Pengangkutan
tidak memiliki rute tersendiri, tidak setiap hari
Sampah dituang ke gerobak (20kg), plastik digunakan lagi
Disimpan di belakang rumah sakit berbentuk bangunan yang berukuran 4 x 4 Meter.
Tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004
Syarat :
Kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus didesain sedemikian rupa sehingga permukaaan harus
licin, rata, dan tidak tembus. Tidak akan menjadi sarang serangga, mudah dibersihkan dan dikeringkan, sampah tidak menempel pada
alat angkut, dan sampah mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali.
Tempat penampungan Sementara (TPS) Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Limbah limbah medis padat dan limbah memiliki dua buah insinerator tahun 2012 dan
domestik digabung 2016, tetapi satu rusak sedangkan yang
Pintu dan jendela ruangan penampungan t baru tidak digunakan karena pihak rumah
tidak ditutup sakit belum mempunyai surat izin
Limbah bekas seperti botol infus dan botol pengoperasian
bekas minuman dikumpulkan oleh petugas Pengangkutan dilakukan oleh pihak Dinas
limbah Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Limbah jaringan tubuh dikembalikan ke Tidak memenuhi syarat Permenkes RI No.
keluarga, dikuburkan 1204/Menkes/SK/X/2004
tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan Syarat :
limbah sitotoksis dan limbah farmasi harus dimusnahkan dengan menggunakan
oleh Permenkes RI No insinerator pada suhu diatas 1000 ºC, limbah radioaktif harus dibuang sesuai dengan
persyaratan teknis dan perundang-undangan yang berlaku (PP No. 27 Tahun 2002) dan
1204/MENKES/SK/X/2004 kemudian diserahkan kepada BATAN untuk penanganan lebih lanjut, dan limbah umum
syarat : dibuang ke tempat yang dikelola oleh pemerintah daerah atau instansi lain yang sesuai
tempat penampungan sementara yaitu tempat penampungan limbah tidak permanen, tempat dengan perundang-undangan yang berlaku
penampungan sementara dilengkapi dengan penutup, terletak di lokasi yang mudah dijangkau
oleh kendaraan pengangkut, dan dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya satu kali 24
jam.
KESIMPULAN
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi
Barat Tahun 2019 tidak memenuhi syarat sesuai dengan
Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.
Saran :
1. Lebih ketat dalam pengawasan pemilahan limbah sebelum
dibuang
2. Pewadahan disertai kantong plastik agar mudah dibersihkan
3. Pengangkutan menggunakan jalur khusus
4. Membangun tempat penampungan terpisah dari RS
5. Segera mengurus surat izin pengoperasian insinerator agar segera
bisa digunakan
6. Untuk sementara waktu harus bekerja sama dengan RS atau pihak
lain untuk pemusnahan
A Whole Systems Approach to Hospital
Waste Management in Uganda
Stuart Kwikiriza, Alex G. Stewart, Birungi Mutahunga, Andrew E. Dobson1
and Ewan Wilkinson
https://drive.google.com/file/d/1GTMYxuxsle7gbOOrMxXJ_pK1ZW9JREWB/view?usp=drivesdk
PENDAHULUAN
Penilaian
Pengangkutan
Limbah klinis (393 kg) sebagian besar dibawa dengan tangan
Limbah non-klinis (3.903 kg) diangkut dengan gerobak dorong
Penggunaan APD oleh porter bervariasi. (Sarung tangan dipakai setiap hari,
masker wajah hanya digunakan sekitar sepertiga dari waktu. pengangkutan)
Penyimpanan
Aman
Berventilasi dan berpagar dengan baik
Pemusnahan limbah (pembakaran, penguburan, sesuai dengan jenis limbah yang
berbeda)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hospital
Waste
An Assasment of Pharmaceutical Waste Management in
some Nigerian Pharmaceutical Industries
https://www.researchgate.net/publication/224903367_An_assessment_of_pharmaceutical_waste_management_in_some_Nigerian
_pharmaceutical_industries
Definisi Industri Farmasi Nigeria
Limbah merupakan bahan buangan
Menghasilkan limbah yang
tak terpakai yang berasal dari sisa
berbahaya dan tidak
produksi, baik dari alam maupun hasil
kegiatan manusia yang dapat
berbahaya
berdampak negatif apabila tidak Limbah yang dihasilkan tidak
dikelola dengan baik. dikategorikan, dikelola dengan
.Limbah industri farmasi adalah semua buruk, personil K3 memiliki
jenis bahan sisa atau bahan buangan sedikit/tidak memiliki
yang berasal dari hasil sampingan pengetahuan terkait
suatu proses industri farmasi yang pengolahan limbah.
