhir 2 -25


Rencana Induk SPAM

b. Mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan masyarakat;


dan melestarikan situs warisan budaya bangsa;
c. Mengembangkan potensi‐potensi bidang kebudayaan dan pariwisata dalam
rangka menunjang pengembangan ekonomi wilayah.
b. Mempertahankan kearifan lokal yang mendukung pembangunan;

3. Perwujudan Kawasan Strategis Sumber Daya Alam/ Teknologi Tinggi.

Untuk merealisasikan kebijakan tersebut maka diperlukan strategi penataan ruang yang
mendukung hal tersebut diatas, dengan:

a. Mengembangkan kegiatan dari pemanfaatan sumber daya berteknologi tinggi;


b. Meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya dan/atau
teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya;
c. Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi
tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat.

4. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem. Untuk merealisasikan
kebijakan tersebut maka diperlukan strategi penataan ruang yang mendukung hal
tersebut diatas, dengan:

a. Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis kabupaten yang berpotensi


mengurangi fungsi lindung kawasan;
b. Mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis
kabupaten yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan
lindung dengan kawasan budidaya terbangun;
c. Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak
pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis
kabupaten.
d. Mengembalikan fungsi kawasan lindung yang telah rusak melalui reboisasi.

Gambaran Rencana Pola Ruang dan Kawasan Strategis di Kabupaten Karo sesuai dengan
kebijakan dan strategi tersebut di atas dapat dilihat pada Gambar 2.4 dan Gambar 2.5.

Tabel 2.15Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Karo

Laporan Akhir 2 -26


Rencana Induk SPAM

Gambar 2.4 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Karo

Laporan Akhir 2 -27


Rencana Induk SPAM

Gambar 2.5 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Karo

Laporan Akhir 2 -28


Rencana Induk SPAM

Laporan Akhir 2 -29

Anda mungkin juga menyukai