Anda di halaman 1dari 10

KASUS ALERGI OBAT DAN PENANGANANNYA,

MACAM-MACAM OBAT INJEKSI

DAN KELOMPOK OBAT ANTIBIOTIK DAN ANTIHIPERTENSI

NAMA : PUJI LARASATI

NIM: 2001047

UNIVERSITAS ANNUR PURWODADI

PRODI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN

TAH UN AJARAN 2022/2023


A. KASUS ALERGI OBAT
1. Devinisi alergi
Alergi merupakan suatu kondisi reaksi hipersensitivitas yang terjadi ketika sistem
imun bekerja secara berlebihan terhadap bahan yang umumnya tidak menimbulkan reaksi
pada orang normal. Bahan penyebab alergi disebut alergen yaitu misalnya debu, jamur,
tungau, bulu binatang, atau makanan, seperti kacang-kacangan, telur, kerang, ikan dan
susu.
Berdasarkan survei penelelitian pada tahun 2011 didapatkan angka persebaran alergi
obat di berbagai negara dunia, yaitu Eropa sebanyak 18.2%, Asia pasifik sebanyak
19.5%, Amerika Utara sebanyak 7.8%, Amerika Latin sebanyak 9.1%, dan bagian timur
tengah dari Afrika sebanyak 3.9%. Jumlah angka kejadian alergi obat di Indonesia masih
belum diketahui secara tepat, data terbaru hanya menunjukkan bahwa pada tahun 2009-
2013 di kota Bandung, Indonesia dilaporkan sebanyak 57 kasus kejadian alergi obat.
Alergi obat adalah reaksi alergi yang tidak normal dari sistem kekebalan tubuh
terhadap obat-obatan. Obat-obatan yang dimaksud termasuk obat bebas, obat resep, dan
obat herbal, baik yang diminum maupun digunakan dengan cara lain. Gejala paling
umum dari alergi obat-obatan adalah demam serta gatal dan ruam pada kulit. Kondisi ini
dapat mempengaruhi setiap orang dengan cara yang berbeda-beda, tergantung tingkat
keparahan alergi dan seberapa banyak obat yang Anda konsumsi.
Sistem kekebalan tubuh pada dasarnya membantu melindungi tubuh dari penyakit.
Sistem imun dirancang untuk melawan penyebab penyakit, seperti virus, bakteri, parasit,
dan zat berbahaya lainnya. Namun, pada kasus alergi obat, sistem kekebalan tubuh salah
mengira obat yang masuk ke tubuh sebagai salah satu penyerang tubuh. Tubuh
menanggapi obat sebagai ancaman, sehingga sistem kekebalan pun mulai membuat
antibodi. Hal tersebut merupakan protein khusus yang diprogram untuk menyerang
ancaman. Namun, sayangnya dalam hal ini yang diserang adalah obat. 
1. Apa bedanya dengan efek samping obat?
Alergi obat berbeda dengan efek samping obat. Efek samping adalah dampak yang
mungkin dialami orang sehat yang minum obat, serta tidak selalu melibatkan sistem
imun. Kondisi ini mungkin merugikan, tapi juga bisa menguntungkan. Misalnya, aspirin
yang digunakan untuk mengobati sakit kepala sering menyebabkan sakit perut. Akan
tetapi, obat ini juga mempunyai efek samping yang menguntungkan, yakni mengurangi
