Anda di halaman 1dari 55

PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIVITAS PROGRAM BERAS SEJAHTERA

BAGI KELUARGA MISKIN

DI KOTA BANDUNG

A. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang

tinggi apabila dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Pertambahan

penduduk Indonesia disebabkan oleh angka perkawinan yang tinggi dan juga

angka kelahiran yang tinggi. Angka kelahiran disebabkan oleh ketidaktauan

masyarakat terhadap program program pemerintah untuk menekan angka

kelahiran.

Pesatnya jumlah penduduk dapat dilihat dari hasil sensus penduduk dari

tahun ke tahun semakin meningkat. Badan Pusat Statistik melaporkan

berdasarkan data sensus 2014 dan 2015,jumlah penduduk Indonesia yang

mencapai 2.549 juta jiwa. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai ratusan

jiwa tersebut tersebar diseluruh penjuru negeri Indonesia yang kaya akan sumber

daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

Keberagaman masyarakat Indonesia dapat juga dilihat dari beragamnya

kebudayaan,suku,ras,etnis,dan agama. Semua itu tidak akan terlepas dari

permasalahan ekonomi,politik,budaya,dan sosial. Permasalaham sosial menjadi

fenomena yang selalu muncul dalam realitas kehidupan masyarakat Indonesia.

1
Permasalahan sosial dalam hal ini memiliki makna dimana kenyataan seseorang

tidak sesuai dengan apa yang akan diharapkan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 08 Tahun

2012 tentang pedoman pendataan dan pengelolaan data PMKS dan PSKS

menyatakan bahwa saat ini terdapat 26 jenis penyandang masalah kesejahteraan

sosial diantaranya menyangkut permasalahan,pidana,kemiskinan,dan lain

sebagainya.

Permasalahan kemiskinan merupakan salah satu jenis permasalahan yang

ada di negara Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik kemiskinan

di Indonesia mencapai 28.59 juta jiwa (11,22 persen),bertambah sebesar 0,86

juta jiwa dibandingkan dengan kondisi September 27,73 juta jiwa ( 10,96

persen). Sampai saat ini permasalahan kemiskinan menjadi masalah yang

berkepanjangan yang tak kunjung usai karena memang permasalahannya bersifat

multidimensional dimana berkaitan dengan aspek sosial,ekonomi,budaya,dan

lainnya. Kemiskinan di Indonesia membuat masyarakat semakin merasa

kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup tentunya tidak merasakan oleh

perseorangan,tetapi sangat dibutuhkan sebuah keluarga. Sebuah keluarga yang

terdiri dari yang terdiri dari orangtua dan anak anak tentunya memiliki

kebutuhan yang berbeda-beda. Keluarga miskin di Indonesia ditandai dengan

kepala keluarganya tidak memiliki pekerjaan atau memiliki pekerjaan tetapi hasil

yang diperoleh tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari hari untuk

dirinya,pasangannya,dan anak anak. Sementara selain kebutuhan pangan yang

2
harus dipenuhi setiap hari,. Sebagai orang tua juga harus memperhatikan

gizi,makanan, dan sebagainya. Kemiskinanan di Indonesia dilatarbelakangi salah

satunya oleh tingkat Pendidikan rendah,yang menyebabkan tingginya angka buta

huruf dan minimnya keahlian yang dimiliki oleh masyarakat miskin.

Setiap permasalahan pasti punya solusinya,begitu juga permsalahan

kemiskinan. Berbagai kebijakan dan program yang dikhususkan untuk

mengentaskan kemiskinan di Indonesia yaitu BPJS,Beras Sejahteras(RASTRA),

Kartu Indonesia Pintar(KIP),Kartu Indonesia Sehat(KIS),Kartu Indonesia

Sejahtera(KKS),Program Keluarga Harapan(PKH),dan sebagainya. Salah satu

program yang telah ditetapkan di Indonesia sejak tahun 2002 adalah program

beras sejahtera(rastra) dimana dulu program ini bernama beras keluarga

miskin(raskin). Berbagai program pemerintah tersebut telah diimplementasikan

diseluruh wilayah Indonesia,namun belum mampu menjadi solusi yang baik

untuk mengentaskan permasalahan kemiskinan.

Permasalahan kemiskinan bukan menjadi permasalahan yang asing ditelinga

masyarakat seluruh penjuru negeri ini, khususnya di Provinsi Jawa Barat. Badan

Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat menyebutkan bahwa jumlah penduduk yang

berada dibawah garis kemiskinan sebesar 3.774 juta jiwa(7,83 persen) pada

September 2017. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa penduduk

miskin di Provinsi Jawa Barat masih besar,walaupun sudah dilakukan berbagai

upaya dalam pengentasan masalah kemiskinan.

Tingginya angka kemiskinan yang terjadi di Provinsi Jawa Barat

diakumulasikan oleh kemiskinan yang berada di setiap kabupaten, salah satunya

3
dipengaruhi oleh Kota Bandung yang memiliki jumlah penduduk miskin cukup

tinggi. Data penduduk miskin di setiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat

menunjukkan bahwa Kota Bandung memiliki penduduk miskin yang cukup

tinggi. Hal ini tentunya memiliki banyak faktor penyebab dan juga dengan

banyaknya penduduk pendatang yang hidup di perkotaan. Sehingga hal ini

menunjukkan bahwa masih banyak penduduk hidup dibawah garis kemiskinan.

Seperti diketahui kemiskinan juga selalu berasal dari kota kota besar yang

ada di provinsi Jawa Barat,salah satunya adalah Kota Bandung. Menurut Badan

Pusat Statistik jumlah penduduk miskin di kota Bandung adalah 420.079 per

September 2017. Berdasarkan catatan dari tahun 2011-2016 jumlah penduduk

miskin di kota Bandung berkurang 71.383 jiwa atau sekitar 14,34 persen. Meski

terjadi angka penurunan,masalah kemiskinan di kota Bandung masih menjadi

problema pemerintah saat ini,dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin di

kota Bandung adalah 2,8% dari jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Barat.

Banyaknya keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki

beragam isu yang menyebabkannya. Kemiskinan identik dengan keterbatasan

akses dalam memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan lainnya. Banyaknya

program pengentasan kemiskinan di kota Bandung nyatanya belum dapat

mengatasi masalah kemiskinan. Berbagai cara yang dilakukan pemerintahan kota

Bandung mungkin dapat menekan angka kemiskinan namun belum sepenuhnya

teratasi.

Masalah kemiskinan menjadi masalah yang sangat serius atau biasa disebut

dnegan masalah yang sangat urgent. Maksud kata urgent yaitu harus cepat diatasi

4
karena dikhawatirkan masalah ini akan menyebabkan kemiskinan struktural.

Kota Bandung merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat.

Telah diketahui bahwa Kota Bandung memiliki penduduk dibawah garis

kemiskinan yang cukup tinggi, secara tidak langsung Kota Bandung pun

memiliki andil dengan penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Angka

penduduk miskin menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan jumlah

penduduk miskin di Kota Bandung.

Pemerintah kota Bandung memiliki sedikitnya 23 program strategi

pengentasan kemiskinan. Kesemua program tersebut terdiri dalam tujuh sector

yakni pendidikan,ekonomi,sosial dan kesehatan,ketahanan,hunian subsidi,tata

ruang ekonomi,modal ekonomi kerakyatan. Hal ini tentunya dilakukan untuk

dapat mengurangi jumlah penduduk miskin yang ada di kota Bandung. Dan

semua program tersebut dijalankan meski masih banyak kendala yang harus

dicari solusinya.

Salah satu upaya dalam program pengentasan kemiskinan adalah program

Beras Sejahtera(RASTRA) yang memang dikhususkan bagi keluarga miskin.

