Anda di halaman 1dari 18

Sejarah PASKIBRAKA

PASKIBRAKA adalah singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera


Pusaka dengan tugas utamanya mengibarkan duplikat bendera
pusaka dalam upacara peringatan proklamasi kemerdekaan
Indonesia di Istana Negara. Anggotanya berasal dari pelajar Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas kelas 1 atau 2. Penyeleksian anggotanya
biasanya dilakukan sekitar bulan April untuk persiapan pengibaran
pada 17 Agustus di beberapa tingkat wilayah, provinsi, dan nasional.

Lambang PASKIBRA

Lambang organisasi PASKIBRA ialah Bunga Teratai.

ARTI DAN MAKNA LAMBANG PASKIBRA


§ Teratai : pohonnya di air dan akarnya di tanah melambangkan
cinta tanah air
§ Tiga Mahkota : tiga sikap dasar

1. Tanggap : mudah menerima

2. Tanggon : tangguh dalam sikap mental

3. Trenggonas : tangguh dalam menerima apapun.

§ Tiga Kelopak : ciri dari paskibra

1. Belajar

2. Berlatih

3. Bekerja

§ 16 Pasang Mata Rantai : menunjukkan 16 arah mata angin yang


berarti bahwa anggota paskibra berasal dari seluruh pelosok tanah
air.

1. Lingkaran : melambangkan putri

2. Belah ketupat : melambangkan putra

§ Lingkaran Luar : menunjukkan satu kesatuan

Sejarah

Gagasan Paskibraka lahir pada tahun 1946, pada saat ibukota


Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta. Memperingati HUT
Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-1, Presiden Soekarno
memerintahkan salah satu ajudannya, Mayor (Laut) Husein Mutahar,
untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka di halaman Istana
Gedung Agung Yogyakarta. Pada saat itulah, di benak Mutahar
terlintas suatu gagasan bahwa sebaiknya pengibaran bendera pusaka
dilakukan oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah Air, karena
mereka adalah generasi penerus perjuangan bangsa.
Tetapi, karena gagasan itu tidak mungkin terlaksana, maka Mutahar
hanya bisa menghadirkan lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri)
yang berasal dari berbagai daerah dan kebertulan sedang berada di
Yogyakarta. Lima orang tersebut melambangkan Pancasila. Sejak itu,
sampai tahun 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta tetap
dilaksanakan dengan cara yang sama.

Ketika Ibukota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar


tidak lagi menangani pengibaran bendera pusaka. Pengibaran
bendera pusaka pada setiap 17 Agustus di Istana Merdeka
dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966.
Selama periode itu, para pengibar bendera diambil dari para pelajar
dan mahasiswa yang ada di Jakarta.

Tahun 1967, Husein Mutahar dipanggil presiden saat itu, Suharto,


untuk menangani lagi masalah pengibaran bendera pusaka. Dengan
ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, beliau
kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3
kelompok yang dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:

* Kelompok 17 / pengiring (pemandu),


* Kelompok 8 / pembawa (inti),
* Kelompok 45 / pengawal.

Jumlah tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi


Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu dengan
situasi kondisi yang ada, Mutahar hanya melibatkan putra daerah
yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk
melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka. Rencana semula,
untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para mahasiswa
AKABRI (Generasi Muda ABRI) namun tidak dapat dilaksanakan.
Usul lain menggunakan anggota pasukan khusus ABRI (seperti
RPKAD, PGT, marinir, dan Brimob) juga tidak mudah. Akhirnya
diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang
mudah dihubungi karena mereka bertugas di Istana Negara Jakarta.

Mulai tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka


adalah para pemuda utusan provinsi. Tetapi karena belum seluruh
provinsi mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh ex-
anggota pasukan tahun 1967.
Pada tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung
upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan
reproduksi Naskah Proklamasi oleh Suharto kepada
Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Bendera
duplikat (yang terdiri dari 6 carik kain) mulai dikibarkan
menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun
Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana
Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar
dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan. Mulai
tahun 1969 itu, anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja
siswa SLTA se-tanah air Indonesia yang merupakan utusan dari
seluruh provinsi di Indonesia, dan tiap provinsi diwakili oleh sepasang
remaja.

