Anda di halaman 1dari 21

Management Pengelolaan Limbah Industri Farmasi

dan Rumah Sakit Dalam Negeri dan Luar Negeri


Dosen Pengampu: Misrahanum, S.Si., M.Kes

Mar'ah Marfu'ah (19008109010065)

Aisya Sabrina (2008109010003)

Jihan Faradhila (2008109010015)

Syarifah Syifa Madina (2008109010020)


Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Rumah
Sakit Umum Daerah Mamuju Provinsi Sulawesi
Barat
https://drive.google.com/file/d/1lbLvoa_D_nK5w8CPWgJzrdE--Gjovqqs/view?usp=drivesdk
DEFINISI RS DI MAMUJU
Limbah medis merupakan limbah biohazard Berdasarkan data, jumlah limbah padat
yang sangat membahayakan lingkungan, sampah medis di Rumah Sakit Umum
dimana banyak terdapat buangan virus, Daerah Kabupaten Mamuju dari tahiu
bakteri dan zat lainnya 2016-2018 terus meningkat drastis
Limbah ini harus dimusnahkan dengan jalan setiap rumah sakit di Mamuju dapat
dibakar dalam suhu diatas 800 derajat memproduksi limbah medis (klinis) berkisar
celcius 10 sampai 20 kg/hari
Sampel : ruang perawatan, poliklinik, ruang
Unit Gawat Darurat (UGD), ICU/ICCU,
bedah sentral/kamar bedah, radiologi,
laboratorium, ruangan fisioterapi, ruangan
pelayanan farmasi/apotek, ruang
persalinan, dan ruang instalasi gizi
HASIL DAN PEMBAHASAN
ICU dan ruang bersalin yang tidak melakukan pemilahan limbah medis, non medis dan infeksius
Radiologi, fisoterapi, instalasi gizi, laboratorium, dan instalasi farmasi tidak melakukan pemilahan pada limbah medis sesuai
dengan karakteristiknya
2 ruangan yang memenuhi syarat yaitu ruang operasi/bedah, dan ruang perawatan
pemilahan sampah dapat berupa medis atau non medis, dan untuk yang medis dipisahkan bersadarkan :
- sumber yang menghasilkan limbah
- limbah benda tajam dikumpulkan 1 wadah
- terkontaminasi atau tidaknya
- bisa disterilisasidan dimanfaatkan lagi /ngga
Pewadahan
Ruang operasi dan perawatan memenuhi persyaratan karena wadah tersebut anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah untuk
dibuka. jarum dan syringes dipisahkan.
9 ruang lainnya tidak memenuhi syarat Permenkes No 1204/Menkes/SK/X/2004 karena wadah yang tidak kedap air dan
kuat,, berlubang tanpa penutup, kuning untuk limbah medis dan hitam untuk dosmestik
Syarat :
pewadahan sampah medis menggunakan label (warna kantong plastik/kontainer), sampah radioaktif menggunakan warna merah, sampah sangat infeksius menggunakan warna kuning,
sampah/limbah infeksius, patologi dan anatomi menggunakan warna kuning, sampah sitotoksis menggunakan warna ungu, dan sampah/limbah kimia dan farmasi menggunakan warna cokelat.

Pengangkutan
tidak memiliki rute tersendiri, tidak setiap hari
Sampah dituang ke gerobak (20kg), plastik digunakan lagi
Disimpan di belakang rumah sakit berbentuk bangunan yang berukuran 4 x 4 Meter.
Tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004