risiko serangan jantung dan stroke.
Sementara itu, reaksi alergi merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh
reaksi sistem imun manusia terhadap zat pemicu alergi. Dalam kasus ini, zat pemicunya
adalah obat yang Anda gunakan.
2. Gejala Alergi Obat
Gejala umumnya terjadi beberapa jam setelah menggunakan obat tersebut. Namun,
gejala dapat juga timbul bertahap, tidak langsung muncul saat pertama kali menggunakan
obat. Pada sebagian kasus, gejala baru timbul setelah beberapa hari atau setelah beberapa
minggu menggunakan obat. Gejala yang umum dialami pengidap antara lain:
 Ruam kemerahan atau bentol pada kulit.
 Gatal.
 Demam.
 Bengkak.
 Sesak napas atau napas berbunyi.
 Batuk.
 Mata gatal dan berair.
Selain gejala yang disebutkan di atas, reaksi alergi berat atau anafilaksis dapat disertai
dengan:
 Jantung berdetak dengan cepat.
 Saluran pernapasan dan tenggorokan menyempit, sehingga sulit bernapas.
 Gelisah dan cemas.
 Pusing.
 Hilang kesadaran atau pingsan.
 Tekanan darah turun drastis.
Pada kondisi yang sangat serius dan mengancam nyawa, gejala dapat disertai dengan:
 Kulit berwarna kemerahan dan nyeri.
 Kulit bagian luar mengelupas.
 Kulit terlihat melepuh.
 Demam.
 Ruam atau lenting menyebar ke mata, mulut, dan area kelamin.
Jika ditemukan gejala alergi berat atau sangat serius, pengidap harus segera dilarikan ke
rumah sakit.
3. Penyebab Alergi Obat
Ada kemungkinan kamu tidak menyadari paparan awal terhadap obat. Beberapa
bukti menunjukkan bahwa beberapa obat, seperti antibiotik, mungkin baik untuk sistem
kekebalan dalam membuat antibodi. 
Beberapa reaksi alergi obat bisa terjadi akibat proses yang berbeda. Para peneliti
percaya bahwa beberapa obat dapat mengikat langsung ke jenis sel darah putih (sel T)
dalam sistem kekebalan. Peristiwa ini memicu pelepasan bahan kimia yang dapat
menyebabkan reaksi alergi saat pertama kali seseorang menggunakan obat tersebut. 
Alergi juga disebabkan sistem kekebalan tubuh salah mengidentifikasi suatu obat sebagai
zat yang membahayakan tubuh. Akibatnya, tubuh akan membuat antibodi dan
menyebabkan timbulnya gejala alergi.
Beberapa obat yang dapat menjadi penyebab alergi adalah:
 Antibiotik (contohnya Penisilin).
 Anti-radang (antiinflamasi) nonsteroid.
 Aspirin.
 Krim atau losion kortikosteroid.
 Anti-kejang (antikonvulsan).
 Obat-obatan penyakit autoimun.
 Obat-obatan herbal.
 Insulin.
 Vaksin.
 Obat-obatan hipertiroidisme.
 Obat-obatan kemoterapi.
 Obat-obatan infeksi HIV dan AIDS.
 Produk bee pollen.
 Bahan kontras yang digunakan pada tes pencitraan (radiocontrast media).
 Obat bius (anestesi). 

