Pedoman Skrining Pasien
Pedoman Skrining Pasien
Disusun Oleh :
Kelompok 5 Program A
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit seharusnya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah sakit
merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para
profesional dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan
membangun suatu kontinuitas pelayanan. Maksud dan tujuannya adalah
menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan
yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian
merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatkan
mutu pelayanan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah
sakit. Informasi diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang kebutuhan
pasien yang mana yang dapat dilayani rumah sakit, pemberian pelayanan yang efisien
kepada pasien, dan transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau ke
palayanan lain.
Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit
tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya
lewat skrining pada kontak pertama. Skrining pada unit emergency dilaksanakan
melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil
dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.
Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi
emergensi atau apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal ini sangat penting bahwa
keputusan untuk mengobati, mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah ada hasil
skrining dan evaluasi. Hanya rumah sakit yang mempunyai kemampuan
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan konsisten dengan misinya dapat
dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan
rujukan kepelayanan kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas yang memadai sesuai
kebutuhan pasien.
2
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan instalasi gawat darurat meliputi:
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan:
• Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tidak memerlukan tindakan
darurat
• Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
• Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
3
Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah
sakit tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan
kondisinya lewat skrining pada kontak pertama. Skrining pada unit emergency
dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium
klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.
Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi
emergensi atau apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal ini sangat penting bahwa
keputusan untuk mengobati, mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah ada
hasil skrining dan evaluasi.
Pelayanan Medik Spesialis Dasar adalah pelayanan medik spesialis Penyakit
Dalam, Obstetri dan ginekologi, Bedah dan Kesehatan Anak. Pelayanan Spesialis
Penunjang adalah pelayanan medik Radiologi, Patologi Klinik, Patologi Anatomi,
Anaestesi dan Reanimasi, Rehabilitasi Medik. Pelayanan Medik Spesialis lain
adalah pelayanan medik spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan, Mata, Kulit dan
Kelamin, Kedokteran Jiwa, Syaraf, Gigi dan Mulut, Jantung, Paru, Bedah Syaraf,
Ortopedi. Pelayanan Medik Sub Spesialis adalah satu atau lebih pelayanan yang
berkembang dari setiap cabang medik spesialis. Pelayanan Medik Sub Spesialis
dasar adalah pelayanan subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik
spesialis 4 dasar. Dan Pelayanan Medik Sub Spesialis lain adalah pelayanan
subspesialis yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis lainnya.
C. Batasan Operasional
1. Instalasi gawat darurat
Adalah unit pelayanan dirumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompkan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma/pemnyakit serta kecepatan penanganan/ pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penetuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul
4. Survey primer
4
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi ang mengancam jiwa
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan –perubahan anatomi
yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan
fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawt atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya.
7. Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut
5
3) Waktu kejadian
a) Waktu perjalanan (travelling/ transport time)
b) Waktu bekerja, sekolah, waktu bermain dan lain-lain
11. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehiduapan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari
salah satu system atau organ dibawah ini, yaitu:
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan system / organ tersebut dapat disebabkan oleh:
1. Trauma/ cedera
2. Infeksi
3. Keracunan
4. Degeneresasi (failure)
5. Asfiksia
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss of
water and electrolit)
7. Dan lain-lain
Kegagalan system susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
hipoglikemia dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat, sedangkan
kegagalan system organ yang lain dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang
lama.
Dengan demikian keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat
(PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
6
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Ditempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit
7
BAB II
DEFINISI
8
secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar – benar sehat tapi
sesungguhnya menderita kelainan.
Skrining pada unit emergency dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual
atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik,
laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.
1. Tujuan Skrining
Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan
dini terhadap kasus-kasus yang ditentukan.
Test skrining dapat dilakukan
a) Pertanyaan/ Quesioner
b) Pemeriksaan fisik
c) Pemeriksaan laboratorium
d) X-ray
e) Diagnostik imaqina
9
BAB III
Langkah- Langkah Skrining unit emergency
10
di tempat yang mudah dijangkau
3. Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan, disiapkan dan
diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau
4. Pemberitahuan terhadap tenaga laboratorium dan radiologi
apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.
