Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH

MANAJEMEN KASUS

Disusun untuk memenuhi nilai tugas terstruktur semester 4

Mata kuliah Manajemen Kasus

Dosen :

Dra. Yeane Ellen Merry Tungga, MSW

Oleh

Joko Purwanto

17.04.395

Kelas 2 J

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PEKERJAAN SOSIAL

SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL

BANDUNG

2019
Deskripsi Kasus

Seorang klien bernama RR berusia 24 tahun yang sedang di rehabilitasi di


Rindam Siliwangi salah satu tempat di panti rehabilitasi di Jawa Barat. Riwayat penyalahgunaan
NAPZA klien dimulai sejak kelas 1 SMA dengan jenis NAPZA yang dikonsumsi adalah ekstasi,
alkohol dan shabu-shabu. Penggunaan NAPZA tersebut membuat klien menjadi seorang yang
paranoid, gangguan mental dan fisik yang terjadi pada tubuh klien tersebut. Klien dengan
keluarganya memiliki hubungan yang cukup dekat, terutama dengan ayah dan kakaknya, namun
ibu klien juga sangat mendukung klien untuk untuk rehabilitasi. Riwayat medis klien pernah
mengalami berbagai efek samping penyakit yang diakibatkan dari NAPZA yang dikonsumsinya
itu klien pernah menderita penyakit kuning, gangguan saraf dan lain sebagainya. Akhirnya
setelah menjalani rehabilitasi klien berhenti menggunakan NAPZA

Akan tetapi waktunya tidak lama, paling lama 6 bulan. Ini kali ketiga klien
dirawat di panti rehabilitasi. Klien mengatakan sudah berusaha untuk menghentikan kebiasaan
mengkonsumsi shabu-shabu. Tetapi keinginan itu tidak bertahan lama karena dia sering bertemu
dan berkumpul bersama teman-teman pemakai NAPZA. Klien sulit untuk menolak ajakan
teman-temannya.