Istilah yang digunakan dari tahun 1967 sampai tahun 1972 masih
"Pasukan Pengerek Bendera Pusaka". Baru pada tahun 1973, Idik
Sulaeman melontarkan suatu nama untuk Pengibar Bendera Pusaka
dengan sebutan PASKIBRAKA. PAS berasal dari PASukan, KIB
berasal dari KIBar mengandung pengertian pengibar, RA berarti
bendeRA dan KA berarti PusaKA. Mulai saat itu, anggota pengibar
bendera pusaka disebut PASKIBRAKA.

· Arti dan Warna Bendera Merah Putih


Warna merah dan putih telah dikenal oleh nenek moyang bangsa
Indonesia sejak sekitar 6.000 tahun yang lalu. Warna merah
melambangkan warna yang dapat menahan hawa jahat, sedangkan
warna putih melambangkan kebersihan dan kesucian hati ksatria.
Pada saat perjuangan kemerdekaan, warna merah dan putih
melambangkan keberanian dan ketulusan bunga bangsa dalam
mempertahankan ibu pertiwi yang merupakan nyawa bagi suatu
bangsa.

Bendera

Bendera adalah secarik benda berwujud kain tipis berisi bentukan


dan warna, Berkibar ditiup oleh angin pada sebatang tiang atau
seuntai tali sebagai panji-panji, Tanda ciri atau tanda pengingat.
Warna untuk bendera merah putih, yaitu warna merah cerah dan
putih jernih.

Arti pusaka :

1. Harta atau benda peninggalan orang yang telah meninggal;

2. Harta yang turun temurun dari nenek moyang.

Bentuk dan ukuran serta warna bendera kebangsaban Republik


Indonesia

1. Berbentuk segi empat panjang berukuran 2 : 3 panjang.


Bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih;

2. Panjang bendera 90 cm dan lebar 60 cm.

Sang merah putih pertama kali dikibarkan pada tanggal 28 Oktober


1928 bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, Bertempat di Jakarta
dan dikumandangkan lagu Indonesia Raya. Sang merah putih
ditetapkan sebagai bendera negara Republik Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945 bertempat di gedung Pegangsaan Timur Nomor 56,
Jakarta. Bendera merah putih dibawa kembali ke Jakarta tanggal 28
Desember 1949.

Bendera Pusaka...

Tata cara Peletakan Bendera Kebangsaan

1. Bendera merah putih diletakkan di sebelah kanan bendera/panji


lain;

2. Apabila jumlah bendera yang ada berjumlah genap, maka bendera


merah putih diletakkan di sebelah kanan;

3. Apabila jumlah bendera yang ada berjumlah ganjil, maka bendera


merah putih diletakkan di tengah-tengah bendera/panji lain;

4. Apabila bendera sudah usang atau tidak layak, maka sebaiknya


bendera dibakar agar tidak mengurangi nilai kehormatannya.

Sejarah Penyelamatan Bendera Pusaka

Setelah Agresi Militer Belanda II, Soekarno mengutus Mutahar untuk


menyelamatkan Bendera Pusaka. Agar tidak terlihat sebagai bendera,
maka Mutahar memutuskan untuk memisahkan jahitan bendera
tersebut menjadi dua bagian, secarik kain merah dan secarik kain
putih, kemudian dimasukkan ke dalam kopornya.
Di tengah perjalanan, Mutahar tertangkap oleh Belanda, namun
akhirnya dalam perjalanan itu beliau dapat meloloskan diri dan
mengungsi di kediaman Sarjono (seorang anggota delegasi).
Selanjutnya Mutahar mendapat kabar dari Soekarno agar bendera
tersebut diserahkan saja kepada Sarjono. Karena pada saat itu yang
boleh menemui Soekarno hanya anggota delegasi saja. Maka atas
jasanya pada tahun 1961, Mutahar diberikan gelar Bintang
Mahaputera dalam usahanya menyelamatkan Bendera Pusaka.