5. Pemakaian alat-alat proteksi diri
II. TRIASE
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber
daya yang tersedia. Dua jenis triase :
A. Multiple Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma tidak melampaui kemampuan rumah
sakit. Penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan
mendapatkan prioritas penanganan lebih dahulu.
B. Mass Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma melampaui kemampuan rumah sakit.
Penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar dan membutuhkan
waktu, perlengkapan dan tenaga yang paling sedikit akan mendapatkan
prioritas penanganan lebih dahulu.
11
Penderita sudah meninggal. Ditempatkan di kamar jenazah.
Gambar 1
Alur Skema Triase
12
III. PRIMARY SURVEY
A. Airway dengan kontrol servikal
1. Penilaian
a. Mengenal patensi
airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)
b. Penilaian secara
cepat dan tepat akan adanya obstruksi
2. Pengelolaan airway
a. Lakukan chin lift
dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line immobilisasi
b. Bersihkan airway
dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat yang rigid
c. - Pasang pipa
nasofaringeal atau orofaringeal
- Pasang airway definitif sesuai indikasi ( lihat tabel 1 )
3. Fiksasi leher
4. Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada
setiap penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau
perlukaan diatas klavikula.
5. Evaluasi
Tabel 1- Indikasi Airway Definitif
Kebutuhan untuk perlindungan Kebutuhan untuk ventilasi
airway
Tidak sadar Apnea
• Paralisis neuromuskuler
• Tidak sadar
Fraktur maksilofasial Usaha nafas yang tidak adekuat
• Takipnea
• Hipoksia
• Hiperkarbia
• Sianosis
Bahaya aspirasi Cedera kepala tertutup berat yang
• Perdarahan membutuhkan hiperventilasi singkat,
13
• Muntah - muntah bila terjadi penurunan keadaan neurologis
Bahaya sumbatan
• Hematoma leher
• Cedera laring, trakea
• Stridor
Gambar 2
Algoritme Airway
Oksigenasi/Ventilasi
Apneic Bernafas
Intubasi orotrakeal Intubasi Nasotrakeal
dengan imobilisasi atau orotrakeal
servikal segaris dengan imobilisasi
servikal segaris*
Cedera
maksilofasial berat
Tambahan farmakologik
Intubasi orotrakeal
14
Tidak dapat intubasi
Airway Surgical
* Kerjakan sesuai pertimbangan klinis dan tingkat ketrampilan/pengalaman
B. Breathing dan Ventilasi-Oksigenasi
1. Penilaian
a. Buka leher dan
dada penderita, dengan tetap memperhatikan kontrol servikal in-line
immobilisasi
b. Tentukan laju dan
dalamnya pernapasan
c. Inspeksi dan
palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan terdapat
deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian otot-
otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.
d. Perkusi thoraks
untuk menentukan redup atau hipersonor
e. Auskultasi
thoraks bilateral
2. Pengelolaan
a. Pemberian
oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask 11-12 liter/menit)
b. Ventilasi dengan
Bag Valve Mask
c. Menghilangkan
tension pneumothorax
d. Menutup open
pneumothorax
e. Memasang pulse
oxymeter
3. Evaluasi
15
C. Circulation dengan kontrol perdarahan
1. Penilaian
a. Mengetahui
sumber perdarahan eksternal yang fatal
b. Mengetahui
sumber perdarahan internal
c. Periksa nadi :
kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. Tidak
diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda
diperlukannya resusitasi masif segera.
d. Periksa warna
kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
e. Periksa tekanan
darah
2. Pengelolaan
a. Penekanan
langsung pada sumber perdarahan eksternal
b. Kenali perdarahan
internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta konsultasi pada ahli
bedah.
c. Pasang kateter IV
2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah untuk
pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada wanita usia
subur), golongan darah dan cross-match serta Analisis Gas Darah
(BGA).
d. Beri cairan
kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.
e. Pasang
PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasien-pasien
fraktur pelvis yang mengancam nyawa.
f. Cegah hipotermia
3. Evaluasi
D. Disability
16
1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS
2. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi
tanda-tanda lateralisasi
3. Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan
circulation.
E. Exposure/Environment
1. Buka pakaian penderita
2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada
ruangan yang cukup hangat.
