Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN NURSERY

“Manajemen Nursery Jeruk Siam 1200 Ha”

Disusun Oleh :
Kelompok 6

1. Rara Dwi Tama E1J019003


2. Rini Sari Dewi Nasution E1J019020
3. Shinta Fitria E1J019020

Dosen Pengampuh :

Dr. Ir. Supanjani M.Sc

PRODI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan pada Allah SWT. Hanya kepada-Nya lah kami memuji
dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tidak lupa shalawat serta salam kami
haturkan pada junjungan nabi agung kita, Nabi Muhammad SAW. Risalah beliau lah yang
bermanfaat bagi kita semua sebagai petunjuk menjalani kehidupan.
Dengan pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Manajemen
Nursery Jeruk Siam 1200 Ha”. Pada isi makalah akan diuraikan mengenai manajemen nursery
tanaman jeruk dengan luas lahan sebesar 1200 ha. Selain itu dalam makalah ini juga akan
membahas analisis usaha nursery tanaman jeruk tersebut.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Nursery. Kami
menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca agar perbaikan dapat
dilakukan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima Kasih.

Bengkulu, 20 Februari 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian bangsa Indonesia. Sebagian besar
masyarakat Indonesia berpenghasilan dari bidang pertanian sehingga bukan saja untuk
kebutuhan pangan namun juga sebagai sumber pendapatan. Soekartawi (2005)
mengemukakan bahwa pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi
pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri,
meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja dan
mendorong pemerataan kesempatan berusaha .
Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor yaitu subsektor pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan serta jasa pertanian. Handayani (2009)
mengemukakan bahwa subsektor hortikultura memiliki potensi yang sangat besar untuk
dikembangkan sebagai upaya penumbuhan perekonomian daerah maupun nasional, karena
mempunyai pengaruh terhadap perbaikan gizi, pendapatan dan kesejateraan petani.
Tanaman hortikultura meliputi tanaman buah-buahan, sayur - sayuran dan bunga-
bungaan. Buah-buahan merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura tahunan, merupakan
sumber vitamin dan mineral. Ditjen Hortikultura, (2006) dalam Handayani (2009)
mengemukakan bahwa salah satu komoditi tanaman hortikultura termasuk tanaman unggulan
nasional adalah jeruk siam (Citrus nobilis lour var. microcorva), jeruk dibutuhkan oleh
penduduk baik dalam negeri maupun luar negeri, kaya vitamin c dan zat penting lainnya
untuk kesehatan manusia.
Secara Nasional produksi jeruk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu dari
tahun 2012 sampai dengan 2014, pada tahun 2012 sebanyak 1,611,768 ton , pada tahun 2013
sebanyak 1,644,808 ton dan pada tahun 2014 sebanyak 1,926,543 ton (BPS, 2015). Produksi
jeruk nasional belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri hal ini terbukti dengan masih
adanya impor jeruk segar dan olahan (Litbang Pertanian, 2015).
Beberapa jenis jeruk lokal yang banyak diusahakan di Indonesia diantaranya adalah jeruk
keprok, jeruk siam, jeruk besar, jeruk nipis, jeruk manis dan jeruk lemon. Diantara beberapa
jenis jeruk tersebut, tanaman hortikultura yang mempunyai prospek baik dan termasuk
tanaman unggulan nasional adalah jeruk siam. Jeruk siam ini paling banyak dikembangkan
karena perawatannya relatif mudah, hasilnya banyak dan laku dijual dipasaran sebagai buah
segar.
Tanaman jeruk Siam termasuk kelompok buah yang memiliki nilai ekonomis yang
penting, sebab disamping bergizi tinggi, terutama vitamin c, budidaya jeruk siam dapat
meningkatkan pendapatan petani. Banyak konsumen yang datang langsung ke petani jeruk
Siam untuk membeli buah jeruk yang masih segar, disamping itu petani juga menjual melalui
tengkulak, karena petani tidak memiliki alat transportasi untuk memasarkannya. Berdasarkan
latar belakang diatas, penelitian ini dikaji untuk menganalisis manajemen nursery serta
analsis usahatani dari tanaman Jeruk Siam dengan luas lahan sebesar 1200 ha.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui manajemen nursery Jeruk Siam
2. Untuk menganalisis Usaha tani nursery Jeruk Siam
3. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai manajemen nursery Jeruk Siam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Di Indonesia terdapat 3 sistem pembibitan tanaman jeruk. Sistem pertama, seluruh