Program beras sejahtera adalah suatu program pemerintah dalam upaya

meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perindungan kepada keluarga

miskin melalui pendistribusiam beras dalam jumlah dan harga tertentu yang

diharapkan dapat berdampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan dan

ketahanan pangan keluarga miskin dan secara tidak langsung berdampak pada

peningkatan gizi,peningkatan Pendidikan,dan peningkatan produktivitas keluarga

miskin.

5
Pelaksanaan program RASTRA dalam pendistribusian masih kerap

memiliki kendala khsusus seperti pembagian kepada penerima manfaat.

Breragam persoalan dalam penyaluran RASTRA seperti data penerima

manfaat,belum optimalnya penyerapan dan lambatnya proses penyaluran. Hal ini

tentunya membuktikan bahwa program RASTRA masih memiliki kendala dan

harus dicari solusi dan cara mengatasinya.

Program RASTRA tentunya perlu dievaluasi apakah program ini sudah

dapat berjalan baik atau tidak. Sebuah program tentunya harud dapat diukur dari

segi pelaksanaanya. Terkhusus program RASTRA pasti memiliki ukuran dan

hasil yang boleh dilihat untuk dapat dievaluasi. Hal ini akan membuktikan

apakah program RASTRA ini sudah berjalan baik atau tidak. Maka dari hal itu

perlu dipahami untuk mengetahui efektivitas program ini.

Efektivitas merupakan keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana

dapat tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai,semakin efektif pula

kegiatan tersebut. Sehingga kata efektivitas dapat juga diartikan sebagai tingkat

keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai. Dalam program RASTRA,dapat diketahui bahwa

efektivitas dilihat dari suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana

yang ditetapkan dapat tercapai dengan efektif dan efisien demi melangsungkan

kesejahteraan masyarakat pra sejahtera atau masyarakat berpendapatan rendah.

Dalam hal ini pemerintah tentunya melaksanakan program RASTRA yang

memiliki standard dan tolak ukur dalam usaha pencapaian program dengan baik.

6
Banyaknya keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki

beragam isu yang menarik penulis untuk diteliti yang dalam pelaksanaan

program Beras Sejahtera di Kota Bandung, penerima manfaatnya masih belum

tepat sasaran. Hal tersebut didapatkan berdasarkan informasi awal peneliti di

lokasi penelitian saat melakukan penjajagan awal. Maksud dari tidak tepat

sasaran yaitu ada beberapa keluarga miskin yang sebenarnya mendapatkan

Program RASTRA setiap bulan ternyata tidak mendapatkannya.

Melihat dari permasalahan tersebut,peneliti pun memiliki ketertarikan untuk

melakukan penelitian di lokasi tersebut dan dengan melihat ketepatan sasaran

penerima program,ketepatan waktu,ketepatan jumlah,ketepatan harga,ketepatan

kualitas,ketepatan administrasi. Ketertarikan yang lain yaitu mengingat program

RASTRA sudah bertahun-tahun dilaksanakan di Kota Bandung tetapi masih

terus ada keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan,sehingga peneliti ingin

melihat keberhasilan dan efektivitas dari program Beras Sejahtera yang telah

dilaksanakan,

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan,peneliti melakukan

penelitian mengenai “Efektivitas Program Beras Sejahtera Bagi Keluarga

Miskin”. Alasan peneliti ingin melakukan penelitian tersebut yakni karea ingin

mengetahui bagaimana efektivitas program Beras Sejahtera yang dilaksanakan di

Kota Bandung sebagai salah satu program pengentasan kemiskinan. Peneliti

ingin dengan penelitian ini dapat menjadikan keluarga miskin,masyarakat secara

umum dan pemerintah setempat dapat lebih peduli terhadap permasalahan sosial

yang ada khususnya permasalahan kemiskinan.

7
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana Efektivitas Program Beras Sejahtera Bagi

Keluarga Miskin?”. Selanjutnya rumusan masalah ini dirinci pada sub-sub

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Karakteristik responden?

2. Bagaimana ketepatan sasaran penerima program RASTRA di Kota Bandung?

3. Bagaimana ketepatan waktu pembagian beras penerima program RASTRA di

Kota Bandung?

4. Bagaimana ketepatan harga beras penerima program RASTRA di Kota

Bandung?

5. Bagaimana ketepatan jumlah beras penerima program RASTRA di Kota

Bandung?

6. Bagaimana ketepatan kualitas beras penerima program RASTRA di Kota

Bandung?

7. Bagaimana ketepatan administrasi penerima program RASTRA di Kota

Bandung?

8
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk memperoleh data empiris mengenai

efektivitas program RASTRA dalam mengentaskan kemiskinan di Kota

Bandung,meliputi :

1. Karakteristik responden

2. Ketepatan sasaran penerima program RASTRA di Kota Bandung

3. Ketepatan waktu pembagian beras penerima program RASTRA di Kota

Bandung

4. Ketepatan harga beras penerima program RASTRA di Kota Bandung

5. Ketepatan jumlah beras penerima program RASTRA di Kota Bandung

6. Ketepatan kualitas beras penerima program RASTRA di Kota Bandung

7. Ketepatan administrasi penerima program RASTRA di Kota Bandung

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis,

yakni sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat menjadi tambahan ilmu

pengetahuan dan pemikiran guna memperkaya ilmu pengetahuan pekerjaan

sosial terutama dalam menangani permasalahan keluarga miskin dan juga

memperluas wawasan serta pengetahuan tentang efektivitas program beras

sejahtera bagi keluarga miskin di kota Bandung.

2. Manfaat Praktis

9
Hasil dari penelitian ini diharapkan secara praktis dapat digunakan sebagai

landasan empiris pada perumusan program Beras Sejahtera bagi keluarga miskin

di Kota Bandung. Selain itu, hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan

manfaat bagi Dinas Penanggulangan Kemiskinan Kota Bandung dan Perum

BULOG dalam memberikan pelayanan bagi keluarga miskin.

B. KAJIAN KONSEPTUAL

2.1 Penelitian Terdahulu

1. Peneliti Pertama

Mohammad Muklisin 2011. Implementasi Program RASKIN di Desa

Kesuben, Kecamatan Lebaksitu, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan program RASKIN

masih tidak sesuai dengan pedoman, sehingga dilakukanlah pemerataan

penerima program RASKIN. Hal tersebut menunjukkan bahwa program

RASKIN kurang berhasil dilaksanakan untuk mengentaskan permasalahan

kemiskinan di lokasi penelitian. Penelitian ini sangat membantu peneliti

selanjutnya dalam mengetahui tingkat keberhasilan suatu program.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada

responden yang dipilih. Dalam penelitian ini, responden yang dipilih adalah

Keluarga miskin di Desa Kesuben,Kecamatan Lebaksitu,Kabupaten

Tegal,Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan,

10
responden yang dipilih adalah keluarga miskin Kota Bandung,Provinsi Jawa

Barat. Dan juga program yang akan diteliti adalah program RASTRA bukan

program RASKIN lagi.

2. Penelitian Kedua

Nuriyani 2014. Program Pengembangan Kapasitas Tim RASKIN dalam

Implementasi Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Wirobrajan,

Kecamatan Wirobrajan,Kota Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penerima manfaat program RASKIN

diprioritaskan yang utama kepada kelompok masyarakat termiskin dengan tanpa

adanya pengeluaran beban untuk membeli kebutuhan pangan yaitu beras.

Program RASKIN di lokasi penelitian sudah cukup berhasil diimplementasikan

dengan melihat sasaran program RASKIN dari penduduk yang termiskin.hal ini

menunjukkan bahwa penduduk miskin adalah penduduk yang paling

membutuhkan program tersebut. Penelitian ini sangat membantu peneliti

selanjutnya untuk mengetahui sasaran yang harus diprioritaskan dalam

pelaksanaan program.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada

responden yang dipilih. Dalam penelitian ini, responden yang dipilih adalah

Keluarga miskin di Kelurahan Wirobrajan, Kecamatan Wirobrajan, Kota

Yogyakarta. Sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan, responden yang

dipilih adalah keluarga miskin Kota Bandung,Provinsi Jawa Barat. Dan juga

program yang akan diteliti adalah program RASTRA bukan program RASKIN

lagi.