IV. RESUSITASI
A. Re-evaluasi ABCDE
B. Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada
dewasa dan 20 mL/kg pada anak dengan tetesan cepat ( lihat tabel 2 )
C. Evaluasi resusitasi cairan
1. Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal ( lihat
gambar 3, tabel 3 dan tabel 4 )
2. Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi
urin ) serta awasi tanda-tanda syok
D. Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian
cairan awal.
1. Respon cepat
- Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan
maintenance
- Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau
pemberian darah
- Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan
- Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi
operatif mungkin masih diperlukan
2. Respon Sementara
- Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan
pemberian darah
- Respon terhadap pemberian darah menentukan
tindakan operatif
17
- Konsultasikan pada ahli bedah ( lihat tabel 5 ).
3. Tanpa respon
- Konsultasikan pada ahli bedah
- Perlu tindakan operatif sangat segera
- Waspadai kemungkinan syok non hemoragik seperti
tamponade jantung atau kontusio miokard
- Pemasangan CVP dapat membedakan keduanya
( lihat tabel 6 )
Gambar 3
a. Rapid response
b. Transient response
c. No response
18
Kehilangan Darah (% Sampai 15% 15%-30% 30%-40% >40%
volume darah)
Denyut Nadi <100 >100 >120 >140
Tekanan Darah Normal Normal Menurun Menurun
Tekanan nadi Normal atau Menurun Menurun Menurun
(mm Hg) Naik
Frekuensi Pernafasan 14-20 20-30 30-40 >35
Produksi Urin >30 20-30 5-15 Tidak berarti
(mL/jam)
CNS/ Status Sedikit cemas Agak cemas Cemas, Bingung,lesu
Mental bingung (lethargic)
Penggantian Cairan Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan Kristaloid dan
(Hukum 3:1) darah darah
19
• Bidai / Splints
• Luka Kulit kepala yang
berdarah : Jahit
20
Tabel 5-Transient Responder
ETIOLOGI PEM.FISIK PEM.DIAGNOSTIK INTERVENSI
TAMBAHAN
Dugaan Jumlah • Distensi Abdomen • DPL atau • Konsultasi Bedah
perdarahan kurang • Fraktur Pelvis ultrasonografi • Perbaikan Volume
atau • Fraktur Pelvis • Mungkin Transfusi
Perdarahan Berlanjut • Perdarahan Luar • Pasang bidai
Nonhemorrhagic • Distensi vena leher • Pericardiocentesis • Reevaluasi toraks
• Cardiac • Bunyi jantung jauh • Dekompresi jarum
tamponade • Ultrasound Tube thoracostomy
•Bising nafas normal
• Recurrent/ • Deviasi Tracheal
persistent tension •Distensi versa leher
pneumothorax • Hipersonor
• Bising nafas (-)
21
tamponade • Bunyi jantung • Pericardiocentesis
jauh
• Ultrasound
• Bising nafas
normal
• Cedera tumpul • Nadi # teratur • EKG : kelainan • Persiapan OK
jantung • Perfusi jelek iskemik • Invasive monitoring
• Transesophageal • Inotropic support
echocardiography • Pertimbangkan
• Ultrasonography operasi
(pericardial)
22
Monitoring didasarkan atas penemuan klinis; nadi, laju nafas, tekanan darah,
Analisis Gas Darah (BGA), suhu tubuh dan output urine dan pemeriksaan
laboratorium darah.
E. Pemeriksaan foto rotgen dan atau FAST
1. Segera lakukan foto thoraks, pelvis dan servikal lateral,
menggunakan mesin x-ray portabel dan atau FAST bila terdapat
kecurigaan trauma abdomen.
2. Pemeriksaan foto rotgen harus selektif dan jangan sampai
menghambat proses resusitasi. Bila belum memungkinkan, dapat dilakukan
pada saat secondary survey.
3. Pada wanita hamil, foto rotgen yang mutlak diperlukan, tetap harus
dilakukan.