4. Faktor Risiko Alergi Obat


Tidak semua orang berisiko mengalaminya. Beberapa faktor risikonya adalah:

 Peningkatan paparan terhadap suatu obat, misalnya karena penggunaan berulang,


dalam           waktu yang panjang, atau dengan dosis yang tinggi.
 Keturunan. Jika terdapat anggota keluarga yang alergi terhadap suatu obat, seseorang
akan lebih berisiko mengalaminya.
 Memiliki alergi jenis lain, misalnya alergi makanan.
 Memiliki alergi terhadap obat-obatan yang lain, misalnya seseorang yang alergi
terhadap penisilin juga akan alergi dengan amoxicillin.
 Mengidap penyakit tertentu, seperti HIV atau infeksi virus Epstein-Barr.

5. Diagnosis Alergi Obat


Diagnosis dilakukan melalui beberapa langkah, antara lain:
 Riwayat perjalanan alergi obat, riwayat alergi lainnya, dan riwayat alergi pada
keluarga.
 Pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan gejala alergi, meliputi ruam kemerahan,
lenting,     serta memeriksa keadaan saluran napas dan jantung pengidap.
 Pemeriksaan laboratorium meliputi tes kulit (skin test) dan tes darah. 
6. Pencegahan Alergi Obat
Jika kamu memiliki alergi obat, pencegahan terbaik adalah menghindari masalah obat.
Langkah-langkah yang dapat kamu lakukan untuk mencegahnya antara lain:
 Menginformasikan pada dokter atau tenaga kesehatan. Pastikan bahwa alergi
diidentifikasi dengan jelas dalam catatan medis. Beri tahu juga penyedia layanan
kesehatan lainnya, seperti dokter gigi atau spesialis medis lainnya. 
 Gunakan identitas yang menunjukkan alergi obat. Hal ini bisa berupa gelang
peringatan medis yang mengidentifikasi alergi. Informasi ini dapat memastikan
perawatan yang tepat dalam keadaan darurat. 
7. Penatalaksanaan mandiri yang dapat dilakukan di rumah?
Alergi obat merupakan kondisi yang berdampak besar bagi kesehatan. Selain
memicu berbagai gejala pada tubuh, kondisi ini juga dapat menghambat pengobatan
karena Anda harus mencari alternatif obat yang lebih aman.
Langkah terbaik yang dapat Anda lakukan untuk mencegah alergi obat adalah
berhenti minum obat yang menjadi pemicunya, dan periksakan diri Anda ke dokter.
Pemeriksaan sedini mungkin bisa mencegah reaksi alergi parah di masa yang akan
datang. Coba tanyakan kepada dokter apakah ada obat jenis lain yang bisa Anda gunakan
sebagai alternatif.
Apabila mengalami alergi obat dengan gejala ringan, maka dapat melakukan
perawatan mandiri di rumah. Cara mengatasi alergi obat, di antaranya dengan mandi air
dingin, memberi kompres dingin atau mengoleskan losion calamine pada kulit atau area
tubuh yang terasa gatal dan muncul ruam, serta konsumsi obat antihistamin.
Saat mengalami gejala alergi obat, usahakan tidak panik. Jika gejala yang muncul tak
kunjung membaik, maka segera bawa ke dokter atau ke Rumah Sakit agar penanganan
dapat dilakukan secara cepat dan tepat.

B. MACAM-MACAM 2 OBAT INJEKSI


1. INJEKSI ONDANSENTRON
Ondansetron adalah obat yang digunakan untuk mencegah serta mengobati mual
dan muntah yang bisa disebabkan oleh efek samping kemoterapi, radioterapi, atau
operasi. Obat ini hanya boleh dikonsumsi dengan resep dokter.
Ondansetron adalah antiemetik (antimual) yang termasuk dalam kelompok
antagonis reseptor serotonin (reseptor 5HT3). Serotonin sendiri adalah zat kimia yang
secara alami diproduksi tubuh untuk berbagai tujuan. Salah satunya adalah untuk
mengatur gerakan usus dan saluran pencernaan secara menyeluruh.

Apa itu Ondansetron?
Golongan Obat resep

Kategori Antiemetik antagonis reseptor serotonin


Mencegah dan mengobati mual dan
Manfaat
muntah.
Digunakan
Dewasa dan anak-anak
oleh
Kategori B: Studi pada binatang
percobaan tidak memperlihatkan adanya
risiko terhadap janin, tetapi belum ada
Ondansetron
studi terkontrol pada wanita hamil.Belum
untuk ibu
diketahui apakah ondansetron dapat
hamil dan
terserap ke dalam ASI atau tidak. Bila
menyusui
Anda sedang menyusui, jangan
menggunakan obat ini sebelum
berkonsultasi dulu dengan dokter.
Tablet, tablet cepat larut, sirop, suntik,
Bentuk obat
dan infus