MAKNA LAMBANG KORPS PASKIBRAKA


 Untuk mempersatukan korps, untuk Paskibraka Nasional,
Propinsi, dan Kabupaten / Kotamadya ditandai oleh lambang korps
yang sama, dengan tambahan tanda lokasi terbentuknya pasukan.
 Lambang Korps Paskibraka sejak tahun 1973, dengan perisai
berwarna hitam dengan garis pinggir dan huruf berwarna kuning :
PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA dan TAHUN 19 …
(diujung bawah perisai) berisi gambar (dalam bulatan putih)
sepasang anggota Paskibraka dilatar belakangi oleh Bendera Merah
Putih yang berkibar ditiup angin dan 3 (tiga) garis horizon atau awan.

Makna dari bentuk dan gambar tersebut adalah;

 Bentuk perisai bermakna “Siap bela negara” termasuk bangsa


dan tanah air Indonesia, warna hitam bermakna teguh dan percaya
diri.
 Sepasang anggota Paskibraka bermakna bahwa Paskibraka
terdiri dari anggota putra dan anggota putri yang dengan keteguhan
hati bertekad untuk mengabdi dan berkarya bagi pembangunan
Indonesia.
 Bendera Merah Putih yang sedang berkibar adalah bendera
kebangsaan dan utama Indonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh
bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya, termasuk Paskibraka.
 Garis Horizon atau 3 (tiga) garis menunjukan ada Paskibraka di
3 (tiga) tingkat, yaitu Nasional, provinsi, dan Kabupaten /
Kotamadya.
 Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal
perilaku dan sikap setiap anggota Paskibraka.

AtriBut PasKiBra
Pada tahun 1973, Idik Sulaeman melahirkan nama Pasukan Pengibar
Bendera Pusaka (Paskibraka). Bukan itu saja, Idik juga menciptakan
seluruh atribut yang sampai sekarang dapat dilihat dalam seragam
Paskibraka. Atribut itu mulai dari pakaian seragamnya sendiri,
sampai Lambang Anggota Paskibraka, Lambang Korps Paskibraka
dan Tanda Pengukuhan. Sebelum tahun 1973, Paskibraka tidak
mempunyai Lambang Anggota maupun Lambang Korps yang dapat
dibanggakan. Berikut ini penjelasan tentang bentuk dan makna setiap
atribut.

Sejak semula saat dimulai membentuk pasukan percobaan penggerek


Bendera Pusaka tahun 1967, pakaian seragam pasukan ini ditetapkan
putih-putih, sedangkan warna merahnya hanya digunakan sebagai
aksen berupa kacu penutup leher bagian depan seperti biasa
digunakan prajurit ABRI/TNI kalau menggunakan seragam lapangan
upacara. Warna putih dipilih sebagai makna kesucian dalam
melaksanakan tugas pokok mengibarkan dan menurunkan Bendera
Pusaka Merah Putih. Sebelum tahun 1981, model pakaian seragam
Paskibraka cukup sederhana, dan masih tampak penonjolan
keremajaannya: Putra dengan kemeja putih lengan panjang yang
bagian bawahnya dimasukkan ke celana panjang putih dengan ikat
pinggang juga berwarna putih; Putri dengan kemeja lengan panjang
dengan bagian bawah model jas. Tetapi setelah tahun 1981 dan
seterusnya sampai sekarang, dengan alasan disamakan modelnya
dengan seragam ABRI/TNI dari kelompok 45/pengawal, seragam
Paskibraka mengalami perubahan.