23
kulit kepala adanya • Fraktur impresi
• Fraktur luka dan • Fraktur basis
tulang fraktur
tengkorak • Palpasi
adanya
fraktur
Maksilofas • Luka • Inspeksi : • Fraktur tulang wajah • Foto tulang
ial jaringan deformitas wajah
lunak • Maloklusi • Cedera jaringan lunak
• Fraktur • Palpasi : • CT Scan tulang
• Kerusakan krepitus wajah
syaraf
• Luka dalam
mulut/gigi
Leher • Cedera pada • Inspeksi • Deformitas faring • Foto servikal
faring • Palpasi • Emfisema subkutan • Angiografi/
• Fraktur • Auskultasi • Hematoma Doppler
servikal • Murmur • Esofagoskopi
• Kerusakan • Tembusnya platisma • Laringoskopi
vaskular • Nyeri, nyeri tekan C spine
• Cedera
esofagus
• Gangguan
neurologis
Toraks • Perlukaan • Inspeksi • Jejas, deformitas, gerakan • Foto toraks
dinding • Palpasi • Paradoksal • CT Scan
toraks • Auskultasi • Nyeri tekan dada, krepitus • Angiografi
• Emfisema • Bising nafas berkurang • Bronchoskopi
subkutan • Bunyi jantung jauh • Tube torakostomi
• Pneumo/ • Krepitasi mediastinum • Perikardio
hematotorak • Nyeri punggung hebat sintesis
• Cedera • USG Trans-
bronchus Esofagus
• Kontusio
paru
24
• Kerusakan
aorta
torakalis
25
• Kerusakan • Deformitas
syaraf
Ekstremitas • Cedera jaringan • Inspeksi • Jejas, • Foto ronsen
lunak • Palpasi pembengkakan, • Doppler
• Fraktur pucat • Pengukuran
• Kerusakan sendi • Mal-alignment tekanan
• Defisit neuro- • Nyeri, nyeri tekan, kompartemen
vascular Krepitasi • Angiografi
• Pulsasi hilang/
berkurang
• Kompartemen
• Defisit neurologis
26
B. Tentukan indikasi rujukan,
prosedur rujukan dan kebutuhan penderita selama perjalanan serta
komunikasikan dengan dokter pada pusat rujukan yang dituju.
BAB IV
DOKUMENTASI
27
A. Data penderita F. Pemeriksaan diagnostik
Nama Data lab.: terlampir
Alamat Foto ronsen : terlampir
Kota EKG: terlampir
Umur Sex Beratbadan Contoh darah, cairan LCS
Nama keluarga terdekat terlampir
Alamat
Kota G. Terapi yang diberikan
No. telpon Medikasi yang telah diberikan,
jumlah, waktu
B. Waktu Cairan yang diberikan: jenis,
Tanggal : jumlah
Tanggal cedera Lain-lain
Waktu masuk UGD
Waktu masuk kamar operasi H. Keadaan penderita saat dirujuk
Waktu saat dirujuk
I. Pengelolaan selama transport
C. Riwayat SAMPLE :
J. Data rumah sakit yang merujuk
Nama dokter
Rumah Sakit
No. Telpon
D. Keadaan saat datang
Nadi K. Data rumah sakit penerima rujukan
Tekanan darah Nama dokter
Laju Pernafasan Rumah Sakit
Suhu No. Telpon
28
sterilisasi, rekam medic, pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan
masyarakat, pemulasaran jenazah, laundry, dan ambulance, pemeliharaan sarana rumah
sakit, serta pengolahan limbah (PERMENKES REPUBLIK INDONESIA no
340/MENKES/PER/III/2010 BABII PENETAPAN KELAS pasal 3).
Klasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan pelayanan, Sumber Daya
Manusia, peralatan, sarana dan prasarana, serta administrasi dan manajemen.
1. RUMAH SAKIT UMUM KELAS A
Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima)
spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lainnya dan 13 (tiga belas)
pelayanan medis subspesialis. Criteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit
Umum Kelas A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan
Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar,
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain,
Pelayanan Medis Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis,
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan
Pelayanan Penunjang Non Klinik.
∼ Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar,
Pelayanan Medik Ggi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak/Keluarga
Berencana.
∼ Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan
gawat darurat 24 jam dan 7 hari semingga dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan
stabilisasi sesuai dengan standar.
∼ Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit
Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
∼ Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan
Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik dan Patologi
Anatomi.
∼ Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya terdiri dari
Pelayanan Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan
Pembulu Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi,
Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik.