11
3. Penelitian Ketiga

Rizki Ika Fianti 2017. Efektivitas Program Beras Sejahtera Bagi Keluarga

Miskin di Desa Kuwarasan, Kecamatan Kuwarasan, Kabupaten Kebumen,

Provinsi Jawa Tengah.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penerima manfaat program RATRA bagi

keluarga miskin sangat berguna. Pelaksanaan program RASTRA di lokasi

penelitian menunjukkan bahwa program ini msih belum berjalan secara efektif

karena masih banyak kendala dan juga permasalahan mengenai pendistribusian

beras sejahtera. Program RASTRA ini mendapatkan enam aspek yang belum

terpenuhi yaitu ketepatan harga,jumlah,sasaran,kualitas,administrasi,waktu.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada

responden yang dipilih. Dalam penelitian ini, responden yang dipilih adalah

Keluarga miskin di Kelurahan Wirobrajan, Kecamatan Wirobrajan, Kota

Yogyakarta. Sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan, responden yang

dipilih adalah keluarga miskin Kota Bandung,Provinsi Jawa Barat

12
Berdasarkan ketiga penelitian terdahulu yang telah dikemukakan peneliti

bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berbeda dengan penelitian-

penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut akan lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Tahun Nama Metode Hasil Perbedaan

. Terdahulu Peneliti Penelitian Penelitian dengan

Penelitian yang

akan dilakukan

Peneliti

1 2 3 4 5 6 7

1 Implementasi 2011 Mohamad Kuantitatif Hasil Perbedaan

Program RASKIN di Muklisin penelitian penelitian ini

Desa Kesuben, menunjukkan dengan

Kecamatan bahwa dalam penelitian yang

Lebaksitu,Kabupaten pelaksanaan akan dilakukan

Tegal, Provinsi Jawa program terletak pada

Tengah. RASKIN responden yang

masih tidak dipilih. Dalam

sesuai dengan penelitian ini,

pedoman, responden yang

13
sehingga dipilih adalah

dilakukanlah Keluarga miskin

pemerataan di Desa

penerima Kesuben,Kecam

program atan

RASKIN. Lebaksitu,Kabu

Hal tersebut paten

menunjukkan Tegal,Provinsi

bahwa Jawa Tengah.

program Sedangkan

RASKIN dalam penelitian

kurang yang akan

berhasil dilakukan,

dilaksanakan responden yang

untuk dipilih adalah

mengentaska- keluarga miskin

n Kota

permasalahan Bandung,Provin

kemiskinan si Jawa Barat.

di lokasi Dan juga

penelitian. program yang

akan diteliti

adalah program

14
RASTRA bukan

program

RASKIN lagi.

1 2 3 4 5 6 7

2 Program 2014 Nuriyani Kuantitatif Hasil Perbedaan

Pengembangan penelitian penelitian ini

Kapasitas Tim menunjukan dengan

RASKIN dalam bahwa penelitian yang

Implementasi penerima akan dilakukan

Program Beras manfaat terletak pada

Untuk Keluarga program responden yang

Miskin di Kelurahan RASKIN dipilih. Dalam

Wirobrajan, diprioritaskan penelitian ini,

Kecamatan yang utama responden yang

Wirobrajan,Kota kepada dipilih adalah

Yogyakarta. kelompok Keluarga miskin

masyarakat di Kelurahan

termiskin Wirobrajan,

dengan tanpa Kecamatan

adanya Wirobrajan,

pengeluaran Kota

beban untuk Yogyakarta.

15
membeli Sedangkan

kebutuhan dalam penelitian

pangan yaitu yang akan

beras. dilakukan,

Program responden yang

RASKIN di dipilih adalah

lokasi keluarga miskin

penelitian Kota

sudah cukup Bandung,Provin

berhasil si Jawa Barat.

diimplementa Dan juga

sikan dengan program yang

melihat akan diteliti

sasaran adalah program

program RASTRA bukan

RASKIN dari program

penduduk RASKIN lagi.

yang

termiskin.hal

ini

menunjukkan

bahwa

penduduk

16
miskin adalah

penduduk

yang paling

membutuhka

n program

tersebut.

3 Efektivitas Program 2017 Rizki Ika Kuantitatif Hasil Perbedaan

Beras Sejahtera Bagi Fianti penelitian penelitian ini

Keluarga Miskin di menunjukan dengan

Desa Kuwarasan, bahwa penelitian yang

Kecamatan penerima akan dilakukan

Kuwarasan, manfaat terletak pada

Kabupaten program responden yang

Kebumen, Provinsi RATRA bagi dipilih. Dalam

Jawa Tengah. keluarga penelitian ini,

miskin sangat responden yang

berguna. dipilih adalah

Pelaksanaan Keluarga miskin

program di Kelurahan

RASTRA di Wirobrajan,

lokasi Kecamatan

penelitian Wirobrajan,

menunjukkan Kota

17
bahwa Yogyakarta.

program ini Sedangkan

msih belum dalam penelitian

berjalan yang akan

secara efektif dilakukan,

karena masih responden yang

banyak dipilih adalah

kendala dan keluarga miskin

juga Kota

permasalahan Bandung,Provin

mengenai si Jawa Barat

pendistribusi

an beras

sejahtera.

Program

RASTRA ini

mendapatkan

enam aspek

yang belum

terpenuhi

yaitu

ketepatan

harga,jumlah,

18
sasaran,kualit

as,administra

si,waktu.

Berdasarkan ketiga penelitian terdahulu di atas, dapat disimpulkan bahwa

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti memiliki hubungan. Hubungan yang

dimaksud bahwa penelitian yang akan dilakukan adalah ingin mengetahui

bagaimana efektivitas program RASTRA di tempat yang berbeda dari penelitian

sebelumnya dengan mempelajari bentuk-bentuk dari efektivitas di tempat lain.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berkenaan dengan efektivitas program

efektivitas program RASTRA memiliki keunikan tersendiri dari penelitian

sebelumnya. Penelitian sebelumnya mengenai implementasi program RASKIN

dengan sasaran yaitu tim pelaksana program sedangkan penelitian yang akan

dilakukan mengenai efektivitas pelaksanaan program RASTRA yang sasarannya

kepala keluarga penerima manfaat progran RASTRA tersebut. Kesamaan

penelitan yang akan dilakukan dengan penelitian yang sebelumnya yaitu dalam

melakukan penelitian menggunakan metode kuantitatif. Sedangkan perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu menggunakan tim pelaksana

program RASTRA sebagai sasaran penelitian,sedangkan penelitian ini

menggunakan sasaran penelitian langsung kepada penerima manfaat program

RASTRA.

19
2.2 Teori yang Relevan dengan Penelitian

2.2.1 Kajian Tentang Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Akmal dalam Domai dan Agus (2015:11) menyebutkan bahwa efektivitas

adalah pencapaian usaha yang sesuai dengan rencananya(doing the right

things) atau rencana hasil dibandingkan dengan realita hasil. Sedangkan

menurut Emerson dalam Handayaningrat(1996:16) mengemukakan bahwa

efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan

yang telah ditentukan,jadi apabila tujuan tersebut telah dicapai,dapat

dikatakan efektif.

Berdasarkan beberapa defenisi mengenai efektivitas yang telah dijelaskan

di atas,maka peneliti menyimpulkan bahwa efektivitas juga sama halnya

dengan sebuah kegiatan evaluasi,namun efektivitas lebih mengarah kepada

tingkat keberhasilan suatu hal yang sudah direncanakan kemudian

dilaksanakan,setelah itu hasul yang dicapai apakah baik ataupun tidak. Jika

hasilnya tercapai dengan baik makan dikatakan efektif,namun jika tercapai

maka yang direncanakan dan dilaksanakan sebelumnya dikatakan tidak

efektif.