Paskibraka putra menggunakan kemeja model jas dengan gesper


lebar dari kain, sementara Paskibraka putri tidak berubah. Dengan
tampilan baru ini, Paskibraka memang kehilangan penampilan
remajanya dan terlihat seperti orang dewasa.Lambang Anggota
Paskibraka dikenakan di kelopak bahu baju berupa kontur warna
perak di atas bulatan putih yang diletakkan pada segi empat
berwarna hijau. Semula, pada kelopak bahu seragam Penggerek
Bendera dikenakan lambang dengan tanda ciri pemuda dan Pramuka
—karena kedua unsur inilah yang menjadi pendukung pasukan.
Lambang untuk pemuda berupa “bintang segilima besar” sedangkan
untuk Pramuka berupa “cikal kelapa kembar”. Namun, penggunaan
“dua sejoli” lambang itu mendapat kritikan negatif dari sejumlah
pihak yang “kurang” senang dengan keberhasilan dan popularitas
pengibar bendera pusaka yang begitu cepat naik. "Bintang Polisi kok
masih dipakai," kata satu pihak. "Lambang Pramuka tidak benar
digunakan tanpa mengenakan seragam Pramuka!" seru yang lain
pula. Itulah yang kemudian mendorong Idik Sulaeman merancang
Lambang Anggota Paskibraka yang baru dan dapat menggambarkan
siapa sebenarnya para anggota Paskibraka itu.

Lambang anggota Paskibraka adalah setangkai bunga teratai yang


mulai mekar dan dikelilingi oleh sebuah gelang rantai, yang mata
rantainya berbentuk bulat dan belah ketupat. Mata rantai bulat
berjumlah 16, begitu pula mata rantai belah ketupat. Bunga teratai
yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas
permukaan air bermakna bahwa Anggota Paskibraka adalah pemuda
yang tumbuh dari bawah (orang biasa), dari tanah air yang sedang
berkembang (mekar) dan membangun. Tiga helai kelopak bunga
tumbuh ke atas bermakna “belajar, bekerja dan berbakti”, sedang
tiga helai kelopak ke arah mendatar bermakna “aktif, disiplin dan
gembira”. Mata rantai yang saling berkaitan melambangkan
persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia
yang ada di berbagai pelosok (16 penjuru angin) tanah air.
Rantai persaudaraan tanpa memandang asal suku, agama, status
sosial dan golongan akan membentuk jalinan mata rantai
persaudaraan sebangsa yang kokoh dan kuat, sehingga mampu
menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan
nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang
telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka. Untuk
mempersatukan korps, Paskibraka di tingkat nasional, provinsi dan
kabupaten/kota ditandai dengan Lambang Korps yang sama. Untuk
tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Lambang Korps harus
ditambahi dengan tanda lokasi terbentuknya pasukan. Sebelum tahun
1973, Lambang Korps Penggerek Bendera berupa lencana berbentuk
perisai dari bahan logam kuningan dengan gambar sangat sederhana:
di tengah bulatan terdapat bendera merah putih dan di luar
lingkaran terpampang tulisan “PASUKAN PENGEREK BENDERA
PUSAKA”.

Sejak 1973 sampai sekarang, Lambang Korps Paskibraka dibuat dari


kain bergambar atau bordir yang langsung dijahitkan di lengan
kanan seragam. Bentuknya perisai berwarna hitam dengan garis
pinggir dan huruf berwarna kuning yang bertuliskan ”PASUKAN
PENGIBAR BENDERA PUSAKA” dan tahun pembentukan pasukan
(di ujung bawah perisai). Di dalam perisai terdapat lingkaran
bergambar sepasang anggota Paskibraka dilatarbelakangi Bendera
merah putih yang berkibar ditiup angin dan tiga garis horison atau
awan. Makna dari bentuk dan gambar Lambang Korps Paskibraka
adalah sebagai berikut:
 1. Bentuk perisai bermakna "siap bela negara" termasuk
bangsa dan tanah air Indonesia, warna hitam bermakna teguh dan
percaya diri.
 2. Sepasang anggota Paskibraka bermakna Paskibraka terdiri
dari anggota putra dan anggota putri yang dengan keteguhan hati
bertekad untuk mengabdi dan berkarya bagi pembangunan
Indonesia.
 3. Bendera Merah Putih yang sedang berkibar adalah bendera
kebangsaan dan utama Indonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh
bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya, termasuk Paskibraka.
 4. Garis horison atau awan tiga garis menunjukkan ada
Paskibraka di tiga tingkat, yaitu nasional, provinsi dan
kabupaten/kota.
 5. Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal
perilaku dan sikap setiap anggota Paskibraka.