29
∼ Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan
Bedah Mulut, Konservasi/Endodonsi, Periodonti, Orthodonti,
Prosthodonti, Pedodonsi dan Penyakit Mulut.
∼ Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelyanan
asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.
∼ Pelayanan Medik Subspesialis terdiri dari Subspesialis Bedah,
Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi, Mata, Telinga
Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan
Kelamin, Jiwa, Paru, Orthopedi dan Gigi Mulut.
∼ Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan Intensif,
Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
∼ Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan
Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas,
Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Peulasaran
Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan
Air Bersih.
Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada masing-masing minimal 6
orang dokter spesialis dengan masing-masing 2 orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap. Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik harus ada masing-
masing minimal 3 orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap. Pada Pelayanan Spesialis Lain harus ada masing-
masing minimal 3 orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap. Untuk Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut
harus ada masing-masing minimal 1 orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga
tetap. Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 2
orang dokter subspesialis dengan masing-masing 1 orang dokter subspesialis
sebagai tenaga tetap. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah
1:1 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah
Sakit.
Sarana dan prasarana harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
Menteri. Peralatan radilogi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar
sesuai dengn ketentuan peraturan perundang-undangan. Jumlah tempat ridur
minimal 40 (empat ratus) buah.
30
Administrasi dan manajemen terdiri daris truktur organisasi dan tatalaksana
yang terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsure
pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis,
satuan oemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.
Tatalaksana yang dimaksud meliputi tatalaksaa organisasi standar pelayanan,
standar operasional prosedur (SPO), system Informasi Manajemen Rumah
Sakit (SIMRS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.
31
Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik
dan Kedokteran Forensik.
∼ Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan
Bedah Mulut, Konservasi/Endodonsi, dan Periodonti.
∼ Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan
asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.
∼ Pelayanan Medik Subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis
dasar yang meliputi : Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri
dan Ginekologi.
∼ Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif,
Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
∼ Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan
Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas,
Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan
Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan
Air Bersih.
Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 12 (dua belas) orang dokter
umum dan 3 (tiga) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar masing-masing minimal 3 (tiga) orang
dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik harus ada masing-masing minimal
2 (dua) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu ) orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal 1
(satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 4 orang dokter spesialis
sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut harus ada masing-masing minimal
1 (satu) orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 1 (satu)
orang dokter subspesialis dengan 1 (satu) orang dokter subspesialis sebagai
tenaga tetap.
Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan
kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
32
Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Jumlah tempat tidur minimal
200 (dua ratus) buah. Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur
organisasi dan tata laksana. Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah
Sakit, unsur pelayanan medis, unsure keperawatan, unsur penunjang medis,
komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan
keuangan. Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
tatalaksana organisasi, standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO),
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), hospital by laws dan
Medical Staff by laws.
33
∼ Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan
Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
∼ Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan
asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.
∼ Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif,
Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
∼ Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan
Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas,
Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah,
Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air
Bersih.
Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter
umum dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 2
(dua) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
Pada setiap Pelayanan Spesialis Penunjang Medik masing-masing minimal 1
(satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan
kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Jumlah tempat tidur minimal 100 (seratus) buah.
Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana.
Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri
atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis,
unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan
internal, serta administrasi umum dan keuangan. Tata laksana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan,
standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit (SIMS) dan hospital by laws dan Medical Staff by laws.
34
4. RUMAH SAKIT UMUM KELAS D
Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.
Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat
Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan
Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
∼ Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar,
Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak
/Keluarga Berencana.
∼ Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan
gawat darurat 24 (duan puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu
dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat
darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.
∼ Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dari
4 (empat) jenis pelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit
Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
∼ Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu laboratorium dan
Radiologi.
∼ Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan
asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.
∼ Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan High Care Unit,
Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik
∼ Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan
Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas,
Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah,
Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air
Bersih.
Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 4 (empat) orang dokter umum
dan 1 (satu) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 1
(satu) orang dokter spesialis dari 2 (dua) jenis pelayanan spesialis dasar dengan
1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap.
35
Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan
kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah.
Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana.
Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri
atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis,
unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan
internal, serta administrasi umum dan keuangan. Tatakelola sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan,
standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit (SIMS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.