Syarat :
Kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus didesain sedemikian rupa sehingga permukaaan harus
licin, rata, dan tidak tembus. Tidak akan menjadi sarang serangga, mudah dibersihkan dan dikeringkan, sampah tidak menempel pada
alat angkut, dan sampah mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali.
Tempat penampungan Sementara (TPS) Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Limbah limbah medis padat dan limbah memiliki dua buah insinerator tahun 2012 dan
domestik digabung 2016, tetapi satu rusak sedangkan yang
Pintu dan jendela ruangan penampungan t baru tidak digunakan karena pihak rumah
tidak ditutup sakit belum mempunyai surat izin
Limbah bekas seperti botol infus dan botol pengoperasian
bekas minuman dikumpulkan oleh petugas Pengangkutan dilakukan oleh pihak Dinas
limbah Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Limbah jaringan tubuh dikembalikan ke Tidak memenuhi syarat Permenkes RI No.
keluarga, dikuburkan 1204/Menkes/SK/X/2004
tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan Syarat :
limbah sitotoksis dan limbah farmasi harus dimusnahkan dengan menggunakan
oleh Permenkes RI No insinerator pada suhu diatas 1000 ºC, limbah radioaktif harus dibuang sesuai dengan
persyaratan teknis dan perundang-undangan yang berlaku (PP No. 27 Tahun 2002) dan
1204/MENKES/SK/X/2004 kemudian diserahkan kepada BATAN untuk penanganan lebih lanjut, dan limbah umum
syarat : dibuang ke tempat yang dikelola oleh pemerintah daerah atau instansi lain yang sesuai
tempat penampungan sementara yaitu tempat penampungan limbah tidak permanen, tempat dengan perundang-undangan yang berlaku
penampungan sementara dilengkapi dengan penutup, terletak di lokasi yang mudah dijangkau
oleh kendaraan pengangkut, dan dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya satu kali 24
jam.
KESIMPULAN
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi
Barat Tahun 2019 tidak memenuhi syarat sesuai dengan
Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.
Saran :
1. Lebih ketat dalam pengawasan pemilahan limbah sebelum
dibuang
2. Pewadahan disertai kantong plastik agar mudah dibersihkan
3. Pengangkutan menggunakan jalur khusus
4. Membangun tempat penampungan terpisah dari RS
5. Segera mengurus surat izin pengoperasian insinerator agar segera
bisa digunakan
6. Untuk sementara waktu harus bekerja sama dengan RS atau pihak
lain untuk pemusnahan
A Whole Systems Approach to Hospital
Waste Management in Uganda
Stuart Kwikiriza, Alex G. Stewart, Birungi Mutahunga, Andrew E. Dobson1
and Ewan Wilkinson

https://drive.google.com/file/d/1GTMYxuxsle7gbOOrMxXJ_pK1ZW9JREWB/view?usp=drivesdk
PENDAHULUAN

Tingkat timbulan Tidak ada


sampah di rumah penyebutan Rumah Sakit Komunitas Bwindi, di barat
sakit umum dan jelas tentang daya Uganda, telah memiliki program
swasta di rumah sakit
Kampala, ibu
pengelolaan limbah sendiri sejak didirikan
pedesaan di
kota bervariasi negara
pada tahun 2004.
sesuai dengan berkembang
keadaan pasien
dan pengunjung
pasien

Penilaian

KERANGKA HUKUM Pengetahuan dan praktik pengelolaan limbah staf


Mengukur berat limbah yang dihasilkan
Menilai efektivitas pemisahan limbah berbahaya
Tidak ada yang mewajibkan fasilitas kesehatan dan tidak berbahaya
memberikan perhatian khusus pada pembuangan Menilai penggunaan alat pelindung diri yang tepat
limbah mereka oleh porter
Meninjau metode transportasi limbah
Dana yang tersedia sangat terbatas
untuk mengatasi masalah tersebut
HASIL DAN PEMBAHASAN

Wawancara 15 staf klinis dan 6 staf non-klinis


Memiliki pengetahuan tentang jenis limbah rumah sakit
Mampu memberikan contoh.

Tempat pembuangan dan Pemisahan


Cukup di seluruh rumah sakit
Tidak dipasok secara konsisten
Staf menggunakan tempat sampah secara tidak konsisten

Pengangkutan
Limbah klinis (393 kg) sebagian besar dibawa dengan tangan
Limbah non-klinis (3.903 kg) diangkut dengan gerobak dorong
Penggunaan APD oleh porter bervariasi. (Sarung tangan dipakai setiap hari,
masker wajah hanya digunakan sekitar sepertiga dari waktu. pengangkutan)

Penyimpanan
Aman
Berventilasi dan berpagar dengan baik
Pemusnahan limbah (pembakaran, penguburan, sesuai dengan jenis limbah yang
berbeda)
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendidikan berkelanjutan untuk semua staf


rumah sakit tentang pengelolaan limbah yang
>5ton limbah perawatan kesehatan
aman dan tepat
dihasilkan
Menekankan pada pemilahan limbah, APD,
Hanya 28% yang merupakan limbah
transportasi, penyimpanan, dan
klinis, sisanya merupakan limbah yang
pembuangan.
dapat dikomposkan
Staf klinis dan non-klinis harus memiliki
Limbah berbahaya (12%) dan tidak
komponen reguler tentang pengelolaan
berbahaya (87%)
limbah.
Sebagian besar limbah berbahaya ->
departemen HIV -> barang-barang yang
Rumah sakit harus memprioritaskan
terkontaminasi oleh cairan tubuh selama
pengelolaan limbah perawatan kesehatan
pemeriksaan pasien
dengan alokasi anggaran khusus
Staf klinis memiliki kesadaran yang baik
Dikelola dengan lebih baik untuk mendukung
tentang pengelolaan limbah perawatan
komunitas pertanian lokal membutuhkan
kesehatan.
pekerjaan lebih lanjut.
Staf non-klinis memiliki kesadaran yang
Dapat meningkatkan sumber daya
terbatas tentang risiko yang terlibat
Memastikan lembaga perawatan kesehatan
dalam peran mereka.
yang lebih bersih dan aman
Kesimpulan
Pengelolaan limbah perawatan kesehatan di Rumah Sakit Umum
Bwindi masih menghadapi banyak tantangan dan belum memenuhi
standar WHO yang akan menjamin keselamatan staf dan
lingkungan sekitar
Audit pengelolaan limbah di seluruh rumah sakit, serta rekayasa
ulang untuk limbah kimia, diperlukan untuk memastikan semua
dapat dipahami dan dipraktekan dengan benar