tidak dapat digunakan kembali.
Hasil Dan Pembahasan
Metode Pembuangan Metode Pembuangan Air
Limbah Farmasi Limbah Farmasi
Melarutkan limbah farmasi dalam Tidak diolah dan dibuang ke saluran
pelarut yang sesuai. pembuangan, saluran atau selokan.
limbah farmasi mereka buan0 Diolah dalam tangki dan dianalisis oleh
kesaluran pembuangan dengan LASEPA sebelum dibuang ke saluran
banyak air. pembuangan.
Melewati pabrik limbah.
Pencampuran limbah dengan pasir dan
dikumpulkan ke dalam reservoir dan
desinfeksi kimia.
secara bertahap menyesap ke dalam
Pembakaran di lingkungan terbuka tanah.
yang dilakukan oleh industri Dikumpulkan ke dalam tangki dan
API yng ditolak dikembalikan ke kemudian digunakan.untuk berkebun.
pemasok. Mengalir bebas ke lahan pertanian dan
sungai di sekitarnya.
Hasil Dan Pembahasan
Tantangan dalam mengelola
Praktik Pengolahan Limbah limbah farmasi
pemerintah belum menjadikan pengelolaan
sampah sebagai prioritas.
Pengelolaan sampah meliputi pemilahan, Badan otoritas pengatur dan kementerian
pengumpulan, pengangkutan, lingkungan hidup yang telah dibentuk,
penyimpanan, pembuangan,, belum berfungsi secara efektif.
minimalisasi dan penggunaan kembali. Industri farmasi tidak mengetahui adanya
Hanya 38,2% industri far. yang memiliki kebijakan nasional tentang limbah dan
kebijakan tentang limbah beberapa pedoman yang tersedia tidak
Lebih dari 50% personel, yang spesifik tentang cara mengelola dan
seharusnya bertanggung jawab atas membuang limbah farmasi.
sampah, tidak dilatih untuk mengelola Nigeria tidak memiliki kebijakan dan
sampah secara efektif. rencana pengelolaan limbah kesehatan.
Kesadarana kurang, kurangnya pelatihan,
keterampilan pemantauan dan evaluasi,
fasilitas penyimpanan dan pembuangan
merupakan tantangan utama dalam
penerapannya.
kesimpulan Dan Saran
Pengolahan limbah industri farmasi di Nigeria belum memenuhi standar
WHO.
Kebutuhan untuk melestarikan lingkungan dengan metode pengelolaan
sampah yang standar dan ramah lingkungan .
Pengelolaan limbah harus direncanakan, dilaksanakan,
didokumentasikan, dan berkelanjutan.
Pelatihan harus dilakukan secara berkala.
Istalasi pengolahan air limbah dengan teknologi modern dibangun di
sekitar tempat produksi.
Industri harus didukung untuk membentuk tim pengelolaan limbah,
menyusun dan mengimplementasikan rencana pengelolaan limbah..
https://drive.google.com/file/d/1qg4h_YpYw2ICfWEJkLlpqtE3YkebWla9/view?usp=share_link
Biogas dapat digunakan sebagai bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik. Biogas yang
dihasilkan oleh aktifitas anaerob sangat popular digunakan untuk mengolah limbah biodegradable
karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus
mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih
daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih
sedikit.