20
b. Ukuran Efektivitas

mengukur efektivitas dapat dilakukan dengan membandingkan antara

rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan.

Namun jika usaha atau hasil pekerjaan tidak tepat sehingga menyebabkan

tujuan tidak tercapai maka hal itu dikatakan tidak efektif. Menurut TNP2K

tahun 2014 menyatakan bahwa implementasi distribusi RASTRA harus

mengacu pada indicator keberhasilan RASTRA yaitu tercapainya target 6T

(enam Tepat) yaitu tepat sasaran penerima,tepat jumlah penerima,tepat

harga,tepat waktu,tepat kualitas,tepat adiminstrasi. Secara singkat,pengertian

indikator kinerja GT tersebut meliputi :

1. Tepat sasaran penerima manfaat

Program RASTRA hanya diberikan kepada RTS-PM yang

terdaftar dalam daftar penerima manfaat RASTRA (DPM-1) hasil

verifikasi data BPJS melalui musyawarah desa/kelurahan yang

telah disahkan oleh camat. Terkait ketepatan sasaran dalam

ukuran efektivitas sama halnya disampaikan oleh Budiani

(2007:53) mengenai efektivitas suatu program dapat dilihat dari

ketepatan sasaran penerima program.

2. Tepat jumlah

Ketepatan jumlah beras yang diterima penerima manfaat program

RASTRA yang merupakan hak RTS-PM sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, yaitu 15 kg/RTS/bulan atau 180 kg/RTS/tahun.

3. Tepat harga

21
Tepat harga dalam program RASTRA yaitu harga tebus beras

yang dibayar oleh penerima manfaat program adalah sebesar Rp.

1.600/kg netto di titik distribusi.

4. Tepat waktu

Ketepatan waktu pelaksanaan distribusi beras kepada RTS-PM

penerima program RASTRA sesuai dengan rencana distribusi.

5. Tepat kualitas

Terpenuhinya persyaratan kelayakan dan kualitas beras sesuai

dengan kualitas beras BULOG.

6. Tepat administrasi

Terpenuhinya persyaratan administrasi oleh penerima manfaat

program RASTRA secara benar,lengkap dan tepat waktu

Berdasarkan ukuran efektivitas dalam keberhasilan program RASTRA

dapat diukur dengan 6T yaitu tepat sasaran penerima,tepat jumlah

penerima,tepat harga,tepat waktu,tepat kualitas,tepat adiminstrasi.

2.2.2 Kajian Tentang Program Beras Sejahtera

a. Pengertian Beras Sejahtera

22
Program Beras Sejahtera (RASTRA) adalah suatu program

pemerintah yang ertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran Rumah

Tangga Sasaran melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok

dalam bentuk beras,dengan sasaran berkurangnya beban pengeluaran

jumlah Rumah Tangga Sasaran berdasarkan data Badan Pusat Statistik

(BPS), melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak

15kg/RTS/bulan dengan harga Rp. 1.600,-/kg Netto Di Titik Distribusi.

Sebelum nama RASTRA dipakai, program ini menggunakan

nama RASKIN yang disebut Beras untuk Keluarga Miskin. Keputusan

pengubahan nama RASKIN menjadi RASTRA disampaikan langsung

oleh Mentei Sosial, “Hal ini saya sampaikan pergantian nama dari

RASKIN menjadi RASTRA ,Beras Sejahtera “ ucap Mentei Sosial

Republik Indonesia “ Berbagai program pemerintah ditambah kata

sejahtera, seperti Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dan bukan kartu

keluarga miskin. Sehingga RASKIN berubah menjadi RASTRA, “

sambung Menteri Sosial di Jkarta,Minggu (3/8/2015)

Perubahan RASKIN menjadi RASTRA dalam materi yang

disampaikan oleh Ibu Khofifah Indar Parawansa selaku Menetri Sosial

Republik Indonesia menyampaikan bahwa :

1. Merubah stigma terhadap keluarga miskin

2. Dapat mendorong perubahan kebijakan sasaran penerima

manfaat program dari Rumah Tangga kepada keluarga

23
3. Persprektif RASTRA menjadi beras yang layak konsumsi.

4. Menciptakan kesejahteraan di masyarakat

5. Turut andil dalam pembangunan nasional

6. Fokus pada permasalahan yang berskala nasional

b. Kebijakan Tentang Beras Sejahtera

menurut Pedoman Umum RASTRA 2017, peraturan perundang-

undangan yang menajdi landasan pelaksanaan RASTRA adalah sebagai

berikut :

1. Undang Undang No.32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah.

2. Undang Undang Anggran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun

Anggaran 2015.

3. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002, tentang Pangan

4. Peraturan Pemerintah RI No. 15 Tahun 2003,tentang perusahaan

Umum BULOG.

5. Peraturan Pemerintah RI No. 15 Tahun 2010, tentang

Penanggulangan Kemiskinan

6. Inpres No. 3 Tahun 2012 tentang Kebijakan Gabah/Beras dan

penyaluran Beras oleh Pemerintah

7. Kepmenko Kesra No. 29 Tahun 2014 tentang Tim Koordinasi

RASTRA Pusat.

24
c. Tujuan Beras Sejahtera

Tujuan Program Rastra adalah mengurangi beban pengeluaran

KPM melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan beras.

d. Sasaran Beras Sejahtera

Sasaran Program Rastra adalah berkurangnya beban pengeluaran KPM

dalam mencukupi kebutuhan pangan beras melalui penyaluran beras

bersubsidi dengan alokasi sebanyak 15 kg/KPM/ bulan atau sesuai

dengan kebijakan Pemerintah Pusat.

e. Manfaat Beras Sejahtera

Manfaat Program Rastra adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan ketahanan pangan di tingkat KPM, sekaligus sebagai

mekanisme perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan.

2. Peningkatan akses pangan baik secara fisik (beras tersedia di TD),

maupun ekonomi (harga jual yang terjangkau) kepada KPM.

3. Sebagai pasar bagi hasil usaha tani padi.

4. Stabilisasi harga beras di pasaran.

5. Pengendalian inflasi melalui intervensi Pemerintah dengan

menetapkan harga beras bersubsidi sebesar Rp.1.600,-/kg atau sesuai

dengan kebijakan Pemerintah Pusat, dan menjaga stok pangan

nasional.

6. Membantu pertumbuhan ekonomi di daerah.

f. Pelaksanaan Penyaluran Rastra Sampai Titik Distribusi (TD)

25
1. Pelaksanaan penyaluran Rastra sampai TD menjadi tugas dan

tanggung jawab Perum BULOG.

2. Penyediaan beras untuk KPM Rastra dilakukan oleh Perum BULOG

dalam kemasan berlogo Perum BULOG dengan kuantum 15

kg/karung dan/atau 50 kg/karung.

3. Rencana Penyaluran Untuk menjamin kelancaran proses penyaluran

Rastra, Perum BULOG bersama Tim Koordinasi Rastra menyusun

rencana penyaluran bulanan berdasarkan SPA.

4. Mekanisme Penyaluran:

 Berdasarkan Pagu Rastra, Bupati/Walikota/Ketua Tim

Koordinasi Rastra Kabupaten/Kota atau Pejabat yang

ditunjuk oleh Bupati/Walikota menerbitkan SPA kepada

Perum BULOG.

 Berdasarkan SPA, Perum BULOG menerbitkan SPPB/

DO beras untuk masing-masing kecamatan atau desa/

kelurahan dengan atau tanpa menunggu peluncuran resmi

penyaluran Rastra pada awal tahun. c. Sesuai dengan

SPPB/DO maka Perum BULOG menyalurkan beras

sampai ke TD, termasuk apabila terjadi penggantian beras.