Hospital
Waste
An Assasment of Pharmaceutical Waste Management in
some Nigerian Pharmaceutical Industries

https://www.researchgate.net/publication/224903367_An_assessment_of_pharmaceutical_waste_management_in_some_Nigerian
_pharmaceutical_industries
Definisi Industri Farmasi Nigeria
Limbah merupakan bahan buangan
Menghasilkan limbah yang
tak terpakai yang berasal dari sisa
berbahaya dan tidak
produksi, baik dari alam maupun hasil
kegiatan manusia yang dapat
berbahaya
berdampak negatif apabila tidak Limbah yang dihasilkan tidak
dikelola dengan baik. dikategorikan, dikelola dengan
.Limbah industri farmasi adalah semua buruk, personil K3 memiliki
jenis bahan sisa atau bahan buangan sedikit/tidak memiliki
yang berasal dari hasil sampingan pengetahuan terkait
suatu proses industri farmasi yang pengolahan limbah.
tidak dapat digunakan kembali.
Hasil Dan Pembahasan
Metode Pembuangan Metode Pembuangan Air
Limbah Farmasi Limbah Farmasi
Melarutkan limbah farmasi dalam Tidak diolah dan dibuang ke saluran
pelarut yang sesuai. pembuangan, saluran atau selokan.
limbah farmasi mereka buan0 Diolah dalam tangki dan dianalisis oleh
kesaluran pembuangan dengan LASEPA sebelum dibuang ke saluran
banyak air. pembuangan.
Melewati pabrik limbah.
Pencampuran limbah dengan pasir dan
dikumpulkan ke dalam reservoir dan
desinfeksi kimia.
secara bertahap menyesap ke dalam
Pembakaran di lingkungan terbuka tanah.
yang dilakukan oleh industri Dikumpulkan ke dalam tangki dan
API yng ditolak dikembalikan ke kemudian digunakan.untuk berkebun.
pemasok. Mengalir bebas ke lahan pertanian dan
sungai di sekitarnya.
Hasil Dan Pembahasan
Tantangan dalam mengelola
Praktik Pengolahan Limbah limbah farmasi
pemerintah belum menjadikan pengelolaan
sampah sebagai prioritas.
Pengelolaan sampah meliputi pemilahan, Badan otoritas pengatur dan kementerian
pengumpulan, pengangkutan, lingkungan hidup yang telah dibentuk,
penyimpanan, pembuangan,, belum berfungsi secara efektif.
minimalisasi dan penggunaan kembali. Industri farmasi tidak mengetahui adanya
Hanya 38,2% industri far. yang memiliki kebijakan nasional tentang limbah dan
kebijakan tentang limbah beberapa pedoman yang tersedia tidak
Lebih dari 50% personel, yang spesifik tentang cara mengelola dan
seharusnya bertanggung jawab atas membuang limbah farmasi.
sampah, tidak dilatih untuk mengelola Nigeria tidak memiliki kebijakan dan
sampah secara efektif. rencana pengelolaan limbah kesehatan.
Kesadarana kurang, kurangnya pelatihan,
keterampilan pemantauan dan evaluasi,
fasilitas penyimpanan dan pembuangan
merupakan tantangan utama dalam
penerapannya.
kesimpulan Dan Saran
Pengolahan limbah industri farmasi di Nigeria belum memenuhi standar
WHO.
Kebutuhan untuk melestarikan lingkungan dengan metode pengelolaan
sampah yang standar dan ramah lingkungan .
Pengelolaan limbah harus direncanakan, dilaksanakan,
didokumentasikan, dan berkelanjutan.
Pelatihan harus dilakukan secara berkala.
Istalasi pengolahan air limbah dengan teknologi modern dibangun di
sekitar tempat produksi.
Industri harus didukung untuk membentuk tim pengelolaan limbah,
menyusun dan mengimplementasikan rencana pengelolaan limbah..

