Dosen Pengampu: Prof. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.
Hum KELOMPOK III
1. Aviya Dearly Sihotang 200200144
2. Chacha Aprilia Butar-Butar 200200156 3. Annisa Khairiyah Hutapea 200200358 4. Atikah Sarah Pulungan 200200360 5. Cheryl Eka Nadila 200200443 6. Nicholas Nathalius Sihaloho 200200463 7. Miftachul F. Rozy Nainggolan 200200466 HAK KONSTITUSIONAL
Istilah hak-hak konstitusional merupakan
implementasi dari hak asasi manusia (HAM) yang muncul dari olahan pikiran para ahli di zamannya. Hak konstitusional adalah hak-hak yang dijamin oleh konstitusi atau undang-undang dasar, baik jaminan itu dinyatakan secara tegas maupun tersirat. Karena dicantumkan dalam konstitusi atau undang-undang dasar maka ia menjadi bagian dari konstitusi atau undang-undang dasar sehingga seluruh cabang kekuasaan negara wajib menghormatinya. Dalam hal perlindungan hak-hak konstitusional ada 2 macam sebagai berikut: PERLINDUNGAN HAK PERLINDUNGAN HAK KONSTITUSIONAL MELALUI KONSTITUSIONAL MELALUI MEKANISME PENGADILAN: MEKANISME NON PENGADILAN: 1. Perlindungan hak konstitusional melalui pengadilan tata negara (Mahkamah Konstitusi) 1. Ombudsman 2. Perlindungan hak konstitusional melalui 2. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia pengadilan administrasi atau tata usaha negara 3. Lembapa Perlindugan Saksi dan Korban 3. Perlindungan hak konstitusional melalui 4. Komisi Penyiaran Indonesia pengadilan biasa (regular courts) 5. Komisi Pengawas Persaingan Usaha 4. Perlindungan hak konstitusional melalui pengadilan hak asasi manusia (ad hoc) Perkembangan Pengaturan Hukum Terkait Penghayat Kepercayaan di Indonesia pada Masa Orde Baru Hingga Saat Ini SK MENTERI TAP MPR NOMOR TAP MPR NOMOR : KEPPRES NO.40 AGAMA NO. 70 DAN IV/MPR/1973 IV/ MPR/1978 TAHUN 1978 77 TAHUN 1978 menyatakan agama dan perkawinan di pengawasan aliran kepercayaan adalah menyatakan bahwa kepercayaan yang beralih Indonesia hanya ekspresi kepercayaan kepercayaan dari Departemen Agama ada dua yaitu: terhadap Tuhan Yang terhadap Tuhan Yang ke Departemen menurut tata acara Maha Esa yang sama- Maha Esa tidak Pendidikan dan agama dan/atau sama sah dan merupakan agama Kebudayaan catatan sipil keduanya setara Perkembangan Pengaturan Hukum Terkait Penghayat Kepercayaan di Indonesia pada Masa Orde Baru Hingga Saat Ini KEPUTUSAN SE. MENDAGRI NO. SURAT NO. UU NO. 9 TAHUN MENAG TANGGAL 477/74504 KEP/108/JA/5/1984 1985 17 JULI 1980 mengenai petunjuk penghayat kepercayaan Setelah Undang- pengisian kolom “agama” yang membubuhi Perubahan tim koordinasi Undang Ormas dan pengakuan 5 (lima) tanda strip pada kolom PAKEM kembali dilakukan terbit, ada 250 agama saja dari agama, akan dengan mencabut Surat organisasi terdaftar pemerintah yaitu Kristen dinyatakan sebagai Keputusan Jaksa Agung Protestan, Katholik, Islam, orang yang tidak RI No. KEP 004/J.A/01/1994 sebagai aliran Buddha, dan Hindu beragama kepercayaan IMPLEMENTASI PUTUSA MK NO. 97/PUU-XIV/2016 TERHADAP HAK KONSTITUSIONAL PENGHAYAT PARMALIM Implementasi pemenuhan hak konstitusional para penghayat kepercayaan parmalim dalam dokumen administrasi kependudukan KTP-el dilakukan dengan tetap merujuk pada UU No. 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, yaitu kolom agama dalam KTP-el penghayat kepercayaan tetap dikosongkan, namun pengosongan ini tidak terjadi kepada semua penghayat kepercayaan parmalim, karena ada juga beberapa penghayat kepercayaan parmalim yang tetap berjuang untuk mencantumkan status mereka sebagai penghayat kepercayaan di dalam KTP-el mereka, dan perjuangan mereka berhasil. Mereka dapat menuliskan status sebagai penghayat kepercayaan dalam kolom agama KTP-el mereka. IMPLEMENTASI PUTUSA MK NO. 97/PUU-XIV/2016 TERHADAP HAK KONSTITUSIONAL PENGHAYAT PARMALIM Langkah strategis selanjutnya dilakukan Kementerian Dalam Negeri, yaitu memerintahkan jajarannya di daerah untuk mulai melayani masyarakat yang mengajukan perubahan pada kolom agama menjadi Penghayat Kepercayaan dalam Kartu Keluarga (KK). Hal ini tertuang dalam Surat Edaran Mendagri Nomor 471.14/10666/Dukcapil tanggal 25 Juni 2018 tentang Penerbitan KK bagi Penghayat Kepercayaan terhadap TYME. Surat Edaran Mendagri berisi perintah kepada Dinas Dukcapil kabupaten/kota untuk segera menerbitkan KK bagi Penghayat Kepercayaan, melakukan sosialisasi terkait kebijakan Putusan MK, serta melakukan pendataan Penghayat Kepercayaan. Untuk efektivitas pelaksanaan surat edaran ini, Kemendagri juga memerintahkan unit kerja atau Dinas Dukcapil untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pelayananpenerbitan KK bagi Penghayat Kepercayaan yang dilakukan oleh Dinas Dukcapil kabupaten/kota. UPAYA HUKUM YANG DAPAT DITEMPUH WNI PENGHAYAT KEPERCAYAAN YANG TETAP DIRUGIKAN MESKIPUN ADA PUTUSAN MK NO. 97/PUU-XIV/2016 Pertama, WNI penghayat kepercayaan dapat mengajukan gugatan warga negara (citizen lawsuit atau citizen suit) dengan tuntutan agar pengadilan memerintahkan kepada pemerintah untuk melaksanakan Putusan MK a quo sebagaimana mestinya; konkretnya, tuntutan untuk tidak lagi mengosongkan kolom agama pada KTP WNI penghayat kepercayaan melainkan mencantumkan “penghayat kepercayaan” pada kolom di maksud.
Kedua, dalam hal tidak dilaksanakannya Putusan MK a quo
menimbulkan kerugian perdata bagi penghayat kepercayaan, mereka dapat mengajukan gugatan perwakilan (class action). UPAYA HUKUM YANG DAPAT DITEMPUH WNI PENGHAYAT KEPERCAYAAN YANG TETAP DIRUGIKAN MESKIPUN ADA PUTUSAN MK NO. 97/PUU-XIV/2016
Ketiga, masih dalam tidak dilaksanakannya Putusan MK a quo
tersebut menimbulkan kerugian perdata bagi penghayat kepercayaan, secara individual atau sendiri-sendiri warga negara Indonesia penghayat kepercayaan berhak mengajukan gugatan perdata biasa.
Terakhir, Membuat pengaduan resmi kepada presiden dengan
tuntutan agar presiden menegur kepala daerah yang tetap membangkang terhadap Putusan MK a quo. SEKIAN, TERIMA KASIH.