 Sebelum penyaluran dapat dilakukan pengecekan kualitas

beras oleh Tim Koordinasi Rastra/Pelaksana Distribusi di

Gudang Perum BULOG dibuktikan dengan Berita Acara

yang ditandatangani oleh Perum BULOG dan Tim

26
Koordinasi Rastra Kabupaten/Kota/Kecamatan/ Pelaksana

Distribusi.

 Serah terima beras antara Perum BULOG dengan Tim

Koordinasi Rastra/Pelaksana Distribusi dilakukan di TD

dan dibuat BAST yang ditandatangani oleh kedua belah

pihak.

 Pada prinsipnya penyaluran Rastra dilakukan setiap bulan.

Jika terdapat kebijakan daerah dan/atau kendala antara

lain musim panen, kondisi geografis, iklim/cuaca, dan

hambatan transportasi, sehingga penyaluran Rastra tidak

mungkin dilakukan secara rutin setiap bulan di suatu

wilayah, maka penyaluran Rastra dapat diatur lebih lanjut

di dalam Juklak/Juknis oleh pemerintah daerah setempat.

g. Pelaksanaan Penyaluran Rastra dari TD ke TB

1. Penyaluran Rastra dari TD ke TB sampai KPM menjadi tanggung

jawab pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/ kota).

2. Tim Koordinasi Rastra/Pelaksana Distribusi Rastra harus

melakukan pengecekan kualitas dan kuantitas beras yang diserahkan

oleh Perum BULOG di TD.

3. Apabila kuantitas dan kualitas Rastra tidak sesuai, maka Tim

Koordinasi Rastra/Pelaksana Distribusi harus langsung

mengembalikan kepada Perum BULOG dan Perum BULOG dalam

27
waktu selambat-lambatnya 2 x 24 jam, harus menggantinya dengan

kualitas dan kuantitas yang sesuai.

4. Penyaluran Rastra dari TD ke TB dan KPM dapat dilakukan secara

reguler oleh Kelompok Kerja (Pokja) atau Pelaksana Distribusi,

melalui Warung Desa dan Kelompok Masyarakat.

h. Penyaluran Rastra dari TB ke KPM

1. Untuk meminimalkan biaya transportasi penyaluran Rastra dari TB

ke KPM maka TB ditetapkan di lokasi yang strategis dan mudah

dijangkau oleh KPM.

2. Pelaksanaan penyaluran Rastra dari TB kepada KPM dilakukan oleh

Pelaksana Distribusi Rastra dengan menyerahkan Rastra kepada KPM

sebanyak 15 kg/KPM/bulan, selama 12 kali dalam setahun, atau sesuai

dengan kebijakan Pemerintah Pusat dicatat dalam DPM-2

i. Pembayaran Harga Tebus Rastra (HTR)

1. Harga Tebus Rastra (HTR) sebesar Rp.1.600,00/kg atau sesuai

dengan kebijakan Pemerintah Pusat di TD.

2. Pembayaran HTR dari KPM kepada Pelaksana Distribusi Rastra

pada prinsipnya dilakukan secara tunai. Pelaksana Distribusi Rastra

langsung menyetorkan uang HTR tersebut ke rekening Perum BULOG

28
melalui bank setempat atau disetorkan langsung kepada Perum

BULOG setempat.

3. Pada prinsipnya harga yang dibayarkan oleh KPM sesuai dengan

HTR. Apabila ada biaya tambahan yang diakibatkan oleh penyaluran

dari TD ke TB yang kurang atau tidak dialokasikan dalam APBD

dapat dibantu oleh masyarakat secara sukarela dan diatur lebih lanjut

di dalam Juknis.

j. Pembiayaan

1. Mekanisme pembayaran Subsidi Pangan (Rastra) diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang Tata Cara Penyediaan,

Penghitungan, Pencairan dan Pertanggungjawaban Dana Subsidi

Pangan (Rastra).

2. Biaya penyelenggaraan dan pelaksanaan Program Subsidi Pangan

(Rastra), seperti: biaya distribusi, sosialisasi, koordinasi, pemantauan

dan evaluasi, dan pengaduan dialokasikan pada Biaya

Operasional/Safeguarding dari APBN dan APBD dan/atau Perum

BULOG.

2.2.3 Kajian Tentang Kemiskinan

a. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,

pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh

29
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses

terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah

global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan

komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan

evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang

telah mapan.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya

mencakup:

a. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup

kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan

kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi

kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

b. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,

ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam

masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan

sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup

masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang

ekonomi.

c. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang

memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi

bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia. Gambaran

tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di luar

30
profesi secara halal. Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja

melarang.

b. Penyebab Kemiskinan

1. Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai

akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari

perilaku dan pilihan adalah penggunaan keuangan tidak mengukur

pemasukan.

2. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan

pendidikan keluarga. Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah

anggota keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan keuangan

keluarga.

3. Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan

dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam

lingkungan sekitar. Individu atau keluarga yang mudah tergoda dengan

keadaan tetangga adalah contohnya.

4. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi

orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi

orang lain lainnya adalah gaji atau honor yang dikendalikan oleh orang

atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.

c. Indikator Kemiskinan

1. Penduduk Miskin. Penduduk Miskin adalah penduduk yang

memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

31
Garis Kemiskinan. Jumlah Penduduk miskin suatu wilayah,

diartikan banyaknya penduduk miskin yang terdapat di wilayah

tersebut.

2. Garis Kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan representasi dari

jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhan pook minuman dan makanan yang setara dengan 2100

kalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan.

Garis kemiskinan (GK) = Garis Kemiskinan Makanan (GKM) +

Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM).

3. Persentase Kemiskinan (Tingkat Kemiskinan). Secara sederhana

Persentase Kemiskinan yang juga disebut Tingkat Kemiskinan

menggambarkan proporsi penduduk miskin di suatu wilayah.

Perhitungan dilakukan dengan rumus tertentu yang

menggambarkan prosentase jumlah penduduk yang hidup di

bawah garis kemiskinan di suatu wilayah dibandingkan jumlah

penduduk di wilayah terrsebut.

4. Biasanya BPS mengadakan pengukuran Jumlah dan persentase

penduduk miskin dengan survey Susenas (Survey Sosial Ekonomi

Nasional) dan mengeluarkan data pada maret dan sepetember

tahun yang bersangkutan (Sumber: BPS, Eknsiklopedia BPS).

Merujuk definis tersebut, adalah sangat berbeda antara jumlah

penduduk miskin dan persentase penduduk miskin. Jumlah penduduk

32
miskin sangat berkorelasi dengan jumlah penduduk. Sebagai misal

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan DKI karena merupakan Provinsi

terpadat dengan jumlah penduduk paling banyak otomatis jumlah

penduduk miskinnya juga banyak dan jauh lebih banyak apabila

dibandingkan dengan Papua, NTB misalnya. Sehingga jumlah penduduk

miskinnya jika dirangking maka langsung ketiga Provinsi itu menempati

urutan teratas. Tetapi, jika jumlah penduduk miskin tersebut dipersentase

dengan perhitungan BPS tadi hasilnya berbeda, Provinsi yang paling

tinggi persentase kemiskinan adalah bisa jadi provinsi lain.

d. Penanggulangan Kemiskinan

TNP2K adalah singkatan dari Tim Nasional Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan, lembaga yang dibentuk sebagai wadah

koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan di tingkat pusat

untuk melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan. TNP2K

dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15

Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. TNP2K

bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia dan diketuai

oleh Wakil Presiden Republik Indonesia.

Tugas- tugas dari TNP2K adalah sebagai berikut :

1. Menyusun kebijakan dan program penanggulangan

kemiskinan.

33
2. Melakukan sinergi melalui sinkronisasi, harmonisasi, dan

integrasi program-program penanggulangan kemiskinan di

kementerian/lembaga.

3. Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan

program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan.

Untuk menunjang penanggulangan kemiskinan yang komprhensif

dan mewujudkan percepatan dan penanggulangan kemiskinan

dirumuskan empat strategi utama. Strategi penanggulangan kemiskinan

yang dirumuskan oleh TNP2K diantaranya :

1. Memperbaiki program perlindungan sosial

Memperbaiki dan mengembangkan sistem pelindungan sosial

bagi penduduk miskin dan rentan. Sistem perlindungan sosial

dimaksudkan untuk membantu individu dan masyarakat menghadapi

goncangan goncangan dalam hidup seperti ditimpa bencana atau

bencana alam, dan sebagainya. Sistem perlindungan sosial yang

efektif akan mengantisipasi agar seseorang atau masyarakat yang

mengalami goncangan tidak sampai jatuh miskin, ini didasari satu

fakta besarnya jumlah masyarakat yang rentan jatuh dalam

kemiskinan di Indonesia.

Menghadapi masalah tingginya potensi kerawanan sosial,

indonesia juga dihdapkan pada fenomena terjaidnya populasi

penduduk tua pada struktur demografinya. Hal ini dikhawatirkan akan

34
menimbulkan beban ekonomi terhadap generasi muda untuk

menanggung mereka atau tingginya rasio ketergantungan. Oleh

karena itu, untuk menanggulangi semakin besarnya program bantuan

sosial untuk melindungi mereka yang tidak miskin agar tidak menjadi

miskin dan mereka yang sudah miskin agar tidak menjadi lebih

miskin,

2. Meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar

Memperbaiki akses kelompok masyarakat miskin terhadap

pelayanan dasar. Akses terhadap pelayanan pendidikan,kesehatan,air

bersih dan sanitasi,serta pangan dan gizi akan membantu mengurangi

biaya yang harus dikeluarkan oleh kelompok masyarakat miskin.

Disisi lain peningkatan akses terhadap pelayanan dasar mendorong

peningkatan investasi modal manusia.

2.2.4 Intervensi Pekerjaan Sosial Terhadap Kemiskinan

a) Pengertian Pekerjaan Sosial

35
Definisi pekerjaan sosial menurut Walter A. Friedlander dalam

Dwi Heru Sukoco (1993) adalah “suatu pelayanan professional yang

dilaksanakan pada ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam relasi

kemanusiaan yang bertujuan untuk membantu, baik secara perseorangan

maupun kelompok untuk mencapai kepuasan dan ketidaktergantungan

pribadi dan sosial”.

Berdasarkan definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pekerjaan sosial adalah suatu profesi yang membantu meningkatkan

keberfungsian sosial seseorang melalui pemecahan/intervensi masalah

yang dihadapinya.

b) Kerangka Pekerjaan Sosial

Dalam pekerjaan sosial terdapat tiga kerangka utama antara lain

sebagai berikut:

1) Kerangka Pengetahuan (Body of Knowledge) yang

dikelompokan ke dalam 3 golongan yaitu pengetahuan

tentang klien, pengetahuan tentang lingkungan sosial, dan

pengetahuan tentan profesi pekerjaan sosial professional

2) Kerangka Nilai (Body of Value) yang dikelompokkan ke

dalam elemen – elemen nilai dalam praktek pekerjaan sosial,

yaitu societal value, code of Ethic, Agency Purpose, dan

Theory

36
3) Kerangka Keterampilan (Body of Skill) keterampilan –

keterampilan dasar antara lain keterampilan memberikan

pertolongan dasar, keterampilan melakukan perjanjian

(engangement), keterampilan berkomunikasi, dan

keterampilan empati.

c) Tujuan Pekerjaan Sosial

setiap profesi pasti memiliki tujuan untuk mengetahui apa

yang akan dilakukan dan hasil apa yang diinginkan. Begitu pula

dengan pekerjaan sosial, menurut Zastrow dalam Adi Fahrudin

(2012:66-67) pekerjaan sosial memiliki tujuan yaitu :

a. Meningkatkan kemampuan orang untuk memecahkan

masalah

b. Menghubungkan orang dengan sistem-sistem yang

memberikan kepada mereka sumber-sumber, pelayanan,

dan kesempatan.

c. Menigkatkan keefektivan berperikemanusiaan dari sistem-

sistem yang meyediakan orang dengan sumber dan

pelayanan.

d. Mengembangkan dan memperbaiki kebijakan sosial

37
e. Meningkatkan kesejahteraan manusia dan mengurangi

kemiskinan,penindasan,dan bentuk ketidakadilan sosial

lainnya.

f. Mengusahakan kebijakan-kebijakan,pelayanan-pelayanan,

dan sumber-sumber melalui advokasi dan tindakan

tindakan sosial dan politik yang meningkatkan keadilan

sosial dan ekonomi.

g. Mengembangkan penelitian pengetahuan dan

keterampilan yang memajukan praktik pekerjaan sosial.

h. Mengambangkan dan menerapkan praktik dalam konteks

budaya yang bermacam-macam.

d) Teknik Pekerjaan Sosial

Netting etl (1993) menuturkan bahwa terdapat unsur ke lima

yang juga penting dipertimbangkan dalam pemilihan Teknik.

Teknik yang dipilih tidak membahayakan klien,dan jika

mungkin system klien selalu terlihat dalam pemilihan Teknik

intervensi yang akan digunakan Brager (1987) dan Holloway

38
(1978) membagi 3 jenis Teknik beserta taktik dalam

pengembangan masyarakat

a. Kaloborasi (kerjasama)

Kaloborasi dilakukan apabila system sasaran setuju

(mudah teryakinkan untuk sepakat) dengan system

kegiatan mengenai perlunya perubahan dan dukungan

alokasi sumber. Ada dua jenis taktik kaloborasi, yaitu :

1. Implementasi, digunakan melalui system kegiatan dan

system sasaran bekerja sama dengan kesepakatan akan

perubahan yang diinginkan serta adanya dukungan

pengambil keputusan akan alokasi dana yang

dibutuhkan.

2. Membangun kapasitas, yang dilakukan melalui

partisipasi dan pemberdayaan.

b. Kampanye (penyuluhan sosial)

Teknik ini diperlukan untuk dilakukan apabila system

sasaran tidak menolak untuk berkomunikasi dengan

system kegiatan,akan tetapi consensus akan perlunya

perubahan belum tercapai,atau system sasaran mendukung

perubahan tetapi tidak ada alokasi sumber untuk

perubahan tersebut.

1. Teknik edukasi, system perubahan berinteraksi dengan

system sasaran dengan menyajikan berbagai

39
persepsi,sikap,opini,data dan informasi mengenai

perubahan yang diinginkan,dengan tujuan untuk

meyakinkan system sasaran mengubah cara berpikir

atau bertindaknya, yang selama ini dianggap kurang

sejalan dengan perubahan yang diperlukan.

2. Teknik persuasi, mengacu pada seni untuk

meyakinkan orang lain agar menerima dan

mendukung pandangan pandangannya atau

persepsinya mengenai suatu isu. Yang termasuk pada

Teknik persuasi adalah kooptasi,loby,dan penggunaan

media massa.

c. Kontes

Kontes dilakukan apabila system sasaran tidak setuju

dengan perubahan dan atau alokasi sumber dan masih

terbuka bagi terjadinya komunikasi mengenai

ketidaksepakatan ini. Kegiatan yang termasuk kategori

Teknik ini,adalah tawar menawar dan aksi masyarakat.

e) Langkah Pengembangan Masyarakat

Langkah langkah dalam pengembangan dan pengorganisasian

masyarakat antara lain (Edi Suharto,2005)

a. Persiapan sosial, bertujuan untuk mengajak partisipasi atau

peran serta masyarakat sejak awal kegiatan, selanjutnya

40
sampai dengan perencanaan program,pelaksanaan hingga

pengembangan program kesehatan masyarakat. Kegiatan

kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih ditekankan kepada

persiapan yang harus dilakukan baik aspek

teknis,administrative,dan program yang dilakukan.