pembibitan dilakukan di lapangan. Sistem kedua, perkecambahan biji batang bawah dilakukan di
rumah pembibitan, sedangkan tahapan transplanting sampai bibit siap tanam dilakukan di
lapangan. Sistem ketiga, seluruh kegiatan pembibitan dilakukan di rumah pembibitan (Sumeru
Ashari, 2006).
Jeruk siam merupakan tumbuhan yang banyak ditemukan di Sambas terbanyak pada saat
musim panen. Selain itu pula jenis jeruk ini banyak dibudidayakan di Indonesia (Kristiandi &
Sambas, 2020). Jeruk siam merupakan komoditas hortikultura yang dapat tumbuh dan
berproduksi di dataran rendah dan tinggi, selain itu tumbuhan jenis ini pun dapat tumbuh pada
lahan pesawahan maupun tegalan (Aluhariandu et al., 2016). Klasifikasi jeruk siam menurut
USDA (2017) termasuk kedalam jenis citrus nobilis Lour. Var Microcarpa. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis tingkat pertumbuhan jeruk siam Sambas tahun 2015-2020.
Sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan pengetahuan di
bidang pertanian khusus jeruk siam terutama dalam pemanfaatan sumber daya lokal dan menjadi
informasi kepada masyarakat.
Jeruk siam menjadi tumbuhan yang dapat bernilai ekonomi tinggi. Hal ini dikarenakan
tumbuhan jeruk siam merupakan buah yang disukai semua kalangan. Selain itu pula jeruk siam
menjadi salah satu buah pengahasil vitamin C. Selama 5 tahun produksi jeruk (jeruk siam, jeruk
keprok, jeruk nipis, jeruk purut, jeruk bali, jeruk nambangan dan jenis jeruk lainnya) di Indonesia
mengalami peningkatan sebanyak 0,38 Juta ton dari tahun 2014-2018. Sekitar 70-80% jeruk
yang dikembangkan di Indonesia adalah jeruk siam dan 20-30% adalah jeruk keprok (Qomariah,
2013).
Jeruk tergolong kedalam komoditas yang potensial untuk dikembangkan. Hasil
produksi telah diperdagangkan ke seluruh wilayah di Indonesia (Dinas Pertanian Kabupaten
Banyuwangi, 2013). Pada tahun 2014 luas panen jeruk di Kabupaten Banyuwangi mencapai
31.984,74 Ha, produksi 663.325,20 ton dengan produktivitas rata-rata 207,39 Kw/Ha (Badan
Pusat Statistik, 2016). Kebutuhan bibit berdasarkan data dapat diperkirakan untuk luasan lahan
tersebut mencapai 12.793.896 bibit dengan asumsi kebutuhan bibit 400/Ha.
BAB III
PEMBAHASAN

Persemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau
bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di
persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman karena itu sangat
penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman.
Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung (direct planting) dan secara tidak
langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Penanaman secara
langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan
jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas,
maka benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu.
Pemindahan/penanaman bibit berupa semai dari persemaian ke lapangan dapat dilakukan
setelah semai-semai dari persemaian tersebut sudah kuat (siap ditanam). Pengadaan hibit/semai
melalui persemaian yang dimulai sejak penaburan benih merupakan cara yang lebih menjamin
keberhasilan penanaman di lapangan. Selain pengawasannya mudah, penggunaan benih-benih
lebih dapat dihemat dan juga kualitas semai yang akan ditanam di lapangan lebih terjamin bila
dibandingkan dengan cara menanam benih langsung.
Pembibitan utama (Main Nursery) merupakan tahap kedua dari sistem pembibitan double
stage yang berlangsung 6-9 bulan. Main nursery merupakan kegiatan transplanting/pemindahan
bibit dari pre nursery ke main nursery (Pahan 2006). Dilakukan ketika bibit sudah berusia 3-4
bulan atau ketika bibit sudah memiliki 4-5 helai daun. Keberhasilan rencana penanaman dan
produksi ditentukan oleh pelaksanaan pembibitan utama dan kualitas bibit yang dihasilkan.
1. Syarat Tumbuh
 Iklim
Jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan
untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini
sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus. Temperatur optimal antara
25-30 derajat C namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada 38 derajat C. Jeruk
memerlukan temperatur 20 derajat C. Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung
dari sinar matahari. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.
 Media Tanam
Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7- 27%, debu
25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik. Jenis tanah Andosol dan Latosol
sangat cocok untuk budidaya jeruk. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk
pembibitan jeruk adalah 5,5– 6,5 dengan pH optimum 6. Air tanah yang optimal berada pada
kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada
musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
 Ketinggian Tempat
Tinggi tempat dimana jeruk dapat dibudidayakan bervariasi dari dataran rendah sampai
tinggi tergantung pada spesies Jenis Siem yaitu1–700 m dpl.