36
2. Kesehatan Anak + + + +/- minimal ada 2
3. Bedah + + + +/-
dari 4 Pelayanan
4. Obstetric & + + + +/-
Medik Spesialis
Ginekologi
Dasar
D. Pelayanan Spesialis
Penunjang Medik
1. Radiologi + + + +
2. Patologi Klinik + + + +
3. Anestesiologi + + + -
4. Rehabilitasi Medik + + - -
5. Patologi Anatomi + - - -
E. Pelayanan Medik
Spesialis Lain
1. Mata + +/- - - Untuk kelas B
2. Telinga Hidung + +/- - -
minimal 8 dari 13
Tenggorokan
Pelayanan Medik
3. Syaraf + +/- - -
4. Jantung dan + +/- - - Spesialis
Pembuluh Darah
5. Kulit dan Kelamin + +/- - -
6. Kedokteran Jiwa + +/- - -
7. Paru + +/- - -
8. Orthopedic + +/- - -
9. Urologi + +/- - -
10. Bedah syaraf + +/- - -
11. Bedah plastic + +/- - -
12. Kedokteran + +/- - -
forensic
F. Pelayanan Medik
Spesialis Gigi Mulut
1. Bedah Mulut + + +/- - Untuk kelas C
2. Konservasi/endodo + + +/- -
minimal ada 1
nsi
dari 7 Pelayanan
3. Orthodonti + + +/- -
4. Periodonti + - +/- - Medik Spesialis
5. Prosthodonti + - +/- - Gigi Mulut
6. Pedodonsi + - +/- -
7. Penyakit Mulut + - +/- -
G. Pelayanan Medik
Subspesialis
1. Bedah + +/- - Untuk kelas B
2. Penyakit Dalam + +/- -
minimal ada 2
3. Kesehatan Anak + +/- -
4. Obstetric dan + +/- - dari 4 Pelayanan
37
Ginekologi Subspesialis
5. Mata + - -
Dasar
6. Telinga Hidung + - -
Tenggorokan
7. Syaraf + - -
8. Jantung dan + - -
Pembuluh Darah
9. Kulit dan Kelamin + - -
10. Jiwa + - -
11. Paru + - -
12. Orthopedic + - -
13. Gigi Mulut + - -
H. Pelayanan
keperawatan dan kebidanan
1. Asuhan + + + +
keperawatan
2. Asuhan kebidanan + + + +
I. Pelayanan
penunjang klinik
1. Perawatan intensif + + + - Kelas D cukup
HCU
2. Pelayanan darah + + + +
3. Gizi + + + +
4. Farmasi + + + +
5. Sterilisasi + + + +
instrument
6. Rekam medic + + + +
J. Pelayanan
penunjang non klinik
1. Laundry/linen + + + +
2. Jasa boga/dapur + + + +
3. Teknik dan + + + +
pemeliharaan fasilitas
4. Pengelolaan limbah + + + +
5. Gudang + + + +
6. Ambulance + + + +
7. Komunikasi + + + +
8. Kamar jenazah + + + +
9. Pemadam + + + +
kebakaran
10. Pengelolaan gas + + + +
medic
11. Penampungan air + + + +
bersih
38
II. SUMBER DAYA MANUSIA
A. Pelayanan medic dasar, masing-masing minimal:
•18 dokter umum & + - - - Tenaga tetap
4 dokter gigi
•12 dokter umum & - + - - Tenaga tetap
3 dokter gigi
•9 dokter umum & 2 - - + - Tenaga tetap
dokter gigi
•4 dokter umum & 1 - - - + Tenaga tetap
dokter gigi
B. 4 pelayanan medic spesialis dasar, masing-masing minimal:
Min. 8 tenaga
•6 dokter spesialis + - - - tetap dari24
tenaga
Min. 4 tenaga
•3 dokter spesialis - + - - tetap dari24
tenaga
Min. 4 tenaga
•2 dokter spesialis - - + - tetap dari24
tenaga
Min. 2 tenaga
• 1 dokter spesialis (2
- - - + tetap dari24
dari 4 spesialis dasar)
tenaga
C. 12 pelayanan medic spesialis lain, masing-masing minimal:
Min 12 tenaga
•3 dokter spesialis + - - - tetap dari 36
tenaga
Min 8 tenaga
•1 dokter spesialis (8
- + - - tetap dari 12