1. Tahap pengenalan masyarakat, dalam tahap ini pekerjaan

sosial sebagaimana adanya tanpa prasangka sambal

menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan yang akan

dilaksanakan. Tahap ini dapat dilakukan melalui jalur

formal yaitu dengan melalui system pemerintah setempat,

dan dapat pula melalui jalur informal misalnya

wawancara kepada tokoh masyarakat.

2. Tahap pengenalan masalah, dalam tahap ini dituntut suatu

kemampuan untuk dapat mengenal masalah-masalah yang

benar benar menjadi kebutuhan masyarakat. Untuk dapat

mengenal masalah,diperlukan interkasi dan interelasi

dengan masyarakat.

3. Tahap penyadaran masyarakat, tahap ini bertujuan untuk

membuat masyarakat sadar akan partisipasi dalam

penanganan masalah dan tahu akan cara memenuhi

kebutuhan akan upaya pelayanan kesehatan sesuai dengan

potensi dan sumber daya yang ada.

b. Pelaksanaan

41
Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam pelaksanaan

kegiatan penanngulangan masalah masyarakat yaitu :

1. Pilih kegiatan yang dirasakan manfaatnya oleh

masyarakat

2. Libatkan peran serta masyarakat secara aktif dalam upaya

penanggulangan masalah.

3. Kegiatan disesuaikan dengan kemampuan,waktu,dan

sumber daya yang tersedia di masyarakat

4. Tumbuhnya rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka

mempunyai kemampuan dalam penanganan masalah.

c. Evaluasi

Penilaian dapat dilakukan setelah pelaksanaan dilakukan

dalam waktu tertentu. Penilaian dalam hal ini ada du acara

yaitu :

1. penilaian selama kegiatan berlangsung

2. penilaian setelah kegiatan berlangsung

d. Perluasan

42
Perluasan merupakan pengembangan dari kegiatan yang

dilakukan dengan du acara yakni perluasan kuantitatif dan

perluasan kualitatif.

e. Pendampingan sosial

Pendampingan sosial dapat diartikan sebagai interaksi

dinamis antara kelompok miskin dan pekerja sosial untuk

secara Bersama sama menghadapi berbagai tantangan seperti

merancang program perbaikan kehidupan sosial ekonomi,

memobilisasi sumber daya eksternal atas nama dan demi

kepentingan masyarakat.

2.2.5 Pekerjaan Sosial dengan Kemiskinan

Kemiskinan disebut juga sebagai masalah multidimensi oleh

anggota masyarakat yang kurang beruntung disebabkan oleh berbagai hal

baik dari pribadi individu itu sendiri maupun dari faktor luar individu

yang mengakibatkan mereka tidak berdaya dan tidak mampu untuk

mengakses sistem sumber yang ada di sekitarnya. Sebagai upaya

mengatasi masalah kemiskinan yang dapat dilakukan pekerja sosial

sebagaimana dikeumkakan oleh Soetarso dalam Bambang Rustanto

(2014:12) dimana pekerja sosial melaksanakan tugas-tugas

menyelesaikan suatu atau lebih fungsi praktik pekerjaan sosial, anatar

lain :

43
a. Membantu orang untuk meningkatkan dan menggunakan

secara lebih efektif kemampuan mereka untuk melaksanakan

tugas kehidupan mereka dan memecahkan masalah mereka.

b. Menciptakan jalur hubungan pendahuluan diantara orang

dengan sistem sumber

c. Mempermudah interaksi,merubah,dan menciptakan hubungan

baru diantara orang dengan sistem sumber kemasyarakatan.

d. Mempermudah interaksi,merubah,dan menciptakan hubungan

antara orang orang dengan dilingkungan sistem sumber.

e. Memberikan sumbangan bagi perubahan perbaikan dan

perkembangan kebijaksanaan dan perundangundangan sosial.

f. Meratakan sumber-sumber material

g. Bertindak sebagai kontrol sosial

Praktik pekerjaan sosial yang efektif untuk menangani masalah

kemiskinan diwujudkan dengan cara pekerja sosial harus dibekali dengan

keterampilan praktik pekerjaan sosial yang menurut Soetarso dalam

Bambang Rustanto (2014:13) dapat dibedakan menjadi 8 bidang utama

yaitu :

1. Pengungkapan dan pemahaman masalah

2. Pengumpulan data

3. Mengadakan kontak pendahuluan

4. Membicarakan kontrak

5. Membentuk sistem kegiatan

44
6. Memantapkan dan mengkoordinasikan sistem kegiatan

7. Memberikan pengaruh

8. Memberikan usaha perubahan

C. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

Metode Evaluatif. Metode Evaluatif digunakan untuk mengetahui efektivitas

suatu program yaitu program RASTRA di Kota Bandung. Penerapan metode

evaluative ini dengan membandingkan antara pelaksana program RASTRA di

Kota Bandung dengan petunjuk teknis yang telah ditetapkan untuk mencapai

tujuan berdasarkan indicator ketetapan dalam program, tersebut. Menurut

Suchman yang dikutip oleh Moh.Nazir(2011:91) yang mendefenesikan

penelitian evaluative sebagai penentuan,hasil yang diperoleh dengan beberapa

kegiatan yang dibuat untuk memperoleh suatu tujuan tentang nilai atau

performance.

3.2 Definisi Operasional

Defenisi operasional ini untuk memperjelas pengertian dan membatasi ruang

lingkup konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini guna menghindari

kesalahpahaman dalam menafsirkan hal-hal yang terdapat dalam judul,sehingga

peneliti merumuskan defenisi operasional sebagai berikut :

45
1) Efektivitas

Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang didapatkan

dari jawaban responden atas pernyataan mengenai efektivitas yang meliputi

enam aspek yaitu ketepatan sasaran penerima program,ketepatan

waktu,ketepatan harga,ketepatan jumlah,ketepatan kualitas,ketepatan

administrasi.

2) Program RASTRA

Program Rastra adalah suatu program yang diupayakan pemerintah terutama

untuk memberikan bantuan berupa kebutuhan pokok beras jepada keluarga

miskin yang terdaftar sebagai penerima manfaat yang hasil dari pendapatan

dengan berdasarkan kriteria-kriteria.

3) Keluarga Miskin

Keluarga Miskin adalah keluarga yang tidak memiliki pekerjaan atau

memiliki pekerjaan tetapi hasil yang diperoleh tidak dapat mencukupi

kebutuhan sehari hari untuk dirinya,pasangannya,dan anak anak. Sementara

selain kebutuhan pangan yang harus dipenuhi setiap hari,.

4) Kota Bandung

Kota Bandung merupakan salah satu kota yang ada di Provinsi Jawa Barat.

Dan Kota Bandung merupakan ibukota provinsi yang warganya mendapat

program RASTRA dan sebagai Lokasi Penelitian.

46
3.3 Sumber Data

Sumber utama dalam penelitian ini adalah Keluarga Miskin di Kota

Bandung dengan menggunakan sumber data sebagai berikut:

1. Sumber Data Primer

Data primer yaitu informan yang dapat memberikan informasi secara

langsung. Informan dalam penelitian ini adalah warga Kota

Bandung,Pemerintah Kota Bandung yang meliputi Dinas Sosial dan juga

Bulog.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang tidak langsung diberikan kepada

peneliti,misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari dokumen.

Dlam penelitian ini digunakan catatan catatan atau file dari Dinas Sosial dan

Bulog serta dokumentasi sebagai data pelengkap.

3.4 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2014:80), Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini bersifat heterogen,yang berarti bahwa gejala gejala

kehidupan responden bersifat unik dn kompleks. Jumlah populasi yang dijadikan

47
sasaran dalam penelitian ini sebanyak 2.564 KK penerima program RASTRA

yang tersebar di 3 Kecamatan.