Sikap Dan Sifat Seorang Paskibra

Kepemimpinan

Kepemimpinan artinya adalah kegiatan seseorang untuk


mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai
tujuannya.
Bagaimana cara mempengaruhinya?
Yaitu dengan memberikan contoh atau panutan dalam kehidupan
sehari-hari, dengan membangkitkan semangat para bawahannya,
kemudian dengan memberikan dorongan dengan pengarahan dan
perbuatan.

Hal ini sesuai dengan sistem kepemimpinan nasional di Indonesia


yang menganut sistem among, yaitu :
1. Ing ngarso sung tulodo, yang berarti berada di depan sebagai
pemimpin dan panutan bagi bawahannya;

2. Ing madya mangun karso, yang berarti berada di tengah yang


dapat membangun kemauan bawahannya;

3. Tut wuri handayani, yang berarti berada di belakang yang dapat


mendorong bawahannya dengan motivasi agar dapat berusaha lagi
dan maju.
Hal-hal apa saja yang harus kita miliki agar dapat mempengaruhi
orang lain?
Yaitu dengan cara :

1. Memiliki keimanan dan ketaqwaan pada Allah SWT yang kuat;


2. Memiliki kepercayaan diri;
3. Memiliki penampilan (performance) yang baik dan menarik;
4. Memiliki wawasan yang luas;
5. Memiliki kemampuan mengelola/mengurus (manajemen);
6. Menguasai teknik, taktik, strategi, dan politik;
7. Memiliki kemampuan melindungi setiap orang; dan
8. Memiliki delapan sikap mental sehat :
a. Pandai menyesuaikan diri;
b. Merasa puas atas hasil karya sendiri;
c. Lebih suka memberi dari pada menerima;
d. Realtif bebas dari ketegangan dan keresahan;
e. Suka membantu dan menyenangkan orang lain;
f. Dapat mengambil hikmah dari kegagalan;
g. Dapat mengambil penyelesaian yang konstruktif; dan
h. Dapat mengembangkan kasih sayang.

Selain itu, pemimpin yang indah adalah pemimpin yang mempunyai


inisiatif dan mentalitas yang tinggi, kreatif, konstruktif, dan memiliki
konsepsual yang dapat mencerna masalah.
Seorang pemimpin juga harus kritis, yaitu memiliki kemampuan dan
keberanian dalam meluruskan masalah; meteorologis, yaitu dapat
mengambil jarak; serta logis, yaitu sesuai dengan peraturan dan
rasional.

Elemen yang harus ada dalam kepemimpinan, yaitu :


1. Leader (pemimpin);
2. Follower (sekelompok orang yang mengikuti pemimpin); dan
3. Leadership (jiwa memimpin, manajemen, administrasi,
pengetahuan, dan sebagainya).
Yang perlu diingat adalah, bahwa pemimpin itu bukanlah suatu
jabatan, melainkan kemampuan.

Profesionalisme
Profesionalisme adalah paham yang mengajukan bahwa setiap
pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional. Sedangkan
pengertian profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang
dikerjakan seseorang. Profesional adalah suatu keahlian, kompetensi
atau kualitas yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan profesinya
atau pekerjaannya.

Tiga syarat profesional, yaitu :


1. Adanya keahlian;
2. Tanggung jawab;
3. Kejawatan.

Ciri-ciri profesional, antara lain :


1. Memahami karakteristik obyek;
2. Memiliki keterampilan khusus;
3. Memiliki keahlian di bidangnya;
4. Motivasi tinggi;
5. Kreativitas yang tinggi;
6. Berdisiplin;
7. Mandiri;
8. Mampu mengisi lowongan kerja sesuai pembangunan dan
menciptakan kerja baik untuk dirinya maupun orang lain.