2. Teknik Pembibitan
Pembibitan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pelaksanaan budidaya jeruk
siam. Bibit jeruk siam dapat diperoleh dengan menggunakan okulasi. Bibit yang
dihasilkan memalui okulasi dan ditanam di polibagmemiliki akar yang kuat jika
dibanding dengan cangkok (Sutopo,2014).
 Syarat Bibit
Bibit jeruk yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupa penyambungan
tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas penyakit, mirip dengan induknya (true to type),
subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaan batang halus, akar serabut banyak, akar tunggang
berukuran sedang dan memiliki sertifikasi penangkaran bibit.
Jenis jeruk yang biasanya digunakan oleh petani responden sebagai batang bawah
adalahJapansche citroen karena jenis ini lebih tahan terhadap penyakit. Jeruk Japansche citroen
memiliki sifat tahan kekeringan, tidak mudah mati saat dicabut untuk dipindahkan pada saat
penanaman dan mampu menghasilkan buah yang tinggi (Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan
Buah Subtropika, 2014).
Bibit Japansche citroen dapat digunakan sebagai batang bawah apabila sudah berumur 6
bulan setelah persemaian. Mata tunas yang digunakan berasal dari jeruk siam yang berumur 4
tahun. Mata tunas diambil dari yang masih berdaun, tidak layu, mata tunas dan tidak pipih.
 Teknik Penyemaian Bibit
Bibit yang biasa digunakan untuk budidaya jeruk didapatkan dengan cara generatif dan
vegetatif.
1) Cara generatif
Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji
dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang.
Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30-4- cm dan dibuat
petakan persemaian berukuran 1,15-1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan
0,5-1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m2 . Biji ditanam dalam alur
dengan jarak tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung disiram. Setelah tanam, persemaian diberi
atap. Bibit dipindahtanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur
3-5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1)
atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1).
2) Cara Vegetatif
Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan
mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/rootstock)
yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan
tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda.
Varietas batang bawah yang biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese citroen,
Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange.
 Penyemaian Benih Batang Bawah
Penyiapan batang bawah jeruk menggunakan biji dari jeruk jenis JC (Japansche Citroen).
Adapun tahapan penyemaian benih untuk batang bawah jeruk adalah sebagai berikut :
1) Sterilisasi media tanam dengan sterilisasi suhu/pestisida. Media yang telah dipersiapkan
dibuat alur jarak antar baris 1 cm.
2) Jarak tanam antara biji 0,5 cm.
3) Saat biji ditanam, bagian biji yang runcing diletakkan di bagian bawah.
4) Setelah itu diberi media untuk menutupi biji dengan ketebalan 1-2 cm.
5) Disiram insektisida berbahan aktif profenofos untuk mengendalikan hama seperti
serangga.
6) Setelah itu ditutup mulsa. Setelah benih mulai berkecambah, mulsa dibuka.
 Pindah Tanam
Semaian batang bawah siap dipindahkan ke polybag ukuran 7,5/15 x 30 cm. Ciri-ciri
semaian yang siap dipindahkan (transplanting) adalah :
1) Batang sudah keras, berwarna hijau
2) Berdaun minimal 4 – 6 helai
3) Sedang dorman (tidak tumbuh tunas baru)
4) Pada umur 2,5 – 3 bulan setelah semai
5) Tahapan penting yang harus diperhatikan dalam transplanting adalah memilih semaian
yang tumbuh normal “nurselar/vegetatif’, sedangkan semaian yang tumbuhnya
menyimpang “zygot/generatif” harus ditinggalkan karena semaian ini sangat berbeda
pertumbuhannya dibandingkan induknya.
Pencabutan benih dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar dan dipilih semaian
yang berakar lurus. Potong sebagian akar dan dicelupkan kedalam lumpur yang telah diberi ZPT.
 Penanaman
Media tanam yang digunakan antara lain tanah gunung, pasir halus atau campuran antara
tanah, pasir dan pupuk kandang. Semaian yang sudah dicelupkan dalam lumpur selanjutnya
ditanam di polybag dengan posisi akar tetap lurus. Penanaman dilakukan pada pagi atau sore
hari.
Pemeliharaan semaian batang bawah meliputi pemupukan, penyiangan, pemangkasan,
penyiraman dan pewiwilan. Semaian batang bawah dapat diokulasi pada umur 3 – 4 bulan
setelah tanam dengan ketinggian tanaman mencapai 50 – 60 cm dengan berdiameter 0,5 – 1 cm.
Semaian batang bawah yang diokulasi sebaiknya hanya memiliki satu batang utama.
 Panen Ranting Mata Tempel
Ranting mata tempel yang siap digunakan/dipanen memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Umur ranting 3 bulan dari pemangkasan
2) Bentuk ranting bulat sampai segi tiga tidak pipih
3) Masih berdaun, mata tunas masih menonjol, tapi mata tunas belum tumbuh
4) – 3 mata tunas pada pangkal ranting dibuang, karena cenderung dorman
 Okulasi dan Penyaluran Benih
Okulasi merupakan proses penggabungan/pertautan antara sel-sel mata tempel (entres)
dengan sel-sel batang bawah membentuk jaringan yang menyatu. Batang atas untuk perbanyakan
berasal dari Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) yang sudah terjamin bebas dari penyakit.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi adalah : kondisi kesehatan
batang bawah dan kwalitas mata tempel, pelaksana dan kondisi lingkungan. Secara mikroskopis
sel-sel batang bawah dan entres sudah mulai menyatu umur 11 hari setelah okulasi, namun agar
terjadi pertautan yang kuat dan sempurna, maka okulasi yang sudah dipastikan hidup/berhasil
bisa dibuka pada 20 – 21 hari setelah okulasi.
Pemeliharaan pasca okulasi meliputi :
1) Penyiraman dilakukan tiga kali seminggu disesuaikan dengan kondisi lingkungan
2) Membuka tali okulasi pada umur 21 hari setelah okulasi
3) Memangkas batang bawah 1 – 2 cm diatas bidang okulasi dan membuka tali okulasi
4) Memangkas atau mewiwil tunas-tunas liar yang tumbuh selain tunas mata entres
(okulasi)
5) Pemupukan menggunakan pupuk kimia ZA dan NPK
6) Pengendalian OPT dilakukan setiap minggu dan disesuaikan dengan adanya OPT yang
menyerang.
Benih jeruk siap salur adalah sebagai berikut :
1) Umur 5-6 bulan setelah okulasi
2) Ketinggian minimal 50 cm dari bidang okulasi
3) Telah memiliki dua tahap pertunasan