2. Sampel

Menurut Sugiyono(2007:81), Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pupulasi yang ada di Kota

Bandung cukup besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada

di populasi tersebut serta keterbatasan dana,tenaga,dan waktu maka peneliti

dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut dan sampel

tersebut harus benar-benar representative(mewakili).

Populasi untuk penelitian ini sebanyak 2.564 KK. Populasi yang banyak

ini menyebabkan kesulitan bagi peneliti dapat mengumpulkan data,oleh karena

itu diambil sampel dengan menggunakan Teknik Proporsional sampling. Teknik

ini dapat digunakan pada populasi berstrata,populasi area,ataupun populasi

cluster.

Teknik ini yang paling penting yaitu penggunaan perwakilan berimbang.

Populasi yang terdiri dari 2.564 KK tesebut tersebar di 3 kecamatan dan

pengambilan sampelnya dengan mengambil 25% dari jumlah kepala keluarga

miskin di setiap kecamatan tersebut. Mengacu pada pendapat suharsimi Arikunto

(2002:112) menyatakan bahwa :

Untuk ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih lebih

baik diambil smeua,sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

48
Apabila subjeknya lebih besar dapat diambil antara 20-25% atau lebih

tergantung setidak-tidaknya kemampuan peneliti dilihat dari segi

waktu,tenaga,dan dana. Sempit luasnya wilayah penelitian dari subjek karena hal

ini dapat dilihat banyak sedikitnya biaya serta besar kecilnya resiko yang

ditanggung peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar hasilnya akan lebih

baik

Berdasarkan pendapat tersebut maka jumlah sampel yang diambil pada

penelitian ini 25% setiap populasi. Populasi yang terdiri dari 2564 KK dihitung

menggunakan proporsional sampling,sebagai berikut : Tabel 3.4

NO KECAMATAN RW PENGAMBILAN SAMPEL HASIL

1. DAGO RW 01 25%250 62

RW 02 25%320 80

RW 03 25%120 30

RW O4 25%200 50

2, SUKAJADI RW 01 25%418 104

RW 02 25%249 63

RW 03 25%178 44

3. REGOL RW 01 25%342 85

RW 02 25%423 105

RW 03 25%64 16

TOTAL 639

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:

1) Kuesioner (Angket)

49
Angket adalah Teknik pengumpulan data dengan menyerahkan daftar

pernyataan untuk diisi sendiri oleh responden. Angket ini diberikan kepada

keluarga miaskin penerima program RASTRA yang ada di Kota Bandung.

Dalam pelaksanaannya,peneliti melakukan kunjungan ke setiap rumah

responden dan bertemu langsung dengan kepala keluarga miskin penerima

program RASTRA,kemudian pneliti memberikan angket kepada responden

untuk diteliti.

2) Observasi

Observasi adalah suatu proses untuk memperoleh data dengan cara

mengamati langsung dengan kondisi responden berikut dengan keadaan

tempat tinggal responden. Pelaksanan kegitan observasi dilakukan saat

penyebaran angket di setiap rumah responden. Dan juga observasi dilakukan

dengan peneliti memperhatikan responden dalam mengisi angket sekaligus

peneliti memperhatikan detail tempat tinggal responden,karena berkaitan

dengan aspek dalam pernyataan

3) Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data studi dokumentasi dilakukan dengan cara

mencatat data yang tela ada di tempat penelitian dengan jalan membaca dan

mempelajari dokumen dokumen atau arsip,literatur dan bahan tertulis

lainnya. Data dan informasi yang diambil dengan Teknik ini antara lain data

tentang monografi dan profil Kota Bandung,daftar penerima program

RASTRA,buku pedoman umum maupun petunjuk teknis program

RASTRA.

50
3.6 Alat Ukur dan Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012: 121). Tipe Validitas

muka (face validity). Validitas muka yang sebagaimana yang dijelaskan oleh

Moh.Nazir (2011:149).

Berhubungan dengan penilaian para ahli terhadap suatu alat ukur. Jika

ahli ahli tersebut berpendapat bahwa unsur-unsur dalam alat ukur dapat

mengukur variabel yang diteliti secara baik,maka alat ukur tersebut mempunyai

validitas muka yang tinggi.

Uji Validitas muka dilakukan peneliti untuk memperoleh gambaran

sejauh mana item-item pernyataan atau pernyataan dalam instrument dan

mewakili seluruh kompenen dalam variabel yang diteliti (represenattif) serta

mencerminkan ciri-ciri dari variabel yang hendak diukur (relevansi) dengan

mengonsultasikan kepada dosen pembimbing peneliti.

3.7 Teknik Analisis Data

51
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data kuantitatif. Proses analisa data kuantitaif ini meliputi peneditan

data,pengkuantifikasian data (penyusunan kategorisasi jawaban terhadap

instrumen dan memberi skor), penyusunan ringkasan data yang menarik

kesimpulan generalisasi dengan menggunakan alat bantu teknik statistik,

kemudian menafsirkan hasil perhitungan statistik.

Teknik Analisisi data juga dilakukan dengan analisis data kuantitatif,

yaitu dengan mendeskripsikan hasil penelitian dengan kata kata dan kalimat

untuk menjelaskan angka yang dihasilkan dari perhitungan data kuantitaif.

Teknik ini juga menganalisa data secara rinci dalam bentuk angka dari jawaban

responden atas pertanyaan penelitiaan untuk mendapatkan deskripsi tentang

masalah penelitian, yang berkaitan dengan efektivitas program beras sejahtera di

Kota Bandung.

3.8 Jadwal Penelitian

Tabel 3.8 : Jadwal Penelitian Efektivitas Program Beras Sejahtera di Kota

Bandung Tahun 2019-2020

Waktu Pelaksanaan

No Kegiatan Tahun 2019-2020

Des Jan Feb Mei Juni Juli

1 Penyusunan

52
Proposal

2 Seminar

Proposal

3 Penjajakan

4 Penyusunan

Instrumen

5 Pengumpulan

Data

6 Pengolahan dan

Analisis Data

7 Pengesahan

hasil

8 Sidang KIA

53
DAFTAR PUSTAKA

Adi Fharudin.2012. Pengantar kesejahteraan Sosial. Bandung : Refika Aditama

Bambang Rustanto.2014. Pekerja Sosial dalam penanggulangan kemiskinan di

Indonesia. Bandung : STKS Bandung Press

Dwi Heru Sukoco.1983. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya.

Bandung : Kopma STKS

Edi Soeharto.2003. Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial. Bandung: STKS Bandung

Irawan Soehartono.2004. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Moch. Nazir.2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Bogor : Ghalia Indonesia

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : Alfabeta

Penelitian Terdahulu

Mohammad Musklin.2011.Implementasi Program RASKIN di Desa Kesuben,

Kecamatan Lebaksitu, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Bandung :

STKS

54
Nuriyani. 2014. Program Pengembangan Kapasitas Tim RASKIN dalam Implementasi

Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Wirobrajan,Kecamatan

Wirobrajan,Kota Yogyakarta. Bandung : STKS

Rizki Ika Fianti 2017. Efektivitas Program Beras Sejahtera Bagi Keluarga Miskin di

Desa Kuwarasan, Kecamatan Kuwarasan, Kabupaten Kebumen, Provinsi

Jawa Tengah. Bandung : STKS

Sumber Lain

Daftar Penerima Beras Untuk Keluarga Miskin Kota Bandung

Pedoman Umum Program RASKIN tahun 2017. Direktorat Jenderal Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa dengan Perum BULOG

Peraturan Presiden Nomor 15 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 08 tahun 2012 tentang Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial

www.bandung.go.id diaksespada tanggal 2 Mei 2018

www.tnp2k.go.id diakses pada tanggal 8 Mei 2018

55

Anda mungkin juga menyukai