2. INJEKSI RANITIDIN
Ranitidin adalah obat yang digunakan untuk mengobati gejala atau penyakit yang
berkaitan dengan produksi asam lambung berlebih. Beberapa kondisi yang dapat
ditangani dengan ranitidin adalah tukak lambung, penyakit maag, penyakit asam
lambung (GERD), dan sindrom Zollinger-Ellison.
Produksi asam lambung yang berlebihan dapat memicu iritasi serta peradangan
pada dinding lambung dan saluran pencernaan. Hal ini dapat menyebabkan berbagai
gejala, seperti rasa panas pada ulu hati dan tenggorokan, mual, serta kembung. Ranitidin
bekerja dengan cara menghambat produksi asam lambung yang berlebih, sehingga
gejala tersebut dapat mereda.

Apa Itu Ranitidin
Golongan Antagonis H2
Kategori Obat resep
Menurunkan produksi asam
Manfaat
lambung berlebih
Digunakan
Dewasa dan anak-anak
oleh
Kategori B: Studi pada binatang
percobaan tidak memperlihatkan
adanya risiko terhadap janin, tetapi
Ranitidin
belum ada studi terkontrol pada
untuk ibu
wanita hamil.Ranitidin dapat
hamil dan
terserap ke dalam ASI. Bila Anda
menyusui
sedang menyusui, jangan
menggunakan obat ini tanpa
berkonsultasi dulu dengan dokter.
Bentuk Tablet, kaplet, sirop, dan cairan
obat suntik
3. INJEKSI KETOROLAK
Ketorolac adalah obat untuk meredakan nyeri sedang hingga berat. Obat ini sering
digunakan setelah operasi atau prosedur medis yang bisa menyebabkan nyeri. Ketorolac
merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang memiliki bentuk
sediaan tablet dan suntik.
Ketorolac bekerja dengan cara menghambat produksi senyawa kimia yang bisa
menyebabkan peradangan dan rasa nyeri. Ketorolac dapat digunakan sebagai terapi
tunggal atau dikombinasikan dengan obat pereda nyeri lain, termasuk obat pereda nyeri
golongan opioid.

Apa Itu Ketorolac


Golongan Obat resep
Kategori Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
Manfaat Meredakan peradangan dan nyeri
Digunakan
Dewasa
oleh
Kategori C (Trimester pertama dan
kedua): Studi pada binatang percobaan
memperlihatkan adanya efek samping
terhadap janin, namun belum ada studi
terkontrol pada wanita hamil.
Obat hanya boleh digunakan jika besarnya
manfaat yang diharapkan melebihi besarnya
Ketorolac risiko terhadap janin.
untuk ibu
Kategori D (Trimester ketiga): Ada bukti
hamil dan
bahwa kandungan obat berisiko terhadap
menyusui
janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang
diperoleh mungkin lebih besar daripada
risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi
yang mengancam nyawa.
Ketorolac dapat terserap ke dalam ASI.
Sebelum menggunakan obat ini, beri tahu
dokter jika Anda sedang menyusui.