3. Material Pembibitan
 Jumlah bibit yang dibutuhkan
Luas areal penanaman = 20 Ha.
Jarak tanam 5x6 m
Kebutuhan bibit /ha = 10.000 m²: (5 x 6) = 333 bibit
1200 Ha = 1200x 333 = 399.600 bibit
Keperluan bibit untuk cadangan biasanya 20%.
20% x 399.600 = 79.920 bibit
Jumlah bibit yang diperlukan : 479.520 bibt dibulatkan menjadi 500.000 bibit.
 Irigasi
Air merupakan persyaratan penting dalam sebuah persemaian/kebun bibit. Karena itu
persemaian harus dibuat tidak jauh dari sumber air, misalnya sungai dan sumber mata air. Sistem
irigasi yang baik merupakan hal yang penting untuk produksi tanaman di persemaian. Sumber air
biasanya berupa sungai dan kolam permanen.
 Bedengan Sapih
Bedeng sapih merupakan bedengan yang digunakan sebagai tempat untuk menyusun
polybag berisi media tumbuh yang selanjutnya digunakan untuk penyapihan semai dan
dipelihara hingga menjadi bibit siap tanam. Bedeng sapih dibuat dengan ukuran 1 m x 5 m, batas
bedeng menggunakan bambu, jarak antar bedeng 1 m. Bedeng sapih sebaiknya dibuat
memanjang menurut arah Utara-Selatan dengan tujuan agar ketika matahari terbit hingga
terbenam dari arah Timur ke Barat dapat memberikan cahaya secara merata kepada bibit-bibit
yang ditata dalam bedeng sapih.
 Naungan persemaian
Fungsi utama dari konstruksi naungan adalah untuk melindungi bibit dari sinar matahari
langsung, terutama pada persemaian terbuka tanpa naungan. Pertumbuhan bibit saat masih kecil
tidak tahan terhadap penyinaran cahaya matahari secara langsung, oleh karenanya perlu
diberikan naungan. Naungan persemaan dapat berupa jaring naungan persemaian (plastik UV)
yang diperdagangkan biasanya berwarna hitam dan terbuat dari bahan sintetis dengan penetrasi
cahaya sekitar 90%. Tiang plastik dapat dibuat dari bambu yang tahan lama kemudian bagian
atapnya diberi naungan. Tinggi tiang disesuaikan agar tidak mengganggu saat orang berdiri (± 2
– 3 m),