Model Manajemen Kasus

Model manajemen kasus yang digunakan dalam kasus ini adalah sosial yang dimana klien juga
di rehabilitasi secara sosial tidak hanya klinis, sebab klien telah mencoba berusaha untuk
menghentikan dirinya untuk mengkonsumsi shabu-shabu tetapi lingkungannya yang membuat
klien tidak bias melakukan tersebut, sebab klien merasa sulit menolak ajakan teman-temannya
saat mereka mengajak klien untuk mengkonsumsi NAPZA. Karena klien korban penyalahgunaan
NAPZA mengalami kerusakan syaraf di otaknya, model manajemen kasus yang digunakan
adalah brokering dimana klien dihubungkan dengan pihak-pihak lainnya seperti BNN, Dokter,
Dinas Sosial, Psikolog dan yang lainnya.
A. Perencanaan Intervensi
1. Prioritas Kebutuhan
Memenuhi kebutuhan klien agar klien mampu tidak kembali mengkonsumsi shabu-
shabu dan tidak kembali mengkonsumsi shabu-shabu itu lagi yang nantinya bertujuan
agar klien kembali keberfungsian sosialnya.
2. Maksud dan Tujuan Pelayanan
Membantu klien agar berhenti dari kecanduannya terhadap shabu-shabu yang
bertujuan demi kebaikan diri klien tersebut.
3. Sistem Sumber Yang Mengedukasi
Butuh seseorang Psikolog atau Psikiater dan Pekerja Sosial tentunya agar klien ini
nanti mampu membuat dirinya berhenti dari kecanduannya tersebut dengan klien
tersebut mampu menemukan system sumber bagi dirinya sendiri yang nantinya
berguna baginya.
4. Timeline (Durasi Waktu)
Timeline ini menggunakan longterm dengan durasi 2-3 kali dalam seminggu
5. Pengukuran Outcome
Klien mampu berhenti dari kecanduannya dalam mengkonsumsi shabu-shabu,
mampu kembali berfungsi sosial kembali, Klien mampu menolak ajakan teman-
temannya saat klien ditawari mengkonsumsi shabu-shabu.
6. Tugas Yang Harus Dilakukan Klien
Klien harus mampu bangkit dan harus memiliki kemauan yang kuat untuk
menghentikannya dari kecanduannya terhadap NAPZA tersebut, Klien harus mulai
mendekatkan diri kepada Tuhan, hubungan spiritualnya bahkan hubungannya dengan
keluarganya, Klien harus bisa melakukan perubahan yang nantinya juga berguna dan
bermanfaat bagi diri klien itu sendiri.
B. Dampak Tujuan
Tentu semua ini memberikan dampak yang baik bagi klien itu sendiri, hal ini tentunya
agar klien mampu menjalani kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, sehingga
klien mampu hidup secara mandiri dan mencapai keberfungsian sosialnya.
C. Objektivitas Pelayanan
Maksudnya ialah apa yang dilakukan harus tergambarkan dalam perencanaan
pelayanan bahwa dalam pemberian pelayanan ini klien mampu mengerti apa layanan
yang ia dapat terima, pemberian pelayanan ini pun bekerja sama dengan keluarga
klien dan lingkungannya agar klien mencapai tujuannya.
D. Intervensi
Klien perlu diberi pelatihan, motivasi dan edukasi yang tujuannya agar klien nanti dapat
menjalankan dam memenuhi kebutuhan klien, kemauan yang kuat dan dukungan atau
support dari keluarga klien itu sendiri. Disini peksos sebagai manajer kasus yang menjadi
fasilitator dan mediator bagi klien.
E. Monitoring
Klien menyadari kesulitan saat menjalankan program dan terkadang klien tidak
mengikuti standar SOP dan bahkan klien hamper menyerah dengan keadaaannya
terhadap program yang diberikan, tetapi disini peksos sebagai manajer kasus memberikan
support dan bantuan kepada klien agar mampu menjalankan program hingga selesai.
F. Terminasi
Pada pengakhiran disini akan terjadi proses berakhirnya hubungan klien dengan peksos.
Pada tahap ini peksos mulai meminimalisir kontak dan hubungan dengan klien akan
tetapi sebelum pengakhiran disini peksos perlu memastikan bahwa masalah klien benar-
benar terselesaikan. Dan pada tahap ini peksos juga melihat peningkatan yang dilakukan
oleh klien yakni dengan melakukan follow up terhadap klien.
Refleksi Lapangan

A. Interprogram (Direct Service)


Program-program yang dijalankan adalah kerja sama dengan BNN, Dinas Sosial, Rumah
Sakit. Selain itu juga, adanya peran keluarga yang membantu dalam pemulihan klien dari
penggunaan NAPZA, yang dimana keluarga mendukung dan memberika semangat serta
support kepada klien.
B. Intraprogram (Direct Non Service)
Program-program yang dijalankan adalah konseling, treatment untuk pemulihan secara
klinis maupun sosial, selain itu ada kegiatan-kegiatan seperti makan, olahraga, pelatihan,
keterampilan, pengajian dan lain sebagainya
C. Direct Intervention
Rencana untuk membantu klien dalam pemulihan adalah menggunakan teknik
pengubahan perilaku Rational Emotional Therapy (RET), dan melalui metode sosial
group work rekreasi atau recreational group atau menggunakan 12 langkah yang sering
digunakan dalam pemulihan yang berasal dari Amerika Serikat.
D. Peran Manajemen Kasus
 Konselor adiksi, memberikaan treatment-treatment kepada klien juga adanya
konseling.
 Keluarga, pemberian dukungan berupada support dan motivasi kepada klien baik
selama proses rehabilitasi maupun pasca rehabilitasi
 Brokering, disini manajer kasus membantu klien agar menghubungkan system-
sistem sumber yang dimana nantinya bertujuan untuk mengambalikan
keberfungsian sosial dari kliean tersebut
 Pekerjaan sosial, membantu dalam memfasilitasi rencana-rencana intervensi
tersebut hingga selesai.

Anda mungkin juga menyukai