Bentuk obat Tablet, suntik

C. MACAM OBAT ANTIBIOTK, ANTI HIPERTENSI DAN DOSISNYA


a. Obat antibiotic
1. Penicilin (Amoxcilin)
Dosis amoxicillin yang diberikan oleh dokter tergantung pada kondisi yang ingin
ditangani, usia, bentuk sediaan obat, serta jenis dan keparahan infeksi. Amoxicillin
suntik akan disuntikkan langsung oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan
dokter. Berikut adalah penjelasannya:
Tujuan: Mengatasi infeksi bakteri
Bentuk: Tablet, sirop, atau kapsul
 Dewasa: 250–500 mg, tiap 8 jam atau 500–1.000 mg, tiap 12 jam. Untuk infeksi
berat dosisnya adalah 750–1.000 mg, tiap 8 jam.
 Anak usia >3 bulan dengan BB <40 kg: 20–90 mg/kgBB per hari.
Bentuk: Suntik
 Dewasa: 500 mg, tiap 8 jam melalui suntikan ke dalam otot (intramuskular/IM)
atau ke pembuluh darah (intravena/IV).
 Anak usia >3 bulan dengan BB <40 kg: 20–200 mg/kgBB, 2–4 kali sehari.
Tujuan: Mengatasi faringitis atau tonsilitis akibat infeksi Streptococcus
Bentuk: Tablet, sirop, atau kapsul
 Dewasa: 500 mg, tiap 8 jam atau 750–1.000 mg tiap 12 jam. Untuk infeksi berat
dosisnya adalah 750–1.000 mg, tiap 8 jam, selama 10 hari.
 Anak-anak dengan berat badan <40 kg: 40–90 mg/kgBB per hari yang bisa
dibagi ke dalam beberapa kali pemberian.
Tujuan: Mengatasi gonore
Bentuk: Tablet, sirop, atau kapsul
 Dewasa: Dosisnya adalah 3.000 mg dosis tunggal. Obat akan dikombinasikan
dengan probenecid.
Tujuan: Mengatasi tukak lambung yang disebabkan bakteri H. pylori
Bentuk: Tablet, sirop, atau kapsul
 Dewasa: 750–1.000 mg, 2 kali sehari selama 7–14 hari. Obat akan
dikombinasikan dengan proton pump inhibitors (PPIs), seperti omeprazole.

2. Obat penicillin (oxacilin )


Oxacillin suntik akan diberikan secara langsung oleh dokter atau petugas medis di
bawah pengawasan dokter. Dosisnya akan disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan
usia pasien.
Secara umum, berikut ini adalah dosis oxacillin untuk mengatasi infeksi
Staphylococcus yang kebal terhadap penicillin G:
 Dewasa: 250–500 mg, setiap 4–6 jam, melalui suntikan ke dalam otot
(intramuskular/IM) atau ke pembuluh darah (intravena/IV). Dosis dapat
ditingkatkan hingga 1.000 mg untuk infeksi berat.
 Anak-anak: 50–100 mg/kgBB per hari, melalui suntikan ke pembuluh darah
vena (intravena/IV).
3. Penicillin (ampicillin)
Ampicillin adalah obat keras yang harus berdasarkan resep dokter.
Secara umum, aturan penggunaan obat Ampicillin adalah sebagai berikut:
a. Ampicillin Kaplet
 Infeksi saluran pernapasan: 1/2–1 kaplet, tiap 6 jam
 Infeksi saluran kemih, infeksi saluran pencernaan, infeksi kelamin: 1 tablet, tiap
6 jam
 Anak-anak dengan BB 20 kg atau kurang: 50–100 mg/kgBB per hari, tiap 6 jam
b. Ampicillin Sirup Kering
 Infeksi saluran pernapasan: 2-4 sendok takar (10-20 ml), tiap 6 jam
 Infeksi saluran kemih, infeksi saluran pencernaan, infeksi kelamin: 4 sendok
takar (20 ml), tiap 6 jam
 Anak-anak dengan BB 20 kg atau kurang: 50–100 mg/kgBB sehari, tiap 6 jam
c. Ampicillin Serbuk Injeksi
 Mencegah intrapartum terhadap infeksi Streptococcus grup B:
2 g sebagai dosis awal, kemudian 1 g tiap 4 jam sampai waktu melahirkan
 Meningitis: 2 g, tiap 6 jam sekali
 Septicemia: 150-200 mg/kgBB per hari. Diberikan melalui injeksi intravena
(melalui pembuluh darah) selama 3 hari, lalu dilanjutkan melalui intramuskular
(melalui otot) tiap 3-4 jam sekali
 Infeksi yang rentan: 500 mg tiap 6 jam, melalui injeksi intravena atau
intramuskular