4. Pemeliharaan dan Perawatan


Perawatan yang biasanya dilakukan selama persemaian adalah penyiraman 1-2 kali
sehari pada pagi dan sore hari. Pemeliharaan yang dilakukan pada bibit okulasi adalah
penyiraman 2-3 kali per minggu. Pemupukan bibit okulasi hanya menggunakan
pupuk organik.
Berdasarkan hasil rekomendasi Endarto dan Martini (2016), pemupukan jeruk dapat
dilakukan berdasarkan umur tanaman yaitu 0-5 tahun yaitu menggunakan pupuk kandang
dan pupuk Urea, SP36 dan ZK dan berdasarkan jumlah produksi buah pada saat
tanaman berumur >5 tahun.
Tanaman jeruk siam dapat terserang CVPD dari bibit yang sudah terinfeksi CVPD
atau melalui penular(vektor)dari kutu loncat Diaphorina citri.Pengendalian telurD. Citri dapat
menggunakan insektisida berbahan endosulfan 0.05% pada awal pertunasan.Selain dengan
insektisida, kutu loncat jeruk dapat dikendalikan dengan menggunakan cendawan Beauveria
bassina (Bals.) Vuill. Sebagai miko-insektisida (Permadi et al.,2017). Gejala yang
muncul jika tanaman jeruk terserang CVPD adalah tulang daun berwarna hikau tua dan
laminar daun berwarna lebih muda dan lama kelamaan akan menguning (Sitorus et al.,2016)

5. Analisis Usahatani Nursery


Arus Kas Masuk (Inflow) Arus kas masuk (inflow) merupakan segala penerimaan yang
diperoleh selama berjalannya usaha (Novitasari dan Risqa, 2020). Inflow pada usaha
pembibitan jeruk siam adalah hasil penjualan bibit jeruk siam, nilai penjualan aset dan
penyusutan peralatan.
Tahun Ke Penerimaan Penjualan Aset Penyusutan
1 519.250.000 0 63.467.500
2 668.000.000 4.000 63.467.500
3 800.000.000 0 63.467.500
4 1.040.850.000 4.000 63.467.500
5 1.060.125.000 2.215.000 63.467.500
6 1.060.125.000 4.000 63.467.500
7 1.079.400.000 0 63.467.500
8 1.141.125.000 4.000 63.467.500
9 1.141.125.000 0 63.467.500
10 1.141.125.000 2.219.000 63.467.500
Total 9.651.125.000 4.450.000 634.675.000

Analisis Data Primer, 2021 Tabel 1 menunjukkan bahwa


nilai penerimaan usaha pembibitan jeruk siam setiap tahun mengalami peningkatan.
Sedangkan nilai penjualan aset tidak setiap tahun terisi, hal ini dikarenakan penjualan
peralatan usaha yang sudah rusak atau masa pakainya sudah selesai tidak setiap tahun
terjadi. Sementara nilai penyusutan setiap tahun sama yaitu sebesar Rp 634.675.000,00.
Arus Kas Keluar (Outflow)
Menurut Mulyani (2013), arus kas keluar adalah gaji, barang dan jasa, dan beban operasi.
Outflow dalam penelitian ini terdiri dari biaya investasi, dan biaya operasional.