dari 12 spesialis dasar)
tenaga
D. 13 pelayanan medic sub spesialis, masing- masing minimal:
Min 13 tenaga
•2 dokter spesialis + - - - tetap dari 26
tenaga
•1 dokters spesialis Min 2 tenaga
(2 dari 4 sub spesialis - + - - tetap dari 4 tenaga
dasar)
E. Pelayanan medic spesialis penunjang, masing-masing minimal:
39
Min 5 tenaga
•3 dokter spesialis
+ tetap dari 15
(dari 5 yan spes)
tenaga
•2 dokter spesialis Min 4 tenaga
+
(dari 4 yan spes) tetap dari 8 tenaga
•1 dokter spesialis Min 2 tenaga
+
(dari 2 yan spes) tetap
F. 7 pelayanan medic spesialis gigi mulut, masing-masing:
•1 dokter gigi Min 7 tenaga
+
spesialis tetap
•1 dokter gigi Min 3 tenaga
spesialis (3 dari 7 + tetap
pelayanan spes)
•1 dokter gigi Min 1 tenaga
spesialis (1 dari 7 + tetap
pelayanan spes)
G. Sumber Daya Manusia RS
1. Keperawatan
1:1 1:1 2:3 2:3
(perawat & bidan)
2. Kefarmasian + + + +
3. Gizi + + + +
4. Keterapian fisik + + + +
5. Keteknisan medis + + + +
6. Petugas rekam + + + +
medis
7. Petugas IPSRS + + + +
8. Petugas pengelola + + + +
limbah
9. Petugas kamar + + + +
jenazah
III. PERALATAN
1. Peralatan medis di
+ + + +
Instalasi Gawat Darurat
2. Peralatan medis di
+ + + +
Instalasi Rawat Jalan
3. Peralatan medis di
+ + + +
Instalasi Rawat Inap
4. Peralatan medis di Kelas D cukup
+ + + -
Instalasi Rawat Intensif HCU
5. Peralatan medis di + + + +
40
Instalasi Tindakan Operasi
6. Peralatan medis di
+ + + +
Instalasi Persalinan
7. Peralatan medis di
+ + + +
Instalasi Radiologi
8. Peralatan medis di
+ + + -
Instalasi Anestesi
9. Peralatan medis
+ + + -
Laboratorium klinik
10. Peralatan medis
+ + + +
Farmasi
11. Peralatan medis di
+ + + -
Instalasi Pelayanan Darah
12. Peralatan medis
+ + + +
Rehabilitasi medic
13. Peralatan medis di
+ + + +
Instalasi Gizi
14. Peralatan medis
+ + + +
Kamar Jenazah
41
Gizi
11. Bangunan/Ruang + + + +
Rehabilitasi Medik
12. Bangunan/Ruang + + + +
Pemeliharaan Sarana Prasarana
13. Bangunan/Ruang + + + +
Pengelolaan Limbah
14. Ruang Sterilisasi + + + +
15. Bangunan/Ruang + + + + Kelas A&B harus
Laundry CSSD
16. Bangunan/Ruang + + + +
Pemulasaran Jenazah
17. Bangunan/Ruang + + + +
Administrasi
18. Bangunan/Ruang + + + +
Gudang
19. Bangunan/Ruang + + + +
Sanitasi
20. Bangunan/Ruang + + + +
Dinas Asrama
21. Ambulan + + + +
22. Ruang komite + + + +
medis
23. Ruang PKMRS + + + +
24. Ruang + +/- - - Khusus RS
Perpustakaan Pendidikan
+ +/- - - Khusus RS
25. Ruang jaga Ko Ass
Pendidikan
26. Ruang pertemuan + + + +
27. Bangunan/ruang + +/- - -
diklat
28. Ruang diskusi + +/- - -
29. Skill lab dan Audio + - - - Khusus RS
visual Pendidikan
30. System Informasi + + + +
RS
31. System + - - -
dokumnetasi medis pendidikan
32. Listrik + + + +
33. Air + + + +
34. Gas medis + + + +
35. Limbah cair + + + +
42
36. Limbah padat + + + -
37. Penanganan + + + +
kebakaran
38. Perangkat + + + +
komunikasi
39. Tempat tidur ≥ 400 ≥ 200 ≥ 100 ≥ 50
43