PERATURAN TATA TERTIB UNTUK SEORANG PASKIBRA


 Belajar untuk membagi waktu, serta dapat mengutamakan
kegiatan BELAJAR pelajaran sekolah.
 Mengadakan konsultasi apabila menghadapi permasalahan
terutama menyangkut keaktifannya di PASKIBRA dengan kegiatan
lainnya terutama kegiatan BELAJAR.
 Tetap berdisiplin dalam sikap dan tingkah laku baik di
lingkungan rumah/keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.
 Untuk Putra rambut dipotong minimal 1 bulan sekali sedang
untuk Putri yang berambut panjang/tidak, rambut tetap diikat /
dirapikan serta rambut tidak dicat/warna rambut asli.(hitam)
 Dilarang menggunakan sandal jepit kemanapun akan pergi,
kecuali di rumah dan tidak muncul dihadapan umum, Apalagi
bepergian ke sekolah, rumah orang lain, kantor, dll.
 Harus tetap sigap apabila menghadap atau bertemu dengan
teman yang lebih tua (kakak kelas / senior / Pelatih / Pembina).
 Harus dapat menerapkan tata cara penghormatan di dalam
kehidupan sehari-hari, yang sudah jelas kepada orang yang lebih tua
(Orang tua di rumah, Guru, Pelatih, Pembina, kakak kelas).
 Tetap mengandalkan kritik membangun dan dapat menerima
keterbukaan dalam menyelasaikan suatu permasalahan.
 Selalu memberitahukan ketidak hadirannya dalam latihan di
sekolah, LATGAB, dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan
kegiatan PASKIBRA.
 Tetap tegas dalam memberikan keputusan dan tingkah laku
sehari-hari
 Selalu memperhatikan penampilan / pakaian untuk latihan atau
kegiatan-kegiatan variatif lainnya baik dilingkungan keluarga,
sekolah ataupun masyarakat.
 Selalu mengutamakan kerapihan pakaian dan tata kramanya.
 Setiap anggota selalu sebagai teladan, baik bagi teman-teman di
sekolah, di rumah dan di masyarakat.
 Setiap anggota wajib mentaati dan melaksanakan tata tertib ini.
BENTUK-BENTUK KENAKALAN YANG TIDAK BOLEH
DIKERJAKAN

 Pergi tidak pamit atau tanpa izin dari orang tua / wali.
 Menentang orang tua atau wali.
 Tidak sopan terhadap orang tua/wali atau pengasuh, keluarga,
guru atau orang lain yang lebih tua.
 Menjelekkan nama baik orang tua / keluarga.
 Suka berbohong.
 Memiliki atau menggunakan alat-alat yang dapat
membahayakan dirinya atau orang lain yang tidak diperuntukkan
baginya.
 Berpakaian tidak senonoh.
 Menghias diri secara tidak wajar, dan menimbulkan celaan
masyarakat.
 Suka keluyuran / keluar rumah tanpa tujuan yang jelas.
 Membolos sekolah.
 Menentang guru.
 Berlaku tidak senonoh di hadapan umum.
 Berkeliaran malam hari.
 Bergaul dengan orang-orang yang reputasinya jelek.
 Berada di tempat yang tidak baik bagi perkembangan jiwa
remaja / terlarang untuk remaja.
 Pesta-pesta musik semalam suntuk tanpa dikontrol, dan acara-
acaranya tidak sesuai dengan kebiasaan sopan santun.
 Membaca buku-buku yang isinya dapat merusak jiwa remaja.
 Memasuki tempat-tempat yang membahayakan keselamatan
jiwanya.
 Berkebiasaan berbicara kotor, tak senonoh, cabul dihadapan
seseorag atau dihapan umum.
 Ramai-ramai menonton pertunjukkan, makan dan dengan
sengaja tidak membayar.
 Meminum-minuman keras.
 Merokok di tempat umum sebelum batas umur yang pantas.
 Melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengganggu
ketentraman umum.
 membuang kotoran-kotoran / sampah pada sembarang tempat.

Anda mungkin juga menyukai