Anda di halaman 1dari 5

PUISI KARYA CHAIRIL ANWAR

Aku

Kalau sampai waktuku


‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu


Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku


Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari


Berlari
hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943

Senja di Pelabuhan Kecil

Kepada Sri Ajati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta


di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang


menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan


menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempar, sedu penghabisan bisa terdekap
PUISI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO

Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana


dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana


dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

1989

Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah


dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak


dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
LIWA

apa lagi yang bisa kubanggakan darimu


gemburnya tanah subur yang dulu kutinggal kini kerontang
way sindalapai, way robok, way setiwang yang mengaliri jiwaku
tak lagi membuat darah semangatku menggelegak
hijaunya bukit, birunya pesagi, lembutnya angin
tak lagi kutemui dalam percumbuan kita kemarin

perih mataku menyaksikan kegersangan sepanjang jalan berliku


hutanku tak mampu lagi menyimpan kekayaan yang pernah aku lupakan
sakit hatiku mendengar keserakahan penguasa dan kerakusan pengusaha
yang merusak ham tubiyu, telaga tempatku memancing ikan dan berenang
pahit rasanya mendapat kenyataan aku tak dapat menjumpai
sahabatku yang kini menghilang entah kemana

apa lagi yang bisa kuingat tentangmu


apa lagi yang bisa mengikatku denganmu
apa lagi yang bisa membuatku merindukanmu
apa lagi kenangan tertinggal bersamamu
apa lagi …

: kau punya orang lain. segalanya bukan untukku

(Yordansah, 2009:online).
SUARA PARAU DARI MASA LALU
(Karya Muhammad Harya Ramdhoni)

pertama,
di lembah ini terbentang kisah
suku yang melompati jurang.
demi harga diri tak tertawar.
demi keyakinan pembalut nurani.
walau beribu laskar Tuhan
menyapu laksana air bah.
penjelajah tanah minang;
terusi bumi malayu;
meluluhlantakkan muko-muko.
cakak gunung pesagi;
khegah di bahway;
lapah mit sekala bekhak.
mereka tetap berkukuh,
tak hendak berserah
pada tuhan yang satu.
para dewata akan menagih
pendurhakaan ini.
tetaplah mengimani
batu dan pokok.
kisah bertutur mereka
terlahir dari bebatu dan pokok.
musykil jika kau anggap
tuhanmu esa.
demi sabda dewa mereka
berperang taruhan nyawa.

kedua,
disini seribu tahun berlalu,
pernah bertempur perwira
kerdil gagah berani.
sempat menawan hati
para pangeran yang terkesima.
timbulkan decak kagum
pengawal syahadat.
walau berakhir kalah
mereka tak mau berserah
di haribaan Tuhan.
“lebih baik mati daripada
hidup menghamba pada
tuhanmu yang tak nampak.”
begitu sang panglima
kerdil berhujah.

ketiga,
dan sejarah jatuhkan pilihan.
bangsa kerdil lesap
dalam lipatan sejarah.
sisakan ngarai menyeramkan.
kadang ku dengar suara misterius
parau dari dasar ngarai :
“kami mengaku kalah namun
jiwa kami takkan.”

Way Mengaku, Liwa, 23 Januari 2007


JAGALAH CINTA MU SEBELUM CINTA MENYAKITI MU..
KARYA: A.A. MUIS

Cinta semua orang menginginKan mu tapi tak semua orang dapat menjaga mu..
Cinta kau tak pernah memandang rupa apa lagi memandang tahta..
Cinta kau indahkan dunia meskipun terkadang menabur luka..
Wahai sang kekasih insan yang ku pilih
Rasa sayang yang tercurahkan cinta sungguh membahagiakan..
Karna kau wanita yang pantas ku perjuangkan..

IBU
KARYA : ADINDA NUR ALFIONITA

Ibu belum sempat aku membahagiakanmu


Belum bisa membuatmu bangga
Namun takdir telah memisahkan kita
Tak akan lagi kita bertatap muka
selain lewat mimpi mimpi
Walaupun demikian aku disini selalu mendoakanmu
Agar kau diterima oleh Sang Maha Kuasa
Terkadang aku iri melihat mereka
Yang masih mempunyai orang tua lengkap
Tapi aku tahu kau tidak menyukai
Jika aku egois seperti itu
Bagaimanapun aku selalu bangga memilikimu..
Thanks for all You're the best mother for me

MENGEJAR MATAHARI
KARYA: M. ARDAN PRAYOGI
Orang Bilang Hidup Dimulai Hari Ini Waktu Kita Bangun Tadi Pagi
Bukan Hari Kemarin
Bukan Juga Besok
Tapi Kita Harus Percaya
Hari Ini Dimulai Hanya Dari Kita Membuka mata Tadi Pagi Hari Ini Jauh Sebelum Itu

Anda mungkin juga menyukai