b. Obat antihipertensi
1. ACE inhibitor (benazepril)
Berikut ini adalah dosis umum penggunaan benazepril berdasarkan kondisi dan usia
pasien:
Kondisi: Hipertensi
 Dewasa: 10 mg, 1 kali sehari. Dosis pemeliharaan 20–40 mg, 1 kali sehari, atau
dibagi dalam 2 dosis terpisah. Dosis maksimal 80 mg per hari. Jika
dikombinasikan dengan obat diuretik, dosisnya adalah 5 mg, 1 kali sehari.
 Anak-anak usia 6 tahun ke atas: 0,2 mg/kgBB, 1 kali sehari. Dosis pemeliharaan
0,6 mg/kgBB, 1 kali sehari. Dosis maksimal 40 mg/kgBB.
Kondisi: Gagal jantung
 Dewasa: 2,5 mg, 1 kali sehari, dosis akan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Dosis maksimal 20 mg per hari.
2. ACE inhibitor (captopril)
Dokter akan menentukan dosis captopril sesuai dengan usia, kondisi yang ingin
ditangani, dan tingkat keparahan kondisinya. Secara umum, berikut ini adalah dosis
captopril:
Kondisi: Hipertensi
 Dewasa: Dosis awal 25–75 mg, 2–3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga
100–150 mg, yang terbagi dalam 2–3 dosis setelah 2 minggu penggunaan.
 Anak-anak usia kurang dari 1 tahun: 0,15 mg/kgBB per hari.
 Anak-anak dan remaja: 0,3 mg/kgBB per hari.
 Lansia: Dosis awal 6,25 mg per hari.
Kondisi: Gagal jantung
 Dewasa: Dosis awal 6,25–12,5 m, 2–3 kali sehari. Dosis pemeliharaan 75–150 mg
tiap hari.
 Anak-anak usia kurang dari 1 tahun: 0,15 mg/kgBB per hari.
 Anak-anak dan remaja: 0,3 mg/kgBB per hari.
 Lansia: Dosis awal 6,25 mg per hari.
Kondisi: Pascaserangan jantung
 Dewasa: Dosis awal kurang dari 24 jam sejak gejala muncul adalah 6,25 mg,
dilanjutkan dengan dosis 12,5 mg setelah 2 jam dan 25 mg setelah 12 jam.
 Dewasa: Dosis awal setelah lebih dari 24 jam sejak gejala muncul adalah 6,25 mg
dalam 3–16 hari pascaserangan jantung. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 12,5–25 mg,
3 kali sehari selama 2 hari. Dosis pemeliharaan 75–150 mg, 2–3 kali sehari.
 Anak-anak usia kurang dari 1 tahun: 0,15 mg/kgBB per hari.
 Anak-anak dan remaja: 0,3 mg/kgBB per hari.
 Lansia: Dosis awal 6,25 mg per hari.
Kondisi: Nefropati diabetik
 Dewasa: 75–100 mg tiap hari.
 Anak-anak usia kurang dari 1 tahun: 0,15 mg/kgBB per hari.
 Anak-anak dan remaja: 0,3 mg/kgBB per hari.
 Lansia: Dosis awal 6,25 mg per hari.
3. ACE inhibitor (fosinopril)
Berikut ini adalah dosis umum penggunaan fosinopril berdasarkan kondisi dan usia
pasien:
Kondisi: Gagal jantung
 Dewasa: 10 mg, 1 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan sampai maksimal 40 mg, 1 kali
sehari. Untuk pasien yang berisiko mengalami hipotensi, dosis dapat di awali dengan 5
mg, 1 kali sehari.
Kondisi: Hipertensi
 Dewasa: 10 mg, 1 kali sehari. Dosis pertama diberikan sebelum tidur untuk
menghindari penurunan tekanan darah yang drastis. Dosis pemeliharaan adalah 10–40
mg, 1 kali sehari.
 Anak-anak dengan berat badan >50 kg: 5–10 mg, 1 kali sehari

Anda mungkin juga menyukai