Tabel 2. Rincian Biaya Investasi Pembibitan Jeruk Siam per 1 ha


No. Komponen Biaya Satuan Jumlah Fisik Harga Per satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp)
1. Screen house m2 1 175.000.000 175.000.000
2. Gudang m2 1 25.000.000 25.000.000
3. Gunting unit 8 50.000 400.000
4. Cangkul unit 5 150.000 750.000
5. Sprayer unit 5 1.000.000 5.000.000
6. Artco unit 5 800.000 4.000.000
7. Pisau okulasi unit 8 200.000 1.600.000
8. Pompa air unit 2 3.000.000 6.000.000
9. Jet pam unit 3 1.500.000 4.500.000
10. Paranet rol 15 1.800.000 27.000.000
11. Plastik sungkup rol 28 200.000 5.600.000
12. Ember unit 5 25.000 125.000
13. Selang & paralon set 3 2.000.000 6.000.000
14. Ganco unit 5 150.000 750.000
15. Kursi dan meja set 1 3.000.000 3.000.000
16. Printer unit 1 3.000.000 3.000.000
17. Laptop unit 1 10.000.000 10.000.000
18. Pohon Induk pohon 1.000 27.000 27.000.000
19. Carry L300 unit 2 194.500.000 389.000.000
20. Perijinan Usaha berkas 1 10.000.000 10.000.000
Total 703.725.000

Diketahui bahwa biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh penangkar bibit jeruk
siam setiap tahun mengalami peningkatan. Peningkatan biaya tetap dan biaya variabel ini
dikarenakan peningkatan jumlah produksi serta peningkatan harga barang setiap tahunnya.
Pada tabel 2 ini mendapatkan rincian biaya 703.725.000 x 1.200 ha : 844.470.000.000
Rumus Pendapatan usahatani (PD) = Total Penerimaan (TP) – Total Biaya (TC)
= 9.651.125.000 - 844.470.000.000
= Rp. 8.806.655.000,.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Dalam melakukan suatu usaha menajement nursery, ada beberapa aspek pening menjadi
pertimbangan. Manajemen mempunyai lima unsur (5M). yaitu: Man, Money, Materials,
Machines, and Method.
2. Usahatani Nursery Jeruk Siam dengan luas lahan 1200 Ha layak untuk diusahakan dan
memberikan banyak keuntungan bagi petani.
3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana teknik pembibitan dan kelayakan usahatani
nursery jeruk siam.

4.2 Saran
Perbaikan secara sarana dan prasarana dalam pembibitan sangat penting dilakukan guna
menunjang produksi bibit yang berkualitas dan memiliki nilai ekonomis tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Aluhariandu, V. E., Tariningsih, D., & Lestari, P. F. K. (2016). Analisis usahatani jeruk siam dan
faktor – faktor yang memepengaruhi penerimaan petani (studi kasus di desa bayung gede
kecamatan kintamani Kabupaten bangli). Agrimeta, 6(12), 77–86.

Ashari, Sumeru. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: UI-Press.

BPS Kabupaten Banyuwangi. 2016. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas. Banyuwangi.

Endarto O dan E Martini. 2016. Pedoman budi daya jeruk sehat. Bogor, Indonesia:
World Agroforestry Center (ICRAF) Southeast Asia Regional program. 99 hal.

Kristiandi, K., & Sambas, P. N. (2020). Pemanfaatan kulit jeruk siam sebagai pestisida alami
utilization of siam orange skin as a natural pesticide. 6(2), 46–52.

Permadi M A, R Anwar, dan T Santoso. 2017. Pemanfaatan cendawan Beauveria bassina


(Bals.) Vuill. Sebagai miko-insektisida terhadap kutu loncat jeruk Diaphorina citri
Kuw. (Hemiptera: Liviidae). Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan, 4(1): 82-
89.

Qomariah R, Hasbianto A, Lesmayati S dan Hasan H. 2013. Kajian prapanen jeruk siam (Citrus
suhuiensis Tan) untuk ekspor. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan (ID): hlm 417- 430.

Anda mungkin juga menyukai