Perkembangan industri di Indonesia semakin mengalami peningkatan, baik


munculnya industri baru, maupun perluasan produksi dari industri yang telah
ada. Meningkatnya jumlah industri yang ada di Indonesia juga akan
meningkatkan jumlah produksi limbah yang akan dibuang ke lingkungan. Seperti
industri manufaktur atau cabang industri yang mengaplikasikan mesin,
peralatan, dan tenaga kerja suatu medium proses untuk mengubah bahan
mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Agar pembuangan limbah tidak
merusak lingkungan, maka perlu adanya suatu proses tambahan yang sering kita
sebut dengan IPAL(Instalasi Pengolahan Air Limbah). PT. Sido Muncul adalah
salah satu industri pembuatan jamu yang menghasilkan limbah padat maupun
cair.Maka dari itu perlu adanya suatu pengolahan untuk membuang limbah yang
memiliki baku mutu yang sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku
untuk daerah tersebut.

https://drive.google.com/file/d/1qg4h_YpYw2ICfWEJkLlpqtE3YkebWla9/view?usp=share_link
Biogas dapat digunakan sebagai bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik. Biogas yang
dihasilkan oleh aktifitas anaerob sangat popular digunakan untuk mengolah limbah biodegradable
karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus
mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih
daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih
sedikit.

Pengolahan air limbah yang telah dilakukan PT. Sido muncul secara kimia yaitu dengan koagulasi flokulasi. Proses
koagulasi dan flokulasi dipilih karena operasionalnya yang cepat dan mudah, tetapi untuk pengoperasian koagulasi
dan flokulasi menghasilkan limbah lagi berupa padatan. Biaya untuk pembelian bahan koagulan dan flokulasi juga
dinilai mahal serta operasional yang dilakukan oleh PT. Sidomuncul belum optimal. Untuk menangani limbah cair
yang dihasilkan banyak sebesar ± 130 m lahan yang cukup luas untuk menangani limbah tersebut. jika pengolahan
limbah yang dilakukan menghasilkan limbah samping maka akan menimbulkan masalah baru. Proses yang dinilai
cocok untuk segala permasalahan diatas adalah dengan mengolah limbah dengan cara anaerobik menggunakan
lumput aktif. Proses ini dipilih karena nilai COD yang lebih dari 1000 mg/L. menurut penelitian menurunkan nilai
BOD limbah 70%-95%.
Hasil dan Pembahasan
Pengaruh Tinggi Lumpur Aktif Terhadap COD Effluent dan Volume Biogas
Hasil pengamatan menunjukkan 75% dari percobaan menunjukkan COD effluent pada
penambahan tinggi 1/2 H lebih kecil dari pada penambahan 1/3 H. Hal ini dikarenakan
mikroorganisme perombak komponen organik dalam air limbah yang jumlahnya lebih besar
sehingga penurunan COD-nya akan lebih tinggi. Komponen organik di dalam air limbah
diubah oleh mikroorganisme di dalam lumpur aktif menjadi biogas. Sebanyak 25% dari
percobaan menunjukkan COD effluent pada penambahan lumpur 1/3 H yang lebih rendah
dari pada penambahan lumpur 1/2 H. Penambahan lumpur aktif akan sebanding dengan
penambahan nilai MLSS-nya. Hal ini akan mempengaruhi nilai F/M rasio yang merupakan
indikasi beban organik yang masuk dalam system lumpur aktif dan nilainya diwakili dengan
kilogram BOD per kilogram MLSS per hari ini. Semakin tinggi nilai MLSS maka F/M rasionya
akan semakin kecil hal inilah yang membuat 25% percobaan menemui fenomena yang
berbeda. F/M rasio menunjukkan jatah makanan tiap mikroorganisme berkurang yang
menyebabkan kinerja dari mikroorganisme mengalami penurunan. Sebab yang sama
mempengaruhi produksi biogas. Pada tinggi lumpur 1/3 H ABR dan jenis lumpur pupuk
kompos diketahui biogas paling banyak terproduksi disebabkan rasio makanan terhadap
mikroba yang besar sehingga limbah banyak terkonversi menjadi biogas.

Clinical
Chemistry
Kesimpulan

1. Semakin banyak volume lumpur yang ditambahkan akan menambah presentasi penurunan
COD. Biogas lebih banyak dihasilkan dengan tinggi lumpur 1/3 H pada pupuk kompos organik,
dan 1/2 H pada lumpur IPAL tahu.
2. Semakin lama waktu tinggal limbah di dalam reaktor, maka penurunan COD yang didapatkan
semakin besar. Kecuali untuk variabel jenis lumpur pupuk kompos organik, kadar COD yang
diperoleh pada HRT 1 hari lebih rendah dibandingkan 2 hari.
3. Jenis lumpur sangat berpengaruh terhadap penurunan kadar COD. Penurunan COD pada
lumpur IPAL tahu lebih besar daripada lumpur pupuk kompos organik. Dalam memproduksi
biogas lumpur pupuk kompos organik lebih baik dibandingkan lumpur IPAL tahu

Clinical
Chemistry

Anda mungkin juga menyukai