Pengolahan air limbah yang telah dilakukan PT. Sido muncul secara kimia yaitu dengan koagulasi flokulasi. Proses
koagulasi dan flokulasi dipilih karena operasionalnya yang cepat dan mudah, tetapi untuk pengoperasian koagulasi
dan flokulasi menghasilkan limbah lagi berupa padatan. Biaya untuk pembelian bahan koagulan dan flokulasi juga
dinilai mahal serta operasional yang dilakukan oleh PT. Sidomuncul belum optimal. Untuk menangani limbah cair
yang dihasilkan banyak sebesar ± 130 m lahan yang cukup luas untuk menangani limbah tersebut. jika pengolahan
limbah yang dilakukan menghasilkan limbah samping maka akan menimbulkan masalah baru. Proses yang dinilai
cocok untuk segala permasalahan diatas adalah dengan mengolah limbah dengan cara anaerobik menggunakan
lumput aktif. Proses ini dipilih karena nilai COD yang lebih dari 1000 mg/L. menurut penelitian menurunkan nilai
BOD limbah 70%-95%.
Hasil dan Pembahasan
Pengaruh Tinggi Lumpur Aktif Terhadap COD Effluent dan Volume Biogas
Hasil pengamatan menunjukkan 75% dari percobaan menunjukkan COD effluent pada
penambahan tinggi 1/2 H lebih kecil dari pada penambahan 1/3 H. Hal ini dikarenakan
mikroorganisme perombak komponen organik dalam air limbah yang jumlahnya lebih besar
sehingga penurunan COD-nya akan lebih tinggi. Komponen organik di dalam air limbah
diubah oleh mikroorganisme di dalam lumpur aktif menjadi biogas. Sebanyak 25% dari
percobaan menunjukkan COD effluent pada penambahan lumpur 1/3 H yang lebih rendah
dari pada penambahan lumpur 1/2 H. Penambahan lumpur aktif akan sebanding dengan
penambahan nilai MLSS-nya. Hal ini akan mempengaruhi nilai F/M rasio yang merupakan
indikasi beban organik yang masuk dalam system lumpur aktif dan nilainya diwakili dengan
kilogram BOD per kilogram MLSS per hari ini. Semakin tinggi nilai MLSS maka F/M rasionya
akan semakin kecil hal inilah yang membuat 25% percobaan menemui fenomena yang
berbeda. F/M rasio menunjukkan jatah makanan tiap mikroorganisme berkurang yang
menyebabkan kinerja dari mikroorganisme mengalami penurunan. Sebab yang sama
mempengaruhi produksi biogas. Pada tinggi lumpur 1/3 H ABR dan jenis lumpur pupuk
kompos diketahui biogas paling banyak terproduksi disebabkan rasio makanan terhadap
mikroba yang besar sehingga limbah banyak terkonversi menjadi biogas.
Clinical
Chemistry
Kesimpulan
1. Semakin banyak volume lumpur yang ditambahkan akan menambah presentasi penurunan
COD. Biogas lebih banyak dihasilkan dengan tinggi lumpur 1/3 H pada pupuk kompos organik,
dan 1/2 H pada lumpur IPAL tahu.
2. Semakin lama waktu tinggal limbah di dalam reaktor, maka penurunan COD yang didapatkan
semakin besar. Kecuali untuk variabel jenis lumpur pupuk kompos organik, kadar COD yang
diperoleh pada HRT 1 hari lebih rendah dibandingkan 2 hari.
3. Jenis lumpur sangat berpengaruh terhadap penurunan kadar COD. Penurunan COD pada
lumpur IPAL tahu lebih besar daripada lumpur pupuk kompos organik. Dalam memproduksi
biogas lumpur pupuk kompos organik lebih baik dibandingkan lumpur IPAL tahu
Clinical
Chemistry